Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP TAUHID DZAT, SIFAT, RUBUBIYAH DAN ULUHIYAH


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Moderasi Beragama

Dosen Pengampu :
Sineba Arli Silvia,S.E.I, M.E.

Disusun Oleh :
1. Andre Saputra HS (23631004)
2. Adel Maisika Olivia Sande (23631002)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH 1A


FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Dalam
penyusunan makalah ini, selain memenuhi tugas dari dosen pembimbing juga untuk
menjelaskan tentang “Konsep Tauhid Dzat, Sifat Rububiyah dan Uluhiyah ” Serta dengan
tersusunnya makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca pada umumnya dan bagi
teman-teman mahasiswa pada khususnya.
Kami sadari meski makalah ini telah selesai tapi masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca maupun pendengar.
Demi kelancaran dan kesempurnaan tugas kami selanjutnya.

Curup, 27 Oktober 2023

Kelompok 9
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
A. BAB I PENDAHULUAN..................................................................1
1. Latar Belakang..............................................................................1
2. Rumus masalah ............................................................................2
3. Tujuan pembahasaan .....................................................................2
B. BAB II PEMBAHASAN...................................................................3
a. Pengertian tauhid dzat……………………………......................3
b. Pengertian sifat rububiyah............................................................3
c. Pengertian sifat uluhiyah..............................................................6
d. Kandungan makna tauhid & pembatalan tauhid..........................9
C. BAB III PENUTUP...........................................................................11
a. Kesimpulan...................................................................................11
b. Saran.............................................................................................11
c. Kata Penutup ……………………………………………………11
D. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-
Nya. Kita berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri kita sendiri dan keburukan amal kita.
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah tak akan ada orang yang sanggup
menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan tak akan ada yang sanggup
menunjukinya. Bahwasannya tiada tuhan yang hak melainkan Allah semata, tiada sekutu
bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga
Allah merahmati kita, ketahuilah bahwa perkara terbesar berkenaan dengan diutusnya para
rasul dari yang pertama hingga terakhir adalah perintah untuk ibadah kepada Allah semata
yang tidak ada sekutu bagi-Nya (Tauhid), serta memperingatkan dan melarang peribadatan
kepada selain Allah Swt.
Demikianlah al-Qur’an dalam berbagai pembicaraan dan cerita yang dikemukakannya
selalu menjelaskan bahwa tauhid adalah persoalan pokok yang diserukan oleh semua rasul.
Setelah itu, baru turun hukum-hukum dan syari’at, turun penjelasan tentang halal dan
haram. Karena itulah, Allah memerintahkan semua manusia untuk melakukan ibadah itu,
bahkan penciptaan manusia adalah hanya untuk beribadah kepada Allah saja, sebagaimana
firman Allah;
]65 ‫َوَم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو ْاِإل ْنَس ِإَّال ِلَيْعُبُد ْو ِن [الذاريات‬
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
Al-Qur’an membincangkan tentang al-amr (perintah) dan anbiya’ Allah (nabi-nabi
Allah) kerana kedua-duanya ada kaitan dengan penciptaan dan kekuasaan Allah terhadap
makhluk-Nya. Al-Qur’an menerangkan segala bentuk balasan baik (pahala) untuk mereka
yang mentaati Allah, Rasul dan syariat-Nya. Tauhid ialah mengesakan Allah dan mengakui
keberadaannya serta kuat kepercayaannya bahwa Allah itu hanya satu tidak ada yang lain.
Ada tiga macam tauhid dalam islam, yakni : Tauhid Rububiyah, Uluhiyah, Asma wa sifat.
Ketiga tauhid tersebut harus dimiliki oleh manusia sebagai hamba-Nya. Sebagai umat
muslim kita tidak boleh hanya memiliki salah satu dari ketiga tauhid tersebut, karena ketiga
tauhid tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Apabila kita hanya
mempercayai salah satu diantaranya maka kita tidak bisa disebut sebagai seorang yang
syirik bahkan keluar dari islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa Pengertian tauhid dzat, sifat rububiyah dan uluhiyah ?
2. Pengertian kandungan makna tauhid & pembatalan tauhid ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tauhid dzat,sifat rububiyah dan uluhiyah.
2. Memperoleh pemahaman mengenai konsep materi Tauhid & pembatalan tauhid.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian tauhid dzat


