Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“TA’ALUQ SIFAT ILMU, KALAM, HAYAT“

Dosen Pengampuh :

Disusun Oleh :

Kelompok

EMILIA

INSTITUT AGAMA ISLAM


NUSANTARA BATANG HARI
2021
KATA PENGANTAR

‫الرحِيم‬
َّ ‫ِالر ْح َم ِن‬
َّ ‫ــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫ِب ْس‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan


semesta alam yang senantiasa memberikan kemudahan kelancaran
beserta limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.

Alhamdulillah berkat Rahmat dan ridha-Nya penulis dapat


menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “TA’ALUQ SIFAT
ILMU, KALAM, HAYAT“”. makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas kelompok tahun akademik 2021

Dalam penyusunan makalah ini Penulis mendapatkan bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun.

Muara Bulian, Desember 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Telah kita ketahui bersama bahwa Allah menciptakan makhluk  ini
untuk beribadah kepada-Nya maka ketahuilah bahwa jikalau hambanya
tidak beribadah kepada Allah tidak ada kurang dan rugi tapi yang rugi
hanya hamba yang tidak mau beribadah kepadanya.“Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku”  (Adz-Dzariyaat1:56
Ibadah tidak disebut ibadah kecuali bila disertai dengan tauhid
(pengesaan) kepada sang khaliq. Sebagaimana shalat, tidaklah disebut
shalat bila tidak disertai dengan bersuci. Bila ibadah dicampuri syirik
tidak mau mentauhidkan sang pencipta maka rusaklah ibadah itu
karena batal keimanannya sebagaimana rusaknya shalat bila
disertai adanya najis
Wajib hukumnya bagi setiap muslim mukallaf (yang telah dewasa)
laki-laki maupun perempuan baik dari golonhan awam para hamba
maupun pelayan (pembantu) mengetahui terdapat beberapa sifat
kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah sifat-sifat wajib bagi
Allah yang mustahil ataupun yang jaiz bagi Allah.
Seorang mukallaf memiliki kewajiban individu (fardhu ‘ain) untuk
mengenal akidah beserta dalilnya secara global, baik dalil secara naqli
maupun aqal karena sesungguhnya kesempurnaan ilmu hanya milik
Allah. Yang dimaksud dengan dalil global adalah dalil yang
membutuhkan penafsiran dan pembuktian dari keumumannya tersebut.
Jika ada pertanyaan “apakah dalil yang membuktikan bahwa Allah SWT
itu ada (wujud)?”. Maka dijawab “alam ini”. Dengan dalil alam tersebut
seumpamanya kita paham tetapi tidak mengerti dari sudut pandang
mana alam tersebut bisa menjadi dalil. Maka dalil alam tersebut disebut
dalil secara global. Jika mengetahui bahwa alam bisa menjadi dalil
adanya Allah karena adanya alam karena sifat alam yang ada setelah
ia tiada yang membuktikan alam tersebut di ciptakan oleh Allah yang
artinya Allah ada sebelum segala sesuatu ada maka dalil ini adalah dalil
terperinci hukum mendatangkan dalil ini adalah fardhu kifayah yang
hanya diwajibkan kepada sebagian untuk membebaskan hukum wajib
bagi sebagian yang lain.
Penulisan makalah ini insyaallah memberikan sedikit banyaknya
pengetahuan tentang sifat-sifat Allah beserta dalil-dalilnya baik secara
naqli atau aqal.

B. Rumusan Masalah
1. Pegertian ta’aluq
2. Apa itu hayat
3. Apa itu ilmu
4. Pengertian ilmu
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ta’alluq
Menurut lughat ta’alluq bermakna lenket tersangkut dan
terhubung. Sedang makna ta’alluq  secara istilah yang dimaksud dalam
ilmu Aqidah adalah:

‫طلب الصفة امرا زائدا على قيامه بالذات‬


Pengaruh/efek sebuah sifat kepada yang lain di luar zat. Misalnya
sifat Qudrah memiliki efek yang berpengaruh kepada zat yaitu
menjadikanya sebagai “Qaadiran” dan juga memiliki pengaruh kepada
hal lain di luar zat yaitu dengan Qudrah Allah menciptakan makhluk
maka adanya makhluk adalah efek dari sifat Qudrah kepada hal lain di
luar zat dan inilah yang dinamakan dengan “Ta’aluq”.

C. Pengertian Sifat Hayat bagi Allah


Wajib bagi Alah mempunyai sifat hayat atau hidup. Sifat ini
yang membenarkan bahwa Allah mempunyai sifat ilmu, qudrat,
iradat, sama’, bashar dan kalam. Hidup disini terdapat pada zat
Allah dan tidak disertai ruh seperti makhluk.
Lawan dari sifat ini adalah maut (mati). Rasa kantuk
ataupun tidur tidak akan ada pada Allah begitu pula dengan
kerusakan ataupun kematian
Dengan adanya alam ini jelaslah apabila Allah tidak
mempunyai sifat hayat, maka pasti Allah bersifat maut. Dan jika
Allah mempunyai sifat tersebut maka Allah tidak akan kuasa,
tidak menghendaki dan tidak mengetahui. Sedangkan tidak
adanya Allah akan tetapi mempunyai sifat qudrat, iradat, dan
ilmu adalah muhal (mustahil)dan jika demikian niscaya tidak
akan wujud sesuatu dari alam semesta ini serta tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada.
              
            
           
           
      

Artinya : ”Allah tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)


melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus
(makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-
Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi
syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa
yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka
tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha
Tinggi lagi Maha Besar” (al-Baqarah: 255).
Sifat ini tidak ada ta’alluqnya. Hanya saja, sifat hayat
merupakan syarat logis didalam menetapkan sifat-sifat ma’ani.
Maksudnya, dari wujudnya sifat ini menjadi kepastian akan
wujudnya sifat-sifat ma’ani.
Sifat kesepuluh yang wajib bagi Allah adalah Hayat (hidup) dan
dia adalah satu sifat yang mensyahihkan bagi orang yang dia (Hayat
itu) berdiri denganya akan idrok (pencapaian) seperti ilmu sama dan
bashor dalam arti dia syah untuk bersifat dengan yang demikian itu.
Maksudnya Hayat itu adalah satu sifat yang apabila dia berada
pada seseorang maka pantaslah orang itu untuk bersifat dengan idrok
seperti mengetahui, mendengar dan melihat. Dan tidak lazim dari hayat
itu besifat dengan idrok tersebut dengan perbuatan. Dan dia (hayat) itu
tidak ta’alluq dengan sesuatu baik yang maujud ataupun yang ma’dum.
Sebab dari tidak ta’alluqnya sifat hayat itu dengan semua itu adalah
karena hayat itu tidak menuntut perkara yang lebih atas berdirinya
dengan zatnya melainkan dia adalah satu sifat yang membenarkan
atau membolehkan orang yang dia tempati untuk bersifat dengan idrok
sehingga orang yang dia tempati itu menjadi orang yang mengetahui,
orang yang mendengar dan orang yang melihat.
Dalil atas wajibnya Qudrat, Irodat, Ilmu dan Hayat adalah
wujudnya sekalian makhluk ini karena kalau terhapus sesuatu dari yang
empat ini niscaya tidak didapatkan satu mahklukpun. Maka tatkala
didapatkan sekalian makhluk ini tahulah kita bahwa Allah bersifat
dengan sifat-sifat ini.
D. Sifat Ketiga Belas Yang Wajib Bagi Allah Ta’ala
ْ ‫ِي صِ َف ٌة َق ِد ْي َم ٌة َقا ِئ َم ٌة ِبذاَ ِت ِه َت َعالَى لَ ْي َس‬
ٍ ْ‫ت ِب َحر‬
‫ف‬ َّ ‫ص َف ُة‬
َ ‫الثالِ َث َة َع ْش َر َة مِنْ صِ فا َ ِت ِه َتعاَلَى ْال َكالَ ُم َوه‬ ِّ ‫اَل‬

ِ َ‫ت ُم َن َّز َه ٌة َع ِن ال َّت َقد ُِّم َوال َّتا َ ُّخ ِر َوااْل ِعْ را‬
 ِ‫ب َو ْال ِبنا َ ِء ِب ِخالَفِ َكالَ ِم ْال َحواَ ِدث‬ َ َ‫وال‬.َ
ٍ ‫ص ْو‬

Sifat ke 13 dari sifat-sifat Allah Ta’ala adalah Kalam. Dan dia


adalah sifat yang qodim yang berdiri dengan dzat Allah Ta’ala tidak
dengan huruf dan tidak pula dengan suara,disucikan dari pada
terdahulu dan terkemudian serta dari i’rob dan bina’.Berlawanan
dengan segala kalam yang baharu.

