Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Iman  secara bahasa Arab adalah percaya, pengertian secara

Istilah, iman kepada adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan


dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.
Jadi, pengertian Iman Kepada Allah adalah membenarkan dengan hati
bahwa Allah ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanya,
kemudian diakui dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan di
dunia nyata.

Dalil Naqli Iman Kepada Allah


Adapun dalil Naqli untuk menguatkan penjelasan diatas :
QS. Al-Baqarah 136

QS Al-Baqarah Ayat 163 dan artinya


Artinya :
“Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia.
Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah : 163).

B. Fungsi Beriman Kepada Allah


1. Menambah Keyakinan

Kita tahu bahwa Allah SWT lah yang menciptakan segala sesuatunya dan
membuat kita masih hidup sampai sekarang. Jadi kita harus semakin yakin
dan bersyukur kepada Allah

2. Menambah Ketaatan

Dengan beriman kepada Allah dapat menjadikan acuan untuk taat


menjalani perintah Allah dan menjauhi laranganya sehingga hati kita akan
selalu ingat kepada Allah

3. Menentramkan Hati

Dalam surah Ar-Ra’ad ayat 28 dijelaskan bahwa orang-orang beriman selalu


mengingat Allah, dan membuat hati mereka tentram karenanya

4. Dapat Menyelamatkan Hidup Manusia di Dunia Maupun Akhirat


Dalam Quran Surah Al-Mukminin, Allah berfirman : “Sesungguhnya Kami
menolong rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman dalam
kehidupan dunia dan pada berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)”

5. Mendatangkan Keuntungan dan Kebahagiaan Hidup

Manusia yang beriman kepada Allah hati mereka menjadi tentram, hidup
pastinya akan lebih bahagia dan permasalahan menjadi lebih mudah
diselesaikan karena Allah akan membantunya.

Ada banyak sekali contoh perilaku iman kepada Allah yang bisa kita
lakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti :
1. Mendirikan Sholat
2. Menafkahkan sebagian rezeki
3. Beriman Kepada Kita Allah
4. Menafkan sebagian hartanya baik disaat waktu lapang ataupun
sempit
5. Selalu berbuat kebajikan
6. Mampu menahan amarah
7. Mampu memaafkan kesalahan orang lain
8. Melaksanakan perintah Allah dari segi ibadah
9. Berhenti dari perbatan keji dan tidak mengulanginya lagi
10.Mempercayai dengan benar rukum iman

Wujud/ada adalah sifat pertama dari dua puluh sifat wajib Allah swt. Lalu bagaimana cara
kita meyakini bahwa Allah swt. itu wujud?

Syekh Thahir Al-Jazairi di dalam kitabnya Jawahirul Kalamiyah Fi Idhahil A’qidah Al-
Islamiyyah mengatakan bahwa cara beriman atau meyakini Allah swt. itu wujud adalah
sebagai berikut.

‫ان نعتقد ان هللا تعالى موجود وان وجوده بذاته ليس بواسطه شيئ وان وجوده واجب اليمكن ان يلحقه عدم‬

Kita meyakini bahwa Allah swt. itu wujud/ada. Sungguh adanya Allah itu dengan dzatNya
(Allah sendiri) bukan melalui perantara apapun. Dan sungguh wujudnya Allah itu wajib,
tidak mungkin diiringi dengan tidak ada.
Berdasarkan keterangan Syekh Thahir tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

1. Wujudnya Allah swt. itu bukan melalui perantara apapun. Bukan diciptakan
oleh siapapun. Karena jika wujudnya melalui perantara, maka Allah swt. akan
seperti makhlukNya yang butuh perantara untuk diwujudkan. Padahal Allah
swt. tidak seperti makhlukNya. Wujudnya Allah adalah dzat Allah itu sendiri.
2. Wujudnya Allah itu wajib kita yakini. Arti kata wajib sendiri adalah ketika tidak
ada gambaran sedikitpun di dalam akal akan Jadi yang tergambar jelas adalah
Allah itu pasti ada. Bukan mustahil dan bukan mungkin ada.
3. Adanya Allah swt, itu tidak didahului tidak ada. Berbeda dengan makhlukNya
atau ciptaanNya yang ada setelah awalnya tidak ada. Seperti manusia yang
lahir dari perut ibunya. Manusia itu sekarang ada setelah dilahirkan yang
dahulunya tidak ada. Sedangkan Allah swt. wujudNya tidak seperti itu.
4. Bukti wujudnya Allah swt. adalah seluruh alam ini. Bagaimana bisa alam ini ada
kalau tidak ada yang menciptakan?. Bagaimana dunia dan seisinya ini bisa
beroprasi dengan baiknya kalau tidak ada yang mengatur?. Maka adanya
seluruh alam ini, dunia ini, adalah bukti Allah swt. itu wujud. Ada.

Baiklah kita kembali pada hakekat “Allah”, bahwa Allah itu bukan sekedar huruf, bukan kata, bukan
kalimat, bukan tulisan, bukan kaligrafi, bukan makna, bukan nama, bukan sifat, bukan pula cahaya
tapi Allah itu adalah Dzat Yang Maha Hidup. Dikatakan Dzat karena merupakan totalitas (akumulasi)
dari seluruh zat yang ada di bumi alam semesta jagat raya ini. Dari sini sebenarnya kita sudah
mendapatkan gambaran, bahwa Wujud Allah Yang Maha Nampak itu adalah totalitas dari wujud
yang nyata ada di kehidupan bumi alam semesta raya ini, yang berarti bahwa Wujud Allah itu tidak
bisa digambarkan dengan jelas, Allah berbeda dengan mahluk-mahluk-Nya dan Allah maha luas tak
terbatas.

A.       Dzat
Dzat adalah sesuatu itu sendiri, dan inti dari sesuatu itu. Sedangkan dzat Allah menurut ibnu sina adalah
wujud Allah itu sendiri dan bersifat mutlak.
Setiap zat mempunyai sifat, keduanya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, hanyasaja pada
suatu saat tertentu atau dalam keadaan tertentu sifat dapat berubah dengan sifat lainya. Sifat-sifat tersebut
merupakan pengejawantahan kemampuan dan kecirian zat yang disifatkan. Maka zat hanya mampu bergerak
dan memberi akibat sesuai dengan hukuman yang dimiliki. Zat dalam keimanan dibagi empat :
1.      Jarim ialah sesuatu yang terdiri atas satu jauhar fars (satu sel). Contohnya : bakteri
2.      Jisim ialah sesuatu yang terdiri atas bebrapa jauhar fard sekurang kurangnya dua jauhar fard. Misalnya : pohon-
pohonan
3.      Jisif latif ialah sesuatu yang terdiri dari atas sesuatu yang tidak kelihatan (nuraniyah/lathifah). Contoh : listrik
4.      Mutlak ialah sesuatu yang tidak tersusun atas sesuatu, bukan jarim, bukan jisim dan bukan jisim lathif ialah Dia
Allah Swt.[2]
Dzat Allah tidak dapat dijangkau oleh akal manusia, karena keterbatasan akal manusia.oleh sebab itu
yang menjadi pokok dalam hal ini adalah kita tidak boleh memikirkan dzat Allah, tetapi hendaknya kita
memikirkan mahluk-mahluknya,[3] sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW :
 ‫تفكروا فى خلق هللا وال تفكروا فى هللا فإنكم لن تقدروا قدره‬
 Artinya: pikirkanlah ciptaan Allah dan jangan kamu memikirkan Dzat Allah, karena kamu
tidak dapat menjangkau-Nya.
Larangan ini bukan berarti mengurung pikiran tetapi menjaga dan memeliharanya
agar tidak terjatuh dan terperosok kepada hal-hal yang tidak terjangkau olehnya.
Dzat Allah lebih besar dari apa yang bisa dibayangkan/dicapai oleh akal manusia.
Allah yang sebagaimana diakui dan diyakini oleh para ulama adalah Dzat dan Dzat Allah
adalah mutlak.[4] Untuk menjelaskan tentang Dzat Allah ini adalah tidak mudah seperti
menjelaskan materi yang lain, karena pengertian Dzat Allah itu sendiri ialah sesuatu yang
tidak bisa dikaji secara implisit ataupun pengkajian yang dengan memberikan bukti
bentuknya. Maka dalam mengkaji Dzat Allah ini tidaklah mudah, karena Allah itu bukanlah
materi, yang dapat dibuktikan keberadaanya.
Maka dengan demikian sesuai dengan pengertianya yang mutlak dan tak terbatas
adalah sesuatu yang tidak berada dalam ruang dan waktu. Sedangkan pengetahuan hanya
untuk tema tema atau objek –objek yang nyata. Jika tidak, maka gambaran pengatahuan
adalah sebuah gambaran kosong dan tidaknyata, karena Dzat Allah adalah mutlak dan tidak
terbatas, tidak berada pada ruang dan waktu, serta tidak pula berada pada realitas tertentu,
maka menggambarkan Dzat Allah hanya bisa menggunakan bahasa manusia saja, tidak dalam
penarasian. [5]
Perbedaan Allah dengan Segala
Makhluk
1. Wujud Allah
    Wujud Allah yang bersifat mutlak dan berdiri sendiri tanpa awal dan tanpa akhir adalah
wajib. Jadi pasti ada. Karena tanpa adanya, alam semesta pun tidak ada. Wujud Allah
mempunyai keunikan jika dibandingkan dengan wujud makhluknya. Keunikan wujud Allah
tampak dengan jelas pada perbedaan antara wujud Allah dan wujud makhluknya.

2. Sifat Allah
    Sebagaimana keunikan yang terdapat pada wujud Allah, demikian juga pada sifat Allah.
Allah bersifat Esa meliputi segala kesempurnaannya. Maksudnya bahwa atribut kualitatif
yang terdapat pada Allah, sekalipun secara nisbi(relatif) menampakkan persamaan-
persamaan dengan atribut kualitatif manusia atau makhluk lainnya, akan tetapi atribut
tersebut yang melekat pada Allah bersifat absolut(tiada taranya) sesuai dengan keesaan-
Nya.

"Seluruh sifat Allah sesuai dengan wujudnya adalah abadi, sedangkan sifat dan
wujud makhluk termasuk manusia tidak abadi dalam arti menua, memburuk,
rusak, dan hancur".

3. Penciptaan oleh Allah


    Proses penciptaan yang dilakukan oleh Allah, mempunyai hubungan sistemik dengan
ciptaan lainnya, sehingga penciptaan-Nya merupakan kesatuan yang utuh(integral) dalam
suatu pranata yang besar(sistem). Titik pusatnya adalah manusia yang diciptakan dalam
keadaan yang paling baik, dan karena itu kepadanya diserahkan tugas memakmurkan dan
membudayakannya di atas bumi.
     Penciptaan yang dilakukan oleh makhluk pada hakikatnya adalah memproses apa yang
diciptakan Allah untuk makhluknya. Karena manusia tidak menguasai sistem alam semesta,
maka apa yang diperbuatnya seringkali dalam jangka panjang mengakibatkan kerusakan
walaupun pada mulanya ditujukan untuk kebaikan manusia.
     Penciptaan yang dilakukan manusia cenderung antropocentris, Artinya kalau dia berbuat
sesuatu untuk mempertahankan, mengembangkan, dan meningkatkan kualitas hidup
manusia terarah kepada dirinya sendiri(manusia) kecuali mereka yang mempunyai
keterikatan yang kuat kepada Tuhannya. Dengan demikian dia mempunyai keikhlasan untuk
melakukan sesuatu. Keterikatan dan keikhlasan seperti itu hanya dibentuk oleh ajaran
agama, khususnya agama Islam.

4. Ciptaan Allah
    Ciptaan Allah ada yang bernyawa dan ada yang tidak. Yang bernyawa mempunyai
potensi untuk memahami dan melaksanakan perintah Allah. Dia berpribadi, dan mengalami
proses pengembangan dirinya mulai dari tiada menjadi ada, besar, menua, rusak, serta
hancur. Sebaliknya sifat dari ciptaan makhluk tidak bernyawa dan berpribadi serta tidak
memiliki kemampuan untuk menerima dan melaksanakan petunjuk tanpa melalui proses
conditioning. Juga tidak mampu mengembangkan diri sendirinya dan selain itu tidak bisa
bergerak kecuali sesuai dengan hukum alam(hukum Allah). Benda bergerak sesuai dengan
gaya tarik bumi.

Anda mungkin juga menyukai