Anda di halaman 1dari 11

 

Bab I
Pendahuluan

A.    Latar belakang masalah

Shalat merupakan ibadah wajib yang harus dikerjakan setiap umat Islam di dunia dan suatu ibadah
yang sifatnya tidak bisa ditinggalkan dalam keadaan dan kondisi apaupun. Sholat adalah tiangnya
agama, ketika tiang tak ditegakkan maka hancurlah bangunan itu. Perintah sholat diturunkan
langsung oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW tanpa perantara malaikat jibril dan dalam
peristiwa Isra’ miraj. Betapa istimewanya ibadah ini yang ketika hari akhir akan dihisab pertama kali
dan yang akan menentukan kemanakah kita di akhirat nanti, di surga atau di neraka. Meskipun
begitu dalam menjalankan sholat ada kalanya kita deberi keringanan, misalnya ketika sakit dan tidak
dapat berdiri kita boleh melakukan sholat sambil duduk atau terbaring. Yang penting tetap sholat. 

Di dalam sholat tersirat berbagai hikmah, salah satunya melatih kita untuk terbiasa berdisiplin waktu
karena sholat memiliki waktu waktu tertentu, sehingga mengharuskan kita menyisihkan waktu untuk
mengerjakan ibadah ini. Seperti yang difirmankan Allah dalam  surat An-Nisa’ : 103 dibawah ini :

‫ين ِكتَا بًا َمو قُو تَا‬ ْ ‫ت َعلَى ْال ُم‬


َ ِ‫وء ِمن‬ ْ َ‫صاَل ةَ َكا ن‬
َّ ‫اِ َّن ال‬
“Sesungguhnya sholat itu bagi kaum mukmin suatu kitab yang mempunyai waktu waktu tertentu”

                        Sudah sepantasnya sebagai mukmin kita mengerjakan sholat pada waktu waktu yang
telah ditentukan itu, dan lebih afdol lagi jika kita mengerjakannya secara berjamaah. Kadang diwaktu
waktu itu sering kita lalai tak mengerjakan sholat dengan alasan masih istirahat atau karena lelah
sepulang kerja. Dan jika hal ini dibiarkan terus dan membudaya maka akan berdampak buruk kepada
kita. Padahal sholat sebenarnya bertujuan agar kita selalu ingat Allah dan ingat hidup ini hanya
sementara dan segala sesuatu di dunia ini akan kembali kepada-Nya.

B.     Rumusan masalah

1.      Apakah dasar penetapan waktu-waktu sholat fardhu?


2.      Bagaimana pendapat para ulama tentang waktu-waktu shalat fardhu?

3.      Kapan waktu yang utama setiap sholat fardhu?

4.      Bagaimana keringanan dalam waktu sholat fardhu ?

5.      Kapan waktu yang dilarang mengerjakan sholat ?

Bab II
Pembahasan

A.       Dasar penetapan waktu-waktu sholat fardhu

            Shalat menurut penggertian bahasa adalah doa. Sedang yang dimaksud dalam pembahasan
adalah ibadah yang terdiri dari beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam, dan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Dalam Al-Qur’an surat Al-
Ankabut ayat 45 Allah telah menegaskan: “Dirikanlah shalat, sunggauh shalat dapat mencegah
perbuatan keji dan munkar”. Dalam sehari semalam, seorang muslim diwajibkan melaksanakan
shalat lima kali, yang sudah diatur secara rinci. Shalat adalah ibadah yang menjadi tiang agama.
Barang siapa menegakkannya, berarti telah mnegakkan agama. Dan barang siapa yang
mengabaikannya berarti telah menghancurkan agama. Di dalam shalat terdapat rukun qalbi (hati),
rukun qauli (bacaan), rukun fi’li (perbuatan), disamping ada pula sunat sunat yang harus dilakukan.
Karena itu, penting sekali mempelajari seluk-beluk masalah shalat, hingga kemudian mendapatkan
nilai ibadah shalat yang sempurna. [1]

