Anda di halaman 1dari 6

HADITS-HADITS NABI TENTANG TALAQ DAN IDDAH

Ali Farhan (0753007)


ℵ Hadits Nabi tentang Talaq

Ath-Thalaq berasala dari lafazh “Tallaqa, yuthalliqu” artinya: melepaskan ikatan”.


Adapun definisi dan ta’rifnya ialah “putusnya ikatan perkawinan dengan ucapan lafazh
khusus seperti thalaq dan sarah atau lafazh kinayah (sindiran) dengan niat thalaq.1

Dari definisi mengenai thalaq diatas, penulis lebih memfokuskan pembahasn


mengenai “Jatuhnya thalaq dalam waktu haidh atau dalam waktu suci yang telah di
sentuhnya.”

Para ulama’ berbeda pendapat dalam masalah ini.

⇒ Satu golongan ulama’ berpendapat bahwa thalaq dalam waktu haidh atau dalam
waktu suci yang telah disentuhnya itu tidak jatuh. Diantara yang berpendapat
demikian ialah Al-Baaqir dan As-Shaadiq dari imam Syi’ah, Ibnu ‘Aliayah dari
ulama’ Mu’tazilah. Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnu ‘l-Qayyim dari ulama’
Hanabilah yang menyenangi pendapat itu dan membelanya.

Ulama’ jumhur berdalil dengan kitab, sunnah dan logika, adapaun dalil-dalil
dari kitab adalah:

1) Al-Baqarah; 229

ß,»n=©Ü9$# Èb$s?§
sD ( 88$|¡øBÎ*sù >$rá
÷èoÿÏ3 ÷rr& 7x
ΐô£s?
9`»|¡ômÎ*Î/ 3

229. Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk
lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang
baik pula. (Al-Baqarah; 229)

2) Al- Baqarah; 230

bÎ*sù $ygs)¯=sÛ 
xsù 
@ÏtrB ¼ã&s! .`ÏB ߐ
÷èt/ 4Ó®Lym yxÅ3Ys?
%¹`÷ry¼çnuö

1 Dahlan Idhamy, Azas-Azas Fiqh Munakahat; Hukum Keluarga Islam (Surabaya; Al-Ikhlas, 1984) hlm 64

‫علي فرحان‬
230. Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang
kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia
kawin dengan suami yang lain.

3) Dan ayat-ayat lain mengenai thalaq..

Mereka mengatakan bahwa ayat-ayat tersebut dating secara muthlaq tanpa


diqaidkan dengan sesuatu waktu dan tanpa ditentukan mengenai suatu macam
wanita yang di ceraikan oleh karena itu maka ayat-ayat tersebut menunjukkan
jatuhnya thalaq yang dilakukan dengan semua waktu dan kondisi bagaimanapun
juga. Juga tidak terdapat nash yang mengqaidkan kemuthlakan ayat-ayat tersebut.
Oleh karena itu wajiblah kita berpendapat jatuhnya thalaq dalam waktu haed ataupun
dalam waktu suci

Adapun dalil dari sunnah ialah hadits-hadits yang dating mengenai kisah
‘Abdullah Ibnu Umar dengan berbagai lafal yang menunjukkan jatuhnya thalaq itu.

1) Sabda nabi dalam Hadits yang diriuwayatkan oleh jama’ah:

‫مره فليرا جعها‬

…Perintahkan dia untuk rujuk.

Nabu Muhammad memerintahkan ibnu ‘Unar untuk rujuk. Adanya rujuk tentulah
setelah jatuhnya thalaq.

2) Hadits menurut riwayat Bukhari Muslim

‫وكان عبدالله طلق تطلقة فحسبت من طلقها‬

..Abdullah telah menthalaq istrinya satu kali thalaq, maka istrinya beristshab
dengan thalaqnya.

