Anda di halaman 1dari 15

DINAMIKA PERKEMBANGAN BIMBINGAN DAN

KONSELING DI INDONESIA DAN LUAR NEGERI

Dosen Pengampu : Drs. Arista Kiswantoro, M.Pd

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Bimbingan dan Konseling

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1 (Materi 10)


1. Muhammad Ahzaril Karim (201932033)
2. Pramatya Sukarno Putri (201932071)
3. Nur Hariyanti (201932074)
KELAS : PBI-2C

Universitas Muria Kudus


Jl. Lkr. Utara, Kayuapu Kulon, Gondangmanis, Kec. Bae,
Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59327
Website :www.umk.ac.idemail: muria@umk.ac.id
KATA PENGANTAR

  Puji dan Syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat serta ridho-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah revisi ini dengan baik dan selesai dengan tepat waktu. Tak
lupa saya ucapkan terimakasih kepada bapak Drs. Arista Kiswantoro, M.Pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah Bimbingan dan Koneling yang telah membimbing saya dalam pengerjaan tugas makalah ini. Saya
juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan yang telah mendukung dan membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.

Dalam makalah ini dijelaskan tentang dinamika perkembangan bimbingan konseling di Indonesia
dan luar negeri (Amerika). Dimana yang harus kita ketahui dan perhatikan sebagai penerus generasi
bangsa selanjutnya. Makalah ini juga ditujukan untuk memenuhi tugas yang ada. Seperti halnya saya
hanya manusia biasa tempat dimana ada kesalahan-kesalahan, maka dari itu saya mohon maaf apabila ada
kesalahan maupun kekurangan dalam makalah ini lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
pengetahuan kita. Untuk mencapai kesempurnaan makalah ini, saya mohon kritik serta saran dari rekan-
rekan yang membaca.

Kudus, 18 Mei 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

5
DAFTAR ISI.........................................................................................................................6

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................

.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................7
.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................................7
.3 TUJUAN..........................................................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................

.1 Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Amerika..............................................8-10


.2 Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia...........................................10-16

BAB III PENUTUP................................................................................................................

A. KESIMPULAN.........................................................................................................17
B. SARAN.....................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................18

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Munculnya Bimbingan dan Konseling di Amerika pada awal abad XX merupakan
tuntunan logis dari dinamika masyarakat Amerika ketika itu. Sebagaimana diketahui bahwa
pandangan hidup masyarakat Amerika dan Barat pada umumnya bersumber dari budayanya
yang sekuler dan liberal. Sebab itu filosofi dari Bimbingan Konseling di sana juga tak
terlepas dari faham sekuler dan liberal.
Sejarah lahirnya bimbingan dan konseling di indonesia diawali dari dimasukannya
bimbingan dan konseling (dulunya bimbingan dan penyuluhan) di lingkungan sekolah.
Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
a) Bagaimana perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia?
b) Bagaimana perkembangan bimbingan dan konseling di luar negeri (Amerika)?

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
a) Untuk mengetahui sejarah bimbingan dan konseling di Amerika.
b) Untuk mengetahui sejarah bimbingan dan konseling di Indonesia.
c) Untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling.

7
BAB II
PEMBAHASAN

.1 Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Amerika


Bimbingan dan Konseling pertama kali lahir di Amerika pada awal abad XX, yaitu
pada tahun 1908 Frank Persons membuka klinik di Boston dengan nama Boston Vocational
Bureau yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan informasi dan pelatihan bagi pemuda
yang ingin mencari kerja. Lembaga ini juga melatih guru di sekolah untuk dapat menyeleksi
dan memberi nasihat kepada siswa dalam pemilihan sekolah yang lebih tepat untuk karirnya
nanti. Tahun 1909 Frank Persons menerbitkan buku “chosing a vocation” yang kemudian
melalui buku ini berhasil mengidentifikasi dan mengenalkan profesi baru untuk membantu
orang lain sehingga dia dikenal sebagai “Father of The Guidance Movement in American
Education”. Pada tahun 1913 muncul sebuah gerakan bimbingan bagi anak-anak muda yang
belum berpengalaman bekerja yang diwadahi oleh National Vocational Guidance Association
yang kemudian istilah guidance “bimbingan” menjadi label yang popular dalam gerakan
konseling di sekolah-sekolah hampir kurang lebih 50 tahun. Banyak tokoh-tokoh yang
mempelopori gerakan bimbingan dan konseling sehingga sangat berpengaruh terhadap
sejarah bimbingan dan konseling seperti Jessi B Davis, Anna Y. Reed, Eli W. Weaver dan
David S. Hill.
Kemudian dalam kurun waktu seperempat abad XX, dua perkembangan signifikan
dalam psikologi mempengaruhi perkembangan gerakan bimbingan dan konseling di sekolah,
yaitu : Pengenalan dan pengembangan tes psikologis standar yang diberikan secara kelompok
dan gerakan kesehatan mental. Perubahan ini dimulai sejak tahun 1905 ketika Psikolog
perancis Alfred Binet dan Theodore Simon memperkenalkan tes kecerdasan untuk pertama
kali. Kemudian tahun 1916 versi terjemahan dan revisi diperkenalkan di AS oleh Lewis M.
Terman dan kolega-kolega di Universitas Stanford dan tes kecerdasan ini populer sekolah-
sekolah. Pada Tahun 1920-an di kalangan pendidik professional, terjadi sebuah gerakan
progersif yang membuka terobosan baru bagi sebuah era pendidikan. Banyak konselor pada
masa ini yang mengakui dalam perspektif pendidikan progresif, siswa dan guru semestinya
membuat rencana bersama-sama, bahwa lingkungan social anak semestinya diperbaiki,