            Allah SWT telah menjelaskan bahwa shalat diwajibkan itu mempunyai waktu tertentu.shalat
lima waktu merupakan kewajiban umat islam yang harus dilakukuan tidak boleh ditinggalkan. Selain
itu shalat lima waktu tidak dapat dilakukan di sembarang waktu tanpa ada alasan yang
membolehkannya.[2]

Dasar  perintah shalat lima waktu dijelaskan dalam :

1.      Q.S. An Nisa : 103

َ ِ‫ت َعلَى ْال ُم ْؤ ِمن‬


‫ين ِكتَبَا َموقُوتَا‬ ْ َ‫صاَل ةَ َكا ن‬
َّ ‫اِ َّن ال‬...
Artinya : ... Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yangg beriman.

2.      Q.S.            Hud : 114

   ‫ت‬ ِ َّ‫ار َو ُزلَفَا ِم َن ال‬


َ ‫اِ َّن‬   ‫يل‬
ِ َ‫الح َسن‬ ‫ج‬
ِ َ‫ط َرفِ َى النَّه‬َ َ‫صالَة‬ ّ ‫ َواَقِ ِم ال‬  
 ‫ين‬ ِ ِ‫ك ِذ ْك َرى ال ِم َّذا‬
َ ‫كر‬ َ ِ‫ت َذل‬ِ ‫يُذ ِهب َْن ال َّسيِّئَا‬
 ‫ج‬ 

Artinya : Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian
permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapus (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.

3.      Q.S. Al Isra’ : 78

  ‫اِ َّن‬ ‫ان ْالفَجْ ِرصا‬ ِ َّ‫ق ال‬


َ ‫يل َوقُر َء‬ ِ ُ‫صالَةَ لِ ُد ل‬
ِ ‫وك ال َّش ْم‬
ِ ‫س اِلَى َغ َس‬ َّ ‫اَقِ ِم ال‬ 
  ‫ان ْالفَجْ ِر َكان َم ْشهُودًا‬
َ ‫قُر َء‬
Artinya : Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula
shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh para malaikat).

4.      Q.S. Thaha : 130

ِ َ‫ َو ِمنَ أَنَا ِء اللَّ ْي َل فَ َسبِّحْ َواَط َرافَ النَّه‬ ‫س َو قَ ْب َل ُغرُوبِهَا‬ ِ ُ‫َو َسبِّحْ بِ َح ْم ِد َربِّكَ قَب َْل طُل‬
ِ ‫وع ال َّش ْم‬
 ‫صا‬
‫ار‬
‫ضى‬ َ ْ‫ك تَر‬ َ َّ‫لَ َعل‬
Artinya : Dan bertasbihlahdengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum
terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang
hari, supaya kamu merasa senang.[3]

Dari ayat di atas dapat ditentukan tiga waktu yang pokok yaitu :

a.       Waktu Dhuhur pada saat tergelincirnya matahari,

b.      Waktu Maghrib pada saat matahari terbenam dan 

c.       Waktu Subuh pada saat fajar terbit.

5.      Sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ahmad, An Nasai dan At-Turmudi dari Jabir bin Abdullah r.a.
:

