Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH MASUKNYA BK KE INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu : Dr. Akhirin. M.Ag

Disusun Oleh Kelompok 1

7PAIA10 :

1. Hanik Izzatun Ni’mah (191310004333)


2. Liling Lailatul Ni’mah (191310004379)
3. Kiki Anita Sari (191310004239)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN


ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Asssalamu’alaikum wr wb

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan


rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas pembuatan makalah ini dengan lancar Sholawat serta salam semoga tercurah
kepada beliau Nabi Muhammad SAW., nabi idola dan sumber inspirasi bagi
seluruh umat manusia. Semoga dengan sholawat tadi, kelak di yaumil qiyamah
kita mendapatkan pengakuan beliau sebagai umat yang mendapat syafa’atul
‘udzmah.Amin.

Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas kelompok dan sebagai salah
satu acuan pembelajaran bagi kami dalam mata kuliah Bimbingan dan
Konseling, dengan harapan semoga bisa bermanfaat bagi penulis, pembaca dan
bagi teman-teman di kelas kami.

Dalam penyusunannya, tulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.


Maka dari itu, kritik serta saran dari para pembaca dan teman-teman sangat kami
harapkan guna penyempurnaan penulisan kami yang selanjutnya.

Wassalamu’alaikum wr wb

Jepara, 22 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................3
2.1 Sejarah BK di Dunia........................................................................3
2.2 Sejarah Masuknya BK di Indonesia.................................................11
BAB III PENUTUP...................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal
manusia melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu
dapat ditelusuri dari masyarakat  Yunani Kuno. Mereka menekankan upaya
untuk mengembangkan dan menguatkan individu melalui pendidikan.
Plato dipandang sebagai konselor Yunani Kuno Karena dia menaruh
perhatian besar terhadap masalah-masalah pemahaman psikologis individu,
seperti menyangkut isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam masyarakat
dan teologis,(I Imron Fauzi, 2008).
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada
kehidupan manusia. Kenyataan menunjukan bahwa manusia didalam
kehidupannya selalu menghadpi persoalan-persoalan yang silih berganti.
Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain muncul, demikian
serterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat
maupun kemampuannya. Ada manusia yang sangup mengtasi persoalan tanpa
bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi
persoalan bila tidak dibantu orang lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah
bimbingan dan konseling sangat diperlukan.
Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya. Dengan
mengenal didnya sendiri, mereka akan bertindak dengan tepat sesuai dengan
kemampuan yang ada pada dirinya. Walaupun demikian, tidak semua
manusia mampu mengenal segala kemampuan dirinya. Mereka ini
memerlukan bantuan orang lain agar dapat mengenal dirinya, lengkap dengan
segala kemampuan yang dimilikinya dan bantuan tersebut dapat diberikan
oleh bimbingan dan konseling.
Pada kenyataanya bimbingan dan konseling juga diperlukan, baik oleh
masyarakat yang belum maju maupun masyarakat yang modern.

1
Menurut Bimo Walgito(1989:12) dalam Anas Salahudin bahwa,
bimbingan dan penyuluhan, yang kemudian saat ini lebih dikenal sebagai
bimbingan dan konseling, merupakan suatu ilmu yang baru bila dibandingkan
dengan ilmu-ilmu lain pada umumnya.  Bila kita telusuri, bimbingan dan
penyuluhan itu mulai timbul sekitar permulaan abad ke-20. Gerakan ini mula-
mula timbul di Amerika, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frans
Parsons, Jesse B. Davis, Eli Wever, John Brewer, dan sebagainya.
Dengan diadakannya konferensi FKIP seluruh indonesia yang berlangsung
di Malang sejak tanggal 20-24 Agustus 1960, telah diputuskan bahwa
bimbingan dan konseling dimasukan dalam kurikulum FKIP. Hal tersebut
menunjukan adanya langkah yang lebih maju, yaitu bimbingan dan konseling
sebagai suatu ilmu dikupas secara ilmiah. Dengan adanya instruksi dari
pemerintah ( Departemen Pendidikan dan kebudayaan) untuk melaksanakan
bimbingan dan konseling disekolah-sekolah, telah membuat bimbingan dan
konseling semakin maju di lingkungan sekolah.  
Untuk mengetahui lebih jauh Bimbingan dan Konseling sebagai suatu
disiplin ilmu pengetahuan terlebih dahulu kita mengetahui bagaimana Sejarah
Perkembangan Bimbingan dan Konseling dari masa ke masa, hingga
perkembangannya di Indonesia. Sebagaimana isi makalah yang akan
disampaikan oleh pemakalah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah BK di Dunia ?
2. Bagaimana Sejarah Masuknya BK di Indonesis ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sejarah BK di Dunia
2. Untuk mengetahui Sejarah Masuknya BK di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

3.1 Sejarah BK di Dunia


Bimbingan dan Penyuluhan yang kini lebih dikenal dengan nama
Bimbingan dan Konseling merupakan suatu ilmu yang baru bila
dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain pada umumnya. Bila ditelusuri
Bimbingan dan Penyuluhan mulai timbul sekitar permulaan abad ke-20
Gerakan ini mula-mula timbul di Amerika, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh
diantaranya Jesse B. Davis, Frank Parsons, Eli Wever, John Brewer, dan
sebagainya. 1
Frank Parsons mendirikan sebuah lembaga pengkajian yang bernama The
Vocatonal Bureau (biro vokasional) pada tahun 1908. Frank Parsons adalah
pakar psikologi yang memfokuskan diri pada bidang psikologi pendidikan
dan perkembangan, merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan
bimbingan dalam dunia kependidikan. Atas usahanya itu, Parsons dijuluki
sebaga Father of Guidance.2
Henry Borrow (1964, dalam Ahmad & Rohani,1991) dalam bukanya Man
in a World of Work, mengemukakan beberapa rangkaian peristiwa tertentu
dari sejarah konseling secara kronologis, diantaranya;
a. Periode Formatif
Dalam kurun waktu ini, konseling mulai muncul ketika Jesse B, Davis
tahun 1898 mulai bertugas sebagai konselor pada Central High School di
Datrioit, Michigan. Selama 10 tahun bekerja di sekolah menengah atas itu,
Davis telah memberikan bantuan kepada para siswa yang menghadapi
masalah pendidikan dan pekerjaan. William R. Harper, menyebut konseling
ini sebagai Scientific Study of the Student (kajian ilmiah peserta didik),
dalam bentuk pengajaran individual yang kemudian menelorkan tenaga
spesialis di perguruan tinggi.

1
Walgito, B. (1989). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset.
2
Amin, S. (2014). Pengantar Bimbingan dan Konseling. Banda Aceh: Yayasan PeNA. Hal.10

3
Ely Weaver pada tahun 1906, mempublikasikan “booklet” Choo-sing a
Career (pemilihan karir). Tahun 1908, Parsons mendirikan The Vactional
Bareau di Boston, dan tahun berikutnya 1909 William Healy membuka
Juvenile Physicopathic Institute di Chicago. Dinamika konseling kemudian
maju pesat di Amerika, hal ini ditandai dengan diadakannya konferensi
bimbingan nasional pertama pada tahun 1910 di Boston. Kemudian, pada
tahun 1911, Harvard University memberikan kuliah bimbingan vokasional
di perguruan tinggi ternama itu, dengan instrukturnya Meyer Bloom Field. 3
b. Periode Kemudian
Periode ini sebetulnya adalah prosesi perkembangan konseling ke
tahapan berikutnya setelah dimulainnya fase awal (priode formatif).
Pergerakan konseling di periode ini ditandai dengan didirikannya
Occupational Information & Guidance Service di “US Office of Education”
oleh Harry A. Jagger tahun 1938. Selang satu tahun, Departemen
Pendidikan AS ini menerbitkan Dictionary of Occuational Titles.
Kemudian pada tahun 1942, John M. Brewer mempublikasikan
bukunya yang berjudul History of Vocational Guidance, dan tahun 1946
pemerintah Amerika mensahkan Undang –Undang Penggunaan Dana
Federal Untuk Bimbingan Vokasional. Selanjutnya, pada tahun 1951
terbentuklah asosiasi (persatuan) orang-orang yang peduli pada bimbingan
dan konseling yang dinamakan dengan American Personal and Guidance
Association (APGA).
Ringkasnya, dinamika pertumbuhan bimbingan dan konseling melaju
pesat sejalan dengan irama waktu. Misalnya, periode 1960-1970-an,
perhatian akan difokuskan pada kejelasan dan fungsi konseling, penggunaan
pendekatan kelompok, pemanfastan komputer dalam informasi karir dan
penggunaan teknik modifikasi perilaku, dsb. (Amin, 2014, hal. 10)
1. Era Perintisan (1898-1913)
Pada tahun 1908 di Boston, Frank Parsons mendirikan suatu lembaga
kecil dan independen, Boston Vocational Bureau yang dimaksudkan untuk

3
Amin, S. (2014). Pengantar Bimbingan dan Konseling. Banda Aceh: Yayasan PeNA. Hal.10

4
mencapai efisiensi kerja para siswa dalam memilih karir yang didasarkan
atas proses seleksi secara ilmiah dan melatih guru untuk memberikan
pelayanan sebagai konselor pekerjaan bagi siswa-siswanya yang akan lulus
atau siswa yang ingin memfokuskan belajar, keahlian dan studi lebih jauh
untuk meraih kerja dibidang tertentu. Guru-guru ini juga dilatih untuk
menyeleksi siswanya bagi sekolah kejuruan yang cocok dengan pilihan
kerja siswa nantinya, atau membantu mereka memilihkan bidang pekerjaan
yang sesuai bakat dan kemampuan belajar siswa, atau memberikan nasihat
serta membantu pemindahan siswa ke sekolah yaang lebih tepat untuk
karirnya nanti. Pada tahun 1909, Parsons mengeluarkan buku Choosing a
Vocation , buku pertama di Amerika Serikat sebagai dasar klasik untuk
bidang studi konseling sendiri. Didalamnya menguraikan peran konselor dan
teknik-teknik yanng digunakan untuk konseling pekerjaan. Buku tersebut
terbagi menjadi tiga wilayah utama: investigasi pribadi, investigasi industri,
dan investigasi organisasi dan bidang kerja 4
Meskipun Bimbingan dan Konseling merupakan sebuah disiplin ilmu
yang baru, namun pertumbuhannya sangat pesat. Dari hanya beberapa saja
yang dilatih, di tahun 2004 sudah mencapai 601.000 orang terbagi menjadi
beberapa spesialisasi seperti : (a) konselor pendidikan, pekerjaan dan
sekolah, 248.000; (b) konselor rehabilitasi 131.000; (c) konselor kesehatan
mental 96.000; (d) konselor ntuk ketergantungan obat dan penyimpangan
perilaku 76.000; (e) konselor dan terapis pernikahan dan keluarga 24.000;
(f) sisanya 25.000 konselor bekerja di wilayah-wilayah khusus seperti
konselor rohani, konselor tumbuh-kembang balita, konselor penyandang
cacat, konselor manula, konselor pensiunan, konselor krisis paruh baya, dan
sebagainya.
Menurut Parsons, pekerjaan sebagai konselor mestinya memiliki hal-hal
sebagai berikut :

4
Gibson, R. L., & Mitchell, M. H. (2011). Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR. Hal.8

5
a. Pengetahuan yang bisa diaplikasikan secara praktis mengenai prinsip
dan metode fundamental psikologi modern.
b. Pengalaman yang memampukannya bergaul dengan tepat dan
membangun perkenalan intim dengaan watak manusia di banyak fae
perkembangan berbeda, ia harus mengerti motif, minat dan ambisi
dominan mereka, dan peka mengenali sinntom-sintom yang
mengindikasika hadir tidaknya elemen-elemen penting karakter mereka
entah yang positif atau menyimpang.
c. Kemampuan menghadapi anak-anak muda dengan cara-cara yang
simpatik bersemnagat, penuh rasa ingin tahu, mau menolong dengan
tulus dan kreatif melakukan terobosan.
d. Pengetahuan mengenai persyaratan dan kondisi sukses, kompensasi dan
prospeknya, untung ruginya, tantangan, hambatan dan peluangnya, dan
sebagainya di berbagai jalur dan jenjang kariernya. Informasi yang
berkaitan dengan arah studi dan cara mempersiapkan diri menghadapi
beragam tantangan dan mengembangkan efisiensinya.
e. Informasi yang berkaitan dengan arah studi dan cara mempersiapkan diri
menghadapi beragam tantangan dan mengembangkan efisiensinya.
f. Pengetahuan tentang metode ilmiah untuk menganalisis dan prinsip-
prinsip penyelidikan dimana hukum dan penyebab bisa dikenali, fakta
diklasifikasi, dan kesimpulan yang tepat ditarik. Konselor harus bisa
mengenali fakta-fakta mana saja yang esensial, dan prinsip-prinsip mana
saja yang terlibat di setiap kasusnya, lalu mengelompokkan mereka
berdasarkan relasi-relasinya dan menarik kesimpulan yang sahih. 5
2. Era Perang Dunia I : 1914-1934
Di perempat abad XX, dua perkembangan signifikan lain di dalam
psikologi memengaruhi secara mendalam gerakan bimbingan sekolah ini,
yaitu: (a) pengenalan dan pengembangan tes psikologis standar yang
diberikan secara kelompok (b) gerakan kesehatan mental.

