Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN DAN SUPERVISI BIMBINGAN KONSELING DI

SEKOLAH
Ganjar Suargani
Jordiganjar55@students.unnes.ac.id
Pascasarjana Bimbingan Konseling, Universitas Negeri Semarang

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana manajemen dan supervisi di sekolah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi dan wawancara. Manajemen
bimbingan dan konseling merupakan pengelolaan, yaitu suatu kegiatan yang diawali dari
perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling, pengorganisasian aktivitas dan semua unsur
pendukung bimbingan dan konseling, menggerakkan sumber daya manusia Supervisi
bimbingan dan konseling adalah usaha untuk mendorong, mengkoordinasikan dan menuntun
pertumbuhan guru bimbingan dan konseling secara berkesinambungan baik secara individual
maupun secara kelompok agar lebih memahami dan lebih dapat bertindak secara efektif
dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. Hasil analisis menurut teori Terry
tentang planning, organizing, actuating, dan controlling menunjukkan bahwa sekolah sudah
melaksanakan semua komponen manajemen bimbingan konseling, tentunya mendapat
hambatan dalam proses pelaksanaannya, serta pelaksanaan supervisi di sekolah tersebut tidak
dilakukansecara rutin

Kata Kunci: Manajemen Bimbingan Konseling, Supervisi Bimbingan Konselig

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses yang bersifat individual sehingga strategi
pendidikan harus dilengkapi dengan strategi khusus yang lebih intensif dan
menyentuh dunia kehidupan secara individual. Bimbingan dan konseling
diselenggarakan di sekolah sebagai bagian dari keseluruhan usaha atau strategi
sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Sebagai salah satu unsur
pendidikan, layanan bimbingan dan konseling mempunyai peranan yang besar dalam
membantu peserta didik untuk mengembangkan kepribadiannya dimasa yang akan
datang. Dalam hubungan ini guru pembimbing merupakan faktor utama bagi
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Disinilah terlihat peranan guru
pembimbing dalam membantu peserta didik mengembangkan kehidupan pribadi,
kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir.
Layanan bimbingan dan konseling yang baik merujuk pada proses dan hasil
layanan yang mampu memenuhi harapan peserta didik, masyarakat dan pemerintah. Baik
tidaknya layanan tersebut menunjukkan bagaimana seorang guru pembimbing sebagai
petugas utama melaksanakan tugas-tugasnya. Dalam memberikan layanan guru BK harus
berdasarkan kebutuhan peserta didiknya, tugas guru BK dikatakan baik apabila telah
melaksanakan tugasnya dengan baik yang mencakup fungsi pemahaman, pencegahan,
pemeliharaan, pengembangan, pengentasan serta kegiatan lain (Prayitno, 2004).
Secara substansial kegiatan layanan yang diberikan oleh guru pembimbing
meliputi:1) layanan orientasi, 2) layanan informasi, 3) layanan penempatan dan
penyaluran, 4) layanan pembelajaran, 5) layanan individual, 6) layanan konseling
kelompok dan 7) layanan bimbingan kelompok, 8) layanan konsultasi, 9) layanan
mediasi. Layanan-layanan tersebut dilaksanakan dengan mengacu kepada empat
bidang bimbingan, yaitu bidang pribadi, sosial, belajar dan karir. Layanan diberikan
kepada seluruh peserta didik, tidak hanya yang bermasalah saja. Peserta didik yang
tidak dalam kategori “bermasalah”, juga memerlukan layanan bimbingan dalam
rangka pengembangan dirinya.
Kinerja guru pembimbing diduga ditentukan oleh adanya supervisi bimbingan
dan konseling. Hal ini memperhatikan maksud supervisi bimbingan dan konseling seperti
yang dikemukakan oleh Prayitno (2001), bahwa supervisi dapat diartikan sebagai
penyelenggaraan pengawasan dengan mengadakan penilaian dan pembinaan melalui
arahan, bimbingan, contoh, dan saran kepada guru pembimbing didalam melaksanakan
tugasnya. Dengan adanya pengawasan, penilaian maka seorang guru pembimbing akan
berusaha memenuhi apa yang menjadi tuntutan tugas-tugasnya sebagai guru
pembimbing. Dan pembinaan adalah bantuan secara teknis yang sangat dibutuhkan oleh
guru pembimbing.
Di SMP Negeri 1 Talang Kabupaten Tegal sudah menjalankan program
bimbingan konseling sesuai dengan yang direncakan dan berbasis data. Namun dalam
pelaksanaannya terdapat berbagai kendala. Selain itu, guru dan tenaga kependidikan
lainnya ikut terlibat dalam pengembangan dan pengentasan masalah yang dialami oleh
peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK SMP Negeri 1 Talang terdapat
beberapa permasalahan seperti ketiadaan jam bimbingan konseling, sarana dan prasarana
yang kurang mendukung, kurangnya kolaborasi antar tenaga kependidikan, kurangnya
pemahaman dalam memberikan materi oleh guru kepada siswa, dan sebagainya.
Supervisi bimbingan konseling di SMP Negeri 1 Talang sudah berjalan baik namun tidak
rutin dilakukan, hanya saja ketika ada hambatan dalam pelaksanaan program akan
dilakukannya evaluasi atau supervisi. Selanjutnya akan dibahas pada pembahasan.

PEMBAHASAN

Konsep Manajemen Bimbingan Konseling

Manajemen adalah proses aktivitas yang terdiri dari empat sub aktivitas yang
masing-masing merupakan fungsi fundamental. Keempat sub aktivitas itu adalah
planning, organizing, actuating, controlling (Terry, 2008). Lanjut Oemar Hamalik
(2006), manajemen berarti suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan
usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-sumber lainnya,
menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang
ditentukan sebelumnya. Bertitik tolak dari rumusan tersebut, maka ada beberapa hal
yang perlu dijelaskan lebih lanjut:
1. Manajemen merupakan suatu proses sosial yang merupakan proses kerjasama
antara dua orang atau lebih secara formal.
2. Manajemen dilaksanakan dengan bantuan sumber-sumber, yakni: sumber
manusia, sumber material, sumber biaya, dan sumber informasi.
3. Manajemen dilaksankan dengan metode kerja tertentu yang efisien dan efektif
dari segi tenaga, dana, waktu dan sebagainya.
4. Manjemen mengacu kepencapaian tujuan tertentu, yang telah ditentukan
sebelumnya.
Jika ditilik lebih lanjut keempat karakteristik tersebut maka dapat dicari satu
prinsip bahwa faktor manusia merupakan kunci dari pada proses manajemen, yang
melibatkan sumber-sumber yang digunakan, cara yang ditempuh, tujuan yang hendak
dicapai dan kuncinya adalah faktor “manusia” itu sendiri.
Sugiyo (2012) menyatakan manajemen bimbingan dan konseling adalah
kegiatan yang diawali dari perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling,
pengorganisasian aktivitas dan semua unsur pendukung bimbingan dan konseling,
menggerakan sumber daya manusia untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan
konseling, memotivasi sumber daya manusia agar kegiatan bimbingan dan konseling
mencapai tujuan serta mengevaluasi kegiatan bimbingan dan konseling untuk
mengetahui apakah semua kegiatan layanan sudah dilaksanakan dan mengetahui
bagaimana hasilnya.
Berdasarkan konsep di atas maka manajemen bimbingan dan konseling
merupakan pengelolaan, yaitu suatu kegiatan yang diawali dari perencanaan kegiatan
bimbingan dan konseling, pengorganisasian aktivitas dan semua unsur pendukung
bimbingan dan konseling, menggerakkan sumber daya manusia untuk melaksanakan
kegiatan bimbingan dan konseling, memotivasi sumber daya manusia agar kegiatan
bimbingan dan konseling mencapai tujuan serta mengevaluasi kegiatan bimbingan
dan konseling untuk mengetahui apakah semua kegiatan layanan sudah dilaksanakan
dan mengetahui bagaimana hasilnya.

Tujuan Manajemen Bimbingan dan Konseling


Aktivitas manajemen dikatakan produktif apabila menghasilkan output atau
keluaran baik bersifat kuantitas maupun kualitas. Dalam dunia pendidikan kuantitas
dapat diamati melalui jumlah tamatan yang dihasilkan. Sedangkan produktivitas
dalam kualitas sukar diukur atau diamati dengan kasad mata namun demikian dapat
berupa pujian dari orang lain atas kinerjanya. Atau dapat dikatakan sebagai keluaran
produktivitas adalah keluaran yang banyak dan bermutu pada setiap penyelenggaraan
pendidikan maupun bimbingan dan konseling. Aktivitas manajemen dikatakan
berkualitas apabila kualitas jasa produk atau jasa pendidikan bimbingan dan
konseling melebihi harapan pelanggan dan pada gilirannya pelanggan memperoleh
kepuasan.
Aktivitas manajemen dikatakan efektif apabila ada kesesuaian antara hasil
yang dicapai dengan tujuan. Sedangkan aktivitas manajemen dikatakan efisien
apabila ada kesesuaian antara input atau sumber daya dengan output atau apabila
tujuan yang dicapai dalam suatu organisasi hanya dibutuhkan sumber dana yang
minimal.

Prinsip Manajemen Bimbingan dan Konseling


Prinsip merupakan dasar atau landasan berpijak dalam melaksanakan suatu
aktivitas manajemen. Sutomo, dkk (2010:7) mengemukakan prinsip-prinsip
manjemen meliputi: efisiensi, efektivitas, pengelolaan, mengutamakan tugas
pengelolaan, kerjasama, dan kepemimpinan yang efektif. Secara singkat dapat
diberikan penjelasan sebagai berikut:
1. Prinsip efisiensi adalah kegiatan yang dilakukan dengan modal yang minimal
dapat memberikan hasil yang optimal.
2. Prinsip efektivitas adalah apabila terdapat kesesuaian antara hasil yang dicapai
dengan tujuan.
3. Prinsip pengelolaan maksudnya adalah bahwa dalam aktivitas manajemen
seorang manajer harus dapat mengelola sumber daya yang ada baik sumber
daya manusia maupun non manusia
4. Prinsip mengutamakan tugas pengelolaan artinya apabila seorang manajer
dihadapkan pada dua tugas yang satu bersifat manajerial dan satu bersifat
operatif maka harus diutamakan kegiatan yang bersifat manajerial, sedangkan
yang bersifat kooperatif diserahkan orang lain sesuai dengan bidangnya.
5. Prinsip kerjasama, artinya bahwa seoarang manajer harus mampu
menciptakan suasana kerjasama dengan berbagai pihak baik kerjasama yang
bersifat vertikal maupun kerjasama yang bersifat horizontal.
6. Prinsip kepemimpinan yang efektif, artinya seorang manajer hendaknya dapat
member pengaruh pada bawahannya agar bawahan dapat melakuakn aktivitas
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

Konsep supervisi

Hartono (2007) mengungkapkan supervisi bimbingan dan konseling


adalah usaha untuk mendorong, mengkoordinasikan dan menuntun pertumbuhan
guru bimbingan dan konseling secara berkesinambungan baik secara individual
maupun secara kelompok agar lebih memahami dan lebih dapat bertindak secara
efektif dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.

Menurut Siraj Supervisi ialah segala bantuan dari pemimpin sekolah yang
bertujuan kepada pengembangan kepemimpinan guru-guru dan personil sekolah
lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Pengetahuan tentang supervisi
pendidikan memberikan bantuan kepada guru dalam merencanakan dan
melaksanakan keprofesionalan mereka dengan memanfaatkan sumber yang tersedia.
Supervisi pendidikan tidak saja dipergunakan untuk pengembangan kemampuan
personalia sekolah seperti kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru BK, pustakawan,
laboran dan lainya selama mereka berada dalam atau memangku jabatannya, tetapi
juga diperlukan dan pergunakan dalam pendidikan prajabatan guru.

Prinsip dan Tujuan Supervisi Bimbingan Konseling

Untuk mencapai tujuan dan terlaksananya fungsi program bimbingan dan


konseling, maka pelaksanaannya harus dikelola sebaik dan seefisien serta seefektif
mungkin selaras dengan prinsip-prinsip suatu program. Menurut Gibson and Mitchell
(1981), Depdikbud (1993) prinsip-prinsip evaluasi pelaksanaan program bimbingan
dan konseling sebagai berikut:
1. Evaluasi yang efektif menuntut pengenalan terhadap tujuan-tujuan program. Ini
berarti perlu adanya kejelasan mengenai tujuan yang ingin dicapai dalam suatu
kegiatan evaluasi.
2. Evaluasi yang efektif memerlukan kriteria pengukuran yang jelas.
3. Evaluasi melibatkan berbagai unsur yang profesional.
4. Menuntut umpan balik dan tindak lanjut (follow up) sehingga hasilnya dapat
digunakan untuk membuat kebijakan atau keputusan. Adapun keputusan dapat
menyangkut:
a. Personalia yang terlibat dan kemampuannya menggantikan atau penambahan
tenaga.
b. Jenis kegiatan dan pelaksanaanya disusun berdasarkan prioritas kegiatan dan
subyek yang ditangani.
c. Pembiayaan, waktu dan fasilitas lainnya harus dipertimbangkan.
5. Evaluasi yang efektif hendaknya terencana dan berkesinambungan.

Dalam prinsip Supevisi bimbingan dan konseling dapat dibagi berdasarkan


sifatnya yaitu prinsip secara umum dan khusus:

1. Prinsip umum
Supervisi harus bersifat praktis,dalam arti dapat di kerjakan sesuai dengan
situasi dan kondisi sekolah.
a. Hasil supervisi harus berfungsi sebagai sumber informasi bagi staf sekolah
untuk pengembangan proses belajar mengajar/ bimbingan konseling.
b. Supervisi dilaksanakan dengan mekanisme yang menunjang kurikulum yang
berlaku.
2. Prinsip khusus Supervisi hendaknya dilaksanakan secara :
a. Sistematis artinya supervisi di kembangkan dengan perencanaan yang matang
sesuai dengan sasaran yang di inginkan.
b. Objektif artinya supervisi memberikan masukkan sesuai dengan aspek yang
terdapat dalam instrument.
c. Realistis artinya supervisi di dasarkan atas kenyataan yang sebenarnya yaitu
pada keadaan hal-hal yang sudah di pahami dan di lakukan oleh para staf
sekolah.
d. Antisipatif artinya supervisi diarahkan untuk menghadapi kesulitan- kesulitan
yang mungkin akan terjadi.
e. Konstruktif artinya supervisi memberikan saran-saran perbaikan kepada yang di
supervisi untuk berkembang sesuai dengan ketentuan atau aturan yang berlaku.
f. Kreatif artinya supervisi mengembangkan.

Bentuk - bentuk Pelaksanaan Supervisi

Bentuk pelaksanaan supervisi terdapat tiga yang sering dilakukan oleh kepala
sekolah yaitu kunjungan atau observasi kelas, pembicaraan individual, rapat guru.

1. Kunjungan atau observasi kelas


Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah,
pengawas, dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar
mengajar, sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru.
Tujuan kunjungan kelas ini adalah untuk membantu guru dalam mengatasi
kesulitan atau masalah guru di dalam kelas. Melalui kunjungan kelas, pengawas akan
membantu permasalahan yang dialaminya. Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan
pemberitahuan atau tanpa memberitahuan terlebih dahulu, dan bisa juga atas dasar
undangan dari guru itu sendiri. Kunjungan kelas adalah kunjungan yang sewaktu-
waktu dilakukan supervisor untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang
mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi guru mengajar.
Setelah kunjungan kelas selesai, selanjutnya diadakan diskusi empat mata
antara supervisor dengan guru yang bersangkutan. Supervisor memberikan saran-
saran yang diperlukan kemudian guru dapat mengajukan pendapat dan usulan-usulan
yang konstruktif demi perbaikan proses belajar mengajar dan pembimbingan
selanjutnya.
Kegiatan supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah merupakan salah
satu bentuk kepedulian kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru,
sehingga dilaksanakannya supervisi tersebut. Guru-guru secara tidak langsung akan
meningkatkan kualitas mengajarnya. Kunjungan atau observasi kelas merupakan
salah satu langkah yang tepat dalam proses peningkatan kualitas guru yaitu
memberikan keleluasaan kepada guru dalam mengembangkan kemampuannya sesuai
dengan tingkatannya.
Pada saat mengadakan kunjungan kelas, kepala sekolah hendaknya bekerja
menurut proses yang teratur yaitu perencanaan, pelaksanaan, penganalisisan,
kesimpulan dan penilaian. Perencanaan, dilakukan bersama-sama secara demokratis
oleh kepala sekolah dengan guru kelas yang akan dikunjungi, berdasarkan kesulitan-
kesulitan yang telah dialami bersama, apa yang akan diobservasi, kapan waktu yang
sebaik-baiknya. Pelaksanaan, observasi dilakukan seinformal mungkin dengan selalu
memperhatikan prestise guru dalam kelasnya, tidak menonjolkan diri, tidak banyak
interupsi, dan hanya demokrasi jika diminta. Penganalisisan, dilakukan sesudah
observasi bersama-sama kepala sekolah dan guru yang diobservasi, ditempat yang
aman dan tentram, untuk membicarakan hasil-hasil observasi itu mencari segi-segi
kelebihan dan kekurangan.
Kesimpulan dan penilaian, kesimpulan sebagai penilaian terakhir dilakukan
juga secara kooperatif, dengan disadari dan disetujui sepenuhnya oleh yang
bersangkutan, tidak boleh merupakan pendapat pihak lain. Dalam kaitannya dengan
pelaksanaan supervisi, peningkatan kualitas guru merupakan proses yang sangat
penting artinya perkembangan kemampuannya. Hal ini agar seorang guru selalu eksis
dalam meningkatkan profesinya.
2. Pembicaraan individual

Pembicaraan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar


pikiran antara supervisor, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan
kemampuan professional guru. Tujuannya adalah: (1) memberikan kemungkinan
pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan masalah yang dihadapi; (2)
mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) memperbaiki segala kelemahan
dan kekurangan pada diri sendiri; dan (4) menghilangkan atau menghindari segala
prasangka yang bukan-bukan.

Di samping itu, pembicaraan individual dapat dikategorikan interaksi


langsung antara guru dan kepala sekolah. Di dalam interaksi tersebut, seorang guru
diberikan kebebasan untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan perbaikan
dalam meningkatkan keprofesionalannya sebagai seorang guru dalam mengajar dan
sebagainya.

Melalui pembicaraan individual ini, kepala sekolah akan merasa mudah untuk
menganalisis masalah-masalah yang dihadapi seorang guru jika seorang guru
mengalami masalah dalam proses belajar mengajar. Seorang gurupun akan merasa
senang karena merasa terbantu dalam menyelesaikan masalah-masaah yang dihadapi
ketika mengajar di kelas.

Pembicaraan individual merupakan suatu teknik untuk memperbaiki jika ada


kekurangan yang dihadapi guru. Selaku kepala sekolah sebaiknya membicarakan
segi-segi positif guru dan ciptakan situasi dan kondisi yang dapat membuat guru ingin
menganalisis dan mengevalusi hasil pekerjaannya.

Dalam pembicaraan individual ini, berbagai permasalahan harus dicarikan


solusinya. Karena seorang supervisor harus cermat dan tanggap dalam menanggapi
masalah yang dihadapi guru lebih-lebih dalam pengembangan profesinya.

Peningkatan keprofesionalan bertujuan agar seorang guru cepat mendapatkan


sertifikasi guru sesuai dengan tujuan undang-undang guru dan dosen. Pembicaraan
individual adalah upaya menemukan kekurangan atau kegiatan membantu guru
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional sehingga kinerjanya
meningkat lebih baik dan profesional. Kaitannya dengan peningkatan profesional
guru, pembicaraan individual difokuskan pada proses perbaikan cara megajar. Di
samping itu proses mengajar yang baik tidak terlepas dari kontrol kepala sekolah agar
kegiatan supervisi berjalan sesuai dengan harapan.

3. Rapat guru

Rapat merupakan salah satu teknik supervisi untuk memperbaiki situasi


belajar dan mengajar. Perkumpulan yang dilaksanakan oleh semua dewan guru yang
dipimpin di bawah pimpinan kepala sekolah. Oleh karena itu, rapat juga biasanya
dilaksanakan dalam hal membicarakan sesuatu yang mendadak ruang lingkup
pembinaan pada khususnya. Guru merupakan figur yang harus diikuti sepanjang
masa. Apabila ditelusuri guru merupakan profesi yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru.

Kaitannya dengan peningkatan profesionalisme guru, rapat guru ini


merupakan salah satu point yang mampu menghantarkan seorang menjadi
profesional, karena rapat guru ini mengacu kepada perbaikan apabila guru-guru
mengalami masalah yang sama, dan rapat guru ini juga bertujuan untuk
pengembangan kemampuan personel dan perkembangan profesinya.

Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, maka dapat diambil kesimpulan


bahwa pelaksanaan supervisi dalam meningkatkan profesionalisme guru bimbingan
dan konseling sangat efektif dalam rangka peningkatan profesionalisme konselor. Di
samping itu, peningkatan keprofesionalan konselor yang dilaksanakan secara tidak
langsung merupakan proses pendidikan yang mampu meningkatkan profesinya dalam
bidang-bidang yang lainya.

Hambatan - hambatan evaluasi pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling


di Sekolah

Ada beberapa hambatan yang dirasakan sampai saat ini dalam evaluasi
pelaksanaan program Bimbingan dan Koseling disekolah, yaitu:
1. Pelaksanaan bimbingan di sekolahtidak mempunyai waktu yang cukup
memadai untuk melaksanakan evaluasi pelaksanaan program BK(bimbingan
konseling)
2. Pelaksanaaan bimbingan dan konseling memiliki latar belakang pendidikan
yang bervariasi, baik ditinjau dari segi jenjang maupun program , sehingga
kemampuannya dalam mengevaluasi pelaksanaan program BK pun sangat
bervariasi, termasuk dalam menyusun , membakukan , dan mengembangkan
instrument evaluasi.
3. Belum tersedianya alat-alat atau instrument evaluasi pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah yang valid, reliabel dan objektif.
4. Belum diselenggarakannya penataran, pendidikan atau pelatihan khusus yang
berkaitan tentang evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling
pada umumnya, penyusunan dan pengembangan instrument evaluasi
pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah.
5. Penyelenggaraan evaluasi membutuhkan banyak waktu dan uang. Sehingga,
untuk memulai mengadakan evaluasi diperlukan biaya yang cukup mahal dan
banyak.
6. Belum ada guru, konselor, konselor-konselor inti, atau instruktur BK yang
ahli dalam bidang evaluasi pelaksanaan program BK di sekolah. Sampai saat
ini, kebanyakan ahli yang terlibat dalam bidang ini adalah dari Guru,
konselor, konselor-konselor tinggi yang sudah tentu konsep serta kerangka
kerjanya tidak berorientasi pada kepentingan sekolah.
7. Sampai saat ini, belum ada perumusan kriteria keberhasilan evaluasi
pelaksanaan bimbingan yang tegas dan baku.

HASIL ANALISIS

Berdasarkan konsep manajemen BK yaitu perencanaan, pengorganisasian,


pelaksanaan dan evaluasi dengan hasil observasi di SMP Negeri 1 Talang diperoleh
data sebagai berikut.
Perencanaan, dalam perencanaan guru bimbingan konseling di SMP Negeri 1
Talang sudah baik dan diperhitungkan secara matang contohnya dengan membuat
program sesuai kurikulum yang berlaku di sekolah dan berbasis data siswa, tentunya
dengan tujuan agar siswa mampu mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa.
Mempersiapkan diri (guru BK) dengan mengikuti kegiatan keprofesionalan seperti
MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan Konseling) untuk menunjang terciptanya
penyelenggaraan kegiatan bimbingan konseling yang memandirikan siswa.

Selanjutnya pengorganisasian, di SMP Negeri 1 Talang terdapat 3 guru BK


dengan 1 koordinator. Secara teori guru BK hendaknya menaungi 150 siswa
sedangkan di sekolah tersebut terdapat lebih dari 900 siswa jadi guru BK harus
bekerja lebih keras karena mengampu siswa dua kali lipat dari yang seharusnya. Guru
bimbingan konseling sudah mencoba bekerjasama dengan para tenaga pendidik di
sekolah untuk menyempurnakan pemberian layanan namun itu tidaklah mudah, masih
terdapat guru mata pelajaran lain yang menganggap jika peserta didik mengalami
kesulitan belajar ataupun bermasalah dalam belajarnya itu adalah tugas guru
bimbingan konseling untuk menanganinya tanpa ada campur tangan dari pihak guru
atau wali kelas. Pembagian tugas dalam menyelenggarakan layanan bimbingan
konseling sudah berjalan baik karena ada koordinasi dari setiap guru bimbingan
konseling.

Yang ketiga adalah pelaksanaan, guru bimbingan konseling di SMP Negeri 1


Talang sudah melaksanakan tugasnya dengan baik, sesuai dengan program yang
dibuat dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Namun, di SMP Negeri 1 talang tidak
memiliki jam pelajaran bimbingan konseling, guru bimbingan konseling hanya
menjalankan konseling kelompok, bimbingan kelompok, konseling individu,
kunjungan rumah, dan sebagainya. Kegiatan kelompok pun dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi seperti telepon genggam yaitu dengan menggunakan media
whatsapp group. Apakah ini efektif? Bisa dikatakan efektif karena mudah diakses
dan banyak siswa yang sudah memiliki telepon genggam, siswa lebih berani
berpendapat dalam dunia maya tetapi siswa masih merasa malu ketika di dunia nyata
atau bertemu langsung dengan guru bimbingan konseling. Menurut saya ini bagus
karena guru bimbingan konseling sudah mengikuti tren konseling di era disrupsi ini
dengan memanfaatkan teknologi yaitu konseling online. Dalam penerapan konseling
online disini tentunya ada beberapa kendala contohnya, beberapa siswa tidak
memiliki telepon genggam hal ini sangat menghambat dan guru bimbingan konseling
harus memberikan layanan secara langsung (face to face). Guru bimbingan konseling
kesulitan untuk melaksanakan layanan klasikal, untuk mengatasinya guru bimbingan
konseling meminta jam mata pelajaran lain untuk memberikan layanan, selebihnya
dilakukan bimbingan kelas besar atau lintas kelas.

