Anda di halaman 1dari 27

PENGANTAR

HUKUM PERDATA
ISTILAH DAN PENGERTIAN
 Hukum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu hukum publik dan
hukum privat (hukum perdata).
 Hukum publik merupakan ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur
kepentingan umum. Misalnya Hukum pidana : hukum pidana material dan
hukum pidana formal (hukum acara pidana), Hukum Tata Negara, Hukum
Administrasi Negara, Hukum Tata Usaha Negara (ada atasan dan ada
bawahan).
 Hukum privat merupakan ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur
kepentingan yang bersifat keperdataan (hukum yang mengatur kepentingan
perseorangan).
 Para sarjana menganggap hukum perdata sebagai hukum yang mengatur
kepentingan perseorangan (pribadi) yang berbeda dengan hukum publik
sebagai hukum yang mengatur kepentingan umum (masyarakat).
 Van Dunne mengartikan hukum perdata, khususnya pada abad ke-19
adalah suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat
esensial bagi kebebasan individu, seperti orang dan keluarganya, hak
milik dan perikatan. Sedangkan hukum publik memberikan jaminan
yang minimal bagi kehidupan pribadi. (mengkaji definisi perdata dari
aspek pengaturannya).
 Vollmar berpendapat bahwa hukum perdata adalah aturan-aturan atau
norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh karenanya
memberikan perlindungan pada kepentingan-kepentingan
perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara kepentingan yang
satu dengan kepentingan yang lain dari orang-orang dalam suatu
masyarakat tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga dan
hubungan lalu lintas. (mengkaji definisi hukum perdata dari aspek
perlindungan hukum dan ruang lingkupnya).
Sudikno Mertokusumo mengartikan hukum perdata adalah
hukum antar perorangan yang mengatur hak dan
kewajiban orang perseorangan yang satu terhadap yang
lain di dalam hubungan kekeluargaan dan di dalam
pergaulan masyarakat. Pelaksanaannya diserahkan masing-
masing pihak. (mengkaji definisi hukum perdata dari aspek
perlindungan hukum dan ruang lingkupnya).
Prof. R. Subekti, S.H. menyatakan bahwa yang dimaksud
hukum perdata adalah segala hukum pokok yang
mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan
Prof. Dr. Ny. Sri Soedewi Masjhoen Sofwan, S.H. menyatakan
yang dimaksud dengan hukum perdata adalah hukum
yang mengatur kepentingan antara warga Negara
perseorangan yang satu dengan warga Negara
perseorangan yang lain.
H. Riduan Syahrani, S.H. menyatakan bahwa hukum
perdata adalah hukum yang mengatur hubungan hukum
antara orang yang satu dengan orang yang lain di dalam
masyarakat yang menitik-beratkan kepada kepentingan
perseorangan (pribadi).
Salim HS, S.H., M.S. mengartikan hukum perdata adalah
keseluruhan kaidah-kaidah hukum (baik tertulis maupun tidak
tertulis) yang mengatur hubungan antara subjek hukum satu
dengan subjek hukum yang lain dalam hubungan
kekeluargaan dan di dalam pergaulan kemasyarkatan.
Wirjono Projodikoro, menyatakan Hukum perdata adalah
hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang
satu dengan orang yang lain di dalam masyarakat yang
menitikberatkan pada kepentingan perseorangan (sifatnya
memaksa : karena ada hubungan dengan ketertiban umum
dan kesusilaan) Pasal 1320 BW.
Mengatur: boleh mengesampingkan peraturan
tersebut (tergantung para pihak ada sanksi atau tidak)
Memaksa: tidak boleh mengesampingkan peraturan
tersebut (ada sanksi atau adanya akibat hukum).
Contohnya Hukum ketenagakerjaan, hukum tanah,
hukum perkawinan (sifatnya ada yang memaksa).
• Abdul Kadir M, menyatakan hukum perdata adalah segala
peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang
yang satu dan orang yang lain.
• Pendapat para sarjana lain Hukum Perdata adalah seperangkat
norma hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang
yang satu dengan orang yang lain dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari- hari.
• Tidak berarti semua hukum perdata secara murni mengatur
kepentingan perseorangan, melainkan karena perkembangan
masyarakat banyak bidang-bidang hukum perdata yang telah
diwarnai sedemikian rupa oleh publik, misalnya bidang
perkawinan, perburuhan, dan sebagainya.
Hukum Perdata ada yang tertulis dan yang tidak tertulis.
Hukum Perdata yang tertulis ialah hukum perdata yang
termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan
peraturan perundang-undangan lainnya, traktat, dan
yurisprudensi. Dibuat oleh pembentuk UU, yang diundangkan
dalam lembaran negara(staatsblad).
Sedangkan Hukum Perdata yang tidak tertulis ialah hukum
adat atau hukum perdata yang timbul, tumbuh dan
berkembang dalam praktek kehidupan masyarakat (kebiasaan).
Yang hidup dan berkembang dalam masyarakat dibuat oleh
masyarakat (adat).
Hukum perdata dalam arti luas : hukum perdata, hukum
dagang, hukum perdata adat, hukum islam, hak cipta,
hukum intergentil,.
Hukum perdata dalam arti sempit : hukum perdata
tertulis “Hukum Perdata saja”.
Hukum Perdata Nasional : hukum perdata yang
pendukung hak dan kewajibannya WNI.
Hukum Perdata Internasional : salah satu pihak WNA.
Hukum Perdata Materil dan Hukum
Perdata Formil Indonesia

Hukum Perdata ada dua macam, yaitu hukum perdata materil


(material) dan hukum perdata formil (formal).
Hukum perdata materil lazim disebut hukum perdata saja
(kesemua kaidah hukum yang mengatur dan menentukan
hak-hak dan kewajiban perdata (KUHPerdata, (BW),
KUHD (WVK), Hukum Adat, Hukum Perdata Islam).
Sedangkan hukum perdata formil lazim disebut hukum acara
perdata. Hukum Hukum Perdata Formal mengatur
tentang tatacara menegakkan dan mempertahankan
adanya hak dan kewajinan yang diatur dalam hukum
perdata material. (HIR, RBg, RV).
• Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia beraneka ragam (pluralistis),
artinya bahwa hukum perdata yang berlaku itu terdiri dari berbagai
macam ketentuan hukum, di mana setiap penduduk mempunyai
sistem hukumnya masing-masing. Ada penduduk yang tunduk pada
hukum adat, hukum Islam, hukum perdata barat. Pluralisme hukum ini
telah ada sejak zaman kolonial Belanda sampai sekarang. Ada dua
penyebab timbulmnya pluralisme dalam hukum perdata, yaitu karena
adanya (1) politik pemerintaha Hindia belanda, dan (2) belum adanya
ketentuan hukum perdata yang berlaku secara nasional.
• Hukum perdata material yang berlaku di Indonesia bersifat
pluralisme,hal ini terkait dengan sejarah politik hukum pada masa
Hindia Belanda berdasarkan Indische Staatsregeling (IS) Stb 1925
No.1415 yang mengatur tentang penggolongan penduduk dan
hukumnya yang berlaku bagi mereka.
 Pemerintah Hindia belanda membagi penduduk di daerah jajahannya atas tiga golongan dalam
ketentuan Pasal 163 IS yang dikemukakan berikut ini :
1. Golongan Eropa, ialah : (a) semua orang Belanda, (b) semua orang Eropa lainnya, (c)
semua orang Jepang, (d) semua orang yang berasal dari tempat lain di negaranya tunduk
kepada hukum keluarga yang pada pokoknya berdasarkan asas yang sama seperti hukum
Belanda, dan (e) anak sah atau diakui menurut undang-undang, dan anak yang dimaksud
sub b dan c yang lahir di Hindia Belanda.
2. Golongan Bumiputra, ialah semua orang yang termasuk rakyat Indonesia asli, yang tidak
beralih masuk golongan lain dan mereka yang semula termasuk golongan lain yang telah
membaurkan dirinya dengan rakyat Indonesia asli.
3. Golongan Timur Asing, ialah semua orang yang bukan golongan Eropa dan golongan
Bumiputra. Timur Asing dibagi menjadi Timur Asing Tionghoa dan bukan Tionghoa.
Termasuk bukan Tionghoa, seperti orang Arab, Pakistan, India dan lain-lain.
Pasal 131 IS mengenai perbedaan sistem hukum yang
diberlakukan bagi mereka mengikuti golongannya.
1. Hukum Perdata dan Dagang, Hukum Pidana dan Hukum
acaranya disusun dalam Kodifikasi;
2. Hukum Untuk Golongan Eropa dianut asas konkordasi;
berlaku hukum di negeri Belanda (yaitu hukum eropa atau
hukum Barat).
3. Untuk golongan Indonesia Asli (Bumiputra) dan Timur
Asing jika kebutuhan kemasyarakatannya menghendaki,
hukum untuk golongan Eropa dapat diberlakukan;
4. Untuk golongan Indonesia asli (Bumiputra) berlaku
hukum adat mereka (termasuk di dalamnya Hukum
Islam atau yang telah direseptio dari Hukum Islam).
Yang tidak menundukan diri ke Hukum Belanda.
5. Bagian 2 dan 3 Bab IV Buku I : Catatan Sipil
tersendiri Burgelijke stand : Timur Asing tionghoa.
6. Hanya sebagian : harta kekayaan yang berlaku
(pribadi, keluarga, waris : berlaku hukum asal mereka)
: timur asing bukan tionghoa.
Sumber Hukum Perdata

 Vollmar membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam, yaitu :


KUHPerdata, Traktat, Yurisprudensi, dan Kebiasaan.
 Adapun yang menjadi sumber hukum perdata tertulis, disajikan sebagai
berikut :
1. Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB)
2. KUHPerdata (BW);
3. KUHD (WVK);
4. Peraturan Perundangan Lainnya; UU No. 5 Tahun 1960 tentang UUPA,
UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, UU No. 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan, UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia, Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.
5. Traktat adalah suatu perjanjian yang dibuat antara dua
negara atau lebih dalam bidang keperdataan. Terutama erat
kaitannya dengan perjanjian internasional.
6. Yurisprudensi atau putusan pengadilan merupakan produk
yudikatif, yang berisi kaidah atau peraturan hukum yang
mengikat pihak-pihak yang berperkara terutama dalam
perkara perdata;
7. Doktrin atau ilmu pengetahuan;
8. Konvensi atau kebiasaan praktek;
9. Perjanjian-perjanjian.
Sejarah Terjadinya Hukum
Perdata
 Hukum perdata tertulis yang berlaku di Indonesia saat ini merupakan ketentuan
pemerintah Hindia Belanda yang diberlakukan berdasarkan asas konkordansi.
Artinya bahwa hukum yang berlaku di negeri jajahan (Hindia Belanda) sama
dengan ketentuan hukum yang berlaku di negeri Belanda.
 Pada mulanya, hukum perdata Belanda dirancang oleh suatu panitia yang
dibentuk pada tahun 1814 yang diketuai oleh Mr. J.M. Kemper (1776-1824). Pada
tahun 1816, J.M. kemper menyampaikan rencana code hukum tersebut kepada
pemerintah Belanda. Rencana code hukum Belanda didasarkan pada hukum
Belanda Kuno. Code hukum ini diberi nama Ontwerp Kemper. Namun, Ontwerp
Kemper ini mendapat tantangan yang keras dari P.Th. Nicolai. Nicolai ini
merupakan anggota parlemen yang berkebangsaan belgia dan juga menjadi
Presiden pengadilan Belgia. Pada tahun 1824, Mr. J.M. Kemper meninggal dunia.
Selanjutnya penyusunan kodifikasi code hukum perdata diserahkan kepada
Nicolai. Akibat perubahan tersebut, hukum yang sebelumnya didasarkan pada
hukum kebiasaan/hukum kono, tetapi dalam perkembangannya sebagian besar
code hukum Belanda didasarkan pada code civil Prancis. Code civil ini juga
meresepsi hukum Romawi, corpus civilis dari hukum kebiasaan/hukum kuno
Belanda dan code civil Prancis.
Berdasarkan atas gabungan berbagai ketentuan tersebut,
maka pada tahun 1838 (1830-1838), kodifikasi hukum
perdata Belanda ditetapkan dengan Stb. 1838. Sepuluh
tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1848, ( 1Mei 1848)
kodifikasi hukum perdata Belanda diberlakukan di
Indonesia dengan Stb. 1848. Jadi pada saat itulah hukum
perdata belanda mulai berlaku di Indonesia, yang hanya
diberlakukan bagi orang-orang Eropa dan dipersamakan
dengan mereka.
• Corpus Juris Civilies (Romawi) Code
Civil/Code Napoleon (Prancis) BW
(Belanda) KUHPerdata Indonesia
Berlakunya Burgerlijk Wetboek
(BW) di Indonesia
 Hukum perdata yang berlaku di Indonesia sekarang ada 2, yaitu
Hukum perdata Barat (hukum perdata bekas peninggalan zaman
kolonial Belanda yang berlakunya di Indonesia berdasarkan aturan
peralihan UUD 1945, yaitu KUHPerdata/BW) dan hukum perdata
nasional (hukum perdata yang diciptakan oleh bangsa Indonesia).
 Kemudian pertanyaan yang muncul adalah apa yang menjadi dasar
hukum berlakunya hukum perdata (BW) di Indonesia sampai
sekarang. Yang menjadi dasar berlakunya BW di Indonesia adalah
Pasal I aturan peralihan UUD 1945 hasil amandemen ke-IV yang
berbunyi : “ segala peraturan perundang-undangan yang ada masih
tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut undang-
undang dasar ini.”
UU Nasional Lapangan Perdata Yang Menyatakan
Tidak Berlaku Beberapa Ketentuan KUHPerdata

