⇒ Satu golongan ulama’ berpendapat bahwa thalaq dalam waktu haidh atau dalam
waktu suci yang telah disentuhnya itu tidak jatuh. Diantara yang berpendapat
demikian ialah Al-Baaqir dan As-Shaadiq dari imam Syi’ah, Ibnu ‘Aliayah dari
ulama’ Mu’tazilah. Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnu ‘l-Qayyim dari ulama’
Hanabilah yang menyenangi pendapat itu dan membelanya.
Ulama’ jumhur berdalil dengan kitab, sunnah dan logika, adapaun dalil-dalil
dari kitab adalah:
1) Al-Baqarah; 229
ß,»n=©Ü9$# Èb$s?§
sD ( 88$|¡øBÎ*sù >$rá
÷èoÿÏ3 ÷rr& 7x
Îô£s?
9`»|¡ômÎ*Î/ 3
229. Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk
lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang
baik pula. (Al-Baqarah; 229)
bÎ*sù $ygs)¯=sÛ
xsù
@ÏtrB ¼ã&s! .`ÏB ß
÷èt/ 4Ó®Lym yxÅ3Ys?
%¹`÷ry¼çnuö
xî
1 Dahlan Idhamy, Azas-Azas Fiqh Munakahat; Hukum Keluarga Islam (Surabaya; Al-Ikhlas, 1984) hlm 64
علي فرحان
230. Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang
kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia
kawin dengan suami yang lain.
Adapun dalil dari sunnah ialah hadits-hadits yang dating mengenai kisah
‘Abdullah Ibnu Umar dengan berbagai lafal yang menunjukkan jatuhnya thalaq itu.
Nabu Muhammad memerintahkan ibnu ‘Unar untuk rujuk. Adanya rujuk tentulah
setelah jatuhnya thalaq.
..Abdullah telah menthalaq istrinya satu kali thalaq, maka istrinya beristshab
dengan thalaqnya.
“Ibnu ‘Umar ketika ditanyai mengenai thalaq dalam waktu haidh, ia menjawab
kepada salah seorang diantara mereka:,,jika anda menthalaq istri satu kali, maka
memang rasulallah menyuruh saya begitu. Dan jika anda menthalaq tiga, maka ia
menjadi haram kepada anda sehingga ia kawin dengan orang lain dulu, sedang anda
bermaksiat kepada Allah mengenai apa yang telah diperintahkan anda mengenai istri
anda”2
ٌُ ّ عققد
Sedangkan iddah adalah (ة ّ ي َِعقق- ّ عققد
َ ) dari lafazh adda-ya’uddu (د َ ) artinya
َ ) ع َد ّ الartinya menghitung sesuatu. Ta’rif iddah dalam bab
ْ ش
menghitung ‘ad asyaia (ئ
nikah adalah: “waktu yang dihitung oleh syara’ untuk menghabiskan yang ketinggalan dari
akibat perkawinan sesudah terjadi perceraian “atau” waktu tunggu buat waniota dan larangan
perkawinan selama waktu itu sesudah terjadi perceraian atau kematian suami.3
Wanita yang beriddah itu terbagi dua bagian yaitu (1) yang ditinggal mati (2) tidak
ditinggal mati.
⇒ Wanita yang ditinggal mati, apabila ia dalam keadaan hamil, maka ‘iddahnya (habis)
dengan melahirkan
2 H. Ismuha, Paerbandingan Mazhab dalam masalah fiqih (Jakarta; Bulan Bintang, 1973) hlm 158
3 Dahlan Idhamy, Azas-Azas Fiqh Munakahat; Hukum Keluarga Islam ..hlm 73
علي فرحان
£`ßgn=÷Hxq 4 `tBur È,Gt ©!$# @yèøgs ¼ã&©! ô`ÏB ¾ÍnÍöDr&
#Zô£çÇÍÈ
“Hisab untuk kamu berdua ada pula Allah, salah seorang dari kalian
berdusta, maka tidak ada jalan lagi bagimu untuk (kembali kepada)
dia (istrimu)
م. فجققاءت النققبي ص.ان سبعة السققلمية نفسققت بعققد وفققاة زوجهققا بليققال
فنكحت، فأدن لها،فاستأدنته ان تنكح
⇒ Sedang Wanita yang ditinggal mati bila tidak hamil, maka ‘iddahnya
empat bulan sepulluh hari
4 Dimaksudkan disini adalah wanita yang telah bercferai dengan suaminya baik karena talak, li’an, fasakh,
persetubuhan, dan lain sebagainya.
5 Quru’ adalah masa dua haid. Namun kadang-kadang diartikan pula dengan masa haid.
علي فرحان
tiga kali quru’. tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah
dan hari akhirat (Al-Baqarah: 228)t6
Sedangkan apabila wanita itu itu masih kecil, atau telah putus (tidak) haid, maka iddahnya
tiga bulan
6 H. Aliy As’ad, Terjamah Taqrib Dalil, terj. At-Tadzhib Fi Adillati Matni Ghayah Wat Taqrib.(Kudus; Menara
Kudus, 1984 hlm 310)
7 Dahlan Idhamy, Azas-Azas Fiqh Munakahat; Hukum Keluarga Islam ..hlm 73
8 H. Aliy As’ad, Terjamah Taqrib Dalil, terj. At-Tadzhib Fi Adillati Matni Ghayah Wat Taqrib. Hlm 311