Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH BIMBINGAN DAN KONSELING

DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Muhammad Afrizal, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Fachmi Amar (21531050)


2. Enggita Pratistha (21531047)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH / ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP TA. 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Sebagai seorang guru selayaknya mampu memahami perkembangan peserta
didiknya, karena dengan memahami hal tersebut, guru mampu memberikan materi
kepada peserta didiknya serta dapat mengetahui proses, faktor dan konsep perkembangan
anak didik kita akan mudah mengetahui system pembelajaran yang efektif, efisien,
terarah dan sesuai dengan perkembangan anak didik.
Sebagai guru baik haruslah dapat mengarahkan potensi yang dimiliki oleh
siswanya, agar siswa tersebut mampu mengoptimalkan kemampuannya itu di masa yang
akan datang serta siswa menapatkan gambaran perencanaan akan kelanjutan dari jenjang
pendidikan apa yang akan ia tempuh selanjutnya untuk mencapai keberhasilan dari
optimalisasi potensinya itu.
Semua guru dituntut menguasai ilmu membimbing dan ilmu konseling, walaupun
guru tersebut bukanlah guru BP. Karena Bimbingan dan Konseling mutlak diperlukan
oleh guru untuk mengarahkan siswanya. Oleh karena itu, saya selaku mahasiswa
keguruan harus mempelajari akan ilmu ini.
Sebelum mempelajari Bimbingan dan Konseling lebih jauh lagi, sebaiknya kita
mengetahui terlebih dahulu akan histori perkembangan Bimbingan dan Konseling ini,
khususnya perkembangan di Indonesia, sebagaimana isi dari tugas saya ini.

B.  Rumusan  Masalah   :
Berdasarkan latar belakang di atas maka saya membatasi atau merumuskan
masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
a)      Apa sejarah Bimbingan Konseling ?
b)      Bagaimana sejarah Bimbingan Konseling ?
c)      Bagaimana perkembangan Bimbingan Konseling di Indonesia ?
d)     Apa Saja Permasalahan yang ada dalam perkembangan Bimbingan Konseling di
Indonesia ?
C.  Tujuan :
a)      Untuk mengetahui apa sejarah Bimbingan Konseling ?
b)      Untuk mengetahui bagaimana sejarah Bimbingan Konseling ?
c)      Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Bimbingan Konseling di Indonesia ?
d)     Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada dalam Bimbingan
Konseling di Indonesia ?
1
BAB II
PEMBAHASAN

Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia


Sejarah perkembangan Bimbingan Konseling di indonesia mengalami perubahan di
beberapa dekade, berikut perkembangan Bimbingan dan Koseling di tiap dekadenya:

A. Perkembangan bimbingan dan konseling sebelum kemerdekaan


Masa ini merupakan masa penjajahan Belanda dan Jepang, para siswa dididik untuk
mengabdi demi kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini, upaya bimbingan
dikerahkan. Bangsa Indonesia berusaha untuk memperjuangkan kemajun bangsa  
Indonesia melalui pendidikan. Salah satunya adalah taman siswa yang dipelopori oleh
K.H. Dewantara yang menanamkan nasionalisme di kalangan para siswanya. Dari
sudut pandang bimbingan, hal tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan
bimbingan.
1. Dekade 40-an
Dalam bidang pendidikan, pada decade 40-an lebih banyak ditandai dengan
perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui pendidikan
yang serba darurat mkala pada saat itu di upayakan secara bertahap memecahkan
masalah besar anatara lain melalui pemberantasan buta huruf. Sesuai dengan jiwa
pancasila dan UUD 45. Hal ini pulalaah yang menjadi focus utama dalam
bimbingan pada saat itu.
2. Dekade 50-an
Bidang pendidikan menghadapi tentangan yang amat besar yaitu memecahkan
masalah kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan
pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan dan
benar benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa disekolah agar dapat
berprestasi.
3. Dekade 60-an
Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia pada dekade ini diawali
dari dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan
Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini
merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20 – 24 Agustus
1960.

2
3

Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan
jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.
Beberapa peristiwa penting dalam pendidikan pada dekade ini :
a) Ketetapan MPRS tahun 1966 tentang dasar pendidikan nasional
b) Lahirnya kurikulum SMA gaya Baru 1964
c) Lahirnya kurikulum 1968
d) Lahirnya jurusan bimbingan dan konseling di IKIP tahun 1963
Keadaan di atas memberikan tantangan bagi keperluan pelayanan bimbinga dan
konseling disekolah.
4. Dekade 70-an
Dalam dekade ini perkembangan bimbingan dan konseling dapat terlihat dari
rentetan point berikut:
Dalam dekade ini bimbingan di upayakan aktualisasi nya melalui penataan legalitas
sistem, dan pelaksanaannya. Pembangunan pendidikan terutama diarahkan kepada
pemecahan masalah utama pendidikan yaitu :
a) Pemerataan kesempatan belajar,
b) Mutu,
c) Relevansi, dan
d) Efisiensi.
Pada dekade ini, bimbingan dilakukan secara konseptual, maupun secara
operasional. Melalui upaya ini semua pihak telah merasakan apa, mengapa,
bagaimana, dan dimana bimbingan dan konseling.
Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan
IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP
Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini
Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar
Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya
Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman
Bimbingan dan Penyuluhan.
Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan
Penyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan Guru Bimbingan
dan Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah pengangkatan guru
BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Pengangkatan Guru
Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah mulai diadakan sejak adanya PGSLP dan
4
PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan. Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan
secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menp
an/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi
adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi
pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung
misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan
mereka.
5. Dekade 80-an
Pada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama
diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional. Dalam
dekade 80-an pembangunan telah memasuki Repelita III, IV, dan V yang ditandai
dengan menuju lepas landas.
Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini:
a) Penyempurnaan kurikulum
b) Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru
c) Profesionalisasi tenaga pendidikan dalam berbagai tingkat dan jenis
d) Penataan perguruan tinggi
e) Pelaksnaan wajib belajar        
f) Pembukaan universitas terbuka
6. Dekade 90-an
Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas,
parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat
dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang
bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak
orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah.
Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan
Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih
lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah
Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah
dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling di sekolah mulai jelas.
5

7. Akhirnya Undang – Undang pendidikan nasional


Beberapa kecenderungan yang dirasakan pada masa itu adalah kebutuhan akan
profesionalisasi layanan, keterpaduan pengelolaan, sistem pendidikan konselor,
legalitas formal, pemantapan organisasi, pengmbangan konsep – konsep bimbingan
yang berorientasi Indonesia, dsb.

B. Menyongsong Era Lepas Landas


Era lepas landas mempunyai makna sebagai tahap pembangunan yang ditandai dengan
kehidupan nasional atas kemampuan dan kekuatan sendiri khususnya dalam aspek
ekonomi. Ciri kehidupan lepas landas ditandai dengan keberadaan dan berkembang
atas dasar kekuatan dan kemampuan sendiri, maka ciri manusia lepas landas adalah
manusia yang mandiri secara utuh dengan tiga kata kunci : mental, disiplin, dan
integrasi nasional yang diharapkan terwujud dalam kemampuannya menghadapi
tekanan – tekanan zaman baru yang berdasarkan peradaban komunikasi informasi.
Semula diharapkan periode konsolidasi akan dapat mencapai hasil-hasil yang
memadai,sehingga muncul tahun 2001 profesi BK di Indonesia sudah dapat di tinggal
landas.Namun kenyataannya masih ada permasalahan yang belum terkonsolidasi yang
berkenaan dengan SDM  yaitu mengenai untrained, undertrained, dan uncomitted para
pelaksana pelayanan.Namun pada tahu-tahun selanjutnya ada perkembangan menuju
era lepas landas yaitu :
1) Penggantian nama organisasi profesi dari IPBI menjadi ABKIN
2) Lahirnya undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
yang didalamnya termuat ketentuan bahwa konselor  termasuk salah satu tenaga
pendidik (bab I pasal 1 ayat
3) kerja sama pengurus besar ABKIN dengan dikti depdiknas tentang standarisasi
profesi konseling
4) Kerja sama ABKIN dengan direktorat PLP dalam merumuskan kompetensi guru
pembimbing (konselor) SMP sekaligus memberikan pelatihan bagi mereka.
               