Kalimat tauhid membawa pengertian mengetahui, mengakui dan mempercayai bahawa
sesungguhnya sembahan yang benar dan berhak disembah ialah Allah Subhanahu Wa Ta’ala
(SWT) semata-mata. Selain daripada-Nya, sama sekali tidak benar dan tidak berhak
disembah.Tauhid juga merupakan kewajiban pertama yang di perintahkan oleh Allah kepada
hamba-Nya. Penghayatan kalimat itu meliputi berikrar dengan hati, menyatakan dengan
lidah dan membuktikan dengan perbuatan.
Tauhid sebagai pengetahuan kesaksian, keyakinan, dan keimanan terhadap keesaan
Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Berdasarkan Al-Qur’an, keesaan Allah itu
meliputi tiga hal, yaitu esa dzat-Nya adalah tidak ada Tuhan lebih dari satu dan tidak ada
sekutu bagi Allah, esa sifat-Nya adalah tidak ada dzat lain yang memiliki satu atau lebih
sifat-sifat ketuhanan yang sempurna, esa af’al-Nya adalah tidak seorangpun dapat melakukan
pekerjaan yang dilakukan oleh Allah. Secara global, makna dari tauhid dzat adalah meng-
Esakan dzat Allah SWT. Meng-Esakan dari segala dzatnya yang berbeda dari dzat manusia,
mengimani bahwa dzat yang dimilikinya tidaklah tersusun, terbentuk, ataupun sama
sebagaimana dengan makhluknya.
Secara definisi, tauhid dzat bisa diartikan sebagai wujud Allah tanpa berbentuk,
berwarna, tersusun, terarah, terbeban dan tidaklah sama seperti manusia yang tersususn dari
segala anggota tubuh, ada tangan, telinga, mata, hidung, perut, dsb. Demikian juga kepada
makhluk lainnya seperti malaikat, makhluk halus dan ruh, yang pada hakikatnya juga semua
itu berbentuk, tersususun, dan memiliki persamaan antara satu dengan lainnya, untuk itu
Allah mustahil demikian dan mustahil mempunyai persamaan Dzat yang lainnya. Dzat Allah
adalah wujud, ia hidup dan tak akan pernah mati, dzat Allah tidaklah tersususn dari bahan
pendukung apapun, dzat Allah tidak terbuat dari unsur alam, ia tidak memiliki massa
konversi seperti maju, kedepan, kebelakang, besar, panjang, tinggi yang mempunyai batas,
pendek, berat, ringan, ke kiri, ke kanan, ke atas, ke bawah, dsb. Mustahil bagi Allah
demikian, memiliki massa, materi, dan berada di dalam kurun waktu
Dzat Allah tidak memiliki tempat dan tidak membutuhkan tempat walaupun ia
menciptakan segala tempat tapi ia tidaklah bertempat. Selain itu dzat Allah tidak memiliki
posisi tempat, seperti sebahagian orang memandang bahwa Allah dia atas. Cara pandang ini
sangatlah salah, Allah tidaklah di atas, tidak di bawah atau Allah tidak dimana-mana, namun
Allah adalah wujud, ada namun tidak memiliki tempat dan posisi. Hal ini perlu dipahami
baik-baik karena di antara umat muslim hari ini terkadang menganggap Allah ada dimanana-
mana, atau ada di atas. Bentuk pemahaman semacam ini tidaklaha dibenarkan, karena jika
Allah dia atas maka sama artinya Dia bertempat, untuk itu jika bertempat atau ia di atas
maka akan mudah ditanggapi oleh akal bahwa setiap apapun yang bersifat atas pastilah ada
sifat yang dibawah, maka mustahil Allah seperti ini. Dzat Allah tidaklah diatas dan juga
tidak di bawah. Begitu juga anggapan sebahagian orang yang mengatakan bahwa Allah ada
dimana-mana, hal ini jugalah salah karena pada hakikatnya Allah tidaklah dimana-mana, jika
demikian maka sama artinya Allah adalah banyak, terbilang dan bukanlah Esa anggapan
demikian adalah salah dan tidak dibenarkan bagi seorang muslim memiliki cara pandang
semacam ini karena akan membawa kepada anggapan yang tidak-tidak.

