Dosen Pengampuh :
Disusun Oleh :
Kelompok
EMILIA
الرحِيم
َّ ِالر ْح َم ِن
َّ ــــــــــــــــم اﷲ
ِ ِب ْس
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Pegertian ta’aluq
2. Apa itu hayat
3. Apa itu ilmu
4. Pengertian ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ta’alluq
Menurut lughat ta’alluq bermakna lenket tersangkut dan
terhubung. Sedang makna ta’alluq secara istilah yang dimaksud dalam
ilmu Aqidah adalah:
ِ َت ُم َن َّز َه ٌة َع ِن ال َّت َقد ُِّم َوال َّتا َ ُّخ ِر َوااْل ِعْ را
ِب َو ْال ِبنا َ ِء ِب ِخالَفِ َكالَ ِم ْال َحواَ ِدث َ َوال.َ
ٍ ص ْو
َ د اَ ْث َبuuuuuu
ت ْ ا ً َف َقuuuuuuى َت ْكلِيْمuuuuuu الَى َو َكلَّ َم هلَّلا ُ م ُْو َسuuuuuu ُه َت َعuuuuuuُاَلَى َق ْولuuuuuu ُه َتعuuuuuuَب ْال َكالَ ِم ل ْ ُل وُ جuuuuuuَْو َدلِي
ِ وuuuuuuُ
َكالَما لِ َن ْفسِ ِه
Dan dalil wajibnya kalam bagi Allah Ta’ala adalah firman Allah “
dan Allah telah berbicara pada Musa dengan sebenar-benar
pembicaraan” maka tetaplah kalam bagi dirinya.
صلَّى هلَّلا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لّمَّا خا َ َط َب ُه هللاُ لَ ْيلَ َة ُ لى َج َب ِل
َ َ ط ْو ِر َسيْنا َ َء َو َكذاَ َن ِبيُّنا َ َوال َّسالَ ُم َف ِه َم ُه لَمَّا ناَجاَهُ َع
هللا َتعاَلَى اِذاَ اَراَ َد اَنْ ُي ْف ِه َم َكالَ َم ُه اِل َ َح ٍد اَ ْل َقى فِى َق ْل ِب ِه َمعْ ناَهُ َو َكالَ ُم ُه َتعاَلَى
َ َّ فا َ ْل َجواَبُ اَن. ااْل ِسْ راَ ِء
Jika dikatakan, jika kalam Allah itu tidak berupa huruf atau tidak
berupa suara,maka bagaimana mungkin bisa dimengerti,padahal
Nabi Musa as. Dapat memahami ketika ketika beliau bermunajat
dibukit Thur Shina begitu pula ketika nabi Muhammad diajak berbicara
pada malam Isro Jawabannya adalah : jika Allah swt hendak
memahamkan kepada salah seorang hambaNya tentang kalamNya
maka dia meletakkan makna kalam itu di dalam hati orang tersebut
Kalam Allah itu dapat di dengar dari semua penjuru.
1. Kalam Nafsi yang di ta’rifkan dengan: “Sifat yang azali yang berdiri
dengan zat Allah swt. Bukan dengan huruf, bukan pula dengan
suara, yang di sucikan dari terdahulu dan terkemudian serta dari i’rab
dan bina’”. Kalam nafsi ini biasa disebut dengan Kalamullah.
2. Kalam Lafzi yaitu Al- Qur’an yang kita baca setiap hari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian singkat diatas dapat disimpulkan bahwa sifat 20 yang
wajib bagi Allah terbagi menjadi 4 bagian : sifat nafsiyah yaitu wujud,
sifat salbiyah yaitu qidam, baqo’ mukholafatuhu lil hawadis, qiyamuhu
binafsihi, wahdaniyat. sifat ma’ani yaitu qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama
bashor, kalam sifat ma’nawiyah yaitu kaunuhu qadiran kaunuhu
muridan kaunuhu aliman kaunuhu hayyan, kaunu sami’an kaunuhu
bashiran kaunuhu mutakalliman
Taalluq bagi sifat ma’ani dengan beberapa kemungkinan dan
perkara yang wujud ada 4 bagian:
Sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang wujud adalah
sifat sama’dan bashor. Sesuatu yang tidak berhubungan sama sekali
yaitu sifat hayat. Bagi orang-orang mukallaf tidak diwajibkan
mengetahui taalluq sifat tersebut, mukallaf hanya wajib memahami
sifat-sifat Allah secara global beserta dalil-dalilnya. Karena mengetahui
taalluq termasuk mendalami ilmu kalam. Sifat jaiz bagi Allah hanya satu
yaitu kebebasan meniadakan atau mengadakan sesuatu, merupakan
kewenangan yang mutlak bagi Allah Taala.
B. Saran
Demikian yang dapat kami susun mengenai materi sifat-sifat Allah
ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang
ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca mau memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
ada khususnya, juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA