Kode etik bimbingan dan konseling adalah ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang
harus di taati oleh siapa saja yang ingin berkecimpung dalam bidang bimbingan dan konseling
demi untuk kebaikan.
Kode etik didalam bidang bimbingan dan konseling dimaksudkan agar bimbingan dan konseling
tetap dalam keadaan baik, serta di harapkan akan menjadi semakin baik. Kode etik mengandung
ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilanggar atau diabaikan tanpa membawa akibat yang
tidak menyenangkan.
Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia Merupakan landasan moral dan pedoman tingkah
laku profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan diamankan oleh setiap profesional
Bimbingan dan Konseling Indonesia.
Adapun prinsip-prinsip yang harus di pegang oleh seorang konselor adalah
a.
Dasar bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari dasar pendidikan pada
umumnya dan pendidikan di sekolah pada khususnya.
b.
Tujuan bimbingan dan konseling disekolah tidak dapat terlepas dari tujuan pendidikan nasional.
c.
Fungsi bimbingan dan konseling dalam proses pendidikan dan pengajaran ialah membantu
pendidikan dan pengajaran.
d.
e.
Bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan dengan bermacam-macam sifat, yaitu secara :
1.
Preventif ,yaitu bimbingan dan konseling diberikan dengan tujuan untuk mencegah jangan
sampai timbul kesulitan-kesulitan yang menimpa diri anak atau individu
2.
Korektif, yaitu memecahkan atau mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh anak atau
individu
3.
Preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan yang telah baik, jangan samapai menjadi
keadaan yang tidak baik
f.
g.
Para guru hendaknya mempunyai pengetahuan mengenai bimbingan dan konseling karena
mereka selalu berhadapan langsung dengan murid yang mungkin perlu mendapatkan bimbingan.
h.
Individu yang dihadapi tidak hanya mempunyai kesamaan-kesamaan, tapi juga mempunyai
perbedaan-perbedaan.
i.
Tiap-tiap aspek dari individu merupakan faktor penting yang menentukan sikap ataupun tingkah
laku.
j.
Tidak boleh memandang individu terlepas dari masyarakatnya, tetapi harus melihat individu
beserta latar belakang sosial, budaya, dan sebagainya.
k.
l.
Adanya evaluasi
m. Konselor harus selalu mengikuti perkembangan situasi masyarakat, seperti perkembangan sosial,
ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.
n.
Konselor harus selalu ingat untuk menuju kesanggupan individu agar dapat memmbimbing diri
sendiri.
o.
Seorang konselor harus selalu memegang teguh kode etik bimbingan dan konseling
Kode etik bimbingan dan konseling tersebut, antara lain :
1.
Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan dan konseling
harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
2.
Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang sebaikbaiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya. Oleh karena itu,
pembimbing jangan sampai mencampuri wewenang dan tanggung jawab yang bukan wewenang
atau tanggung jawabnya.
3.
Karena pekerjaan pembimbing berhubungan lansung dengan kehidupan pribadi orang maka
seorang pembimbing harus :
a.
b.
c.
Menghargai klien. Jadi, dalam menghadapi klien, pembimbing harus menghadapi klien dalam
derajat yang sama.
4.
a.
b.
c.
Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin dapat menimbulkan hal-hal yang tidak baik bagi
klien
d.
5.
Meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain diluar kemampuan dan keahlian stafnya yang
diperlakukan dalam bimbingan dan konseling
6.
Pembimbing harus selalu menyadari tanggung jawabnya yang berat, yang memerlukan
pengabdian sepenuhnya.
Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi merupakan lanjutan
dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi.
Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih
sempurna walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi.
Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan
tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah
dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional
Pasal 1 (8): Tenaga pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas membimbing,
mengajar, dan atau melatih peserta didik. (catatan: disini kata membimbing disebut lebih
dahulu).
Pasal 27 (1): Tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar,
melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola dan atau memberikan layanan teknis
dalam bidang pendidikan.
Pasal 27 (2): Tenaga kependidikan meliputi tenaga pendidik pengelola satuan pendidikan,
penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran,
serta teknisi sumber belajar.
Pasal 27 (3): Tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan
tugas utama mengajar yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disebut guru
dan pada jenjang pendidikan tinggi disebut dosen.
tenaga
lain
yang
berperan
dalam
dunia
pendidikan,
selain
guru.
Peluang lain yang memberikan angin baru badi pengembangan bimbingan dan konseling
adalah SK. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 026/1989, yang menyatakan,
adanya pekerjaan bimbingan dan konseling yang berkedudukan seimbang dan sejajar dengan
kegiatan belajar. PP tersebut memberikan legalisasi yang cukup mantap bagi keberadaan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Aspek legal keberadaan konselor juga dipeyung UURI No. 20 tahun 2003 tentang Sistim
Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 6 yang menyatakan, Pendidik adalah tenaga kepandidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan ke khususannya, serta bepartisipasi dalam
penyelenggaraan pendidikan (PB ABKIN, 2005: 3-4
Memaparkan bahwa sekolah dan guru tidak lagi percaya dan dipercaya sebagai pendidik dan
pengajar. Tugas mereka telah digantikan dengan bimbingan belajar atau bimbel. Menurutnya,
fenomena bimbel di sekolah menunjukkan kenyataan, kepentingan siswa telah diperalat demi
kepentingan lain terutama demi kepentingan bisnis. Etika profesi pun digadaikan demi uang.
Tugasmendidik dan mengajar merupakan hak dan kewajiban yang menjadi monopoli seorang
guru. Ketika tugas tersebut diserahkan oleh pihak lain yang tidak mempunyai kewenangan
profesi, maka etika profesi mulai tidak berada pada jalurnya. Dalam hal ini tugas mendidik dan
mengajar guru dilakukan secara tidak profesional.
2.
keilmuan/profesi mencakup enam wilayah, dan dari berbagai sumber yang sempat diakses,
pelanggaran etika keilmuan/profesi banyak jenisnya.
3.
Seorang konselor yang dengan sengaja mempublikasikan data pribadi klien kepada semua
orang.
4.
Ketika melakukan proses konseli, konselor yang mengambil keuntungan dari masalah yang
dihadapi klien
Terhadap Konseli
a.
Menyebarkan/membuka rahasia konseli kepada orang yang tidak terkait dengan kepentingan
b.
konseli
c.
d.
e.
Kesalahan dalam melakukan pratik profesional (prosedur, teknik, evaluasi, dan tindak lanjut).
2.
a.
Tidak mengikuti kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi.
b.
3.
a.
b.
Melakukan referal kepada pihak yang tidak memiliki keahlian sesuai dengan masalah konseli.
4. Sangsi Pelanggaran
Konselor wajib mematuhi kode etik profesi Bimbingan dan Konseling. Apabila terjadi
pelanggaran terhadap kode etik Profesi Bimbingan dan Konseling maka kepadanya diberikan
sangsi sebagai berikut.
a.
b.
E.
c.
d.
Pencabutan lisensi
Apabila terkait dengan permasalahan hukum/ kriminal maka akandiserahkan pada pihak
yanG berwenang.
d.
Pemanggilan konselor yang bersangkutan untuk verifikasi data yang disampaikan oleh
konseli dan atau masyarakat.
e.
Apabila berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh dewan kode etik
daerah terbukti kebenarannya maka diterapkan sangsi sesuai dengan masalahnya.