Anda di halaman 1dari 3

Adapun pengertian hukum perdata adalah rangkaian peraturan hukum yang

mengatur hubungan subjek hukum (orang dan badan hukum) yang satu dengan
subjek hukum yang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan pribadi dari
subjek hukum tersebut.

Hukum perdana bertujuan untuk mengatur hubungan di antara penduduk atau warga
negara sehari-hari, seperti kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian,
kematian, waris, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan bersifat perdata lainnya.

Terdapat dua kaidah di dalam hukum perdata, yaitu:

1. Kaidah tertulis, adalah kaidah hukum perdata yang terdapat di dalam


peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi
2. Kaidah tidak tertulis, adalah kaidah hukum perdata yang timbul, tumbuh, dan
berkembang dalam praktik kehidupan masyarakat (kebiasaan).

Hukum perdata dibedakan menjadi dua, yaitu hukum perdata materil dan hukum
perdana formal. Hukum perdata materil mengatur kepentingan-kepentingan perdata
setiap subjek hukum. Sementara Hukum perdata formal berfungsi menerapkan
hukum perdata materil apabila ada yang melanggarnya.

Sumber Hukum Perdata Indonesia


Dalam buku Pengantar Hukum Perdata Indonesia oleh Usman Munir. secara
khusus, berikut sumber-sumber hukum perdata tertulis di Indonesia yaitu:

1. Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB).


2. Burgelik Wetboek (BW) atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Ketetapan produk hukum dari Hindia Belanda yang berlaku di Indonesia
berdasarkan asas concordantie.
3. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang atau Wetboek van Koopandhel (WvK).
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria. Keberadaan
UU ini mencabut berlakunya Buku II KUHP yang berkaitan dengan hak atas
tanah, kecuali hipotek. Undang-undang Agraria secara umum mengatur
mengenai hukum pertanahan yang berlandaskan hukum adat.
5. UU Nomor 16 Tahun 2019 No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
6. UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan terhadap tanah dan benda
berhubungan dengan tanah.
7. UU Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
8. UU Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Jaminan Simpanan.
9. Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, yang mengatur
hukum perkawinan, hukum kewarisan dan hukum perwakafan. Ketentuan ini
berlaku hanya bagi orang-orang yang beragama Islam.

Unsur-unsur Hukum Perdata


Dalam buku tulisan Rahman Syamsuddin, Menurut Titik Triwulan Tutik, ada
beberapa unsur dari hukum perdata, yaitu:

1. Adanya kaidah hukum tertulis yang terdapat dalam perundang-undangan,


traktat dan yurisprudensi
2. Adanya kaidah hukum tidak tertulis yang timbul, tumbuh dan berkembang
dalam praktik kehidupan masyarakat (kebiasaan)
3. Mengatur hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek
hukum lainnya
4. Bidang hukum yang diatur dalam hukum perdata meliputi hukum orang,
hukum keluarga, hukum benda dan sebagainya.

Pembagian Hukum Perdata


Dalam buku Hukum Perdana Indonesia oleh P.N. H. Simanjuntak (2015) ada empat
bagian hukum perdata menurut ilmu pengetahuan hukum, yaitu:

1. Hukum perorangan (personenrecht) adalah hukum yang memuat peraturan-


peraturan tentang manusia sebagai subjek dalam hukum, peraturan-
peraturan mengenai perihal kecakapan seseorang di dalam hukum.
2. Hukum keluarga (familierecht) adalah hukum yang mengatur hubungan-
hubungan yang timbul karena hubungan kekeluargaan, seperti perkawinan,
hubungan antara orangtua dan anak, perwalian dan pengampunan.
3. Hukum harta kekayaan (vermogensrecht) adalah hukum yang mengatur
tentang hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang. Hukum
harta kekayaan meliputi dua jensi hak, yaitu:
a. Hak mutlak: berlaku terhadap setiap orang, baik hak-hak atas benda
maupun hak-hak atas barang tidak berwujud, seperti hak milik, hak usaha,
hak cipta dan hak paten.
b. Hak relatif: hak-hak yang timbul karena suatu peristiwa hukum di mana
pihak yang satu terikat dengan pihak lain, seperti perjanjian jual-beli dan
perjanjian kerja.
4. Hukum waris (erfrecht) adalah hukum yang mengatur tentang tata cara
beralihnya harta kekayaan dari seorang yang telah meninggal kepada orang
yang masih hidup atau para ahli warisnya.

Asas-asas yang Digunakan Dalam Hukum Perdata


Hukum Perdata di Indonesia secara garis besar diatur dalam Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (KUHPDT) atau dikenal juga dengan istilah Burgerlijk
Wetboek (BW). BW terdiri dari empat bagian,
yaitu Buku I memuat hukum tentang orang, Buku II memuat hukum tentang benda,
Buku III memuat hukum tentang perikatan, dan Buku IV memuat hukum tentang
pembuktian dan daluwarsa.

Dalam hukum perdata, berikut asas-asas yang lazim digunakan:

1. Asas yang melindungi hak-hak asasi manusia: tercantum dalam Pasal 1-3
BW
2. Asas bahwa setiap orang harus mempunyai nama dan tempat kediaman
hukum (domicile): tercantum dalam Pasal 5a dan seterusnya BW
3. Asas perlindungan kepada orang-orang yang tidak cakap untuk melakukan
perbuatan hukum (rechtsonbekwaam): tercantum dalam Pasal 1330 BW Asas
yang membagi hak manusia ke dalam hak kebendaan dan hak perorangan
4. Asas hak milik itu adalah fungsi sosial: bahwa orang tidak dibenarkan untuk
membiarkan atau menggunakan hak miliknya secara merugikan orang atau
masyarakat (lihat Pasal 1365 BW)
5. Asas pacta sunt servanda: setiap perjanjian itu mengikat para pihak dan
harus ditaati dengan iktikad baik (lihat Pasal 1338 BW)
6. Asas kebebasan dalam membuat perjanjian dan persetujuan: sering juga
dikenal dengan asas kebebasan berkontrak, setiap orang bebas dalam
membuat perjanjian bagaimana pun bentuk dan isinya
dengan syarat tidak bertentangan dengan kesusilaan, tertib hukum, dan
undang-undang yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai