Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Bimbingan Konseling di Indonesia (Sebelum Kemerdekaan) dan Amerika

15 April 2018 23:29 Diperbarui: 15 April 2018 23:29 7244 0 0

1). Sejarah Bimbingan Konseling Di Indonesia

Pelayanan konseling dalam sistem pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada
kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada kurikulum 1994
berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai
dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak
diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan
bimbingan karir di dalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.

Berikut ini adalah fase-fase perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia :

1. Fase sebelum kemerdekaan

Pada fase ini bertepatan dengan masa penjajahan, dimana Indonesia dijajah oleh Belanda dan Jepang.
Pada fase ini juga siswa di didik untuk mengabdi demi kepentingan penjajah. Dalam kondisi seperti ini
para siswa dikerahkan untuk mengabdi pada negara demi memperjuangkan bangsa Indonesia. Para
siswa dikerahkan untuk memperjuangkan bangsa Indonesia melalui jalur pendidikan. Pada fase ini,
wadah untuk mengembangkan potensi siswa salah satunya adalah " Taman Siswa " yang dipelopori oleh
K.H.Dewantara.

Dalam K.H.Dewantara berusaha keras untuk menanamkan jiwa nasionalisme di kalangan para siswanya .
Pada fase ini terdapat beberapa dekade dalam perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia.

1. Dekade 40-an

Pada dekade ini, bimbingan dan konseling lebih banyak ditandai dengan perjuangan perjuangan
merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Pada dekade ini juga diupayakan secara bertahap
memecahkan masalah besar seperti pemberantasan buta huruf.
2. Dekade 50-an

Pada dekade ini, bidang pendidikan menghadapi tantangan besar yakni, memecahkan masalah
kebodohan dan keterbelakangnya masyarakat Indonesia pada masa itu. Kegiatan bimbingan pada masa
itu lebih dikerahkan agar membuat para siswa agar berprestasi.

3. Dekade 60-an

Berbeda dengan dekade ini, pada dekade ini terdapat beberapa peristiwa penting seperti :

a. Lahirnya jurusan Bimbingan Dan Konseling pada IKIP (1963),

b. Lahirnya kurikulum gaya baru pada tingkat Sekolah Menengah Atas (1964)

c. Ketetapan MPRS tahun 1996 tentang pendidikan nasional.

Pada fase ini, dengan lahirnya jurusan bimbingan dan konseling maka dibukalah jurusan Bimbingan Dan
Penyuluhan. Jurusan ini pertama kali diterapkan pada perguruan tingkat tinggi Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI). Akan tetapi sesuai dengan perkembangannya zaman maka digantilah dengan nama yang
lebih spesifik yakni, Psikologi seperti yang kita ketahui pada saat ini. Dengan keadaan seperti ini dapat
memberikan tantangan besar bagi keperluan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

4. Dekade 70-an

Dalam dekade ini, bimbingan diupayakan aktualisasinya melalui penataan legalitas sistem dan
pelaksanaannya. Dekade ini lebih dikerahkan penuh dalam pemerataan kesempatan belajar. Pada
dekade ini bimbingan dilakukan secara konseptual maupun secara operasional. Melalui upaya ini semua
pihak telah merasakan apa, bagaimana, dan dimana bimbingan konseling.
5. Dekade 80-an

Pada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk
menuju kepada perwujudan bimbingan yang profesional.

2). Sejarah Bimbingan Konseling Di Amerika

Bimbingan dan konseling yang ada di Amerika mulai timbul pada permulaan abad XX. Yang di pelopori
oleh tokoh-tokoh seperti Franks Parsons, Jesse B. Davis, Eli Wever, John Brewer, dsb. Para ahli inilah yang
melopori bergeloranya bimbingan dan penyuluhan, sehingga kemudian masalah ini berkembang dengan
pesat. Dan Amerika lah yang pertama kali menimbulkan adanya kegiatan bimbingan konseling ini. Jadi
Amerika tempat lahirnya atau bergeloranya bimbingan konseling tersebut.

Terciptanya bimbingan konseling ini tidak langsung tercipta dengan begitu saja namun terdapat tahap-
tahap atau fase-fase seperti terciptanya bimbingan konseling di Indonesia. Namun sebenarnya di
Indonesia itu juga mengikuti bimbingan konseling yang di ciptakan Frank Parsons. Dan tahap tahap
terciptanya bimbingan konseling di amerika yaitu sebagai berikut :

1) Era perintisan (1908-1913)

Pada tahun 1908 Frank Parsons mengorganisasikan lembaga kecil dan independen yang dinamai
"Bostom Vocational Bureau" untuk memenuhi kebutuhan informasi dan pelatihan anak muda dan juga
melatih guru untuk mengadakan kegitan saling tanya atau bisa disebut wawancara untuk membicarakan
masalah pekerjaan dengan cara face to face,juga memberi nasihat kepada murid jika itu dikalangan
pendidikan dan anak muda di masyarakat. Era ini lebih dikerahkan untuk bimbingan karir. Jadi pada
intinya tahap pertama di era perintisan ini bimbingan konseling yang diciptakan oleh Frank Parsons
digunakan untuk memenuhi kebutuhan seorang siswa atau anak muda untuk mencari pekerjaan setelah
lulis sekolah agar bisa berpikir untuk masa depannya seperti apa nantinya agar mereka kelak tidak
menjadi pengangguran.

2) Era Perang Dunia I (1914-1934)


Ketika AS memasuki Perang Dunia I pihak militer mencari peranti yang bisa mengukur dan
mengklarifikasikan para wamil. Sebuah tim ditugaskan membentuk kelompok untuk menjalani tes yang
dinamakan "Army Alpha Test"sebuah tes yang langsung bisa digunakan dalam sekejap kepada ribuan
wamil dan hasilnya terbukti bagus. Army Apha Test ini yaitu sebuah tes kecerdasan yang diciptakan oleh
Alfred Binet dan Theodore simon. Dan dikenalkan oleh Lewis M. Dan tes kecerdasan ini dicoba di
sekolah-sekolah dan hasilnya berhasil dan menjadi populer di kalangan sekolah-sekolah termasuk
jenjang SD sampai SMA.

Jadi pada era kedua ini awalanya dikenalkan dalam dunia milier, tetapi dengan berkembangnya zaman
maka diperkenalkan ke dalam dunia pendidikan. Jadi pada era ini para bimbinganberusaha untuk
meningkat potensi kecerdasan siswa.

3) Era Globalisasi (1980-sekarang)

Tahun 1981 dibentuk CACREP (Counsil for Accreditation of Counseling an Related Educational
Programs).Yaitu devisi pengakreditasian ACA. Hal ini dibentuk untuk mengembangkan secara khusus
pengemplementasikan dan penegakan standar bagi penyiapan tingkat kelulusan program pendidikan
konseling profesional. Tahun 1982 dibentuk NBCC (National Board for Certified Counselor Ink)untuk
menetapkan system sertifikasi nasional, memonitoring para profesional konselor yang memperoleh
sertifikasi.

Di era inilah yang digunakan sampai sekarang, yaitu era yang modern yaitu semuanya para konselor
sudah banyak dan juga mempunyai kualitas yang tingkat. Banyak asosiasi-asosiasi yang sudah mendirikan
bimbingan konseling. Dan sudah adanya pembentukan untuk pengakreditasian untuk para konselor yang
sudah profesional, jadi tidak perlu lagi sekarang untuk ragu atau mengutarakan masalahnya terhadap
konselor. Konselor sekarang sudah mulai terbuka. Dan adanya pengaksesan terhadap klien juga konselor
jadi sangat mudah sekali untuk konsultasi terhadap konselor.

BAB II

LATAR BELAKANG DAN SEJARAH PERKEMBANGAN

BIMBINGAN DAN KONSELING


A. Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling

Manusia lahir ke dunia ini membawa takdir yang telah digariskan ketika masih dalam kandungan ibunya.
Nasib dan kehidupan mereka bermacam-macam, ada yang bahagia dan ada pula yang sengsara.
Kebutuhan akan kebahagiaan membuat manusia melakukan usaha untuk bahagia dalam hidup yang
singkat ini. Namun sebahagia apapun manusia pasti pernah mengalami masalah.

Kebahagiaan dan masalah silih berganti. Dan masalah itupun pasang surut, satu masalah selesai masalah
yang lain datang menghadang. Terkadang manusia dapat menyelesaikan masalahnya tanpa bantuan
orang lain, namun tidak sedikit dari mereka yang membutuhkan uluran tangan sesamanya untuk keluar
dari masalah yang sedang dihadapi. Bimbingan dan konseling sangat berperan, khususnya bagi golongan
yang kedua tersebut.[1] Artinya bimbingan dan konseling dibutuhkan olehorang yang tidak bisa
menyelesaikan masalahnya sendiri.

Dalam perkembangan kehidupan, manusia selalu berusaha untuk berkembang dan ingin sesuatunya
berjalan lebih mudah. Semakin berkembang kehidupan manusia maka akan semakin kompleks
permasalahan yang terjadi. Khususnya bagi masyarakat modern yang segala kebutuhannya serba instan.
Begitupun dengan mayarakat yang kehidupannya masih belum maju dan belum begitu modern.
Bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan guna menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.[2]

Zaman globalisasi menyajikan kemudahan dan kenyamanan bagi manusia. Utamanya mereka yang hidup
di tengah-tengah kemajuan sains dan teknologi. Kemudahan tersebut dicapai demi mendapat
kebahagiaan. Namun dampak globalisasi tidak hanya positif tetapi ada kalanya yang bersifat negatif.

Di antara sekian masalah yang sering dialami manusia sebagai dampak negatif dari globalisasi ini di
antaranya :

1. Rasa resah gelisah dalam diri masyarakat yang diakibatkan oleh konflik, stres, cemas dan frustasi.
Rasa cemas itu merupakan keadaan tegang yang memotivasi untuk berbuat sesuatu.[3]

2. Adanya kecenderungan pelanggaran disiplin.

3. Ambisi kelompok yang dapat menimbullkan konflik baik berupa konflik psikis maupun fisik.

4. Pengambilan jalan keluar yang salah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif, seperti
obat-obatan terlarang.

Dari sekian banyak masalah tersebut, diperlukan manusia yang bermutu dan memiliki sumber daya
manusia yang memadai untuk memecahkan masalah tersebut. Bermutu seperti apakah yang dimaksud?
Tentunya orang yang harmonis lahir dan batin, sehat jasmani dan rohani, bermoral, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi secara profesional serta dinamis dan kreatif. [4]

Bimbingan dan konseling juga berperan dalam upaya penyelesaian masalah yang terjadi. Karena
seorang yang profesional pun masih membutuhkan metode atau cara, dan metode ini dinilai cukup
efektif sebagai cara mencari jalan keluar. Cukup beralasan memang mengapa harus memakai bimbingan
dan konseling untuk menghadapi masalah dan persoalan hidup yang ada.

Dari sekian hal yang terjadi memang bimbingan dan konseling bukan satu-satunya jalan. Akan
tetapi bimbingan dan konseling merupakan salah satu upaya profesional yang berdimensi banyak. Dan
kemunculan bimbingan dan konseling dilatar belakangi oleh berbagai pertanyaan yang muncul dan
membutuhkan jawaban. Dari segi eksistensinya bimbingan dan konseling dapat disejajarkan dengan
psikiatris, psikoterapi, kedokteran dan penyuluhan sosial.[5]

Melihat berbagai keunggulan dan kelebihan bimbingan dan konseling sudah barang tentu sangat
dibutuhkan di masyarakat dengan harapan dapat menyelesaikan dan mendapatkan jalan keluar dari
persoalan yang sedang dihadapi. Karena bagaimanapun seseorang yang masih waras dan akalnya masih
sehat pasti akan mencari jalan keluar yang waras dan sehat pula. Dan jarang di antara mereka yang
menggunakan jalan pintas, karena kebanyakan dari mereka masih memegang kuat-kuat dan meyakini
bahwa setiap kesulitan ada kemudahan.

B. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Barat

Munculnya bimbingan dan konseling di barat tidak lepas dari campur tangan seorang Frank Parsons yang
di kemudian hari populer dengan sebutan The Father of Guidance. Ia sangat menekankan pentingnya
memberikan pertolongan kepada orang lain supaya dapat memahami dan mengenal pribadi masing-
masing, sehinggamereka akan mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri mereka, supaya
mereka bisa menggunakan keahliannya dengan tepat. Dialah yang mendirikan “Vocational Bureau” pada
tahun 1908 M atau sekitar abad ke-20.[6]

Dari berbagai literatur disebutkan ternyata ada yang lebih dulu mengaplikasikan bimbingan daripada
Parsons. Dialah Jesse B. Davis seorang konselor yang bekerja di sebuah sekolah menengah di Detroit.
Selama kurun waktu sepuluh tahun dia memberikan bantuan untuk mengatasi masalah-masalah
pendidikan, moral dan jabatan siswa. Setelah itu barulah pendirian “Vocational Bureau” dilakukan oleh
Frank Parsons. Selain itu perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika cukup pesat hal itu ditandai
dengan berdirinya APGA (American Personnel and Guidance Association)pada tahun 1952. Kemudian
pada bulan Juli 1983 organisasi ini berubah nama menjadi AACD (American Association for Counseling
and Development).[7]

Setelah perang dunia II peran bimbingan dan konseling lebih tertuju kepada masyarakat, lebih-
lebih kepada para tentara yang baru datang dari medan perang dan akan kembali ke masyarakat.
Demikian merupakan bukti bahwa bimbingan dan konseling yang sekarang merupakan tindak lanjut dari
apa yang telah diperjuangkan oleh Frank Parsons.[8]

Dilihat dari proses lahir dan berkembangnya bimbingan dan konseling di Amerika dapat dibagi
dalam lima periode :

1. Periode embriyo (1898-1907)


Gerakan bimbingan mulai ada dan dirintis oleh George Merril, ia menyelipkan bimbingan jabatan dalam
“The California School of Mechanical Arts” di San Fransisco pada tahun 1895. Kemudian pada tahun
1898 Detroid memusatkan perhatian pada penyuluhan jabatan dan pendidikan jabatan di “Central High
School” . Disusul penyisipan bimbingan jabatan ke dalam mata pelajaran bahasa Inggris dilengkapi suatu
dasar yang teratur oleh J.B. Davis.

2. Periode pertumbuhan (1908-1918)

Pada tahun 1908 seorang Frank Parsons mendirikan “Vocational Bureau” di Boston. Biro jabatan ini
didirikan untuk memberikan konseling jabatan secara sistematis kepada para pemuda entah itu tentang
jabatan maupun hal lain. Sebelum meninggal Parsons sempat menulis buku dan diterbitkan pada tahun
1909 yang berjudul “Choosing A Vocational”.Pemikiran Parsons tentang pentingnya analisa ilmiah dan
memperhatikan pribadi-pribadi individu dalam bimbingan jabatan memberikan pengaruh yang sangat
kuat kepada para ahli yang muncul setelahnya.

3. Periode pergolakan pendidikan (1918-1929)

Pada periode ini terdapat usaha-usaha untuk menuju kea rah pendidikan dan memajukan perseorangan.
Yang demikian berakibat pada kembalinya peranan penting bimbingan dan layanan personal kembali
diingat oleh kaum akademisi. Dalam periode ini perhatian terhadap dinamika individu mendapat porsi
lebih. Demikian pula pendekatan studi kasus dalam proses membimbing dan mengkonseling dimulai
pada periode ini. Dalam perkembangannya konsep bimbingan dan konseling mulai terbentuk oleh
adanya pertimbangan direktif melalui interviu yang berpadu. Petugas menggunakan data tes untuk
mempelajari segala hal yang berkaitan dengan klien. Data tersebut sanagat penting untuk proses
evaluasi dan mengarahkan klien pada jalan yang baik untuk dirinya.

4. Periode ketaktentuan ekonomi (1929-1945)

Perkembangan bimbingan dan konseling pada periode ini tidaklah sepesat masa-masa sebelumnya.
Penyebab keterhambatan tersebut ada dua. Pertama, kesempatan masuknya bimbingan dan konseling
ke sekolah sudah terjadi pada waktu-waktu sebelumnya. Kedua, depressi besar dalam kehidupan
ekonomi tahun 1929 menyebabkan pembiayaan sekolah mengalami kemunduran secara
drastis.Kelebihan pada periode ini meskipun dalam waktu keterpurukan ekonomi adalah kemajuan
dalam dua segi. Segi program, pada periode ini para ahli menggunakan konsep tentang suatu
keterpaduan keterkoordinasian. Segi tehnik, perkembangan tehnik bimbingan mulai berkembang.
Ditandai dengan masuknya tes-tes psikologi pada tahun 1930-an.

