Disusun Oleh :
1. Enggita Pratistha (21531047)
2. Fachmi Amar (21531050)
A. Latar Belakang
Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui
sejarah. Sejarah tentang pengembangan yang berawal dari Amerika lalu masuk ke
Indonesia yang pada masa itu potensi individu dapat ditelusuri dari masyarakat Yunani
Kuno. Mereka menekankan upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu
melalui pendidikan.
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan
manusia. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun
kemampuannya. Ada manusia yang sangup mengtasi persoalan tanpa bantuan pihak lain,
tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu
orang lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling sangat
diperlukan.
Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita,
mengingat bahwa Bimbingan dan Konseling adalah merupakansuatu kegiatan bantuan dan
tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di
sekolah dalam rangka meningkatkanmutunya. Hal ini sangat relevan jika dilihat dari
perumusan bahwa pendidikan itu adalah merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk
mengembangkan kepribadian dan potensi-potensinya (bakat, minat, dan kemampuannya).
Kepribadianmenyangkut masalah perilaku atau sikap mental dan kemampuannya meliputi
masalah akademik dan ketrampilan. Tingkat kepribadian dan kemampuan yang dimiliki
oleh seseorang adalah merupakan suatu gambaran mutu dari orang bersangkutan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling?
2. Apa saja Kesalahpahaman dalam Bimbingan dan Konseling?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling.
2. Untuk mengetahui apa Kesalahpahaman dalam Bimbingan dan Konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
10. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berpusat Pada Keluhan Pertama Saja
Pada umumnya usaha pemberian bantuan memang diawali dengan melihat
gejala-gejala atau keluhan awal yang disampaikan oleh klien. Namun demikian, jika
permasalahan itu dilanjutkan, dialami, dan dikembangkan, sering kali ternyata bahwa
masalah yang sebenarnya lebih jauh, lebih luas dan lebih pelik apa yang sekedar
tampak atau disampaikan itu. Konselor tidak boleh terpukau oleh keluhan atau
masalah yang pertama yang disampaikan oleh klien. Konselor harus mampu
menyelami sedalam-dalamnya masalah klien yang sebenarnya.
11. Menyamakan Pekerjaan Bimbingan dan Konseling dengan Pekerjaan Dokter atau
Psikiater
Pekerjaan bimbingan dan konseling tidak lah persis sama dengan pekerjaan
dokter atau psikiater. Dokter atau psikiater berkerja dengan orang sakit, sedangkan
konselor berkerja dengan orang yang normal (sehat namun sedang mengalami
masalah). Cara penyembuhan yang dilakukan dokter atau psikiater bersifat reseptual
dan pemberian obat, serta teknis medis lainnya, sementara bimbingan dan konseling
memberikan cara-cara pemecahan masalah secara konseptual melalui pengubahan
orientasi pribadi, penguatan mental/psikis, modifikasi perilaku, teknik-teknik khas
bimbingan dan konseling.
12. . Menganggap Hasil Pekerjaan Bimbingan dan Koseling Harus Segera Dilihat.
Usaha-usaha bimbingan dan konseling bukanlah hal yang instant, tapi
menyangkut aspek-aspek psikologi/mental dan tingkah laku yang kompleks. Maka
proses ini tidak bisa didesak-desakkan agar cepat matang dan selesai. Pendekatan
ingin mencapai hasil segera justru dapat melemahkan proses itu sendiri. Ini bukan
berarti bahwa usaha bimbingan dan konseling boleh santai-santai saja menghadapi
masalah klien, karena proses bimbingan dan konseling adalah hal yang serius dan
penuh dinamika, maka harus wajar dan penuh tanggung jawab.
15. Bimbingan dan Konseling Hanya dibatasi Mengenai Masalah-masalah yang ringan
Memberikan sifat ringan atau berat kepada masalah yang dihadapi klien
tidaklah perlu dan hal itu tidak akan membantu meringankan usaha pemecahan
masalah itu sendiri. Tanpa menyebut bahwa masalah yang dihadapi itu berat atau
ringan, tugas bimbingan dan konseling ialah menanganinya dengan cermat dan tuntas.
Kadar penanganan (berat maupun ringan) semata-mata disesuaikan dengan
pribadi klien ,jenis masalah, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan konselor, sarana
yang tersedia dan kerja sama dengan pihak-pihak lain. Jika konselor telah
mengerahkan seluruh kemampuan dan sarana yang penuh dan masalah klien belum
teratasi juga maka pengalihtanganan klien perlu dilakukan. Perlu dicatat bahwa
pengalihtanganan klien tidak harus sekaligus kepada psikiater atau ahli-ahli lain diluar
bidang bimbingan dan konseling. Alih tangan ini pada tahap pertama sedapat-
dapatnya dilakukan kepada sesama konselor sendiri yang memiliki keahlian yang
lebih tinggi
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Sejarah terbentuknya bimbingan dan konseling pertama kali dipelopori oleh seorang
tokoh besar Amerika Frank Parson melalui gerakan yang terkenal yaitu guidance
movement (gerakan bimbingan). Gerakan tersebut bertujuan untuk mengatasi masalah
banyaknya veteran perang yang sudah tidak produktif lagi atau tidak memiliki peran lagi.
Bimbingan dan konseling di Indonesia bermula dari pakar pendidikan yang
menamatkan pendidikannya pendidikannya di amerika tempat asal bimbingan dan
konseling terbentuk dan kembali dengan membawa konsep-konsep bimbingan konseling
yang baru ke Indonesia pada tahun 60’an
Perkembangan bimbingan dan konseling Indonesia cenderung berorientasi kepada
layanan pendidikan (intruksional) dan pencegahan. Sejak tahun 1975 bimbingan
konseling digalakan oleh sekolah-sekolah dan dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah lebih banyak menangani siswa-siswa yang bermasalah pada
perkembangan potensi jiwa saja.
B. Saran
Pada Bimbingan dan Konseling Pengaruh masalah terhadap kejiwaan seseorang
cukup besar. Sehingga ketika manusia ditimpa masalah tidak sedikit dari mereka yang
menempuh jalan pintas sebagai solusi. Namun tidak sedikit pula dari mereka yang
cenderung menggunakan upaya kekeluargaan dan salah satunya adalah bimbingan dan
konseling ini. Teruslah berkembang dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi sekitar,
karena kehidupan yang singkat ini akan terasa berharga jika kita dapat memberi bukan
meminta.
Pembaca hendaknya mengetahui tentang kesalahpahaman yang sering terjadi
dalam bimbingan konseling sehingga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan pembaca serta agar tidak terjadi kekeliruan dalam proses pelayanan
bimbingan dan konseling.
Beberapa kesalahpahaman dalam Bimbingan dan Konseling ini muncul akibat dari
kurangnya pemahaman terhadap konsep dasar bimbingan dan konseling baik dalam
prinsip, fungsi, asas dan tujuan dari pelayanan bimbingan dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
S Willis Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2007.
Ketut Sukardi Dewa, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Mappiare Andi, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional,
1984.
Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=4
http://harunnihaya.blogspot.com/2010/08/sejarah-awal-lahirnya-bimbingan-dan.html
http://konselingstainpontianak.blogspot.com/.../konsep-dasar-bimbingan-dan-konseling.html