8
bahwa kebutuhan dan keinginan perkembangan siswa semestinya diperhatikan dan bahwa
lingkungan psikologis ruang kelas mestinya positif dan menguatkan. Sejak tahun 1920-an ini
pula program bimbingan yang terorganisasi mulai muncul dengan frekuensi tinggi di jenjang
SMP, lebih intensif lagi di SMA dengan pengangkatan guru BK. Bimbingan dan konseling di
Jejang SD juga mulai tampak akhir 1920-an dan awal 1930-an dipicu oleh tulisan-tulisan dan
usaha keras William Burnham yang menekankan guru untuk memajukan kesehatan mental
anak yang memang diabaikan pada era itu. Dengan keberhasilan gerakan pata tahun 1920an
ini Banyak pihak mulai mengakui manfaat gerakan bimbingan, maka pendukung gerakan
mulai memikirkan program bimbingan siswa dapat disediakan di setiap jenjang dari SD
sampai SMA.
Akhir PD II, gerakan bimbingan mulai menampaki vitalitas dan arah yang baru.
Tokoh dari gerakan ini adalah Carl Rogers yang memberi pengaruh yang besar sebagai
gerakan konseling di sekolah dan masyarakat. Rogers mengusulkan sebuah teori konseling
baru di dua buku terpentingya: Counseling and Psychoterapy (1942) menawarkan konseling
non direktif sebagai alternative untuk metode tradisional yang lebih direktif sifatnya. Ia
menekankan tanggung jawab klien untuk memahami problemnya sendiri dan memicu mereka
mengembangkan diri; Teori ini dilabeli “non direktif” (tidak mengarahkan) karena bertolak
belakang dengan pendekatan tradisional yang berpusat pada intervensi konselor saat
menangani problem siswa. Buku yang kedua “Client-centered Therapy “ mengusulkan
perubahan semantic dari konseling non direktif menjadi ‘berpusatklien’, namun yang lebih
penting lagi , meletakkan titik berat pada kemungkinan pertumbuhan dalam diri klien.
Pengaruh dari Rogers ini menghasilkan sebuah pentitikberatan pada konseling sebagai
aktivitas primer dan mendasar para konselor sekolah.
Pada tahun 1950 an bidang ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, bukan
hanya dalam bidang pekerjaan tetapi merambah pada bidang pendidikan. Dari segi wilayah
geografis, bimbingan dan konseling tidak lagi terbatas hanya di Amerika, tetapi
berkembangan menjalar ke Eropa, Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Australia. Tahun 1970-
1980 bimbingan dan Konseling masuk ke dalam kurikulum Sekolah Menengah di negeri-
negeri yang mengambil sistem pendidikan Barat. Munculnya Bimbingan dan Konseling di
Amerika pada awal abad XX merupakan tuntunan logis dari dinamika masyarakat Amerika
ketika itu. Sebagaimana diketahui bahwa pandangan hidup masyarakat Amerika dan Barat

9
pada umumnya bersumber dari budayanya yang sekuler dan liberal. Oleh karena itu filosofi
dari Bimbingan dan Konseling di sana juga tak terlepas dari faham sekuler dan liberal.
Meskipun konsepsi Bimbingan dan Konseling di Barat dilahirkan oleh para ahli yang
tak diragukan kapasitasnya, tetapi konsep-konsep yang boleh jadi cocok untuk masyarakat
Barat tidak otomatis dapat diterapkan pada masyarakat lain, masyarakat Islam misalnya.
Kesulitan menerapkan prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Barat di lingkungan
masyarakat Islam disebabkan oleh falsafah hidup yang berbeda. Layanan bimbingan di
Amerika Serikat mulai diberikan oleh Jesse B. Davis pada sekitar tahun 1898-1907. Beliau
bekerja sebagai konselor sekolah menengah di Detroit. Dalam waktu sepuluh tahun, ia
membantu mengatasi masalah-masalah pendidikan, moral, dan jabatan siswa. Pada tahun
1908, Frank Parsons mendirikan Vocational Bureau untuk membantu para remaja memilih
pekerjaan yang cocok bagi mereka.
Tahun 1910, William Healy mendirikan Juvenile Psychopathic Institut di Chicago.
Tahun 1911, Universitas Harvard memberikan kuliah bidang bimbingan jabatan dengan
dosennya Meyer Blomfield. Tahun 1912, Grand Rapids, Michigan mendirikan lembaga
bimbingan dalam sistem sekolahnya. Perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika
Serikat sangat pesat pada awal tahun 1950. Hal ini ditandai dengan berdirinya APGA
(American Personal and Guidance Association) pada tahun 1952. Selanjutnya, pada bulan
Juli 1983 APGA mengubah namanya menjadi AACD (American Association for Counseling
and Development). Kemudian, satu organisasi lainnya bergabung pula dengan AACD, yaitu
Militery Education (MECA). Dengan demikian, pada saat ini AACD merupakan organisasi
profesional bagi para konselor di Amerika Serikat, dengan 14 divisi (organisasi khusus) yang
tergabung di dalamnya. Di samping itu, pada setiap negara bagian atau wilayah tertentu
terdapat semacam cabang dari masing-masing organisasi tersebut.
Sebagai suatu organisasi profesi, AACD ataupun organisasi-organisasi divisinya
mengeluarkan jurnal-jurnal secara berkala. Jurnal-jurnal tersebut di antarnya (1) Journal of
Counseling and Development; (2) Journal of College Student Personnel; (3) Counselor
Education and Supervision; dan (4) The Career Development Quarterly.

10
2.2 Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia
Sejarah lahirnya bimbingan dan konseling di indonesia diawali dari dimasukannya
bimbingan dan konseling (dulunya bimbingan dan penyuluhan) di lingkungan sekolah.
Perkembangan sejarah bimbingan dan konseling di Indonesia lebih banyak dilakukan dalam
kegiatan formal di sekolah. Pada awal tahun 1960 di beberapa sekolah dilakukan program
bimbingan akademis dan konseling yang terbatas. Hal ini merupakan salah satu hasil
konferensi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP yang kemudian menjadi IKIP) di
Malang tanggal 20-24 agustus 1960.

Pada perkembangan berikutnya, yakni pada tahun 1964, lahir Kurikulum SMA Gaya
Baru, dengan program bimbingan dan konseling yang saat itu disebut “Bimbingan dan
Penyuluhan” pada waktu itu dipandang sebagai unsur pembaharuan dalam penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia. Akan tetapi program ini tidak berjalan, karena kurang persiapan
prasyarat dan kekurangan tenaga pembimbing yang profesional. Untuk mengatasinya pada
dasawarsa 60-an Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan diteruskan oleh Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1963) membuka jurusan bimbingan dan konseling yang
sekarang dikenal dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan nama Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB).

Pada tahun 1971, berdiri proyek printis sekolah pembangunan (PPSP) ) pada delapan
IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang,
IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini Bimbingan dan
Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan
Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah
Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.

Di tahun yang sama berdiri Ikatan Petugas Bimbingan Indonseia (IPBI), dengan
memberikan pengaruh terhadap perluasan program bimbingan di sekolah yang dilaksankan di
Malang. Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan untuk menyempurnakan
kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Dalam kurikulum 1984 telah dimasukan
bimbingan karier di dalamnya. Usaha untuk memantapkan bimbingan terus dilakukan dengan
diberlakukannya UU No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 1 Ayat 1
disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

11
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan bagi peranannya pada masa yang akan datang.
Pemantapan bimbingan terus dilanjutkan dengan dikeluarkannya SK Menpan No. 80/1993
tentang jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam Pasal 3 disebutkan tugas
pokok guru adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan,
evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut
dalam program bimbingan.

Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah mulai diadakan sejak adanya
PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan. Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan
secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menp an/1989
tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Di dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan
bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih belum jelas
seperti pemikiran awal untuk mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk
mencapai tujuan pendidikan mereka.

Sejak diberlakukannya kurikulum 1994, sebutan untuk Guru BP berubah menjadi Guru
Pembimbing, sebutan resmi ini diperkuat dengan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 84 Tahun 1995 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya, serta Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.025/0/1995
tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya antara lain mengandung arahan dan ketentuan pelaksanaan pelayanan bimbingan
dan konseling di Sekolah/Madrasah oleh guru kelas di SD dan guru pembimbing di SLTP
dan SLTA. Walaupun kedua aturan tersebut mengandung hal-hal yang berkenaan dengan
pelayanan bimbingan dan konseling, tetapi tugas itu dinyatakan sebagai tugas guru (dengan
sebutan guru pembimbing) dan tidak secara eksplisit dinyatakan sebagai tugas konselor. Hal
ini dapat dipahami karena sebutan konselor belum ada dalam perundangan. Penggunaan
sebutan guru, sangat merancukan konteks tugas guru yang mengajar dan konteks tugas
konselor sebagai penyelenggara pelayanan ahli bimbingan dan konseling. Guru pembimbing
yang pada saat ini ada di lapangan pada hakikatnya melaksanakan tugas sebagai konselor,
tetapi sering diperlakukan dan diberi tugas layaknya guru mata pelajaran. Bimbingan dan
konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan belajar mengajar di kelas

12
yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan pelayanan ahli
dalam konteks memandirikan peserta didik. (ABKIN: 2007).

Pada tahun 2001 terjadi perubahan organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonseia (IPBI)
menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Dengan fungsi bahwa
bimbingan dan konseling harus tampil sebagai profesi yang mendapat pengakuan. Kemudian
pada tahun 2003 istilah guru pembimbing berganti menjadi konselor. Merujuk pada UU RI
No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebutan untuk guru pembimbing
dinyatakan dalam sebutan ‟Konselor.” Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan
nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru,
dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU RI No. 20/2003,
pasal 1 ayat 6).

Namun dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006), posisi dan arah
layanan bimbingan dan konseling di sekolah sesungguhnya mengalami kemunduran, karena
adanya pemahaman tentang konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor yang tidak
menggunakan materi pelajaran sebagai konteks layanan keahliannya, dengan ekspektasi
kinerja guru yang menggunakan materi pelajaran sebagai konteks layanan keahliannya.
Bimbingan dan konseling dibawa ke wilayah pembelajaran yang berpayung pada standar isi,
bimbingan dan konseling menjadi bagian dari standar isi yang dituangkan menjadi
pengembangan diri dan menjadi salah satu komponen kurikulum.

Fase – fase perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia

a. Perkembangan bimbingan dan konseling sebelum kemerdekaan


Masa ini merupakan masa penjajahan Belanda dan Jepang, para siswa didiik untuk
mengabdi demi kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini, upaya bimbingan
dikerahkan. Bangsa Indonesia berusaha untuk memperjuangkan kemajun bangsa
Indonesia melalui pendidikan. Salah satunya adalah taman siswa yang dipelopori oleh
K.H. Dewantara yang menanamkan nasionalisme di kalangan para siswanya. Dari sudut
pandang bimbingan, hal tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan
bimbingan.

b. Dekade 40-an

13
Dalam bidang pendidikan, pada dekade 40-an lebih banyak ditandai dengan
perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang
serba darurat manakala pada saat itu di upayakan secara bertahap memecahkan masalah
besar anatara lain melalui pemberantasan buta huruf. Sesuai dengan jiwa pancasila dan
UUD 45. Hal ini pulalaah yang menjadi fokus utama dalam bimbingan pada saat itu.

c. Dekade 50-an
Bidang pendidikan menghadapi tentangan yang amat besar yaitu memecahkan
masalah kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan pada
masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan dan benar benar
menghadapi tantangan dalam membantu siswa disekolah agar dapat berprestasi.

d. Dekade 60-an
Ada beberapa peristiwa penting dalam pendidikan pada dekade ini:
- Ketetapan MPRS tahun 1966 tentang dasar pendidikan nasional
- Lahirnya kurikulum SMA gaya Baru 1964.
- Lahirnya kurikulum 1968.
- Lahirnya jurusan bimbingan dan konseling di IKIP tahun 1963 membuka Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan yang sekarang dikenal di Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) dengan nama Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB).
Keadaan diatas memberikan tantangan bagi keperluan pelayanan bimbinga dan konseling
disekolah.

e. Dekade 70-an
Dalam dekade ini bimbingan di upayakan aktualisasi nya melalui penataan legalitas
sistem, dan pelaksanaannya. Pembangunan pendidikan terutama diarahkan kepada
pemecahan masalah utama pendidikan yaitu :
- Pemerataan kesempatan belajar,
- Mutu,
- Relevansi, dan
- Efisiensi.

14
Pada dekade ini, bimbingan dilakukan secara konseptual, maupun secara operasional.
Melalui upaya ini semua pihak telah merasakan apa, mengapa, bagaimana, dan dimana
bimbingan dan konseling.

f. Dekade 80-an
Pada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama
diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional. Dalam
dekade 80-an pembangunan telah memasuki Repelita III, IV, dan V yang ditandai dengan
menuju lepas landas.
Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini:
- Penyempurnaan kurikulum.
- Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru.
- Profesionalisasi tenaga pendidikan dalam berbagai tingkat dan jenis.
- Penataan perguruan tinggi.
- Pelaksnaan wajib belajar.
- Pembukaan universitas terbuka.
- Lahirnya Undang – Undang pendidikan nasional

Beberapa kecenderungan yang dirasakan pada masa itu adalah kebutuhan akan
profesionalisasi layanan, keterpaduan pengelolaan, sistem pendidikan konselor, legalitas
formal, pemantapan organisasi, pengmbangan konsep – konsep bimbingan yang
berorientasi Indonesia, dsb.

g. Meyongsong era Lepas landas


Era lepas landas mempunyai makna sebagai tahap pembangunan yang ditandai
dengan kehidupan nasional atas kemampuan dan kekuatan sendiri khususnya dalam aspek
ekonomi. Cirri kehidupan lepas landas ditandai dengan keberadaan dan berkembang atas
dasar kekuatan dan kemampuan sendiri, maka cirri manusia lepas landas adalah manusia
yang mandiri secara utuh dengan tiga kata kunci : mental, disiplin, dan integrasi nasional

15
yang diharapkan terwujud dalam kemampuannya menghadapi tekanan – tekanan zaman
baru yang berdasarkan peradaban komunikasi informasi.

h. Bimbingan berdasarkan pancasila


Bimbingan mempunyai peran yang amat penting dan strategis dalam perjalanan
bangsa Indonesia secara keseluruhan. Manusia Indonesia yang dicita-citakan adalah
manusia pancasila dengan cirri-ciri sebagaimana yang terjabar dalam P-4 sebanyak 36
butir bagi bangsa Indonesia, pancasila merupakan dasar Negara, pandangan hidup,
kepribadian bangsa dan idiologi nasional. Sebagai bangsa, pancasila menuntut bangsa
Indonesia mampu menunjukkan ciri-ciri kepribadiannya ditengah-tengah pergaulan
dengan bangsa lain. Bimbingan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dan
mempunyai tanggung jawab yang amat besar guna mewujudkan manusia pancasila karena
itu seluruh kegiatan bimbingan di Indonesia tidak lepas dari pancasila.

16
BAB III
PENUTUP

.1 Kesimpulan
Bimbingan dimulai pada abad 20 di amerika dengan didirikannya suatu vocational bureau
tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk selanjutnya dikenal dengan nama the father of
guidance yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan pertolongan agar mereka
dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya
dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelijensi denga memilih pekerjaan yang
terbaik yang tepat bagi dirinya.
Pelayanan Konseling dalam sistem pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan
nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian
pada Kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan
sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK
baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian
disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir didalamnya.
Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001. Dalam perkembangan sejarah
Bimbingan di Indonesia mengalami beberapa fase, diantaranya yaitu :
a. Sebelum kemerdekaan.
b. Dekade 40-an.
c. Dekade 60-an.
d. Dekade 70-an.
e. Dekade 80-an.
f. Menyongsong era lepas landas.
g. Berdasarkan pancasila.

.2 Saran
Dari semua penjabaran , adapun saran yang di samapaikkan untuk sistem pendidikan
secara menyeluruh dan terpadu wajib melaksanakan program bimbingan dan konseling yang
terintegrasi dalam keseluruhan program disekolah-sekolah.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sulistrayani; Jauhar, Muhammad. 2014. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Prestasi Pustaka


Wardati; Jauhar, Muhammad. 2011. Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta.
Prestasi Pustaka
https://www.academia.edu/40192662/Sejarah_Bimbingan_Konseling_BK
https://www.slideshare.net/mobile/nur-arifaizal-basri/sejarah-perkembangan-bimbingan-dan-
konseling-di-indonesia-dan-di-amerika

18

Anda mungkin juga menyukai