3) Hadits yang datang dari riwayat Ahmad, Muslim dan Nasa’I:

‫ اماان طلقققت‬:‫وكان ابن عمر اداسئل عن الطلق في الحيض قال لحدهم‬


‫ وان كنققت طلقققت ثلثققا‬.‫امرأتك مرة او مرتين فأن رسول الله امرني بهذا‬
‫فقد حرمت عليك حتي تنكح زوجا غيرك وعصيت الله عزوجل فيما امققرك‬
‫به من طلق امرأتك‬

“Ibnu ‘Umar ketika ditanyai mengenai thalaq dalam waktu haidh, ia menjawab
kepada salah seorang diantara mereka:,,jika anda menthalaq istri satu kali, maka
memang rasulallah menyuruh saya begitu. Dan jika anda menthalaq tiga, maka ia
menjadi haram kepada anda sehingga ia kawin dengan orang lain dulu, sedang anda
bermaksiat kepada Allah mengenai apa yang telah diperintahkan anda mengenai istri
anda”2

ℵ Hadits Nabi tentang Iddah

ٌُ ّ ‫عققد‬
Sedangkan iddah adalah (‫ة‬ ّ ‫ ي َِعقق‬- ّ ‫عققد‬
َ ) dari lafazh adda-ya’uddu (‫د‬ َ ) artinya
َ ‫ ) ع َد ّ ال‬artinya menghitung sesuatu. Ta’rif iddah dalam bab
ْ ‫ش‬
menghitung ‘ad asyaia (‫ئ‬
nikah adalah: “waktu yang dihitung oleh syara’ untuk menghabiskan yang ketinggalan dari
akibat perkawinan sesudah terjadi perceraian “atau” waktu tunggu buat waniota dan larangan
perkawinan selama waktu itu sesudah terjadi perceraian atau kematian suami.3

Wanita yang beriddah itu terbagi dua bagian yaitu (1) yang ditinggal mati (2) tidak
ditinggal mati.

(1) Yang ditinggal mati

⇒ Wanita yang ditinggal mati, apabila ia dalam keadaan hamil, maka ‘iddahnya (habis)
dengan melahirkan

Dasar Ayat Al-Qur’an

Ï«¯»©9$#ur z`ó¡Í³t z`ÏB Çِ ÅsyJø9$# `ÏB ö/ä3ͬ!$|¡ÎpS ÈbÎ)


óOçFö;s?ö
$# £`åkèE£Ïèsù èpsW»n=rO 9ßgô©r& Ï«¯»©9$#ur óOs9
z`ôÒÏts 4 àM»s9'ré&ur ÉA$uH÷qF{$# £`ßgè=y_r& br& z`÷è Òt

2 H. Ismuha, Paerbandingan Mazhab dalam masalah fiqih (Jakarta; Bulan Bintang, 1973) hlm 158
3 Dahlan Idhamy, Azas-Azas Fiqh Munakahat; Hukum Keluarga Islam ..hlm 73

‫علي فرحان‬
£`ßgn=÷Hxq 4 `tBur È,Gt ©!$# @yèøgs ¼ã&©! ô`ÏB ¾Ín͐öDr&
#Zô£çÇÍÈ

4. Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di


antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang
masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan
begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan
perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah
sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang
bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya. (QS. Ath-Thalaq: 4)

Dasar Hadits Nabi.

Diriwayatkan dari Miswar bun Makhramah ra:

‫ احد كما كادب لسبيل لك عليها‬،‫حسابكما علي الله‬

“Hisab untuk kamu berdua ada pula Allah, salah seorang dari kalian
berdusta, maka tidak ada jalan lagi bagimu untuk (kembali kepada)
dia (istrimu)

‫م‬.‫ فجققاءت النققبي ص‬.‫ان سبعة السققلمية نفسققت بعققد وفققاة زوجهققا بليققال‬
‫ فنكحت‬،‫ فأدن لها‬،‫فاستأدنته ان تنكح‬

“Sesungguhnya Subai’ah Al-Aslamiyah melahirkan hannya beberapa


hari setelah kematian suaminya. Kemudian ia dating kepada Nabi
saw,, meminta izin untuk menikah . beliau (Nabi Muhammad saw)
mengijinkannya. Dan ia pun menikah” (HR. Al-Bukhariy)

⇒ Sedang Wanita yang ditinggal mati bila tidak hamil, maka ‘iddahnya
empat bulan sepulluh hari

tûïÏ%©!$#ur tböq©ùuqtF㐠öNä3ZÏB tbrâx


tur %[`ºurør& z`óÁ-
/utIt £`ÎgÅ¡àÿRr'Î/ spyèt/ör& 9åkôr& #Zô³tãur ( #sÎ*sù
z`øón=t/ £`ßgn=y_r& xsù yy$oYã_ ö/ä3øn=tæ $yJÏù z`ù=yèsù
þÎû £`ÎgÅ¡àÿRr& Å$râ÷êyJø9$$Î/ 3 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès?
אÎ6yz ÇËÌÍÈ
234. Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan
meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan
dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila
Telah habis 'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu (para wali)
membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka[147] menurut
yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.