‫صلَّى‬ َ َ‫ ف‬،‫صلِّ ِه‬ َ َ‫ قُ ْم ف‬: ُ‫ال لَه‬َ َ‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َجا َءهُ ِجب ِْر ْي ُل َعلَ ْي ِه ال َّساَل ُم فَق‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫اَ َّن النَّب‬
‫صلَى ال َعصْ َر ِحي َْن‬ َ َ‫ ف‬، ‫صلِّ ِه‬َ َ‫ قُ ْم ف‬: ‫ال‬ َ َ‫ ثُ َّم َجا َءهُ ال َعصْ َر فَق‬، ُ‫ت ال َّش ْمس‬ ِ َ‫الظَّه َْر ِحي َْن َزال‬
‫ب ِحي َْن‬ َ ‫صلَى ال َم ْغ ِر‬ َ َ‫ ف‬، ‫صلِّ ِه‬َ َ‫ قُ ْم ف‬: ‫ب فَقَا َل‬ َ ‫ ثُ َّم َجا َءهُ ال َم ْغ ِر‬،ُ‫ار ِظلُّ كُاِّل َش ْي ٍء ِم ْثلَه‬ َ ‫ص‬َ
،‫ق‬ُ َ‫اب ال َشف‬ َ ‫صلَى ال ِع َشا َء ِحي َْن َغ‬ َ َ‫ ف‬، ‫صلِّ ِه‬َ َ‫ قُ ْم ف‬: ‫ال‬ َ َ‫الع َشا َء فَق‬ِ ُ‫ ثُ َّم َجا َءه‬، ُ‫ت ال َّش ْمس‬ َ َ‫َو َجب‬
ُّ ‫] ثُ َّم َجا َءهُ ِم َن ال َغ ِد‬،‫ َسطَ َع الفَجْ ُر‬:‫ال‬
،‫للظه ِْر‬ َ َ‫ اَ ْو ق‬،ُ‫ق الفَجْ ر‬ َ ‫ثُ َّم َجا َءهُ الفَجْ َر ِحي َْن بَ َر‬
‫ ثُ َّم َجا َءهُ ال َعصْ َر فَقَا َل‬،ُ‫ار ِظلُّ كُاِّل َش ْي ٍء ِم ْثلَه‬ َ ‫ص‬ َ ‫صلَى الظُه َْر ِحي َْن‬ َ َ‫ ف‬،‫صلِّ ِه‬
َ َ‫ قُ ْم ف‬:‫ال‬ َ َ‫فَق‬
‫ب َو ْقتًا‬ َ ‫ ثُ َّم َجا َءهُ ال َم ْغ ِر‬، ‫ار ِظلُّ كُاِّل َش ْي ٍء ِم ْثلَ ْي ِه‬ َ ‫ص‬ َ ‫صلَى ال َعصْ َر ِحي َْن‬ َ َ‫ ف‬،‫صلِّ ِه‬
َ َ‫ قُ ْم ف‬:
،‫ث الَّ ْي ِل‬ ُ ُ‫ ثُل‬: ‫ اَ ْو قَا َل‬، ‫ف الَّي ِْل‬ ُ ْ‫ب نِص‬ َ َ‫الع َشا َء ِحي َْن َذه‬ ِ ُ‫ ثُ َّم َجا َءه‬. ُ‫َوا ِحدًا لَ ْم يَزَلْ َع ْنه‬
َ َ‫] ثُ َّم ق‬،‫صلَى الفَجْ َر‬
:‫ال‬ َ َ‫ ف‬،‫صلِّ ِه‬ َ َ‫ قُ ْم ف‬: ‫ال‬َ َ‫ ثُ َّم َجا َءهُ ِحي َْن اَ ْسفَ َر ِج ًّدا فَق‬،‫الع َشا َء‬ِ ‫صلَى‬ َ َ‫ف‬
ِ ‫الو ْقتَي ِْن َو ْق‬
‫ت‬ َ ‫ َمابَي َْن هَ َذي ِْن‬.
Artinya : “Bahwa Nabi saw. di datangi oleh Jibril a.s. yang mengatakan kepadanya: “ Bangunlah dan
shalatlah!” Maka Nabi pun shalat Dhuhur sewaktu tergelincirnya matahari. Kemudian ia datang pula
di waktu ‘Ashar, katanya: “Bangun dan shalatlah!” Nabi mengerjakkan pula shalat ‘Ashar, yakni
ketika bayang-bayang sesuatu, telah sama panjang dengan badannya. Lalu ia datang di waktu
Maghrib, katanya: “Bangun dan shalatlah!” Nabi pun melakukan shalat Maghrib sewaktu matahari
telah terbenam atau jatuh. Setelah ia datang pula di waktu Isya’, dan menyuruh: “Bangun dan
shalatlah!” Nabi segera shalat Isya’ ketika syafak atau awan merah telah hilang. Akhirnya ia datang di
waktu fajar ketika fajar telah bercahaya atau katanya ketika fajar. Kemudian keesokan harinya
Malaikat itu datang lagi di waktu Dhuhur, katanya: “Bangunlah dan shalatlah!” Maka Nabi pun
shalat, yakni ketika bayang-bayang segala sesuatu, sama panjang dengan sesuatu itu. Di waktu
‘Ashar ia datang pula, katanya: “Bangunlah dan shalatlah!” Nabi pun shalatlah, pada waktu bayang-
bayang dua kali sepanjang badan. Lalu ia datang lagi di waktu Maghrib pada saat seperti kemarin
tanpa perubahan, setelah itu ia datang lagi pada waktu ‘Isya ketika berlalu seperdua malam atau
katanya sepertiga malam dan Nabipun melakukan shalat ‘Isya. Kemudian ia datang pula ketika
malam telah mulai terang, katanya: “Bangun dan shalatlah!” Nabipun mengerjakan shalat Fajar.
“Nah”, katanya lagi, ‘di antara kedua waktu itulah terdapat waktu-waktu shalat.” (H.r. Ahmad,
Nasa’i, dan Turmudzi).[4]

Dari hadist Jabir ra. diatas  dapat dirumuskan sebagai berikut :

a.       Shalat Dhuhur dimulai pada saat matahari tergelincir, yakni titik pusat matahari mulai terlepas dari
lingkaran meridian sampai bayang-bayang benda sama panjang bendanya.

b.      Shalat Ashar dimulai pada saat bayangan matahari sama dengan bayangan bendanya sampai pada
saat bayang-bayang dua kali panjang bendanya.

c.       Shalat Maghrib dimulai pada saat matahari telah terbenam, yakni piringan atas matahari
bersinggungan dengan horizon/ufuk di belahan langit barat.

d.      Shalat Isya’ dimulai pada saat mega merah telah hilang sampai terbitnya fajar shadiq.

e.       Shalat Subuh dimlai saat terbit fajar shadiq, yakni cahaya putih telah tampak diufuk belahan langit
timur sampai terbitnya matahari.[5]

B.     Pandangan Para Ulama Tentang Waktu-waktu Shalat Fardhu

1.      Waktu Shubuh

Semua Imam Mazhab sepakat bahwa waktu shalat Shubuh yaitu terbitnya fajar sampai
terbitnya matahari, tetapi mazhab Maliki berpendapat lain. Bahwa waktu Shubuh ada dua pertama
adalah Ikhtar (memilih) yaitu terlihatnya wajah orang yang kita pandang. Sedangkan yang kedua
adalah terpaksa Idhthirari (terpaksa) yaitu terlihatnya wajah tersebut sampai terbitnya matahari.

2.      Waktu Dhuhur

Menurut emapat Mazhab dimulai dari tergelincirnya matahari sampai bayang-bayang sesuatu sama
panjangnya dengan sesuatu itu. Apabila lebih walaupun sedikit, berarti waktu Dhuhur sudah habis.
Tetapi Syafi’i dan Maliki, batasan ini hanya berlaku khusus bagi orang yang melihatnya, sedangkan
bagi orang yang terpaksa, maka waktu Dhuhur itu sampai bayang-bayang sesuatu (benda) lebih
panjang dari benda tersebut.

3.      Waktu Asar

Waktu Asar menurut Hanafi dan Syafi’i dimulai dari lebihnya bayang-bayang sesuatu (dalam ukuran
panjang) dengan benda tersebut sampai terbenamnya matahari. Menurut Maliki, Asar mempunyai
dua waktu. Yang pertama disebut waktu Ikhtisari yang dimulai dari lebihnya bayang-bayangsuatu
benda dari benda tersebut sampai matahari nampak menguning. Sedangkan yang kedua disebut
waktu Idhthirari yaitu mulai dari matahari yang mulai tampak menguning sampai terbenamnya
matahari. Menurut Hambali yang termasuk yang paling akhirnya shalat Asar adalah sampai bayang-
bayang suatu benda lebih panjang dua kali dari benda tersebut, dan pada saat itu boleh mendirikan
shalat Asar sampai terbenamnya matahari. Tetapi orang yang shalat pada waktu itu berdosa dan
diharamkan sampai mengakhirkannya pada waktu tersebut.