Wajib bagi Allah mempunyai sifat Kalam ( maha berbicara ). Sifat


ini merupakan sifat terdahulu yang ada pada dzat Allah dan sifat ini
tidak berupa huruf atau suara.Sifat ini bersih serta tidak berada pada di
depan atau belakang sesuatu,juga bersih dari i’rab dan bina’(menurut
istilah ilmu nahwu dan sharaf) serta bersih pula dari diam dalam
hati.Misalnya Allah menyembunyikan kalam di dalam dzatnya,dimana
dia sendiri yang berkuasa mengucapkannya.

َ ‫د اَ ْث َب‬uuuuuu
‫ت‬ ْ ‫ا ً َف َق‬uuuuuu‫ى َت ْكلِيْم‬uuuuuu‫ الَى َو َكلَّ َم هلَّلا ُ م ُْو َس‬uuuuuu‫ ُه َت َع‬uuuuuuُ‫اَلَى َق ْول‬uuuuuu‫ ُه َتع‬uuuuuuَ‫ب ْال َكالَ ِم ل‬ ْ ‫ ُل وُ ج‬uuuuuuْ‫َو َدلِي‬
ِ ‫و‬uuuuuuُ
‫ َكالَما‬  ‫لِ َن ْفسِ ِه‬                 
             
Dan dalil wajibnya kalam bagi Allah Ta’ala adalah firman Allah “
dan Allah telah berbicara pada Musa dengan sebenar-benar
pembicaraan” maka tetaplah kalam bagi dirinya.

َّ ‫ْف ُي ْف َه ُم اَنَّ َس ِّيدَنا َ م ُْو َسى َعلَ ْي ِه ال‬


 ُ‫صالَة‬ َ ‫ت َف َكي‬ َ َ‫ف َوال‬
ٍ ‫ص ْو‬ َ ‫َفاِنْ قِ ْي َل اِذاَ كا َ َن َكالَ ُم ُه َتعاَلَى لَي‬
ٍ ْ‫ْس ِب َحر‬

 ‫صلَّى هلَّلا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لّمَّا خا َ َط َب ُه هللاُ لَ ْيلَ َة‬ ُ ‫لى َج َب ِل‬
َ َ ‫ط ْو ِر َسيْنا َ َء َو َكذاَ َن ِبيُّنا‬ َ ‫َوال َّسالَ ُم َف ِه َم ُه لَمَّا ناَجاَهُ َع‬

 ‫هللا َتعاَلَى اِذاَ اَراَ َد اَنْ ُي ْف ِه َم َكالَ َم ُه اِل َ َح ٍد اَ ْل َقى فِى َق ْل ِب ِه َمعْ ناَهُ َو َكالَ ُم ُه َتعاَلَى‬
َ َّ‫ فا َ ْل َجواَبُ اَن‬. ‫ااْل ِسْ راَ ِء‬

 ِ‫ْال َق ِد ْي ُم يُسْ َم ُع مِنْ َج ِمي ِْع ْال ِجهاَت‬

Jika dikatakan, jika kalam Allah itu tidak berupa huruf atau tidak
berupa suara,maka bagaimana mungkin bisa dimengerti,padahal
Nabi Musa as. Dapat memahami ketika ketika beliau bermunajat
dibukit Thur Shina begitu pula ketika nabi Muhammad diajak berbicara
pada malam Isro Jawabannya adalah : jika Allah swt hendak
memahamkan kepada salah seorang hambaNya tentang kalamNya
maka dia meletakkan makna kalam itu di dalam hati orang tersebut
Kalam Allah itu dapat di dengar dari semua penjuru.

Menurut Ahlussunnah Al-Qur’an mempunyai dua makna :

1. Kalam Nafsi yang di ta’rifkan dengan: “Sifat yang azali yang berdiri
dengan zat Allah swt. Bukan dengan huruf, bukan pula dengan
suara, yang di sucikan dari terdahulu dan terkemudian serta dari i’rab
dan bina’”. Kalam nafsi ini biasa disebut dengan Kalamullah.
2. Kalam Lafzi yaitu Al- Qur’an yang kita baca setiap hari.

E. Ta’alluq sifat ilmu


Wajib bagi Allah mempunyai sifat ilmu, yaitu sifat yang
telah ada dan terdahulu serta menetap pada dzat Allah.
Dengan sifat ilmu ini, Allah mengetahui sifat sifat yang wajib,
mungkin, dan yang mustahil adanya dengan segala macam
rincian yang terliput oleh Nya.
Oleh karena itu pula Allah mengetahui secara rinci pula
mengetahui sesuatu dan tidak terbatas seperti kesempurnaan
sifat Nya mengatur nafas seluruh penghuni surga.
Adapun ta’alluq sifat ilmu hanya satu yaitu ta’alluq dengan
pelksanaan yang terdahulu. Dengan demikian Allah mengetahui
semua maklumat yang meliputi apa saja yang berlaku/ berjalan
dimuka bumi sampai diatas langit.dan sekecil apapun dari yang
melata dimuka bumi dan langit tidak akan terlepas dari
pengetahuanNya.
Lawan dari sifat ilmu adalah jahil (bodoh). Dalil ketetapan
sifat ilmu yang wajib bagi Allah adalah adanya ala mini.
Jelasnya, apabila Allah tidak bersifat ilmu, sudah jelas Allah
mempunyai sifat bodoh. Dan itu adalah mustahil bagi Allah.
           
