Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

IJAB QABUL
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih munakahat jinayat

Dosen Pembimbing

Dr. Taufiqurrahman M.Sy

Disusun oleh :

1. Kholifatun Nisa’ (21S1PAI0111)

2. Amalia Rachmawati (21S1PAIO112)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ijab Qabul” dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas dosen pada studi Fiqih Munakahat Jinayat di Institut Agama
Islam Bunga Bangsa Cirebon. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang masalah ijab qabul. Penulis mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada Bapak dosen Dr Taufiqurrahman M.Sy, selaku dosen studi
Fiqih Munakahat Jinayat .Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Pati, 4 Februari 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Masalah Islam merupakan agama yang sempurna dan universal. Segala urusan
kehidupan manusia mulai dari yang terkecil hingga yang paling besar diatur di dalam hukum-
hukum Islam. Begitu pun hukum pernikahan dalam Islam. Pernikahan dalam Islam diatur
sedemikian rupa agar manusia bisa menjalani pernikahan yang benar sesuai tuntunan Islam.
Pernikahan merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan. Hal ini karena pernikahan adalah
fitrah manusia. Namun, hal yang sering terjadi pada saat ini adalah salah dalam menjalankan
pernikahan. Sehingga menyebabkan pernikahan itu tidak barokah, rumah tangga berantakan,
dan akhirnya berujung pada perceraian. Di dalam pernikahan secara Islam mengenal wali
nikah. Wali Nikah adalah orang yang paling berhak menikahkan wanita merdeka. Namun,
banyak masyarakat yang kurang paham tentang wali nikah. Selain itu dalam prosesi Ijab
Qabul calon pengantin laki-laki terkadang masih sering keliru dalam mengucapkan kalimat
Ijab Qabul. Karena itulah Islam mengatur pernikahan, mulai dari proses hingga bagaimana
menjalani pernikahan tersebut yang benar sesuai dalam pandangan Islam.

2. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari ijab qobul ?


2. Apa saja syarat dalam melakukan ijab qobul ?
3. Apa penyebab ijab qobul tidak sah ?

3. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari ijab qobul


2. Untuk mengetahui syarat-syarat dalam melakukan ijab qobul
3. Untuk mengetahui apa saja penyebab ijab qobul menjadi tidak sah
BAB II

PEMBAHASAN

1.Pengertian Ijab Qobul

Pengertian sighat akad adalah ijab dan qobul. Ijab secara umum diartikan sebagai apa
yang muncul pertama kali dari salah satu pelaku akad, sedangkan qobul adalah apa yang
muncul berikutnya dari pelaku akad kedua sebagai tanggapan atas ijab. Dalam konteks
pernikahan, ijab dipahami sebagai ucapan wali atau yang mewakili untuk menikahkan
perempuan (mempelai perempuan ) yang berada di bawah perwaliannya, baik berupa kata-
kata, tulisan, atau isyarat yang mengungkapkan adanya keinginan terjadinya akad. Sedangkan
qobul adalah pernyataan yang datang dari pihak kedua baik berupa kata-kata, tulisan, atau
isyarat yang mengungkapkan persetujuan dan ridhonya. Ijab tak harus muncul dar ipihak
perempuan, jika pihak laki-laki mengucapkan pertama kepada wali perempuan “ aku nikahi
putrimu atau nikahkan aku dengan dengan purimu bernama fulanah” wali menjawab “iya,
aku nikahkan kamu dengan putriku atau aku terima “. Maka ucapan pertama di namakan ijab
dan ucapan kedua adalah qobul. Dengan kata lain, ijab adalah bentuk ucapan baik yang
memberikan arti akad atau transaksi, dengan catatan jatuh pada urutan pertama. Sedangkan
qobul adalah bentuk ucapan untuk menjawab yang jatuh kepada pihak kedua dari pihak mana
saja.

Dasar Hukum Akad Nikah

Dalam suatu pernikahan, akad nikah merupakan sesuatu yang wajib adanya. Karena ia adalah
salah satu rukun dalam pernikahan. Dasar hukum wajibnya akad nikah dalam suatu
pernikahan yaitu Firman Allah swt.: ‫أ‬

‫ﺾ ﱠواَ َﺧﺬْنَ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ﱢﻣ ْﯿﺜَﺎﻗًﺎ َﻏﻠِ ْﯿﻈًﺎ‬


ٍ ‫ﻀ ُﻜ ْﻢ اِ ٰﻟﻰ ﺑَ ْﻌ‬
ُ ‫ْﻀﻰ ﺑَ ْﻌ‬
ٰ ‫َو َﻛﯿْﻒَ ﺗَﺄْ ُﺧﺬُوْ ﻧَﮫٗ َوﻗَ ْﺪ اَﻓ‬

Artinya: Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah
bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah
mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat (Q.S. An-Nisa/4: 21) .
Ayat di atas menunjukkan bahwa harus adanya suatu perjanjian yang dilakukan dalam suatu
pernikahan sebagai suatu ikatan dalam perkawinan antara mempelai pria dan wanita.
Perjanjian inilah yang disebut sebagai akad nikah.