5
Gibson, R. L., & Mitchell, M. H. (2011). Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR. Hal.10-11

6
Tahun 1905, psikolog Prancis Alfred Binet dan Theodore Simon
memperkenalkan tes kecerdasan untuk pertama kalinya. Tahun 1916,
sebuah terjemahan dan revisinya diperkenalkan di Amerika Serikat oleh
Lewis M. Terman dan kolega-koleganya di Universitas Stanford sehingga
menjadi populer. Pada saat Amerika Serikat memasuki perang dunia I dan
pihak militer mencari peranti yang bisa mengukur dan mengklasifikasi pada
wamil, sebuah tim peneliti ditugaskan membentuk tes lain yang kemudian
disebut Army Alpha Test’, sebuah tes yang bisa diaplikasikan pada ribuan
wamil dan hasilnya langsung terbukti.
Program bimbingan yang tterorganisasikan mulai muncul dengan
frekuensi tinggi di jenjang SMP sejak 1920-an, dan lebih intensif lagi di
jenjang SMA dengan pengangkattan guru BK yang khusus dipisahkan untuk
siswa laki-laki dan siswa perempuan. Titik inilah era dimulainya
pemfungsian disiplin, kelengkapan daftar hadir selama 1 tahunn ajaran dan
tanggung jawab administratif lainnya. Akibatnya, banyak program
pendidikan dekade ini menitikberatkan kepada upaya membantu siswa yang
mengalami kesulitan akademis atau pribadi dengan mengirimkannya ke
guru BK untuk mengubah perilaku atau memperbaiki kelemahan. Selain
jenjang SMP dan SMA, konseling untuk SD dimulai era 1920-an sampai
1930-an, hal ini dipicu oleh tulisan-tulisan dan kerja keras William
Burnham yang menekankan peran guru untuk memajukan kesehatan mental
anak yang banyak diabaikan pada periode tersebut.
3. Era Perang Dunia II: 1935-1950
Meski pada tahun 1930-an masyarakat Amerika Serikat sibuk
memperdebatkan kebijakan FDR mewaspadai perkembangan militer Jerman
dan potensi ancaman Hilter bagi perdamaian dunia sehingga banyak orang
yang keberatan, dukungan, kritik dan pesimise memenuhi literatur-literatur
pendidikan itu sehungga lembaga-lembaga pendidikan dan yayasan
akademis formal dan tradisional membentuk komite khusus untuk
mempelajarinya. Namun, secara umum banyak yang mulai mengakui
manfaat gerakan ini. Contohnya Asosiasi Guru-guru Negara Bagian New