4.      Waktu Maghrib

Menurut Syafi’i dan Hambali waktu shalat Maghrib dimulai dari hilangnya cahaya merah di arah
barat.

5.      Waktu Isya’

Waktunya dimulai dari terbenamnya syafak merah (setelah waktu maghrib) sampai fajar kedua.[6]

C.    Waktu yang utama setiap shalat

1.      Mengakhirkan waktu shalat Dhuhur saat hari panas

َّ ‫ إِ َذا ا ْشتَ َّد البَرْ ُد بَ َّك َر ِبا ا‬: ‫صلَى هللاُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم‬
ُّ‫صاَل ِة ؛ َو إِ َذا ا ْشتَ َّد ال َحر‬ َ ‫ان النَّبِ ُّي‬َ ‫َك‬
َّ ‫اَبَر َد بِا ا‬
‫صاَل ِة‬
Artinya : “Adalah Nabi saw bila hari amat dingin menyegerakan dilakukannya shalat, dan bila hari
amat panas melambatkan memulainya”(H.R.Bukhari )

Hanya disunatkan ta’khir shalat atau mengundurkan shalat Dhuhur itu dari awalnya waktu
hari amat panas hingga tiada mengganggu kekhusyukan, sebaliknya disunatkan ta’jil atau
menyegerakan pada saat-saat lain dari demikian.[7]

2.      Melaksanakan shalat Ashar diawal waktu

َ ُ‫ َم ْن فَا تَ ْته‬: ‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


‫صاَل ةُ ال َعصْ ِر فَ َكانَّ َما ُوتِ َر اَ ْهلُهُ َو َما‬ َ ‫قَا َل َرسُو ُل هللا‬
ُ‫لُه‬
Artinya : “Telah bersabda Rosulullah saw : Barangsiapa kehilangan waktu Ashar, seakan akan dia
telah kehilangan keluarga dan harta kekayaannya.”

Lafal wutira ahlahu wa malahubermakna kehilangan keluarga dan harta kekayaannya. Ada


juga yang memberikan makna dikurangi makna dikurangi keluarga dan harta kekayaan dan harta
kekayaan. Jadi orang yang mengabaikan waktu shalat Ashar hingga kelewat batas waktu yang telah
ditentukan, sama saja dengan orang yang kehilangankeluarga dan harta kekayaannya. Artinya
,sangat rugi besar ,bahkan harus menangis penuh penyesalan.[8]
3.      Melaksanakan shalat Maghrib diawal waktu

‫صلُّوا‬ ْ ِ‫ اَل تَ َزا ُل اَ َّمتِى َعلَى ْالف‬: ‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
َ ‫ط َر ِة َما‬ َ ‫اَ َّن َرسُو ُل هللا‬
ِ ‫وع النُّج‬
‫ُوم‬ َ ‫ْال َم ْغ ِر‬
ِ ُ‫ب قَب َْل طُل‬
Artinya : “Bahwa Rasulullah saw telah bersabda : Senantiasalah umatku berada dalam kesucian,
selama mereka melakukan sholat Maghrib sebelum terbitnya bintang-bintang” (H.R. Ahmad dan
Thabrani)

Hal ini karena dalam hadist yang sebelumnya, yaitu hadist Jibril sebagai imam, bahwa ia
shalat Maghrib pada suatu waktu selama dua hari yakni ketika matahari terbenam, maka ia hanya
menunjukkan disuntkannya ta’jil atau menyegerakan Maghrib[9].

