Anda di halaman 1dari 5

Perbedaan Kodifikasi dengan

Unifikasi Hukum

Sovia Hasanah, S.H.Si Pokrol


Bacaan 16 Menit
Pertanyaan
Apa perbedaan kodifikasi dan unifikasi?

Ulasan Lengkap
Intisari:

Unifikasi merupakan penyatuan hukum yang berlaku secara nasional atau penyatuan
pemberlakuan hukum secara nasional, sedangkan kodifikasi adalah pembukuan hukum
dalam suatu himpunan undang-undang dalam materi yang sama.

Contoh kodifikasi adalah hukum pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
hukum perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan hukum dagang dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Sedangkan contoh unifikasi adalah dibentuknya UU
Perkawinan sebagai penyatuan dan penyeragaman hukum untuk diberlakukan di negara
Indonesia sebagai hukum nasional yang mengatur tentang perkawinan.

Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.
Ulasan:

Terima kasih atas pertanyaan Anda.

Kodifikasi Hukum
Menurut Black Law Dictionary 9th Edition pengertian kodifikasi adalah:

Codification - the process of compiling, arranging, and systematizing the laws of a


given jurisdiction, or of a discrete branch of the law into an ordered code.

Kodifikasi hukum menurut R. Soeroso dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum (hal. 77)
adalah pembukuan hukum dalam suatu himpunan undang-undang dalam materi yang sama.

Tujuan dari kodifikasi hukum adalah agar didapat suatu rechtseenheid (kesatuan hukum) dan
suatu rechts-zakerheid (kepastian hukum).[1]

Menurut Satjipto Rahardjo dalam bukunya Ilmu Hukum, (hal. 92), tujuan umum dari
kodifikasi adalah untuk membuat kumpulan peraturan-undangan itu menjadi sederhana dan
mudah dikuasai, tersusun secara logis, serasi, dan pasti.

Belajar Hukum Secara Online dari Pengajar Berkompeten Dengan Biaya


Terjangkau
Mulai Dari
Rp 149.000
Lihat Semua Kelas

Yang dianggap sebagai suatu kodifikasi nasional yang pertama adalah Code Civil Perancis
atau Code Napoleon. Dinamakan Code Napoleon karena Napoleonlah yang memerintahkan
dan mengundangkan Undang-Undang Perancis sebagai Undang-Undang Nasional pada
permulaan abad XVIII setelah berakhirnya revolusi politik dan sosial di Perancis.[2]

Contoh kodifikasi adalah hukum pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, hukum
perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hukum dagang dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang.[3]
Mengapa tumbuh kodifikasi hukum? Adalah untuk mengatasi tidak adanya kepastian
hukum dan kesatuan hukum di suatu negara. Di Indonesia, sebelum adanya kodifikasi atau
hukum nasional yang berlaku adalah hukum adat. Menurut V. Vollenhoven di Indonesia
terdapat 19 macam masyarakat hukum adat atau rechtsgemeenschappen. Tiap-
tiap rechtsgemeenschap memiliki hukum adatnya sendiri yang berbeda dengan hukum adat
di rechtsgemeenschap yang lain, sehingga bagi keseluruhan wilayah Indonesia tidak ada
kesatuan dan kepastian hukum.[4]

Jadi secara nasional tidak terdapat kesatuan hukum dan kepastian hukum karena masing-
masing daerah memakai hukumnya sendiri-sendiri yang berbeda-beda antara yang satu
dengan yang lain. Maka demi adanya kesatuan dan kepastian hukum, Indonesia memerlukan
hukum yang bersifat nasional, yang berlaku bagi seluruh warga negara Indonesia.[5] Oleh
karenanya, diperlukan kodifikasi.

Unifikasi Hukum
Umar Said dalam bukunya Pengantar Hukum Indonesia Sejarah dan Dasar-Dasar Tata
Hukum Serta Politik Hukum Indonesia yang dikutip oleh Anak Agung Putu Wiwik
Sugiantari, Dosen Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati
Denpasar, dalam Jurnal Advokasi Vol. 5 Perkembangan Hukum Indonesia dalam
Menciptakan Unifikasi dan Kodifikasi Hukum (hal. 118), menyebutkan
bahwa unifikasi adalah penyatuan hukum yang berlaku secara nasional atau penyatuan
pemberlakuan hukum secara nasional.

Penyatuan hukum secara nasional untuk hukum yang bersifat sensitif yaitu hukum-hukum
yang mengarah kepada pelaksanaan hukum kebiasaan sangat sulit untuk diunifikasi karena
masing-masing daerah memiliki adat istiadat yang berbeda seperti contohnya Undang-
Undang tentang Pornografi yang banyak mendapat penolakan dari masyarakat di daerah yang
menganggap jika dilaksanakan akan mempengaruhi esensi pelaksanaan kegiatan adat di
daerah mereka.[6]

Contoh unifikasi hukum lainnya yang kami temukan adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan (“UU Perkawinan”) dimana di setiap wilayah Indonesia memiliki
adat tersendiri dalam perkawinan. Oleh karenanya, dibentuklah UU Perkawinan sebagai
penyatuan dan penyeragaman hukum untuk diberlakukan di negara Indonesia sebagai hukum
nasional.

Jadi, perbedaan antara kodifikasi dengan unifikasi adalah unifikasi merupakan penyatuan
hukum yang berlaku secara nasional atau penyatuan pemberlakuan hukum secara nasional,
sedangkan kodifikasi adalah pembukuan hukum dalam suatu kumpulan Undang-Undang
dalam materi yang sama.

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Referensi:
1. Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari. 2015. Perkembangan Hukum Indonesia dalam
Menciptakan Unifikasi dan Kodifikasi Hukum.
2. R. Soeroso. 2011. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
3. Satjipto Rahardjo. 1991. Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
[1] R. Soeroso, hal. 77
[2] R. Soeroso, hal. 77
Jurnal Advokasi Vol. 5 Perkembangan Hukum Indonesia dalam
[3]
Menciptakan Unifikasi dan Kodifikasi Hukum (hal. 119)
[4] R. Soeroso, hal. 78
[5] R. Soeroso, hal. 79
Jurnal Advokasi Vol. 5 Perkembangan Hukum Indonesia Dalam
[6]
Menciptakan Unifikasi Dan Kodifikasi Hukum (hal. 118)

Anda mungkin juga menyukai