5. Periode modern (1945-sekarang)

Perang dunia II memberikan dorongan kuat terhadap perkembangan bimbingan dan konseling semakin
nampak. Salah satu yang mencolok adalah ketika Angkatan Darat ikut melibatkan sekolah menengah dan
perguruan tinggi untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada calon tentara.Pada
periode ini juga tehnik-tehnik bimbingan mengalami kemajuan yang pesat. Pemerataan terjadi di semua
tingkatan sekolah, dari Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi. Juga dikembangkan kode etik bagi
praktek-praktek bimbingan para anggota organisasi.[9]

C. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia

Bimbingan dan konseling masih merupakan hal yang baru bagi bangsa Indonesia. Tapi bukan berarti kita
masih sangat dini dalam hal penerapan bimbingan dan konseling. Periode kelahiran dan perkembangan
BK di Indonesia dapat dibagi menjaditujuh periode:

1. Periode sebelum kemerdekaan

Kita sudah mengenal Bimbingan dan Konseling sejak dulu Karena kita sudah mengenal BK ketika sebelum
merdeka. Contoh konkret adalah ketika para siswa wdimanfaatkan oleh sebagian kalangan untuk
memperjuangkan kemerdekaan melalui pendidikan. Adalah K.H. Dewantara yang mulai menanamkan
nasionalisme di kalangan para siswanya. Dipandang dari caranya ini merupakan dasar pelaksanaan
bimbingan dan konseling.

2. Periode 40-an

Periode ini lebih fokus pada pemberantasan buta huruf. Yang merupakan akibat dari rendahnya kualitas
dan sedikitnya kesempatan anak bangsa untuk mengenyam pendidikan. Hal ini sesuai dengan jiwa
Pancasila UUD 45. Bimbingan pada kurun waktu ini difokuskan untuk memecahkan masalah-masalah
tersebut.

3. Periode 50-an

Tantangan bimbingan pada periode ini begitu besar yaitu memecahkan masalah kebodohan dan
keterbelakangan rakyat Indonesia. pendidikan mendapat porsi lebih karena memang waktu itu
bimbingan dituntut untuk membantu siswa agar bisa berprestasi.[10] Dan secara khusus bimbingan dan
konseling memang bertujuan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan-tujuan perkembangannya
yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar dan karir.[11]

4. Periode 60-an

Bimbingan dan konseling pada periode ini mulai dibicarakan dalam forum-forum formal semisal seminar
dan loka karya. Hal itu terjadi pada tahun 1960 di Malang. Konfrensi ini melahirkan keputusan bahwa
bimbingan dan penyuluhan dimasukkan dalam kurikulum FKIP. Di sinilah letak perkembangan bimbingan
dan konseling pada dekade 60-an.[12]

5. Periode 70-an
Periode ini merupakan masa di mana bimbingan mulai berbenah diri, dari segi penataan legalitas sistem
dan pelaksaannya. Pelaksanaan bimbingan dan konseling dilakukan dengan dua cara konseptual dan
operasional. Dengan cara ini semua lapisan masyarakat dapat merasakan apa, mengapa, bagaimana dan
di mana bimbingan dan konseling.[13]

6. Periode 80-an

Setelah berbenah mulailah pemantapan dilakukan untuk menjadikan bimbingan yang profesional. Baik
itu profeional dalam layanan, sistem, pengelolaan dan organisasi. Berbagai upaya dilakukan guna
mencapai tujuan tersebut, di antaranya penyempurnaan kurikulum, penyempurnaan seleksi mahasiswa
baru, penataan perguruan tinggi dan lain sebagainya yang turut membantu perbaikan dan pemantapan
bimbingan dan konseling.[14]

7. Periode menuju era lepas landas

Kehidupan nasional pada era ini menuntut setiap individu supaya lebih mandiri dan disiplin serta
berintegritas. Kemampuan ini diharapkan dapat memicu orang untuk berfikir lebih dewasa dan dapat
menyelesaikan masalah pribadi dengan cara-cara yang mencerminkan sikap kedewasaan bukan dengan
jalan pintas.[15]

Sebagai makhluk yang hidup di negara pancasila, sudah selayaknya menjadikan pancasila sebagai
dasar bersosial. Pancasila juga menuntut kita untuk bisa menunjukkan ciri-ciri kepribadian di tengah
derasnya arus globalisasi dan westernisasi. Bimbingan dan konseling yang erat kaitannya dengan
pendidikan memiliki tanggung jawab yang besar untuk mewujudkan manusia pancasila tersebut.[16]

Anda mungkin juga menyukai