7
York menerbitkan laporan di tahun 1935 yang mendefinisikan konsep
bimbingan dari gerakan ini sebagai “proses membantu individu-individu
membuat penyesuaian hidup yang dibutuhkan. Proses ini sangat esensial
dan vital, sangat diperlukan entah di rumah, sekolah, komuitas dan di semua
fase lain lingkungan hidup individu tersebut.
Ketika Amerika Serikat berangsur-angsur pulih dari Perang Dunia II,
seorang kontributor penting yang memiliki pengaruh besar bagi gerakan
konseling di sekolah konseling di sekolah dan masyarakat yaitu Karl R.
Rogers (1902-1987). Rogers mengusulkan sebuah teori baru di dua buku
terpentingnya, yaitu Conseling and Psycoterapy (1942) dan revisinya Client-
Centered Therapy (1951). Dalam bukunya yang pertama, Rogers
menawarkan konseling non-direktif sebagai alternnatif untuk metode
tradisional yang lebih direktif. Ia menekankan tanggung jawab klien untuk
memahami problemnya sendiri dan memicu mereka mengembangkan diri.
Tahun 1947, Feingold dalam jurnal School Review memberikan
pendekatan baru bagi bimbingan. Menurutnya konselor tidak bisa berhenti
hanya di ranah pendidikan saja melainkan harus melampaui tujuan tersebut
dengan menyediaka bimbingan “bukan hanya kepada siswa yang terpilih,
tetapi juga siswa yang membutuhkannya – yaitu mereka yang tidak
mengerti aturan dan regulasi sehhingga sering meniimbulkan problem”.
Feingold dan rekannya menyebut pendekatan ini ‘bimbingan total anak’.
Setelah perang dunia kedua, Bimbingan dan Konseling lebih
menampakkaan manfaatnya bagi masyarakat. Sesuai dengan zaman yang
semakin berkembang, bimbingan dan konseling juga ikut
berkembangcakupan wilayahnya semakin lama semakin luas, sehingga
bimbinngan dan konseling tidak hanya terbatas dalam pengertian bimbingan
dan konseling dalam bidang pekerjaan (vocational guidance), tetapi juga
dalam bidang pendidikan dan kepribadian. Cakupannya tidak hanya terbatas
pada bidang-bidang industri, sekolah-sekolah, bidang ketentaraan, dan lain-
lain. Dengan perkembangan yang begitu cepat, di perusahaan-perusahaan,
terutama dalam perusahaan-perusahaan yang besar, didirikan bagian

8
bimbingan dan konseling yang bertugas memecahkan masalah yang
dihadapi oleh perusahaan-perusahaan maupun mencegah masalah-masalah
yangmungkin dapat membawa kerugian dalam perusahaan itu. Demikian
pula dalam ketentaraan diadakan staf khusus yang bertugas memelihara
ketahanan mental dan para prajurit, selain itu juga untuk mengembalikan
para tentara yang baru datang dari medan pertempuran ke dalam masyarakat
yang biasa. 6
4. Era Perang Dingin : 1950-1980
Tahun 1957, Uni Soviet meluncurkan satelit pertama manusia, efek tak
langsung pencapaian ini adalah meningkatnya gerakan bimbingan dan
konseling di Amerika Serikat, di tahun-tahun itu dua negara adidaya baru
memasuki era perang dinngin dalam perlombaan senjata dan kemajuan
ilmu. Persaingan prestise nasional sekaligus potensi ancaman bagi
pertahanan bangsa sedikit banyaknya memengaruhi para konselor unntuk
mendesak pemerintah meningkatkan mutu pendidikan, menghasilkan
sebuah legislasi yang didorong kritik publik mengenai pendidikan
tradisional dan kegagalannya menyediakan personil terlatih yang
dibutuhkan bagi pendidikan anak bangsa secara menyeluruh.
Legislasi National Defense Education Act yang ditetapkan pada bulan
September 1958 merupakan tonggak penting pendidikan Amerika,
khususnya monumen bagi kesuksesan gerakan bimbingan karena piagam
mengakui vitalnya kaitan antara kesejahteraan siswa, kebutuhan akan
personil yang terlatih dan maksimalisasi proses pendidikan.
Piagam ini secara keseluruhan menyediakan sumber daya tak terbatas,
yaitu :
a. Menginstruksikan dan memberikan dukungan bagi setiap negara
bagian untuk membangun, mengembangkan, dan mempertahankan
setiap program bimbingan di komunitas-komunitas lokal

6
Salahudin, A. (2010). Bimbingan & Konseling . Bandung : CV Pustaka Setia.hal.28-29

9
b. Menginstruksikan dan memberikan dukungan bagi lembaga
pendidikan tinggi untuk melatih secara khusus personil pembimbig
di setiap program lokal tersebut

Pada September 1964, pengaruh piagam ini bisa di deteksi dari


pengumuman Departemen kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan AS
yang menyatakan kalau dalam waktu singkat undang-undang tersebut telah
memberikan dana hampir $30 juta kepada negara-negara bagian;
meningkatnya jumlah konselor SMA dari 12.000 di tahun 1958 menjadi
30.000 di tahun 1964; mendukung 480 institut yang khhusus mendidik
konselor dan guru SMP untuk menjadi konselor profesional; membantu
lebih dari 600.000 siswa SMA dan akademi untuk melanjutkan pendidikan
ke strata satu dengan beasiswa pemerintah;melatih 42.000 teknisi terlatih
untuk memenuhi kebutuhhan sumber daya manusia tersebut; dan program
menghibahkan 8.500 penyetaraan strata satu untuk melatih guru SMA
menjadi konselor profesional.

5. Era Globalisasi: 1980-sekarang


National Board for Certified Counselors (NBCC) dibentuk tahu 1982
untuk menetapkan dan memonitor sistem sertifikasi nasional,
mengidentifikasi para profesional dan komunitas konselor yang memilih
dengan sukarela profesi ini dan memperoleh sertifikasi dan
mempertahankan daftar keanggotaan para konselor tersebut untuk
kemudahan pengaksesan. Sejak 1985 NBCC sudah diakreditasi oleh
National Commission for Certifying Agencies (NCCA). Tahun 1980-an
sampai 1990-an beberapa permasalahan sosial memengaruhi anak-anak
sehingga mengakselerasi pertumbuhan konseling SD. Isu-isu seperti
penyalahgunaan obat, penganiayaan anak, pelecehan seksual dan
pengabaian anak, plus meningkatnya minat dan atensi bagi pencegahannya,
mengarah kepada pemandatan konseling SD yang di tahun 2006 sudah
berlaku resmi di 23 negara bagian.

10
Pengaruh langsung terhadap konseling sekolah adalah dengan adanya
komputer dan teknologi yang menyertainya, sehingga semua orang dapat
mengakses informasi dengan cepat dan mengomunikasikan dengan instan
kepada siapapun melalui e-mail dan hand phone, dan ssejak tahun 2000-an
lewat situs jaringan sosial seperti facebook, twitter, dll. Banyak konselor
menggunakan berbagai sumber internet untuk berbagai kerjasama individu
dan organisasi atau membuka layanan konnseling online bahkan program
pendidikan jarak jauh. (Gibson & Mitchell, 2011:22-24).
3.2 Sejarah Masuknya BK di Indonesia
Seperti yang telah dikemukakan di atas bimbingan dan konseling sebagai
ilmu, merupakan hal yang masih baru, apalagi kalau dilihat di Indonesia ini.
Tetapi ini tidaklah berarti bahwa masalah bimbingan dan konseling di
Indonesia itu belum ada sama sekali. Sebetulnya masalah bimbingan dan
konseling ini telahama di kenal di Indonesia, hanya kalau dilihat dengan
bimbingan dan konseling yang kita hadapi sekarang ini, berbeda dalam segi
pendekatannya.
Dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, dan dengan didirikannya beberapa kementrian pada waktu itu,
antara lain kita dapati adanya “Kantor Penempatan Tenaga”, menunjukan
adanya suatu usaha untuk menempatkan orang-orang yang ingin bekerja yang
sebenarnya disesuaikan dengan kemampuannya dan ini apabila dilihat lebih
jauh prinsipnya seperti “vocational bureau” yang didirikan oleh Frank
Parsons di Boston itu, yaitu untuk menempatkan orang pada suatu pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan- kemampuannya. Tetapi apakah yang
dijalankan itu telah sesuai dengan prinsip tersebut yaitu penempatan orang
yang sesuai dengan kemampuannya, dalam hal ini di luar kemampuan penulis
untuk membeberkannya. 7
Sejarah lahirnya bimbingan dan konseling di Indonesia diawali dari
dimasukannya bimbingan dan konseling (bimbingan dan penyuluhan) di

7
Walgito, B. (1982). Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Hal.16-17

11
lingkungan sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini
merupakan salah satu hasil konferensi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
(FKIP yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20-24 agustus 1960.
Dengan diadakannya konferensi FKIP seluruh indonesia yang
berlangsung di Malang sejak tanggal 20-24 Agustus 1960, telah diputuskan
bahwa bimbingan dan konseling dimasukan dalam kurikulum FKIP. Hal
tersebut menunjukan adanya langkah yang lebih maju, yaitu bimbingan dan
konseling sebagai suatu ilmu dikupas secara ilmiah. Dengan adanya instruksi
dari pemerintah ( Departemen Pendidikan dan kebudayaan) untuk
melaksanakan bimbingan dan konseling disekolah-sekolah, telah membuat
bimbingan dan konseling semakin maju di lingkungan sekolah.

