Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Shalat Fardhu

Perintah mengerjakan shalat fardhu yang diterima Nabi bagi kita orang Islam
tidak diturunkan Allah dalam waktu semalam. Jalan sejarahnya wajar-wajar
saja seiring dengan sejarah dakwah Nabi itu sendiri. Tidak spektakuler
seperti kisah Isra' Mi'raj. Barangkali karena itu oleh para ulama dianggap
kurang menarik atau kurang mempunyai nilai jual untuk dida'wahkan.

Menurut Al Quran sholat yang mula-mula diwajibkan bagi Nabi Muhammad


SAW dan para pengikutnya adalah Shalat Malam, yaitu sejak diturunkannya
Surat al-Muzzammil (73) ayat 1-19:

"Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sholat) di


malam hari kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau
kurangilah dari seperdua itu, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah itu
dengan perlahan-lahan ...."

Sholat Malam itulah satu-satunya bentuk sholat fardhu pada mulanya yakni
tidak lama sesudah 3,5 tahun masa fatrah. Bukan seperti halnya sholat
tahajud yang bersifat penyempurna atau tidak wajib.

Begitulah ketentuan Tuhan terhadap seorang nabi yang telah dipilihNya.


Tuhan telah mengajarkan Nabi bersembahyang, maka iapun
bersembahyang. Sejak peristiwa itu Nabi tidak merasa perlu lagi pergi
bertahanuth menyendiri ke gua Hira. Melainkan mengerjakan shalat di
rumah atau di mana saja memungkinkan. Begitu juga Khadijah ikut pula
sembahyang. Selain puteri-puterinya, tinggal bersama keluarga itu Ali bin Abi
Talib sebagai anak muda yang belum balig.

Tatkala Muhammad dan Khadijah sedang sembahyang, tiba-tiba Ali


menyeruak masuk. Dilihatnya kedua orang itu sedang ruku dan sujud serta
membaca beberapa ayat Quran yang sampai pada waktu itu sudah
diwahyukan kepadanya. Anak ifu tertegun berdiri: Kepada siapa kalian
sujud? tanyanya setelah sembahyang selesai.

Kami sujud kepada Allah, jawab Muhammad, Yang mengutusku menjadi


nabi dan memerintahkan aku mengajak manusia menyembah Allah

Lalu Muhammadpun mengajak sepupunya itu beribadat kepada Allah semata


tiada bersekutu serta menerima agama yang dibawa nabi utusanNya dengan
meninggalkan berhala-berhala semacam Lat dan Uzza. Muhammad lalu
membacakan beberapa ayat Quran. Ali sangat terpesona karena ayat-ayat
itu luarbiasa indahnya.

Selanjutnya Allah menyempurnakan waktu-waktu shalat fardhu itu sebagai


berikut:

Al Israa'(17):78-79. "Dirikanlah shalat diwaktu tergelincir matahari sampai


gelap malam, dan shalat subuh. Sungguh shalat subuh disaksikan (oleh
malaikat). Dan pada sebagian malam bertahajudlah sebagai tambahan
keutamaan bagimu. Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkatmu ke tempat
terpuji."
Dengan turunnya ayat ini hukum Shalat Malam menjadi sunat; menghapus
kewajiban Shalat Malam yang mula-mula Allah wajibkan bagi umat Islam.

Allah menetapkan ada 3 waktu shalat bagi manusia dalam sehari


semalam."Dan lakukanlah shalat pada dua tepi siang, dan pada awal
malam." (11:114)

Tepi siang yang pertama adalah pada awal hari (pagi), Shalat pada waktu ini
dinamakan shalat Fajar (24:58). Waktu fajar berawal ketika dengan hanya
mengandalkan cahaya alam kita sudah dapat membedakan benang putih
dari benang hitam. Waktu fajar ini berlangsung sekitar 30 menit sampai
kemudian cahaya alam menjadi terang benderang menandakan telah
terbitnya matahari. Di samping ibadah shalat, Allah menyuruh kaum muslim
untuk mengkaji Al-Qur'an pada waktu fajar.

"... dan bacaan (qur'an) fajar; sesungguhnya bacaan fajar disaksikan."


(17:78)

Tepi siang yang kedua adalah pada akhir hari (petang), shalat pada waktu ini
dinamakan shalat Wustha (2:238). Kita biasa mengenal waktu ini dengan
istila "maghrib." Rentang waktu shalat Wustha adalah sekitar 30 menit
sampai kemudian kegelapan malam datang menutupi.