           
         

Artinya : dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib


tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri dan Dia
mengetahui apa yang di daratan dan di lautan dan tiada sehelai
daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula) dan
tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi dan tidak
sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam
kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" Al-An’am:59
Sifat ilmu hanya memiliki dua segi ta’alluq, yaitu :
a. Ta’alluq suluhi qadim
Yaitu kelayakan atau kepatutan sifat ilmu ta’alluq kepada
Segalanya (wajib mustahil dan jaiz) dengan berbagai keadaan tanpa
perantara tanpa mumkin ada pada azali dan kelayakannya tingkatan
pengetahuan (waham, syak, Zhan dan yakin ) dan tanpa didahului
oleh ketidaktahuan (jahil). Oleh karena itu ilmu bersifat qadîm. Maka
kelayakan ilmu ta’alluq kepada segala-galanya adalah; qadim, maka
ta’alluq ini disebut, dengan ta’alluq suluhi qadim.
b. Ta’alluq tanjîzi qadim
Yaitu, ta’alluq ilmu Allah kepada segala-galanya secara langsung
dengan kondisi yang telah disebutkan. Mustahil ilmu Allah Ta’ala
yang maha tahu atas segala sesuatu, didahului oleh ketidaktahuan
(jahil). Oleh sebab itu ta’alluq tanjizi ilmu Allah itu juga qadîm,
dengan arti kata Allah Ta’ala tdak pernah tidak tahu; pada suatu
ketika; masa yang lalu sekarang atau yang akan datang. Karena
ilmu-Nya meliputi segala waktu dan tempat

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian singkat diatas dapat disimpulkan bahwa sifat 20 yang
wajib bagi Allah terbagi menjadi 4 bagian : sifat nafsiyah yaitu wujud,
sifat salbiyah yaitu qidam, baqo’ mukholafatuhu lil hawadis, qiyamuhu
binafsihi, wahdaniyat. sifat ma’ani yaitu qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama
bashor, kalam sifat ma’nawiyah yaitu kaunuhu qadiran kaunuhu
muridan kaunuhu aliman kaunuhu hayyan, kaunu sami’an kaunuhu
bashiran kaunuhu mutakalliman
Taalluq bagi sifat ma’ani dengan beberapa kemungkinan dan
perkara yang wujud ada 4 bagian:
Sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang wujud adalah
sifat sama’dan bashor. Sesuatu yang tidak berhubungan sama sekali
yaitu sifat hayat. Bagi orang-orang mukallaf tidak diwajibkan
mengetahui taalluq sifat tersebut, mukallaf hanya wajib memahami
sifat-sifat Allah secara global beserta dalil-dalilnya. Karena mengetahui
taalluq termasuk mendalami ilmu kalam. Sifat jaiz bagi Allah hanya satu
yaitu kebebasan meniadakan atau mengadakan sesuatu, merupakan
kewenangan yang mutlak bagi Allah Taala.
B. Saran
Demikian yang dapat kami susun mengenai materi sifat-sifat Allah
ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang
ada hubungannya dengan judul makalah ini.
 Penulis banyak berharap para pembaca mau memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
ada khususnya, juga para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

As-Sanusi, Ad-Dasuki, ‘Ala Ummil Barohin, (Jakarta: Dar Al-kutub Al-


Islamiyah 2012)
Muhammad Al-Fudholi, Terjemah Kifayatul Awam, (Surabaya: Mutiara
Ilmu 2012)
Mumammad An-Nawawi, Terjemah Tijan Ad-Darori, (Surabaya:Mutiara
Ilmu, 2010)
Mumammad An-Nawawi, Terjemah Fathul Majid, (Surabaya: Mutira Ilmu
2014)
Sayyid Sabiq,  Aqidah Islamiyyah, (Jakarta : Robbani Press 2006)
Syeik Ibrahim Al-Laqqoni, Terjemah Jauhararut Tauhid, (Surabaya:
Mutiara Ilmu, 2010)

Anda mungkin juga menyukai