Keadaan ruang bimbingan konseling di SMP Negeri 1 Talang digolongkan


minim sarana dan prasarana. Hal ini dikarenakan ruang bimbingan konseling hanya
terdapat ruang konseling individu dan ruang tamu dijadikan sebagai ruang kelompok.
Untuk melaksanakan kegiatan pendukung program bimbingan konseling yaitu
kunjungan rumah, sekolah tidak mengakomodasikan anggaran biaya, dan guru
bimbingan konseling menggunakan keuangan pribadinya untuk melaksanakan
kegiatan tersebut.

Yang keempat yaitu evaluasi, setelah melakukan perencanaan,


pengorganisasian, dan pelaksanaan selanjutnya adalah evaluasi. Evaluasi merupakan
segala upaya tindakan atau proses menentukan derajat kualitas kemajuan yang
berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dengan
mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program
bimbingan dan konseling yang sering dilaksanakan (Sukardi: 2008). Evaluasi di SMP
Negeri 1 Talang berjalan dengan baik, evaluasi biasanya dilakukan di akhir semester
(gasal/genap) untuk mengetahui apa saja kendala dan kegiatan yang belum
dilaksanakan selama satu semester.
SIMPULAN

Manajemen bimbingan dan konseling merupakan pengelolaan, yaitu suatu


kegiatan yang diawali dari perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling,
pengorganisasian aktivitas dan semua unsur pendukung bimbingan dan konseling,
menggerakkan sumber daya manusia untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan
konseling, memotivasi sumber daya manusia agar kegiatan bimbingan dan konseling
mencapai tujuan serta mengevaluasi kegiatan bimbingan dan konseling untuk
mengetahui apakah semua kegiatan layanan sudah dilaksanakan dan mengetahui
bagaimana hasilnya.
Supervisi bimbingan dan konseling adalah usaha untuk mendorong,
mengkoordinasikan dan menuntun pertumbuhan guru bimbingan dan konseling
secara berkesinambungan baik secara individual maupun secara kelompok agar
lebih memahami dan lebih dapat bertindak secara efektif dalam melaksanakan
layanan bimbingan dan konseling
Berdasarkan hasil observasi dan analisis permasalahan di atas yaitu
tentang manajemen dan supervisi bimbingan konseling di sekolah bahwa untuk
lebih memahamkan dan mengurangi stigma negatif terhadap peran bimbingan
konseling di sekolah karena tugas guru bimbingan di sekolah tidak hanya untuk
membuat siswa berhasil di sekolah namun berhasil menemukan potensi yang ada
dalam dirinya, mengerti siapa dirinya dan memperoleh karir untuk masa
depannya.
Daftar Pustaka

Hamalik, O. (2006). Manajemen pengembangan kurikulum. Sekolah Pascasarjana


Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya.
Hartono, Lastony Budi. 2007. Hubungan Antara Kemampuan Manajerial Kepala
Sekolah dan Supervisi Bimbingan Konseling Dengan Kinerja Guru
Pembimbing Smp Negeri Se Kabupaten Jepara. Tesis Universitas Negeri
Semarang.
Prayitno.2001. Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Panduan
Kegiatan. Jakarta: Rineka Cipta
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar- Dasar Bimbingan Konseling.Jakarta: Rineka
Cipta
Siraj. ___ . Peningkatan Kinerja Konselor Melalui Peran Supervisi Pendidikan Pada
SMA Negeri 1 Makmur Kabupaten Bireuen. Universitas Negeri Medan
Sugiyo. (2012). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: Widya
Karya
Sukardi, Dewa Ketut dan Kusmawati. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutomo, dkk. (2012). Manajemen Sekolah, edisi revisi, cetakan kesembilan.
Semarang: UNNES PRESS
Terry, George R. (2008) Prinsip-Prinsip Manajemen, Alih bahasa J. Smith DFM.
Jakarta, Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai