Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HUKUM PERDATA

SISTEMATIKA HUKUM PERDATA

DISUSUN OLEH:

SINTIYA NADELA

ELIYA ROSITA RAYES

PRODI HUKUM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hukum di Indonesia merupakan campuran dari beberapa sistem hukum Eropa, hukum agama,
dan hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana berbasis pada
hukum Eropa, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia merupakan
wilayah jajahan dengan sebutan Hindia-Belanda (Nederlandsch-indie). Hukum agama karena
sebagian besar masyarakat indonesia menganut islam, maka dominasi hukum atau syariat islam
lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan, dan warisan. Selain itu, di indonesia
juga berlaku sistem hukum adat yang diserap dalam perundang-undangan atau yurisprudensi,
yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada diwilayah nusantara.

Salah satu yang berlaku di indonesia adalah Hukum perdata. Hukum perdata di indonesia
berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) atau dalam bahasa Belanda
adalah Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW). Ada hal hal yang perlu diketahui dalam
memahami apa sebenarnya dari hukum perdata. Banyak ahli-ahli hukum terus memberi
pendapatnya terkait dengan pengertian dari hukum perdata. Walaupun banyak yang
berpendapat,pada dasarnya semua tidak ada yang salah, semuanya benar karena pendapat dari
para ahli itu dapat berbeda karena dari sudut pandang dari para ahli hukum tersebut.

Selain itu, untuk mengaklasifikasi dari hukum perdata harus dilihat dari beberapa sistematika,
baik dari sistematika keilmuan maupun dari sistematika perundang-undangan. Juga pada
perbedaan dari hukum perdata dengan ilmu hukum lainnya. Namun pada perbedaan-perbedaan
secara spesifiknyaperlu untuk dianalisa secara lebih lanjut. Untuk hal itu, pada makalah ini akan
menjelaskan sistematika hukum perdata yang mencakup berbagai hal, yakni pengertian hukum
perdata, sumber hukum perdata, dan hal-hal yang menyangkut tentang hukum perdata.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian hukum perdata?
2) Bagaimana ruang lingkup hukum perdata
3) Bagaimana sumber hukum perdata?
4) Bagaimana sistem hukum perdata di indonesia?
5) Bagaimana sejarah hukum perdata di indonesia?
6) Bagaimana sistem hukum perdata?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian hukum perdata, ruang
lingkup hukum perdata, sumber hukum perdata, sistem hukum perdata di Indonesia, sejarah
hukum perdata di Indonesia, dan sistematika hukum perdata.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian hukum perdata

Ada beberapa sarjana yang memberikan pengertian tentang hukum perdata, di antaranya:

1. Subekti
“Hukum perdata dalam arti luas meliputi semua hukum privat, yaitu segala hukum pokok
yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan.”

2. Sri soedewi masjchoen sofwan


“Hukum perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan antara warga negara
perseorangan yang ada dengan warga negara perseorangan yang lain.”

3. Wirjono prodjodikoro
“Hukum perdata adalah suatu rangkaian hukum antara orang-orang atau badan hukum
satu sama lain tentang hak dan kewajiban.”

4. Sudikno mertokusumo
“Hukum perdata adalah hukum antar perorangan yang mengatur hak dan kewajiban
perorangan yang satu terhadap yang lain didalam hubungan keluarga dan di dalam
pergaulan masyarakat. Pelasanaannya di serahkan masing-masing pihak.”

5. Asis safioedin
“Hukum perdata adalah hukum yang memuat peraturan dan ketentuan hukum yang
meliputi hubungan hukum antara orang yang satu dengan yang lain (antara subyek
hukum yang satu dengan subyek hukum yang lain) di dalam masyarakat dengan menitik
beratkan kepada kepentingan perorangan.”

Beberapa para ahli memberikan batasan hukum perdata, seperti salah satunya Van Dunne. Van
Dunne mengartikan hukum perdata, khususnya pada abad ke -19 adalah:
“Suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan individu
seperti orang dan keluarganya, hak milik dan perikatan. Sedangkan hukum publik memberikan
jaminan yang minimal bagi kehidupan pribadi.”

Pendapat lain yaitu Vollmar,dia mengratikan hukum perdata adalah:

“aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan batasan dan oleh karenanya memberikan
perlindungan pada kepentingan perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara kepentingan
yang satu dengan kepentingan yang lain dari orang-orang dalam sutau masyarakat tertentu
terutama yang mengenai hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas.”

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengertian hukum perdata yang di paparkan para ahli
di atas, kajian utamanya para peraturan tentang perlindungan antara orang yang satu dengan
orang lain, akana tetapi di dalam ilmu hukum subyek hukum bukan hanya orang tetapi badan
hukum juga termasuk subyek hukum,jadi untuk pengertian yang lebih sempurna yaitu
keseluruhan kaidah-kaidah hukum (baik tertulis maupun tidak tertulis) yang mengatur hubungan
antara subjek hukum satu dengan yang lain hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan
kemasyarakatan.

Dari beberapa pengertian-pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
dari hukum perdata itu adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang atau badan
hukum yang satu dengan orang atau badan hukum yang lain di dalam masyarakat dengan
menitikberatkan kepentingan perseorangan (pribadi) badan hukum.

Hukum perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan antara individu-
individu dalam masyarakat. Dalam tradisi hukum di daratan Eropa (civil law) dikenal pembagian
hukum menjadi dua yakni hukum publik dan hukum privat atau hukum perdata.
2.2 Ruang lingkup hukum perdata

1. Hukum perdata dalam ati luas

Hukum perdata dalam arti luas pada hakekatnya meliputi semua hukum privat materil, yaitu
segala hukum pokok (hukum materil) yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan.
termasuk hukum yang tertera dalam KUHPerdata (BW), KUHD, serta yang diatur dalam
sejumlah peraturan (undang-undang) lainnya,seperti mengenai koperasi, peniagaan, kepailitan,
dll.

2. Hukum perdata dalam arti sempit

Hukum perdata dalam arti sempit, ada kalanya diartikan sebagai lawan dari hukum dagang.
Hukum perdata dalam arti sempit ialah hukum perdata sebagaimana terdapat di dalam
KUHPerdata.

Jadi hukum perdata tertulis sebagaimana di atur didalam KUHPerdata merupakan hukum perdata
dalam arti sempit. Sedangkan hukum perdata dalam arti luas termasuk didalamnya hukum
perdata yang terdapat dalam KUHPerdata dan hukum dagang yang terdapat dalam KUHD.

Hukum perdata juga meliputi hukum acara perdata, yaitu ketentuan-ketentuan yang mengatur
tentang cara seseorang mendapatkan keadilan dimuka hakim berdasarkan hukum perdata,
mengatur mengenai bagaimana aturan menjalankan gugatan terhadap seseorang, kekuasaan
pengadilan mana yang berwenang untuk menjalankan gugatan dan lain sebagainya

Hukum perdata juga terdapat di dalam undang-undang hak cipta UU tentang merk dan paten
kseluruhanya termasuk dalam hukum perdata dalam arti luas.

2.3 Sumber hukum perdata

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai
kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan
timbulnya sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum perdata adalah asal mula hukum pedata
atau tempat dimana hukum perdta ditemukan.
Volamar membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam yaitu KUHPerdata, traktat,
yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat sumber tersebut dibagi lagi menjadi dua macam,
yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak tertulis. Yang dimaksud dengan sumber hukum
perdata tertulis yaitu tempat ditemukannya kaidah-kaidah hukum perdata yang berasal dari
sumber tertulis.

Umumnya kaidah hukum perdata tertulis terdapat di dalam peraturan perundang-undangan,


traktat, yurisprudensi. Sumber hukum perdata tidak tertulis adalah tempat ditemukannya kaidah
hukum perdata yang berasal dari sumber tidak tertulis. Seperti terdapat dalam hukum kebiasaan.

Yang menjadi sumber perdata tertulis yaitu:

1. AB (algemene van wetgeving) ketentuan umum pemerintah hindia belanda


2. KUHPerdata
3. KUH dagang
4. UU No 1 tahun 1974
5. UU No 5 tahun 1960 tentang agraria

2.4 Sistem hukum perdata di Indonesia

Istilah “hukum perdata” (privat recht) dipakai sebagai lawan dari istilah “hukum publik”
(publiekrecht). Yang dimaksud dengan hukum perdata adalah seperangkat/kaidah hukum yang
mengatur perbuatan atau hubungan antara manusia/badan hukum perdata untuk kepentingan para
pihak sendiri dan pihak-pihak lain yang bersangkutan dengannya. Tanpa melibatkan kepentingan
public/umum/masyarakat yang lebih luas. Karena itu, hukum perdata tidak tergolong kepada
hukum public dimana hukum public menyangkut dengan kepentingan umum.

Hukum perdata di Indonesia bersumber dari :

1. Undang-undang ini adalah sumber sangat penting dari hukum perdata di Indonesia, yang
antara lain terdiri dari :
a. Kitab undang-undang hukum perdata (sebagai sumber utama)
b. Berbagai undang-undang lainnya seperti :
1) Undang-undang pokok graria.
2) Undang-undang perkawinan.
3) Undang-undang hak tanggungan.
4) Undang-undang tenaga kerja.
c. Berbagai peraturan perundang-undangan yang tingkatannya dibawah undang-undang.
2. Hukum adat.
3. Hukum islam.
4. Hukum agama lain selain islam.
5. Yurisprudensi.
6. Perjanjian yang dibuat antara para pihak.
7. Pendapat ahli.
8. Traktat. khususnya yang berkenan dengan perdata internasional.

Hukum perdata yang berlaku bagi rakyat indonesia berbeda-beda semula, dengan berlakunya
ketentuan di zaman belanda (pasal 131) juncto (pasal 163 IS). Maka hukum (termasuk hukum
perdata) yang berlakunya bagi bangsa indonesia adalah sebagai berikut :

1. Bagi golongan eropa dan timur asing tionghoa, berlaku KUH Perdata. Akan tetapi kemudian,
sesuai dengan perkembangan dalam yurisprudensi, maka banyak ketentuan KUH Perdata
berlaku bagi semua penduduk indonesia tanpa melihat golongan asal usul mereka. Dalam hal
itu, semua orang indonesia tanpa melihat golongan penduduknya, dianggap telah
menundukkan diri secara diam-diam kepada sistem hukum yang terdapat dalam KUH
Perdata.
2. Bagi timur asing lainnya, berlaku hukum adatnya masing-masing.
3. Bagi golongan penduduk indonesia berlaku hukum adat indonesia.

Jadi, KUH Perdata merupakan sumber hukum utama bagi penduduk indonesia. Dengan berbagai
undang-undang yang telah mencabut beberapa hal, seperti UU pokok agraria, UU perkawinan,
UU hak tanggungan, UU tenaga kerja.

KUH Perdata indonesia adalah tidak lain terjemahan dan KUH Perdata belanda yang berlaku di
negeri belanda, sedangkan KUH Perdata belanda berasal dari KUH Perdata prancis yang dibuat
di masa berlakunya napoleon bonaparte, sehingga terhadapnya disebut dengan kitab undang
Undang Napoleon (code napoleon). Sedangkan napoleon bonaparte membuat kitab undang-
undang dengan mengambil sumber utamanya adalah kitab undang-undang hukum romawi yang
dikenal dengan corpus juris civilis. Kitab undang-undang Napoleon tersebut berdiri diatas tiga
pillar utama sebagai berikut :

1. Konsep hak milik individual.


2. Konsep kebebasan berkontrak.
3. Konsep keluarga patrilineal.

Bidang bidang yang termasuk ke dalam golongan hukum perdata terdapat dua pendekatan :

1. Pendekatan sebagai sistematika undang-undang.


2. Pendekatan melalui doktrin keilmuan hukum.

Apabila dilakukan melalui pendekatan sebagai sistematika undang-undang dalam hal ini sesuai
dengan sistematika dari kitab undang-undang hukum perdata (KUH Perdata) atau yang dikenal
dengan istilah BW (Burgerlike Wertboek), maka hukum perdata di bagi ke dalam bidang-bidang
sebagai berikut:

1. Hukum tentang orang (personen recht)


2. Hukum tentang benda (zaken recht)
3. Hukum tentang perikatan (verbintenissen recht)
4. Hukum tentang pembuktian dan kadaluarsa (lewat waktu) (vanbewijs en verjaring).

Sementara apabila dilakukan pendekatan melalui doktrin keilmuan hukum, maka hukum perdata
terdiri dari bidang sebagai berikut:

1. Hukum tentang orang (personal law)


2. Hukum keluarga (family law)
3. Hukum harta kekayaan (property law)
4. Hukum waris (beritage law)

Kitab undang-undang hukum perdata indonesia merupakan terjemahan dari Burgerlijke Wetboek
(BW) dari negeri belanda. Sementara BW belanda tersebut merupakan terjemahan dari kode civil
dari prancis, yang dibuat semasa pemerintahan napoleon bonarpate. Pemerintah belanda
melakukan hukum belanda di negara jajahannya di lakukan berdasarkan asas dalam hukum yang
disebut dengan asas konkordansi.

Kemudian, sebagaimana diketahui bahwa disiplin hukum perdata secara utuh hanya dikenal
dalam sistem hukum eropa continental, termasuk dalam sistem hukum indonesia, karena hukum
indonesia dalam hal ini berasal dari system hukum belanda. Hal ini sebagai konsekuensi logis
dari diberlakunya disana system kodifikasi, yakni system yang memusatkan hukumm-hukum
dalam kitab hukum, semacam kitab undamg-undang hukum perdata indonesia. Akan tetapi di
negara-negara yang tidak berlaku system kodifikasi, seperti dinegara-negara yang menganut
system hukum Anglo Saxon (misalnya di inggris, austraiia atau amerika serikat) tidak dikenal
hukum disiplin perdata secara utuh, sehingga disana tidak ada yang namanya hukum perdata.
Yang ada hanyalah pecahan-pecahan dari hukum perdata, seperti hukum kontrak (contract),
hukum benda (property), perbuatan melawan hukum (tort), hukum perkawinan (marriage), dan
lain-lain.

2.5. Sejarah hukum perdata di indonesia

Hukum perdata yang berlaku sekarang ini di indonesia adalah hukum prdata belanda atau BW
(buegerlijk wetboek). Hukum perdata belanda ini juga berasal dari hukum perdata perancis (code
napolion), karena pada waktu itu pemerintahan napolion bonaparti perancis pernah menjajah
belanda. Adapun code napolion itu sendiri disusun berdasarkan hukum romawi, yakni corpus
juris civils yang pada waktu itu dianggap sebagai hukum yang paling sempurna

Selanjutnya setelah belanda merdeka dari kekuasaan perancis, belanda menginginkan


pembentukan kitab undang-undang perdata sendiri terlepas dari pengaruh kekuasan perancis.
Untuk mewujutkan keinginan belanda tersebut, maka dibentuklah suatu panitia yang diketahui
oleh Mr. J.M. Kemper dan bertugas membuat rencara kodifikasi hukum perdata belanda dengan
menggunakan sebagai sumbernya sebagian besar dari “code napolion”dan sebagian kecil berasal
dari hukum belanda kuno.

Pembentukan kodifikasi perdata belanda baru selesai pada tanggal 5 juli 1830, dan diberlakukan
pada tanggal 1 oktober 1838. Hal ini disebabkan karena pada bulan agustus 1830 terjadi
pemberontakan didaerah bagian selatan belanda yang memisahkan diri dari kerajaan belanda
yang sekarang ini disebut kerajaan belgia.

Walaupun hukum perdata belanda atau BW merupakan kodifiksi bentukan nasional belanda,
namun isi dan bentuknya sebagian besar serupa dengan code civil prancis. Dalam hal ini oleh
J.Van Kan menjelaskan bahwa BW adalah saduran dari cide civil, hasil jiplakan yang disalin dari
bahasa prancis ke dalam bahasa belanda.

Kemudian hukum perdata atau BW belanda yang berlaku di indinesia adalah hukum pwedata
atau BW belanda, karena belanda pernah menjajah indonesia. Jadi BW belanda juga
diberlakukan di hindia belanda (indonesia) berdasarkan asas korkondansi (persamaan). Adapun
BW hindia belanda (indonesia) ini disahkan oleh raja pada tangaal 16 mei 1846, yang
diundangkan melalui staatsbland Nomor 23 tahun 1847, dan dinyatak berlaku pada tanggal 1 mei
1848.

Setelah indonesia merdeka, maka BW hindi belanda tetap dinyatakan berlaku. Hal tersebut
berdasarkan pasal II aturan peralihan undang-undang dasar 1945 sebelum diamandeme yang
berbunyi “segala badan negara dan peraturan yang ada, masih langsung berlaku,selama belum
diadakan yang baru menurut undang-udang dasar itu”. Atau pasal 1 aturan peralihan undang-
undang dasar 1945 hasil amandeme yang berbunyi “segala peraturan perundang-undanganyang
ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut undang-undang ini”.oleh
karena itu BW hindia belanda ini disebut dengan kitab undang-undang hukum perdata indonesia,
sebagai induk hukum perdata indonesia.

2.6. Sistematika hukum perdata

Sistematika hukum perdata menurut ilmu pengetahuan hukum dengan sistematika hukum perdata
menurut kitab undnag-undang hukum perdata (KUH Perdata) terdapat perbedaan.

1. Sistematika hukum perdata menurut ilmu pengetahuan

Adapun sistematika hukum perdata menurut ilmu pengetahuan hukum dibagi atas 4 bukum atau
bagian, yaitu:
Buku I : hukum perorangan (personen recht), berisikan peraturan-peraturan yang mengatur
keduudkan orang dalam buku kewenagan seseorang serta akibat-akibat hukumnya.

Buku II : hukum keluarga (familie recht), berisikan peratuarn-peraturan yang mengatur


hubungan antara orang tua dengan anak-anak, hubungan antara suami dan istri, serta hak-hak
kewajiban masing-masing,

Buku III : hukum harta kekayaan (vermogens-recht) berisikan peraturan-perstursn yang


mengatur kedudukan benda dalam hukum berbagai hak-hak kebendaan.