4.      Melaksanakan shalat Isya’ di sepertiga atau seperdua malam

Dari Aisyah katanya: 

‫ق َعلَى اُ َّمتِى أَل َ َمرْ تُهُ ْم اَ ْن يُ َؤ ِّخرُوا‬


َّ ‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لَ ْواَل اَ ْن اَ ُش‬ َ ‫قَا َل َرسُو ُل هللا‬
‫صفِ ِه‬ َ ُ‫ْال ِع َشا َء اِلَى ثُل‬
ً ِ‫ث اللَّي َْل اَ ُو ن‬
Artinya : “Telah bersabda Rasulullah saw : Kalau tidaklah akan memberatkan umatku, tentu kusuruh
mereka mengundurkan “isya sampai sepertiga atau seperdua malam.[10]

(H.R.Ahmad, Ibnu Majah,Turmudzi yang menyatakan sahnya)

5.      Menyegerakan shalat Shubuh

ً‫صلَّى َم َّرة‬ َ ‫س ثُ َّم‬ ٍ َ‫ْح َم َّرةً بِ َغل‬ َ ‫صلَّى‬


ِ ‫صاَل ةَ الصُّ ب‬ َ ‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫اَ َّن َرسُو ُل هللا‬
َ َ ‫ْس َحتَّى َمأ‬
‫ت َولَ ْم يَ ُع ْد اَ ْن يُ ْسفِ َر‬ َ ‫ك التَّ ْغلِي‬
َ ِ‫صاَل تُهُ بَ ْع َد َذل‬
َ ‫ت‬ ْ َ‫أُ ْخ َرى فَأ َ ْسفَ َربِهَا ثُ َّم َكان‬
Artinya : “Bahwa Rasulullah saw. melakukan shalat Shubuh di saat kelam pada akhir malam,
kemudian pada kali yang lain dilakukannya ketika hari telah mulai terang. Setelah itu shalat tetap
dilakukannya pada waktu gelap tersebut sampai ia wafat, dan tidak pernah lagi di waktu hari te;ah
mulai terang”[11]

            (H.R. Abu Daud, dan Baihaqi dan sanadnya shahih) 


D.    Keringanan dalam waktu shalat fardhu

1.      Mendapatkan satu rakaat pada waktunya

           Barang siapa mendapatkan satu raka’at sebelum habis waktu,

berarti ia telah mendapatkan shalat keseluruhannya, berdasarkan hadist Abu Hurairah :

َ ‫صاَل ِة فَقَ ْد اَ ْد َر‬


‫ك‬ َّ ‫ت ِم َن ال‬ َ ‫ َم ْن اَ ْد َر‬: ‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
ً ‫ك َر ْك َع‬ َ ‫اَ ّن َرس ُْو ُل هللا‬
َ‫صاَل ة‬
َّ ‫ال‬
Artinya : “Bahwa Nabi saw. Telah bersabda : Barang siapa mendapatkan satu rakaat dari suatu
shalat, berarti ia mendapatkan keseluruhan shalat itu.” (HR. Jama’ah)

Ketentuan ini mencakup semua shalat[12]

2.      Tertidur atau lupa melakukan shalat

            Barang siapa yang tertidur atau lupa melakukan shalat maka waktunya ialah ketika ia tersadar
dan ingat padanya.

‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬َ ‫ب اَ َّن َرسُو ُل هللا‬ ِ َّ‫ب َع ْن إِب ِْن ال ُم َسي‬
ٍ ‫ك َع ْن إِب ِْن َشهَا‬ ٌ َ‫اَ ْخبَ َرنَا َمال‬
]‫صلِّهَا‬ َ ُ‫صاَل ةَ فَ ْلي‬ َ َ‫س ثُ َّم ق‬
َّ ‫ َم ْن نَ ِس َى ال‬: ‫ال‬ ِ ‫ت ال َّش ْم‬ ِ ‫صالَّهَا بَ ْع َد َما طَلَ َع‬ َ َ‫نَا َم َع ِن الصُّ ب ُِح ف‬
‫صاَل ةَ لِ ِذ ْك ِرى‬ّ ‫ اَقِ ُم ال‬: ‫إِ َذا َذ َك َرهَا فَإِ َّن هللاَ َع َّز َو َج َّل يَقُو ُل‬
Telah mengkhabarkan kepada kami Malik dari ibnu Syihab dari Ibnu Musayab, bahwa Rasulullah
saw. pernah tidur hingga kesiangan dalam melaksanakan shalat Shubuh. Beliau baru melaksanakan
shalat Shubuh ketika matahari terbit. Beliau kemudian bersabda : “Barangsiapa terlupa
melaksanakan shalat, hendaklah dia mengerjakannya ketika ingat. Sebab Allah ‘azzawajalla telah
berfirman (dalam surat Thaha ayat:14, yang menegaskan): “Dan dirikanlah shalat untuk mengingat
aku.”

            Apabila seseorang lupa mengerjakan shalat, atau tertidur hingga waktu melaksanakan shalat
telah habis, hendaklah dia segera mengqadha’nya ketika ingat. Artinya, ketika teringat atau sudah
bangun dari tidur, hendaklah segera melaksanakan shalat yang ditinggalkan tersebut, jangan
menunda-nunda waktu.[13]
E.     Waktu yang dilarang melakukan shalat

‫صنَا بَ ِح ِّي اَ َّن النَّبِ ُّي‬


َّ ‫ار َع ْن َع ْب ُد هللاِ ال‬ ٍ ‫ك َع ْن َز ْي ِد ب ِْن اَ ْسلَ َم َع ْن َعطَا ِء ب ِْن يَ َس‬ ٌ ِ‫اَ ْخبَ َرنَا َمال‬
ْ ‫طلَ ُع َو َم َعهَا قَر ُُن ال َّش ْيطَا ِن فَاِ َذا ارْ تَفَ َع‬
‫ت‬ ْ ُ‫س ت‬َ ‫ إِ َّن ال َّش ْم‬: ‫ال‬َ َ‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ َ
‫ت‬ْ َ‫ب قَا َرنَهَا فَاِ َذا َغ َرب‬ ْ
ِ ‫ت لِل ُغرُو‬ ْ َ‫ارقَهَا فَاِ َذا آ َذن‬
َ َ‫ت ف‬ ُ َ‫ت قَا َرنَهَا فَاِ َذا َزال‬ ْ ‫ارقَهَا فَاِ َذا ا ْستَ َو‬
َ َ‫ف‬
‫ت‬
ِ ‫ك السَّا َعا‬ َ ‫صاَل ِة فِى تِ ْل‬َّ ‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َع ِن ال‬ َ ُ‫ارقَهَا َونَهَى َرسُو ُل هللا‬ َ َ‫ف‬

Telah mengkhabarkan kepada kami Malik dari Zaid bin Aslam dari Atha’ bin Yasar dari Abdullah Ash-
Shanabahi, bahwa Nabi saw. telah bersabda : “Sesungguhnya matahari terbit dibarengi oleh tanduk
setan. Apabila matahsri meninggi, berarti telah meninggalkan tanduk setan itu. Tetapi bila matahari
masih rendah, berarti sejajar dengan tanduk setan. Bila matahari tepat berada di tengah, maka
sejajar dengan tanduk setan. Dan bila matahari tergelincir ke barat, berarti telah meninggakan
tanduk setan. Apabila tiba waktu terbenam, berarti matahari itu kembali sejajar tanduk setan. Dan
bila telah terbenam dengan sempurna, berarti matahari itu telah meninggalkan tanduk
setan.”Karena itu, Rasulullah saw. melarang melakukan shalat pada saat-saat matahari sedang
sejajar dengan tanduk setan.[14]

Menurut hadis diatas ada tiga larangan waktu melaksanakan shalat :

1.      Ketika matahari baru terbit, karena saat itu matahari sejajar tanduk setan. Hendaknya menunggu
sampai matahari meninggi. Jika masih tinggi matahari masih rendah, hendaknya juga menunggu
sampai matahari meninggi.