"Lakukanlah shalat dari terbenam matahari sampai kegelapan malam..."


(17:78)

Shalat pada awal malam dinamakan shalat Isya (24:58). yang dimaksud
dengan awal malam adalah rentang 1/3 pertama dari malam. Maka rentang
waktu untuk shalat Isya adalah 3,5 jam pertama dari malam yaitu pukul
06.30 sampai dengan pukul 10.00 malam.

Walaupun nama-nama lain tercantum di dalam Al-Qur'an 'seperti dzuhur'


yang berarti 'tengah hari,' 'ashar' yang berarti 'masa/ waktu,' tidak satupun
dari nama-nama tersebut yang berhubungan dengan shalat ataupun dengan
waktu shalat.

"Sesungguhnya shalat itu adalah suatu kewajiban yang ditentukan waktunya


atas orang-orang yang beriman." (4:103)

Setelah mengetahui kapan shalat harus dilakukan, yang perlu dilakukan


sebelum shalat adalah membersihkan diri atau yang biasa kita kenal dengan
istilah wudhu. Bagian tubuh yang perlu dibersihkan ada empat, yaitu: muka,
tangan hingga siku, kepala, dan kaki hingga mata kaki; dan cukup hanya
dengan empat langkah.

"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri untuk shalat,


basuhlah mukamu, dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu, dan
kaki-kaki kamu sampai kedua mata kaki..." (5:6)

Untuk memulai ritual shalat kita berdiri menghadap kiblat.


"Kepunyaan Allah Timur dan Barat; ke mana saja kamu berpaling di situlah
wajah Allah; sesungguhnya Allah Merangkumi, Mengetahui." (2:115)

Baitullah itu hakekatnya berada didalam qalbu. Adapun kiblat Masjidil Haram
yang berada di kota Mekah dapat ditafsirkan wajib untuk shalat berjamaah
seperti shalat Jum'at yakni untuk menjaga shaf.

Pengumuman untuk melakukan shalat (adzan) tidak disyaratkan di dalam


ajaran Islam. Sebagian orang telah menjadikan surat 62:9 sebagai rujukan
tentang adanya ketentuan adzan di dalam Al-Qur'an.

"Wahai orang-orang yang beriman, apabila dipanggil untuk shalat pada hari
berkumpul (jumu'at), bersegeralah kepada peringatan Allah, dan
tinggalkanlah jual beli; itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (62:9)

Ayat di atas sesungguhnya tidak memuat kata "adzan," melainkan kata


"nudiya" yang berarti "panggil." Adzan berarti pengumuman, sifatnya adalah
seruan untuk umum. Berbeda dengan "adzan," kata "nudiya" sebagaimana
yang digunakan pada surat 62:9 bermakna "memanggil" dan ditujukan
terbatas kepada orang tertentu.

Karenanya kita tidak perlu mengusik ketenangan lingkungan dengan


berisiknya adzan melalui pengeras suara yang ditempatkan di atas
menara/kubah/atap mesjid. Patut dipertimbangkan bahwa sangat mungkin
ada bayi yang sedang tidur, pekerja yang kelelahan, orang yang sedang
sakit, maupun orang berbeda keyakinan yang terganggu dengan suara
adzan itu.

Bahasa bukanlah hal penting dalam menyembah Allah. Dia tidak pernah
memerintahkan agar bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa pengantar
dalam shalat untuk semua kaum. Islam itu mudah, orang-orang yang karena
keterbatasan pendidikan ataupun karena usianya tidak sanggup menguasai
bahasa Arab tetap dapat bermunajat kepada-Nya dengan menggunakan
bahasa yang mereka mengerti.

Berdiri, rukuk, dan sujud disebut berulang kali di dalam Al-Qur'an dan ini
adalah gerakan ritual shalat. Al-Qur'an sama sekali tidak pernah menetapkan
adanya rakaat shalat seperti yang diketahui umum.

"Bagaimana caranya shalat kalau hanya berbekal Al-Qur'an? Mana ada tata
cara shalat di dalam Al-Qur'an!"

Uraian singkat di atas telah cukup memberikan bukti bahwa sesungguhnya


Al Quran telah berisi petunjuk jelas dan lengkap tentang bagaimana shalat
fardhu dijalankan.

Tata cara shalat di dalam Al-Qur'an mungkin tidak sesuai dengan cara shalat
yang umum anggap benar. Namun demikianlah yang ditetapkan Allah di
dalam Kitab-Nya.

Anda mungkin juga menyukai