Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan


Maha Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada kami
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang taaluq sifat
qudrat dan iradat menurut ahli sunnah wa jammah besrta qumumul
khamsah Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan
mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari segala
hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmu
tauhid ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.

MUARA BULIAN, 08 DESEMBER 2021


PENULIS,

SABRINA RISKY AMALIA

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Telah tahu Kita ketahui bersama bahwasanya Allah menciptakan
makhluq ini untuk beribadah kepada-Nya, maka ketahuilab bahwa jikalau
hambanya tidak ber ibadah kepada Allah tidak ada kurang dan rugi, tapi
yang rugi hanya hamba yang tidak mau beribadah kepadanya. I"Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka beribadah
kepada-Ku" (Adz-Dzariyaat1:56) Ibadah tidak disebut ibadah kecuali bila
disertai dengan tauhid (pengesaan) kepada sang khaliq. Sebagaimana
shalat, tidaklah disebut shalt bila tidak disertai dengan bersuci, Bila
ibadáh dicampuri syirik tidak mau mentauhidkan sang pencipta maka
rusaklah ibadah itu karna batal keimanannya, sebagaimana rusaknya
shalat bila disertai adanya najis. Wajib hukumnya bagi setiap muslim
mukallaf (yang telah dewasa) laki-laki maupun perempuan, baik dari
golongan awam mengetahui terdapat beberapa sifat kesempurnaan yang
tidak terhingga bagi Allah, sifat-sifat wajib bagi Allah, yang mustahil
ataupun yang jaiz bagi Allah. Seorang mukallaf memiliki kewajiban
individu (fardhu *an) untuk mengenal akidah beserta dalilnya secara
global, baik dalil secara nagli maupun agal karena sesungguhnya
kesempurnaan ilmu hanya milik Allah. "Dan ilmu mereka tidak bisa
meliputi ilmu Allah." (thoha: 110) Yang dimaksud dengan dalil global
adalah dalil yang membutuhkan penafsiran dan pembuktian dari
keumumannya tersebut. Jika ada pertanyaan "apakah dalil yang
membuktikan bahwa Allah SWT itu ada (wujud)?". Maka dijawab "alam
ini". Dengan dalil alam tersebut seumpamanya kita paham tetapi tidak
mengerti dari sudut pandang mana alam tersebut bisa menjadi dalil.

2
Maka dalil alam tersebut disebut dalil secara global. Jika mengetahui
bahwa alam bisa menjadi dalil adanya Allah karena adanya alam karena
sifat alam yang ada setetah ia tiada, yang membuktikan alam tersebut di
ciptakan oleh Allah yang artinya¡ Allah ada sebelum segala sesuatu ada,
maka dalil ini adalah dalil terperinci, hukum mendatangkan dalil ini adalah
fardhu kifayah yang hanya diwajibkan kepada sebagian untuk
membebaskan hukum wajib bagi sebagian yang lain. Penulisan makalah
in insyaallah memberikan sedikit banyaknya pengetahman tentang sifat
sifat Allah beserta dalil-dalilnya baik secara nagli atau agal.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Taaluq sifat qudrat dan iradat

A. Qudrat

Wajib bagi Allah mempunyai sifat qudrah. Dan sifat ini merupakan aplikasi
dari sifat wujud yang telah dahulu dan selalu menetap pada dzat Allah.
Dengan sifat qudrat ini, Allah akan mewujudkan atau meniadakan segala
sesuatu kemungkinan yang sesuai dengan kehendakNya. Sifat qudrat
mempunyai tujuh ta’alluq (kebergantungan), yaitu :
1. Ta’alluq shuluhi Qadim (kebergantungan yang bersifat lazim dizaman
dahulu), yaitu lazim memiliki sifat qudrat dizaman dahulu yang
mewujudkan dan atau meniadakan sesuatu pada saat hal itu mungkin
adanya.
2. Ta’alluqnya sifat qudrat dengan mewujudkan kemungkinan yang
sebelumnya tidak ada.
3. Ta’alluqnya sifat qudrat dengan meniadakan kemungkinan setelah
wujudnya kemungkinan tersebut.
4. Ta’alluqnya sifat qudrat dengan mewujudkan kemungkinan, seperti
kebangkitan dari kubur. Dan tiga ta’alluq qabdliah (kebergantungan
yang ada dalam genggaman Allah) yaitu:
5. Ta’alluqnya sifat qudrat dengan berlangsungnya perkara yang
meungkin tetap tidak ada atau pada saat ada kemungkinan untuk
wujud dan sebelum wujudnya.
6. Ta’alluqnya sifat qudrat dengan berlangsungnya wujud yang mungkin,
setelah tidak adanya.
7. Ta’alluqnya sifat qudrat dengan berlangsungnya kemungkian tidak
berwujud setelah wujudnya. Artinya, kemungkinan itu ada kemudian
tidak ada.

Artinya: “dan tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan allah baik di
langit maupun dibumi sesungguhnya allah maha mengetahui lagi maha
kuasa.” (al-fatir: 44).

4
Lawan dari sifat qudrat adalah lemah (‘ajzu). Dan dalil sifat qudrat yang
wajib bagi Allah adalah wujud alam semesta ini. Apabila sifat qudrat,
niscaya Allah lemah. Dan apabila Allah lemah, maka tak akan t Terwujud
sesuatu. Dengan kata lain, semua dari makhluk ini tidak aka nada.
Sedangkan tidak wujudnya sesuatu dari semua makhluk adalah mustahil,
karena akan bertentangan dengan perasaan dan kenyataan yang telah
ada. Hal ini tidak akan pernah mungkin terjadi, karena alam ini telah
wujud.
Dari keterangan diatas, maka keta'allugan qudrat kepada segala yang
mumkin, dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Kelompok ta'alug sulûhi qadìm (patut dalam azali) Yaitu, kelayakan
ta'alluq qudrat Allah Ta'ala, kepada segala yang mumkin pada azali
dan kelayakannya adalah qadim, karena qudrat itu bersifat qadìm.
Oleh sebab itu, dinamakan ta'alluq sulûhi, dengan ta'allug sulûhi
qadim.
2. Kelompok ta'alluq tanjìzi hadits Yaitu, ta'alluq qudrat Allah Ta'ala
secara langsung kepada segala yang mumkin, sehingga segala
yangmumkin tadi mengalami perubahan, yakni menjadi ada atau
kembali menjadi tidak ada atau berubah dari satu keadaan menjadi
keadaan yang lain. Oleh sebab itu, ta'alluq ini disebut dengan
ta'allug tanjizi hadis.
3. Kelompok ta'alluq qabdlah Yaitu, segala bentuk perubahan pada
segala yang mumkin, berada dalam qabdlah (genggaman) qudrat
Allah Ta'ala, dalam arti bahwa, tidak terjadi suatu perubahan pada
diri sesuatu yang mumkin, kecuali dengan ta'allug tanjizi qudrat
kepada suatu yang mumkin.

B. Iradat
Wajib bagi Allah mempunyai sifat Iradat (berkehendak). Dengan sifat ini
Allah menentukan perkara yang mungkin dengan sifat iradat itu, dalam arti
sebagian perkara yang mungkin wujudnya. Adakalanya Allah mewujudkan
atau meniadakan sesuatu sesuai dengan iradatnya.
Artinya : ” Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami
menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Kun (jadilah)”,
maka jadilah ia.”(an-nahl:40).

5
Lawan dari sifat iradat adalah karohah (terpaksa) berarti tidak adanya sifat
iradat. Ta’alluqnya sifat iradat dan segala yang mungkin memiliki
kesamaan dengan sifat qudrat Nya. Akan tetapi, ta’alluqNya sifat qudrat
merupakan ta’alluq yang mewujudkan dan meniadakan. Sedangkan
ta’alluqnya sifat iradat adalah ta’alluq yang menentukan. Oleh karena itu,
sifat iraadat tidak ada ta’alluqnya dengan perkara yang wajib dan
mustahil. Termasuk hal yang mungkin adalah perkara baik dan buruk.
Oleh karena itu, tidak ada suatu kebaikan atau keburukan yang terjadi
pada makhluk (seluruhnya), kecuali sengan iradat Allah. Karena tidak
akan mungkin bila sesuatu yang terjadi pada makhluk ini secara terpaksa
diadakan oleh Allah. Berbeda dengan kaum mu’tazilah yang mengatakan
bahwa sifat iradat Allah tidak ada ta’alluqnya dengan kebaikan dan
keburukan. Dalil ketetapan sifat iradat bagi Allah adalah adanya ala mini.
Jelaslah jika Allah tidak mempunyai sifat iradat, sudah pasti Allah
terpaksa. Jika Allah terpaksa, maka Allah tidak mempunyai sifat qudrat.
Iradat Menurut Ahlussunnah Irâdat (kehendak / ketentuan Allah ) tidak
mesti sejalan dengan perintah dan ridhoNya. Untuk itu ada empat macam
yaitu:
1. Kadang dikehendaki Allah, disuruhNya dan diridhoiNya. Seperti
iman orang yang diketahui Allah keimanannya, Misalnya, Abu Bakr
siddiq.
2. Kadang tidak dikehendakiNya, tidak diperintahNya dan tidak
diridhoiNya. Seperti kafirnya Abu Bakar.
3. Kadang dikehendakiNya, tidak diperintahNya dan tidak diridhoiNya.
Seperti kafirnya orang-orang yang diketahui Allah, tidak akan
beriman. Misalnya, Fir'aun, Qarun dan orang-orang bermaksiat
Kadang diperintahNya, tetapi tidak dikehendakiNya. Seperti
berimannya Fir'aun, Qarun dan lain-lain.

Jika sifat wahdaniyyah telah ditetapkan bagi Allah maka sudah barang
tentu Allah disucikan dari keberadaan Al-kumumul Khomsah al Masyhuroh
(lima kam yang terkenal).Al-kumumul Khomsah al-Masyhuroh tersebut
yaitu Kam Munfashil Fidzdzat, Kam Muttashil Fidzdzat, Kam Munfashil
Fishshifat, Kam Muttashil Fishshifat dan Kam Munfashil Fil-Af’al.
1. Kam Munfashil Fidzdzat

6
Artinya, ada dzat yang sama dengan dzat Allah. Jadi bisa dikatakan
ada makhluk yang memiliki bentuk yang sama dengan bentuk
Allah. Hal ini sangat muhal bagi Allah.
2. Kam Muttashil Fidzdzat
Artinya, Dzat Allah itu tersusun dari beberapa bagian seperti dzat
manusia yang tersusun dari daging, tulang, darah dan sebagainya.
Hal ini juga sangat muhal bagi Allah.
3. Kam Munfashil Fishshifat
Artinya, Ada satu makhluk yang memiliki sifat-sifat yang sama
dengan sifat-sifat Allah. Hal ini juga sangat muhal bagi Allah.
4. Kam Muttashil Fishshifat
Artinya, Allah itu memiliki dua sifat yang memiliki nama dan arti
yang sama. Jadi dapat dikatakan bahwa seperti sifat qudroh,
irodah, ‘ilmu dan sifat-sifat Allah yang lain tidak ada yang ganda.
Dengan begitu sifat qudroh Allah yang digunakan untuk
mewujudkan sesuatu yang kecil juga digunakan untuk mewujudkan
sesuatu yang besar, sifat irodah Allah yang digunakan untuk
menginginkan sesuatu yang sedikit juga digunakan untuk
menginginkan sesuatu yang banyak dan sifat ‘ilmu Allah yang
digunakan untuk mengetahui sesuatu yang sedikit juga digunakan
untuk mengetahui sesuatu yang banyak dan seterusnya.
5. Kam Munfashil Fil-Af’al
Artinya, Ada satu makhluk yang memiliki perbuatan seperti
perbuatan Allah. Hal ini muhal bagi Allah karena segala perbuatan
adalah ciptakan Allah. Allah berfirman:
"‫"وهللا خالق على كل شئ‬
“Allah yang menciptakan segala sesuatu”
"‫"وهللا خلقكم وما تعملون‬
“Allah yang menciptakan kalian semua dan apa yang kalian
perbuat”

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

taalluq bagi sifat ma’ani dengan beberapa kemungkinan dan perkara


yang wujud ada 4 bagian :

1. sesuatu yang berhubungan dengan beberapa kemungkinan yaitu :


sifat qudrat dan sifat iradat. Namun, hubungan yang pertama
merupakan perwujuudan dan peniadaan. Dan hubungan kedua,
yakni sifat iradat merupakan hubungan secara ketentuan.
2. Sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang wajib,
kewenangan dan kemustahilan yaitu, sifat ilmu dan kalam. Namun,
hubungan yang pertama merupakan taalluq secara terbuka.
Sedangkan sifat kalam sebagai penunjuk.
3. Sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang wujud adalah
sifat sama’ dan bashor.
4. Sesuatu yang tidak berhubungan sama sekali yaitu sifat hayat.
Bagi orang-orang mukallaf tidak diwajibkan mengetahui taalluq
sifat tersebut, mukallaf hanya wajib memahami sifat-sifat Allah
secara global beserta dalil-dalilnya.
Karena mengetahui taalluq termasuk mendalami ilmu kalam. Sifat jaiz
bagi Allah hanya satu yaitu kebebasan meniadakan atau mengadakan
sesuatu, merupakan kewenangan yang mutlak bagi Allah Taala.

8
9

Anda mungkin juga menyukai