2.      Ketika matahari tepat di tengah-tengah, hendaknya meunggu sampai matahari condong sedikit ke
barat.

3.      Ketika matahari hampir terbenam, hendaknya menunggu samapi matahari terbenam sempurna.

Bab III
Penutup
A.    Kesimpulan 

1.      Dasar penetapan waktu shalat fardhu terdapat dalam Q.S. An Nisa’:103, Q.S. Hud:114, Q.S. Al
Isra’:78, Q.S. Thaha: 130, dan Hadist Nabi dari Jabir bin Abdullah ra. Yang menyimpulkan waktu
waktu shalat fardhu sebagai berikut :

a.       Shalat Dhuhur dimulai pada saat matahari tergelincir, yakni titik pusat matahari mulai terlepas dari
lingkaran meridian sampai bayang-bayang benda sama panjang bendanya.

b.      Shalat Ashar dimulai pada saat bayangan matahari sama dengan bayangan bendanya sampai pada
saat bayang-bayang dua kali panjang bendanya.

c.       Shalat Maghrib dimulai pada saat matahari telah terbenam, yakni piringan atas matahari
bersinggungan dengan horizon/ufuk di belahan langit barat.

d.      Shalat Isya’ dimulai pada saat mega merah telah hilang sampai terbitnya fajar shadiq.

e.       Shalat Subuh dimlai saat terbit fajar shadiq, yakni cahaya putih telah tampak diufuk belahan langit
timur sampai terbitnya matahari.

2.      Pandangan para uama tenang waktu-waktu shalat fardhu

a.       Shalat subuh menurut semua mazhab dimulai dari terbitnya fajar sampai terbitnya matahari.

b.      Shalat dhuhur menurut empat imam mazhab dimulai dari tergelincirnya matahari sampai bayang-
bayang suatu benda sama panjang dengan bendanya.

c.       Shalat Asar empat imam mazhab memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang waktunya, tetapi
pada intinya dimulai dari bayang-bayang suatu benda lebih panjang dari benda tersebut sampai
terbenamnya matahari.

d.      Shalat Maghrib menurut Syafi’i dan Hambali waktu shalat Maghrib dimulai dari hilangnya cahaya
merah di arah barat.

e.       Shalat Isya’  waktunya dimulai dari terbenamnya syafak merah (setelah waktu maghrib) sampai fajar
kedua.

3.      Waktu yang utama dalam setiap shalat fardhu adalah :

a.       Mengakhirkan waktu shalat Dhuhur saat hari panas

b.      Melaksanakan shalat Ashar diawal waktu

c.       Melaksanakan shalat Maghrib diawal waktu

d.      Melaksanakan shalat Isya’ di sepertiga atau seperdua malam


e.       Menyegerakan shalat Shubuh

4.      Keringanan dalam waktu shalat fardhu

a.       Barang siapa mendapatkan satu raka’at sebelum habis waktu, berarti ia telah mendapatkan shalat
keseluruhannya

b.      Barang siapa yang tertidur atau lupa melakukan shalat maka waktunya ialah ketika ia tersadar dan
ingat padanya

5.      Waktu yang dilarang mengerjakan shalat 

a.       Ketika matahari baru terbit, karena saat itu matahari sejajar tanduk setan. Hendaknya menunggu
sampai matahari meninggi. Jika masih tinggi matahari masih rendah, hendaknya juga menunggu
sampai matahari meninggi.

b.      Ketika matahari tepat di tengah-tengah, hendaknya meunggu sampai matahari condong sedikit ke
barat.

c.       Ketika matahari hampir terbenam, hendaknya menunggu samapi matahari terbenam sempurna

Daftar Pustaka
Mahalli, Ahmad Mudjab, Hadis-Hadis Ahkam Riwayat Asy-Syafi’i.  Jakarta:  

Grafindo Persada, 2003


Junaidi, Ahmad, Seri ilmu falak. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2011
Sabiq, Sayid, Fikih Sunnah. Bandung: Al Ma’arif, 1987

Rasjid, Sulaiman, Fiqih Ibadah, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004

Anda mungkin juga menyukai