1. UU No. 5 Th 1960 (UUPA), lahir 24 Sept 1960.


2. UU No. 1 Th 1974 (Perkawinan), lahir 2 Januari 1974, Pasal
26-418a.
3. Pasal 419-432 BW yang mengatur lembaga pendewasaan
(handlichting) tidak berlaku, dengan adanya Pasal 47 UU No.
1 tahun 1974.
4. UU No. 4 Th 1961 yang mengatur tentang Penggantian nama
: Pasal 5a-12 KUHPerdata Tidak Berlaku.
5. Adanya Yurisprudensi MA : SEMA No. 3 Tahun 1963 (5 Sept
1963) : Pasal 108, 110, 284 (3), 1682, 1579, 1238, 1460, 1603 x
ayat (1 dan 2).
SISTEMATIKA HUKUM
PERDATA
Empat unsur Ciri Kodifikasi Hukum:
1. Meliputi bidang hukum tertentu;
2. Tersusun secara sistematis;
3. Memuat materi hukum yang lengkap dan
komprehensif;
4. Penerapannya memberikan penyelesaian yang
tuntas.
Hukum perdata menurut ilmu pengetahuan
lazimnya dibagi dalam 4 bagian yaitu :

1. Hukum perorangan/badan pribadi (personenrecht)


Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang seseorang
manusia sebagaipendukung hak dan kewajiban (subyek hukum), tentang umur,
kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum, tempat tinggal (domisili) dan
sebagainya.
2. Hukum keluarga (familierecht)
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum yang
timbul karena hubungan keluarga/kekeluargaan seperti perkawinan,perceraian,
hubungan orang tua dan anak, perwalian, curatele, dan sebagainya.
3. Hukum harta kekayaan (vermogenrecht)
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur
hubungan hukum seseorang dalam lapangan harta
kekeyaan, seperti perjanjian, milik, gadai dan sebagainya.
4. Hukum waris (erfrecht)
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur
tentang benda atau harta kekayaan seseorang yang telah
meninggal dunia. Dengan kata lain hukum waris adalah
hukum yang mengatur peralihan benda dari orang yang
meninggal dunia kepada orang yang masih hidup (ahli
warisnya).
Sistematik Hukum Perdata menurut Undang-Undang
yaitu susunan hukum perdata sebagaimana termuat
dalam BW yang terdiri dari 4 Buku :

1. Buku I : tentang orang (van personen) 18Bab, Ps.1-Ps.498


Buku Pertama “ Perihal Orang” yang Mengatur Tentang
Diri Seseorang Sebagai Subyek Hukum dan Mengatur
Tentang Hukum Keluarga.
2. Buku II : tentang benda (van zaken) 21 Bab, ps. 499-Ps.
1232
Buku Kedua “Perihal Benda”yang Mengatur Tentang
Hukum Kebendaan atau Harta Kekayaan dan Hukum
Waris.
3. Buku III : tentang perikatan (van verbintenissen) 18 Bab, Ps.
1233- Ps.1864
Buku Ketiga “Perihal Perikatan” yang Mengatur Tentang
Hukum Kekayaan Yang Menyangkut Hak dan Kewajiban Yang
berlaku Terhadap Orang-orang Pihak-Pihak Tertentu (Hak
Kebendaan Yang bersifat Relatif)
4. Buku IV : tentang pembuktian dan daluwarsa (van bewijs en
verjaring) 7 Bab, Ps. 1865-1993.
Buku Keempat “Perihal Pembuktian dan Lewat waktu”
yang Mengatur Tentang Alat-alat Bukti dan Pengaruh atau
Akibat-akibat Lewat Waktu Terhadap Hubungan-Hubungan
Hukum.

Anda mungkin juga menyukai