2.Syarat dalam Ijab Qobul

A. Syarat ijab nikah


 Tidak boleh merubah dan menggunakan kata-kata yang dikarang sendiri
 Ijab harus diucapkan oleh wali nikah yaitu bapak dari calon pengantin wanita atau
yang diwakilkan jika bapaknya sudah meninggal
 Ijab tidak boleh memiliki persyaratan ketika ijab dilafadzkan

B. Syarat qabul nikah


 Perkataan qabul harus sesuai perkataan ijab
 Kata yang diucapkan tidak boleh mengandung kata-kata sindiran
 Diucapkan oleh calon pengantin pria. Jika calon suami tidak bisa bicara maka boleh
diwakilkan
 Tidak boleh dikaitkan pada waktu tertentu (nikah mut’ah)
 Tidak memiliki persyaratan pada saat qabul diucapkan
 Harus menyebutkan calon istrinya dengan binti siapa saat qabul diucapkan
 Menyebutkan mahar

C. Syarat ijab qobul ialah


 Kedua belah pihak yang melakukan ijab dan qabul harus sudah tamyis.
 Ijab qabul harus dilakukan dalam satu majelis
 Lafadz ijab qabul harus bersambung
 Ucapan qabul tidak menyalahi ijab
 Kedua belah pihak harus mendengar lafadz ijab qabul
 Ucapan ijab qabul harus mutlak
 Boleh dengan bahasa apapun
 Menyebut nama pengantin
3.Penyebab Ijab Qobul Menjadi Tidak Sah

1. Ada jeda dalam ijab qobul

Jeda antara lafadz ijab dengan qabul nggak harus satu nafas, tapi harus bersambung
dan bersegera dalam menyampaikan qobulnya. Tapi ada juga beberapa ulama yang
berpendapat bahwa sagera bukan syarat bukan, selama dalam masih satu majlis, tapi kalau
salah satunya sibuk melakukan aktifitas lain, yang memutus konteks pembicaraan, maka ijab
qabul tidak sah.

2. Antara ijab dan qabul diselingi dengan kata kata lain

Antara lafadz ijab dan kabul nggah boleh ada pemisah, selain jeda yang sangat ringan.
Karena itu, banyak ulama melarang antara ijab dan qabul diselingi dengan ucapan apa pun
yang tidak ada hubunganya dengan akad nikah. Kalau antara ijab dan qabul dipisahkan
dengan membaca hamdalah dan shalawat, misalnya sebelum menjawab dengan ucapan qabul
suami mengucapkan, “Bismillah wal hamdulillah”, maka ijab qabul tidak sah.

3. Kedua belah pihak tidak saling mendengar ijab qabul

Pihak-pihak yang melakukan akad nikah harus dapat mendengar pertanyaan masing-
masingnya dengan kalimat yang maksudnya menyatakan terjadinya akad nikah. Sekalipun
kata-katanya ada yang tidak dapat dipahami, karena yang diutamakan disini adalah maksud
dan niat, bukan sekedar mengerti setiap kata-kata ada kata-kata yang dinyatakan dalam ijab
dan qabul.

4. Bertentangan antara ijab dan qabul

Suatu contoh, lafazh ijab yang diucapkan oleh wali adalah “aku nikahkan kamu
dengan anakku dengan mahar 2jt”kemudian lafadz qabul yang diucapkan oleh mempelai laki-
laki adalah “saya terima nikahnya dengan mahar satu juta” maka, antara keduanya tidak
berkesinambungan dan menyebabkan ijab qabul tidak sah. Tapi, kalau jumlah mahar yang
disebutkan suami lebih tinggi dari yang dilafadzkan wali, maka demikian tetap sah.
KESIMPULAN

Makna dari ijab qabul sendiri ialah ucapan dari orangtua atau wali mempelai wanita untuk
menikahkan putrinya kepada calon mempelai pria. Orangtua mempelai wanita melepaskan
putrinya khususnya sang ayah untuk dinikahi oleh seorang pria dan mempelai pria menerima
mempelai wanita untuk dinikahi. Bisa dikatakan ijab qabul merupakan ucapan sepakat antara
kedua belah pihak memang terdengar sederhana, namun sebenarnya makna kalimat “saya
terima nikahnya..... binti..... dengan maskawin seperangkat alat sholat dibayar tunai”
mempunyai arti yang sangat mendalam dan berat. Tidak hanya lelaki menikahi perempuan
untuk jadi istrinya saat proses ijab qabul telah berhasil terlaksana, maka segala dosa si
perempuan yang seharusnya menjadi tanggung jawab sang ayah menjadi berpindah kebahu
sang lelaki. Belum cukup disitu lelaki juga memberi nafkah, membimbing agama, menjaga si
perempuan
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. 2011. Al-Usrah Wa
Ahkāmuhā Fi At-Tasyrī’ Al-Islāmy, terj. Abdul Majid Khon, Jakarta: Amzah, Cet. Ke-2,

Abdul Karim Zaidan. 1996. al-Madkhal li Dirāsah asy-Syarī’ah al-Islāmiyah, Beirut:


Mu`assasah ar-Risālah, Cet. Ke-14.

Abdurrahman al-Jaziry. 2003. al-Fiqh ‘ala Madzāhib al-Arba’ah, Beirut: Dār al-Kutub al-
‘Ilmiyah, Juz IV, Cet. Ke-2.

Wahbah Az-Zuhaili. 1985. Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Damaskus: Dār Al-Fikr, Cet Ke-
2, Juz VII.

https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/syarat-ijab-qabul-dalam-islam

Anda mungkin juga menyukai