Dalam uraian lebih terperinci, Muchlis (2008), walaupun terdapat


kesamaan pandnagn dengan paparan yang dilakukan walgito(1989), menyatakan
bahwa sejarah lahirnya bimbingan dan konseling di Indonesia diawali dari
dimasukannya bimbingan dan konseling (dahulunya bimbingan dan penyuluhan)
pada setting sekolah. Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(disingkat FKIP,yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20-24 Agustus
1960 menghasikan keputusan untuk memasukkan bimbngan dan penyuluhan
kedalam kurikulum FKIP.
 Pada perkembangan berikutnya, pada tahun 1964, IKIP Bandung dan
IKIP Malang mendirikan jurusan bimbingan dan penyuluhan. Tahun1971, berdiri
Proyek Perintis Sekolah Pembangunan(PPSP) pada delapan IKIP, yaitu IKIP
Padang, IKIP Jakarta,IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP
Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Manado. Melalui proyek ini, bimbingan dan
penyuluhan dikembangkan, dan berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan
Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan” pada PPSP. Kurikulum 1975 untuk
sekolah menengah atas pun memebuat pedoman bimbingan dan penyuluhan.
Tahun 1978, deselenggarakan program PGLSP dan PGSLA bimbingan
dan penyuluhan di IKIP (setinggat D2 atau D3) Untuk mengisi jabatan guru
bimbingan dan penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah

12
pengangkatan guru BP dari tamatan S1 jusan bimbingan dan penyuluhan.
Keberadaan bimbingan dan penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989
dengan lahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi
Jabatan Guru dalam Lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam
Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan
dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi, pelaksanaannya di sekolah masih belum
mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan mereka. Sampai tahun 1993, pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan
di sekolah tidak jelas. Apalagi pengguna, terutama orang tua siswa, berpandangan
keliru tentang BP. Muncul anggapan bahwa anak yang dipanggil BP identik
dengan anak yang nakal atau bermasalah, dan kalo orang tua murid diundang ke
sekolah oleh guru BP, dibenak oarang tua tersebut berpikir bahwa anaknya
bermasalah disekolah.
Pada tahun 1993, lahirlah SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang didalamnya termuat aturan tentang
Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu
dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No. 025/1995 sebagai petunjuk
pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di dalam SK
Mendikbud ini, istilah bimbingan dan penyuluhan diganti menjadi bimbingan dan
konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh guru pembimbing. Di sinilah, pola
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah mulai jelas.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam dunia pendidikan  diharapkan
dapat memperbaiki kualitas pendidikan itu sendiri, sehingga segala bentuk
tujuan yang hendak dicapai dapat terwujud secara efektif dan efisien,
terutama bagi guru sebagai konselor baik untuk guru mata pelajaran umum
maupun guru agama pada umumnya dan khususnya guru Pendidikan Agama
Islam. Karena kedua kelompok guru tersebut dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya tidak bisa terlepas dari segala bentuk masalah yang
dihadapi. Disinilah Bimbingan dan Konseling sangat dibutuhkan oleh guru
agar dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh siswa
di sekolah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Amin, S. (2014). Pengantar Bimbingan dan Konseling. Banda Aceh: Yayasan

PeNA.

Furqon. (2005). Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan Konseling untuk Sekolah

Dasar. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Miftah , Z. (2011). Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Bimbingan dan

Konseling. Surabaya: Gena Pratama Pustaka.

Nurihsan, A. J. (2011). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar

Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditama.

Robert L. Gibson,  Maranne H. Mitchell, Bimbingan dan Konseling Edisi


ketuju. Edisi Indonesia. Diterjemahkan oleh Pustaka Pelajar, Cetakan 1,
januari  2011

15

Anda mungkin juga menyukai