Buku IV : hukum waris (efrecht), berisikan peraturan-peraturan mengenai kedudukan benda-


benda yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia.

2. Sistematika hukum perdata menurut KUH Perdata (BW)

Sedangkan sistematika hukum perdata menurut kitab undang-undang hukum pedata (KUH
Perdata) tediri atas 4 macam buku atau bagian, yaitu:

Buku I : tentang orang (van personen), berisikan hukum perorangan dan hukum perdata.

Buku II : tentang benda (van zaken), berisikan hukumharta kekayaan dengan hukum waris.

Buku III : tentang perikatan (van verbintennissen), berisikan hukum perikatan yang lahir dari
undang-undang dan dari persetujuan-persetujuan / perjanjian-perjanjian.

Buku IV : tentang pembuktian dan daluarsa (ven-bewijs en verjaring)berisikan tentang


peraturan-peraturan tentang alat-alat bukti dan kedudukan benda-benda akibat waktu (verjaring).

Apabila diperhatiakan antara sistematika hukum perdata menrut ilmu pengetahuan hukum
dengan sistematika hukum perdata menurut kitab undang-undang hukum perdata / BW terhadap
perbedaaan. Adapun pebedaan ini disebabkan karena latar belakang penyusunya. Adapun
penyusun atau sistematika ilmu pengetahuan hukum ini didasarkaan pada perkembanagan siklus
kehidupan manusia, seperti lahir kemudian menjadi dewasa (kawin), dan selanjutnya cari harta
(nafkah hidup), dan akhirnya mati (pewaris).
Sedangkan penyusun atau sistematika BW didasarkan pada sistem individualisme (kebebasan
individual) sebagai pengaruh dari revolusi perancis. Hak milik (eigendom) adalah sental tidak
dapat diganggu oleh siapapun juga. Adlam hal ini perbedaan sitematika tersebut dapat dilihat di
bawah ini :

1. Buku I hukum perdata menurut ilmu pengetahuan hukum memuat tentang manusia pribadi
dan badan hukum, keduanya sebagai pendukung hak dan kewajian. Sedangkan buku I hukum
perdata menurut BW (KUH Perdata) memuat ketentuan mengenai manusia pribadi dan
keluarga (perkawinan).
2. Buku II hukum peedata menurut ilmu pengetahuan hukum memuat tentang ketentuan
keluarga (perkawinan dan segala akibatnya). Sedangkan buku II perdata menurut BW (KUH
Per) memuat ketentuan tentang benda dan waris.
3. Buku III hukum perdata menurut ilmu pengetahuan ketentuan tentang harta kekayaan yang
meliputi benda dan perikatan. Sedangkan buku III hukum perdata menurut ketentuan tentang
perkatan saja.
4. Buku IV hukum perdata menurut ilmu pengetahuan hukum menurut ketentuan tentang
pewarisan. Sedangkan buku IV hukum perdata menurut BW (KUH Per) memuat tentang
ketentuan tentang bukti dan daluarsa.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hukum pedata adalah hukum yang mengatur hubungan antar perorangan di dalam
masyarakat. Hukum pedata dalam arti luas adalah bahan hukum sebagaimana tertera dalam kitab
undang-undang hukum perdata (BW). Kitab undang-undang hukum dagang (WVK) beserta
sejumlah undang-undang yang disebut undang-undang tambahan lainnya. Hukum perdata dalam
arti sempit adalah hukum perdata sebagaimana terdapat dalam kitab undang-undang hukum
perdata (BW). Subekti mengatakan hukum perdata dalam arti luas meliputi semua hukum privat
materil, yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan perseorangan. Hukum perdata
adakalanya dipakai dalam arti sempit sebagai lawan hukum dagang.

Menurut ilmu pengetahuan hukum, hukum perdata dapat dibagi ke dalam 4 bagian, yaitu:

1. Hukum peroranagan (personenrecht)


2. Hukum keluarga (familierecht)
3. Hukum harta kekayaan (vermogensrecht)
4. Hukum waris (arfrecht)

Sedangkan sistematika hukum perdata menurut kitab undang-undang hukum perdata (KUH
Perdata) terdiri atas 4 bagian, yaitu:

1. Hukum tentang orang (van personen)


2. Hukum tentang benda (van zaken)
3. Hukum tentang perikatan (van verbintennissen)
4. Hukum tentang pembuktian dan daluarsa (van-bewijs en verjaring).

Anda mungkin juga menyukai