Yang masih menjadi persoalan dalam penyelenggaraan program bimbingan dan
konseling sampai saat ini diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Masih terdapat kesenjangan rasio konselor (guru pembimbing) dengan jumlah
sekolah dan jumlah peserta didik disetiap jenjang pendidikan bahwa di  SD atau
MI belum ada pengangkatan khusus seorang konselor.
6
Dampak dari kesenjangan antara jumlah konelor dengan jumlah sekolah atau
jumlah peserta didik adalah : a)disekolah-sekolah tertentu tidak ada guru
pembimbing b)disekolah-sekolah tertentu ada guru pembimbing meskipun tidak
seimbang dengan banyaknya siswa c)untuk menutup kekurangan guru
pembimbing tidak jarangkepala sekolah mengngkat guru-guru pelajaran menjadi
guru pembimbing.
2) Pengangkatan guru mata pelajaran menjdi guru pembimbing disatu sisi memberi
im[presi positif bagi penyelenggaraan program BK disekolah karena ada
kepedulian kepala sekolah terhadan layanan BK tetapi kurang profesional.
3) Mekipun BK dianggap ahli profesional namun belum ada perlindungan hukum
yang kuat.
4) BK belum begitu dikenal dikalangan masyarakat secara umum hanya
dilingkungan sekolah yang justru enaruh citra negatif terhadap BK.
5) Masih ada kepala sekolah yang belum memahami secara tepat program BK
disekolah sehingga sering menyuruh guru pelajaran untuk menjadi guru BK.
6) Citra BK semakin diperburuk dengan masih adanya guru pembimbing yang
kinerjanya tidak profesional.
7) LPTK yang menyelenggarakan pendidikan bagi calon gru pembimbing (konselor)
masih belum memiliki kurikulum yang mantap untuk melahirkan konselor-
konselor yang profesional.

C. Bimbingan Berdasarkan Pancasila


Bimbingan mempunyai peran yang amat penting dan strategis dalam perjalanan
bangsa Indonesia secara keseluruhan. Manusia Indonesia yang dicita-citakan adalah
manusia pancasila dengan cirri-ciri sebagaimana yang terjabar dalam P-4 sebanyak 36
butir bagi  bangsa Indonesia, pancasila merupakan dasar Negara, pandangan hidup,
kepribadian bangsa dan idiologi nasional. Sebagai bangsa, pancasila menuntut bangsa
Indonesia mampu menunjukkan ciri-ciri kepribadiannya ditengah-tengah pergaulan dengan
bangsa lain. Bimbingan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dan
mempunyai tanggung jawab yang amat besar guna mewujudkan manusia pancasila karena
itu seluruh kegiatan bimbingan di Indonesia tidak lepas dari pancasila.
BAB III
KESIMPULAN

Bimbingan dan Konseling telah terbentuk jauh sebelum era kemerdekaan, dari
bimbingan itulah siswa dipupuk untuk merealisasikan cita-cita bangsa, yaitu kemerdekaan.
Setelah kemerdekaan Bimbingan dan Konseling dalam system pendidikan Indonesia
mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan
Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan
Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia
sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan
kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan
bimbingan karir didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.

DAFTAR PUSTAKA
6
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2007). Penataan Pendidikan Profesional
Konselor. Naskah Akademik ABKIN (dalam proses finalisasi).

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2005). Standar Kompetensi Konselor


Indonesia. Bandung: ABKIN

Tiva (2010). Sejarah Bimbingan Konseling. Diakses di:


http://tivachemchem.blogspot.com/2010/10/sejarah-bimbingan-konseling.html

Bandura, A. (Ed.). (1995). Self-Efficacy in Changing Soceties. Cambridge, UK: Cambridge


University Press.

BSNP dan PUSBANGKURANDIK, Balitbang Diknas. (2006). Panduan Pengembangan Diri:


Pedoman untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Draft. Jakarta: BSNP dan
PUSBANGKURANDIK, Depdiknas.

Nihaya Harun (2010). Sejarah Awal Lahirnya Bimbingan dan konseling. Diakses di:
http://harunnihaya.blogspot.com/2010/08/sejarah-awal-lahirnya-bimbingan-dan.html
http://aboutbk20011.blogspot.com/2013/02/makalah-sejarah-lahirnya-bk.html
Walgito, Bimo.Prof.Dr.2004. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta : Penerbit
Andi.

Anda mungkin juga menyukai