[147] Berhias, atau bepergian, atau menerima pinangan.

(2) Wanita yang tidak ditinggal mati4 apabila ia mengandung, maka


iddahnya sampai melahirkan kandungannya.

‘ Ï«¯»©9$#ur z`ó¡Í³t‘ z`ÏB Çّ ÅsyJø9$# `ÏB ö/ä3ͬ!$|¡ÎpS ÈbÎ)


óOçFö;s?ö‘ $# £`åkèE£‘ Ïèsù èpsW»n=rO 9‘ ßgô©r& Ï«¯»©9$#ur óOs9
z`ôÒÏts‘ 4 àM»s9'ré&ur ÉA$uH÷qF{$# £`ßgè=y_r& br& z`÷è‘ Òt
£`ßgn=÷Hxq 4 `tBur È,Gt ©!$# @yèøgs ¼ã&©! ô`ÏB ¾Ín͑ öDr&
#Z‘ ô£ç‘ ÇÍÈ
4. Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di
antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa
iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula)
perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang
hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan
kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya
Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. . (QS. Ath-
Thalaq: 4)

Dan bila tidak mengandung, sedang ia orang kaya yang mempunyai


haid, maka iddahnya tiga quru’ 5) yaitu (tiga kali) sucian

àM»s)¯=sÜßJø9$#ur  ÆóÁ/utIt £`ÎgÅ¡àÿRr'Î/ spsW»n=rO


&äÿrãè% 4 wur @Ïts£`çlm; br& z`ôJçFõ3t $tB t,n=y{ ª!$#
þÎû £`ÎgÏB%tnö r& bÎ) £`ä. £`ÏB÷s㐠«!$$Î/ ÏQöqu ø9$#ur
#$̐ÅzFy
228. Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu)

4 Dimaksudkan disini adalah wanita yang telah bercferai dengan suaminya baik karena talak, li’an, fasakh,
persetubuhan, dan lain sebagainya.
5 Quru’ adalah masa dua haid. Namun kadang-kadang diartikan pula dengan masa haid.

‫علي فرحان‬
tiga kali quru’. tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah
dan hari akhirat (Al-Baqarah: 228)t6

Dan berhubungan lagi dengan hadits Aisyah riwayat Malik

‫انما ال قراء الطهار‬

“Bahwa quru’ itu adalah suci”7

Sedangkan apabila wanita itu itu masih kecil, atau telah putus (tidak) haid, maka iddahnya
tiga bulan

‘ Ï«¯»©9$#ur z`ó¡Í³t‘ z`ÏB Çّ ÅsyJø9$# `ÏB ö/ä3ͬ!$|¡ÎpS ÈbÎ) óOçFö;s?


‘ö‘ $# £`åkèE£‘ Ïèsù èpsW»n=rO 9‘ ßgô©r& Ï«¯»©9$#ur óOs9 z`ôÒÏts

4. Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara


perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka
masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan
yang tidak haid . (QS. Ath-Thalaq: 4)8

6 H. Aliy As’ad, Terjamah Taqrib Dalil, terj. At-Tadzhib Fi Adillati Matni Ghayah Wat Taqrib.(Kudus; Menara
Kudus, 1984 hlm 310)
7 Dahlan Idhamy, Azas-Azas Fiqh Munakahat; Hukum Keluarga Islam ..hlm 73
8 H. Aliy As’ad, Terjamah Taqrib Dalil, terj. At-Tadzhib Fi Adillati Matni Ghayah Wat Taqrib. Hlm 311

Anda mungkin juga menyukai