B. Tauhid Rububiyah.
1. Pengertian Tauhid Rububiyah
Mengesakan Allah subhannahu wa ta’ala dalam segala perbuatanNya,
dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. Tauhid
Rububiyah adalah suatu kepercayaan, bahwa hanya Allah adalah satu-satunya dzat yang
menciptakan segala apa yang ada di alam semesta ini. Kata yang dinisbatkan kepada
salah satu nama Allah SWT, yaitu ‘Robb’. Nama ini mempunyai beberapa arti, antara
lain: al-Murrabi (pemelihara), al-Nashir (penolong), al-Malik (pemilik), al-Mushlih
(yang memperbaiki), al-Sayyid (tuan) dan al-Wali (wali).
Dalam terminology syariat Islam, istilah tauhid rububiyah berarti: “Percaya
bahwa Allah-lah satu-satunya Pencipta, Pemilik, Pengendali alam raya yang dengan
takdir-Nya Ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-
sunnah-Nya”. Dalam pengertian ini istilah Tauhid Rububiyah belum terlepas dari akar
makna bahasanya. Sebab Allah adalah Pemelihara makhluk, para rasul dan wali-wali-
Nya, Pemilik bagi semua makhluk_Nya, Yang senantiasa memperbaiki keadaan mereka
dengan pilar-pilar kehidupan yang telah diberikannya kepada mereka, Tuhan kepada
siapa derajat tertinggi dari kekuasaan itu berhenti, serta Wali atau Pelindung yang tak
terkalahkan yang mengendalikan urusan para wali dan rasul-Nya.
2. Dalil-Dalil Tauhid ar-Rububiyyah
Banyak dalil menunjukkan bahawa Allah itu Maha Esa dan tiada sesuatu
menyamai Allah dari segi Rububiyyah. Antaranya:
1.Lihatlah pada tulisan di papan hitam, sudah pasti ada yang menulisnya. Orang yang
berakal waras akan mengatakan bahawa setiap sesuatu pasti ada pembuatnya.
2. Semua benda di alam ini, daripada sekecil-kecilnya hinggalah sebesar-besarnya,
menyaksikan bahawa Allah itu adalah Rabb al-’Alamin. Dia berhak ke atas semua
kejadian di alam ini.
3.Susunan alam yang mengkagumkan, indah dan tersusun rapi adalah bukti Allah Maha
Pencipta. Jika alam boleh berkata-kata, dia akan menyatakan bahawa dirinya makhluk
ciptaan Allah. Orang yang berakal waras akan berkata bahawa alam ini dijadikan oleh
satu Zat Yang Maha Berkuasa, yaitu Allah. Tidak ada orang yang berakal waras akan
menyatakan bahawa sesuatu itu boleh berlaku dengan sendiri.
Begitulah hebatnya Ilmu Allah. Pandanglah saja kepada kejadian manusia dan
fikirkanlah betapa rapi dan seni ciptaan-Nya.terdapat seribu satu macam ciptaan Allah
yang memiliki sifat yang berbeda-beda antara satu sama lain. Semuanya menunjukkan
bahawa Allah adalah Rabb yang Maha Bijaksana. Allah subhannahu wa
ta’ala berfirman:

‫َوَم ا ِم ْن َد اَّبٍة ِفي اَأْلْر ِض ِإاَّل َع َلى ِهَّللا ِرْز ُقَها‬

“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rizkinya, …” (QS. Hud: 6).

Dan bahwasanya Dia adalah Penguasa alam dan Pengatur semesta, Dia yang
mengangkat dan menurunkan, Dia yang memuliakan dan menghinakan,
Mahakuasa atas segala sesuatu. Pengatur rotasi siang dan malam, Yang
menghidupkan dan Yang mematikan. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:

‫ُقِل الَّلُهَّم َم اِلَك اْلُم ْلِك ُتْؤ ِتي اْلُم ْلَك َم ْن َتَشاُء َو َتْنِزُع اْلُم ْلَك ِم َّم ْن َتَشاُء َو ُتِع ُّز َم ْن َتَش اُء َو ُت ِذ ُّل َم ْن َتَش اُء ِبَي ِد َك اْلَخ ْي ُر‬
‫) ُتوِلُج الَّلْي َل ِفي الَّنَه اِر َو ُت وِلُج الَّنَه اَر ِفي الَّلْي ِل َو ُتْخ ِرُج اْلَح َّي ِم َن اْلَم ِّيِت َو ُتْخ ِرُج‬26( ‫َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد يٌر‬z ‫ِإَّنَك‬
)27( ‫اْلَم ِّيَت ِم َن اْلَح ِّي َو َتْر ُز ُق َم ْن َتَشاُء ِبَغْيِر ِحَس اٍب‬

“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan


kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke
dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang
hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau
beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” (QS. Ali Imran: 26-27).
Jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun yang
menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya, melebihi
fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya. Tauhid Uluhiyah

C. Pengertian Tauhid Uluhiyah


1. Tauhid uluhiyah
Mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan
niat taqarrub (mendekatkan diri) yang disyari’atkan seperti do’a, nadzar,
qurban, raja‘ (pengharapan), takut, tawakkal, raghbah (senang), rahbah
(takut) dan inaabah (kembali atau taubat). Dan jenis tauhid ini adalah inti
dakwah para rasul, mulai rasul yang pertama hingga yang terakhir. Menurut
Abdul Wahab, tauhid uluhiyyah berarti mengesankan Allah dalam ibadah baik
islam, iman, ikhsan, doa, khauf, raja’, tawakkal, raghabah, rahbah, khusyu’, sholat,
haji, syiam, ifak dsb. Maksudnya adalah menunjukkan atau mengarahkan semuia
berebntuk ibadah tersebut hanya kepada Allah saja .
Pengertian Tauhid Uluhiyah dalam terminologi syariat Islam sebenarnya
tidak keluar dari kedua makna tersebut. Maka definisinya adalah “Mengesakan
Allah dalam ibadah dan ketaatan. Atau mengesakan Allah dalam perbuatan seperti
shalat, puasa, zakat, haji, nadzar, menyembelih sembelihan, rasa takut, rasa harap
dan cinta. Maksudnya semua itu dilakukan yaitu bahwa kita melaksanakan perintah
dan meninggalkan larangan-Nya sebagai bukti ketaatan dan semata-mata untuk
mencari ridha Allah SWT”. Oleh sebab itu, realisasi yang benar dari Tauhid
Uluhiyah hanya bisa terjadi dengan dua dasar, Pertama, memberikan semua bentuk
ibadah hanya kepada Allah SWT semata tanpa adanya sekutu lain. Kedua,
hendaklah semua bentuk ibadah itu sesuai dengan perintah Allah dan meninggalkan
larangan-Nya melakukan maksiat.
Dengan begitu maka Tauhid Uluhiyah merupakan jenis tauhid yang
terpenting dan paling mendasar. Diatas Tauhid Uluhiyah kehidupan dijalankan dan
syariat ditegakkan. Tak ada perintah dan ketaatan kecuali hanya kepada Allah dan
Rasul-Nya. Itulah sebabnya setiap kali Allah SWT mengutus seorang Rasul Ia
selalu menyertakan Tauhid Uluhiyah sebagai misi utamanya.
2. Dalil uluhiyah
Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:

‫َو َلَقْد َبَعْثَنا ِفي ُك ِّل ُأَّم ٍة َرُس واًل َأِن اْع ُبُدوا َهَّللا َو اْج َتِنُبوا الَّطاُغ وَت‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu’.” (QS. An-Nahl:
36).

Juga disebut “Tauhid Ibadah”, karena ubudiyah adalah sifat ‘abd (hamba)
yang wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena ketergantungan mereka
kepadanya. Tauhid ini adalah inti dari dakwah para rasul, karena ia adalah asas
dan pondasi tempat dibangunnya seluruh amal. Tanpa mereali-sasikannya, semua
amal ibadah tidak akan diterima. Karena kalau ia tidak terwujud, maka bercokolah
lawannya, yaitu syirik.

D. Konstribusi Materi Tauhid al-Rububiyyah menghubungkan Tauhid Al-Uluhiyyah


Dalam Upaya Mencapai Tauhidullah
Seperti yang telah dinyatakan di atas, Tauhid al-Rububiyyah ialah mengakui
keesaan Allah sebagai Rabb, Tuan, Penguasa, Pencipta dan Pengurnia secara mutlak.
Tidak ada sekutu bagi-Nya di dalam Rububiyyah. Sesungguhnya kesanggupan dan
kesediaan manusia mentauhidkan Allah dari segi Rububiyyah dengan segala
pengertiannya akan menghubung atau menyebabkan manusia mengakui Tauhid al-
Uluhiyyah yaitu mengesakan Allah dalam pengabdian.
Secara spontan pula manusia akan mengakui bahawa Allah saja layak disembah,
selain daripada-Nya tidak layak disembah walau dalam apa bentuk sekalipun. Dengan
tauhid yang kuat, maka akan terbentukkan berbagai dorongan yang ada dalam jiwa
manusia. Dia akan takut hanya kepada Allah SWT dan berani mempertahankan
keyakinannya seperti yang dipersaksikan dalam sirah Rasulullah dan para sahabat:
a. Rasulullah SAW pernah memerintahkan Ali RA agar tidur di atas katilnya sebelum
baginda keluar berhijrah ke Madinah, sedangkan musuh Islam begitu giat
mengintip. Namun Sayyidina Ali sanggup berbuat mengikut perintah Rasulullah
SAW kerana beliau yakin atas Kehendak dan Kekuasaan Allah.
b. Khalid Ibn al-Walid RA pernah mengalami banyak cacar dan luka pada badannya
kerana berperang di jalan Allah. Namun dia tetap yakin dengan Kekuasaan Allah.
Dia tetap meneruskan pertempuran melawan musuh.
c. Bilal bin Rabah RA sanggup diheret di padang pasir, dijemur di bawah kepanasan
matahari dan disiksa dengan batu besar diletakkan di atas tubuhnya. Dia tetap
mempertahankan keimanannya.
E. Kandungan makna tauhid & pembatalan tauhid
Yaitu mengesakan Allah subhannahu wa ta’ala dalam segala perbuatanNya,
dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk.
Sesungguhnya banyak sekali hal-hal yang dikategorikan sebagai pem-batal ke-Islam-
an, namun para ulama banyak menyebutkan sepuluh pem-batal yang paling berbahaya
dan paling banyak dikerjakan ummat.
Pembatalan-pembatalan ke-Islam-an tersebut adalah :
1. Syirik atau mengadakan sekutu dalam beribadah kepada Allah –Sub-hānahu
wa Ta’ālā–.
2. Menjadikan sesuatu atau seseorang sebagai wasīlah (perantara) dalam doa,
syafa’at dan tawakkal.
3. Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, menyangsikan kekafiran mereka
atau malahan membenarkan keyakinan mereka.
4. Meyakini bahwa petunjuk selain petunjuk Nabi Muhammad –Shallallahu
‘alayhi wa Sallama– adalah lebih sempurna dan lebih baik.
5. Membenci hal-hal yang berasal dari Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa
Sallama–, walaupun mengamalkannya.
6. Mengolok-olok sebagian ajaran yang dibawa Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi
wa Sallama–, seperti pahala atau balasan yang akan diterima.
7. Melakukan sihir, karena pelakunya dihukumi kafir.
8. Loyal terhadap orang kafir serta memberikan bantuan dan pertolongan kepada
orang musyrik untuk memerangi kaum muslimin.
9. Beranggapan bahwa manusia boleh keluar dari syari’at atau ajaran Nabi
Muhammad –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama–.
10. Berpaling dari agama Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–, baik karena tidak mau
mempelajarinya atau karena tidak mau mengamalkannya.
Mengganggap suatu hukum atau undang-undang selainnya lebih baik
daripada syari’at Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– dan lebih
mengutamakan hukum thāghūt daripada hukum Rasulullah –Shal-lallahu
‘alayhi wa Sallama–. Apabila ada seseorang meyakini bahwa un-dang-undang
yang dibuat manusia lebih utama dan lebih baik dari-pada syari’at Islam, maka
ia telah kafir. Demikian pula apabila ia menganggap bahwa syari’at Islam
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, atau bahkan berang-
gapan bahwa agama Islam hanya menyangkut hubungan ritual antara hamba
dengan Rabbnya dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan masalah
duniawi.
Demikian pula apabila seseorang memandang bahwa pelaksanaan
syari’at Islam, misalnya masalah rajam dan qishash, sudah tidak sesuai lagi
dengan peradaban modern (atau Hak Asasi Manusia). Begitu pula mereka
yang beranggapan bahwa seseorang diperboleh-kan untuk tidak berhukum
dengan hukum atau syari’at Allah –Subhā-nahu wa Ta’ālā– dalam hal sosial
kemasyarakatan dan hukum-hukum lainnya, maka ia telah kafir, meskipun
belum sampai pada keyakinan bahwa hukum yang dianutnya lebih utama dari
hu-kum Islam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya pengutusan para rasul bertujuan untuk mengesakan Allah
dalam Tauhid al-Rububiyyah dan Tauhid al-Uluhiyyah. Dialah Tuhan Rabb
al-’Alamin dan Tuhan para Rasul tersebut. Tiada tuhan yang sebenar melainkan
Allah.Tauhid al-Rububiyyah dan Tauhid al-Uluhiyyah menjelaskan kekuasaan Allah
yang Maha Suci dalam pentakdiran urusan makhluk-Nya. Allah Pengurnia
kemaslahatan dan kebaikan. Allah Penentu al-amr (perintah). Allah-lah Pengutus ar-
Rasul untuk makhluk-Nya.
B. Saran
Dengan tauhid yang kuat, maka akan terbentukkan berbagai dorongan yang
ada dalam jiwa manusia. Dia akan takut hanya kepada Allah SWT dan berani
mempertahankan keyakinannya,dengan mengetahui arti dari Tauhid ar-rububiyyah
dan Tauhid al-uluhiyyah manusia tidak berbuat syirik kepada Allah SWT. Syukur
Alhamdulillah berkat rahmat,taufiq dan hidayah serta inayah dari Allah SWT
penulisan makalah yang berjudul tentang”Konsep tauhid dzat, sifat rububiyah dan
uluhiyah “ dapat tersele saikan dengan baik.
Demi kesempurnaan makalah ini,saran dan kritik yang konstruktif dari para
pembaca dan pemerhati. Akhir kata,dengan mengharap ridho dari Allah SWT
sehingga makalah ini memberi manfaat bagi penulis,para pembaca dan perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan. Amiin…
DAFTAR PUSTAKA
Sihab, M. Quraish, tafsir Al-Misbah, peran kesan dan keserasian perpustakaan umum Islam lentera
hati, Jakarta, 2002
Al-mahalli, Imam Jalaludin, Imam jalaludin As-suyuthi, Tafsir Jalalain & Azbabun Nuzul, jilid 1,
Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1997.
Al-mahalli, Imam Jalaludin, Imam jalaludin As-suyuthi, Tafsir Jalalain & Azbabun Nuzul, jilid 2,
Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1997.
Al-mahalli, Imam Jalaludin, Imam jalaludin As-suyuthi, Tafsir Jalalain & Azbabun Nuzul, jilid 3,
Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1997.
http://muslim.or.id/tafsir/tafsir-surat-al-qadr.html
http://www.ilmoe.com/585/pembagian-tauhid-rububiyah-uluhiyah-asma-wa-sifat.html
http://qaasasaqidahtauhid.blogspot.com/2008/12/apa-itu-tauhid-uluhiyah-rubbubiyah-dan.html
http://kongaji.tripod.com/myfile/al-baqoroh_ayat21-25.htm
http://muslim.or.id/tafsir/tafsir-surat-al-qadr.html
Nasution,Harun,Teologi Islam;Aliran-Aliran Sejarah,Analisa Perbandingan, Jakarta: Universitas
Indonesia,1978(Hal Ix).
Al-Allamah Asy-Syaikh Ja’far Subhani,Tauhid Dan Syirik;Studi Krisis Faham
Wahabi,Bandung:Mizan,1985(Hal 56).
Muhammad Abduh,Risalah Tauhid,Jakarta:Bulan Bintang,1996
Zainuddin,Ilmu Tauhid Lengkap,Jakarta:PT Rineka Cipta,1996.
Jabir, Abu Bakar, Al-Jazairi,Aqidatul Mukminin,Jakarta:Pustaka Mantiq,1994(Hal 87).
Al-furaiyan,Walid, bin ‘Abdirrahman, Ibnu Katsir dari Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Atha’, Ikrimah,
asy-Sya’bi, Qatadah dan lainnya. Fat-hul Majiid Syarh Kitabit Tauhiid (hal. 39-40).
www.wikipedia.com di http://tauhid rububiyyat dan illahiyyat

Anda mungkin juga menyukai