Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING

Ganjar Suargani1,Mufidah Istiqomah2, Muhammad Satrio3


Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Pascasarjana,
Universitas Negeri Semarang, Indonesia.

Abstrak

Manajemen bimbingan dan konseling adalah segala upaya atau cara yang
digunakan untuk mendayagunakan secara optimal semua komponen atau sumber
daya (tenaga, dana, sarana-prasarana) dan sistem informasi berupa himpunan data
bimbingan dan konseling untuk menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan
konseling dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Abstract
Management guidance and counseling is any effort of means used to optimally
utilixw all components or resources (personnel, funds, infrastructure) and
information systems ini the form of data sets guidance and counseling to organize
guidance and counseling services in order to achieve those objectives determined.

Keywords : management, guidance and counseling


PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan proses yang bersifat individual sehingga strategi


pendidikan harus dilengkapi dengan strategi khusus yang lebih intensif dan
menyentuh dunia kehidupan secara individual. Bimbingan dan konseling
diselenggarakan di sekolah sebagai bagian dari keseluruhan usaha atau strategi
sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Bimbingan dan konseling memiliki konsep dan peran yang ideal, karena
dengan berfungsinya bimbingan dan konseling secara optimal semua kebutuhan
dan permasalahan siswa di sekolah akan dapat di tangani dengan baik. Suatu
program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak mungkin akan
tersusun, terselenggara dan tercapai apabila tidak dikelola dalam suatu sistem
manajemen yang bermutu. Manajemen yang bermutu adalah kemampuan manajer
pendidikan di sekolah dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan
dan mengendalikan sumber daya yang ada.
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah menyatakan akan kedudukan bimbingan dan
konseling (BK) sebagai kegiatan pengembangan diri yang bertujuan untuk
memfasilitasi peserta didik berkenaan dengan masalah pribadi, sosial, belajar dan
karir. Kegiatan pengembangan diri ini dilakukan oleh konselor atau guru BK
dengan memberikan layanan BK dan pelaksanaan kegiatan pendukung BK.
Pelaksanaan pelayanan BK dengan baik dan sistematis dibutuhkan manajerial
yang baik, kemampuan ini merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki
oleh guru BK atau konselor.
Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik
dan kompetensi konselor dinyatakan bahwa seorang konselor harus menguasai
semua kompetensi yang telah ditentukan, termasuk kompetensi dalam melakukan
manajemen BK. Gibson (2011) menyatakan manajemen BK adalah aktivitas yang
memfasilitasi kegiatan konseling meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanan, dan evaluasi. Manajemen layanan bimbingan dan konseling perlu
dirumuskan secara siap baik dari segi perencaan program pelayanan bimbingan
dan konseling, meneliti hal-hal apa sajakah yang dibutuhkan oleh para siswa,
materi-materi yang harus diajarkan untuk membentuk kesiapan siswa, satuan
layanan dan kegiatan dalam bimbingan dan konseling, dapat merumuskan dengan
baik tatalaksana bimbingan dan konseling dan mengevaluasi program yang telah
terlaksana.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santoadi (2008) menyimpulkan
adanya kekurangan manajemen BK di SMA yaitu (a) masih adanya koordinator
dan staf BK yang tidak berlatar belakang BK, (b) masih sedikit SMA yang
melakukan assesmen kebutuhan, (c) layanan klasikal diberikan pada kelas tertentu
dan tidak teratur, (d) mayoritas layanan klasikal dilakukan secara terputus-putus
baik materi dan waktunya, dan (e) evaluasi yang dilakukan berdasarkan kesan
bukan data. Santoadi mengungkapkan bahwa alasan kekurangan pelaksanaan
manajemen BK tersebut karena adanya kebijakan sekolah akan ketiadaan jam BK
yang berarti kegiatan BK lebih banyak dilaksanakan diwaktu luar jam pelajaran
dan berakibat pada kurang optimalnya dalam pelaksanaan BK di sekolah sehingga
siswa kurang berkembang secara optimal. Namun berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rachmawati (2013) yang dilakukan di SMAN 3 Semarang,
dimana sekolah tersebut menerapkan kebijakan akan ketidakadaaan jam untuk
kegiatan BK, akan tetapi siswanya mengembangkan potensisnya secara optimal
yang ditunjukan dengan prestasi siswa dari berbagai bidang dan ajang. Padahal
beberapa sekolah dengan kebijakan yang sama perkembangan siswanya kurang
optimal. Dengan kata lain manajemen BK di sekolah tersebut sudah baik
meskipun tidak ada jam untuk kegiatan BK.
Berbeda dengan Rachmawati, Bahrie (2013) dalam penelitiannya
menemukan bahwa fakta dilapangan menggambarkan guru bimbingan dan
konseling terbelunggu oleh pekerjaan administratif yang tidak ada habisnya, dari
mengisi buku pribadi siswa, menganalisis hasil sosiometri sampai menjadi
sosiogram, menghitung daftar hadir siswa, mencatat kejadian siswa (anecdotal
record). Pekerjaan utama yang membimbing dan konseling hampir terabaikan
oleh urusan administratif yang menyita banyak waktu. Sehingga tujuan dari
bimbingan dan konseling yaitu melayani seluruh siswa tidak tercapai. Hal ini
dialami oleh sebagian sekolah di kota Bekasi.
Dari pembahasan masalah tersebut mengantarkan bahwa makna konsep
manajemen BK belum terpenuhi secara optimal. Dengan kondisi yang demikian
maka mendorong penulis untuk menguraikan konsep manajemen bk menurut ahli
dan teori serta bagaimana saran yang akan diberikan penulis untuk memudahkan
memahami konsep manajemen bk.

PEMBAHASAN

Pengertian Manajemen Bimbingan dan Konseling


Manajemen adalah proses aktivitas yang terdiri dari empat sub aktivitas
yang masing-masing merupakan fungsi fundamental. Keempat sub aktivitas itu
adalah planning, organizing, actuating, controlling (Terry, 2008). Kata
manajemen yang sering digunakan dalam setiap organisasi merupakan terjemahan
dari bahasa inggris to manage yang berarti mengelola. Kata mengelola
mempunyai makna yang luas seperti mengatur, mengarahkan, mengendalikan,
menangani, dan melaksakan serta memimpin. Banyak pakar yang mendefinisikan
manajemen yang apabila ditelaah akan tampak berbeda antara satu pakar dengan
pakar yang lain, hal ini sangat wajar karena berbeda filosofi yang dikembangkan.
Berikut ini dikemukakan beberapa definisi manajemen yang dikemukakan oleh
beberapa pakar.
Menurut Oemar Hamalik, manajemen berarti suatu proses sosial yang
berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta
sumber-sumber lainnya, menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk
mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Bertitik tolak dari rumusan
tersebut, maka ada beberapa hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut:
1. Manajemen merupakan suatu proses sosial yang merupakan proses
kerjasama antara dua orang atau lebih secara formal.
2. Manajemen dilaksanakan dengan bantuan sumber-sumber, yakni: sumber
manusia, sumber material, sumber biaya, dan sumber informasi.
3. Manajemen dilaksankan dengan metode kerja tertentu yang efisien dan
efektif dari segi tenaga, dana, waktu dan sebagainya.
4. Manjemen mengacu kepencapaian tujuan tertentu, yang telah ditentukan
sebelumnya.
Jika ditilik lebih lanjut keempat karakteristik tersebut maka dapat dicari
satu prinsip bahwa faktor manusia merupakan kunci dari pada proses manajemen,
yang melibatkan sumber-sumber yang digunakan, cara yang ditempuh, tujuan
yang hendak dicapai dan kuncinya adalah faktor “manusia” itu sendiri.
Hersey dan Blanchard (2001:3) mengemukakan manajemen sebagai
“management is working with and throught individuals and growth to accomplish
organizational goals” sedangkan Stoner (1992:8) mengemukakan bahwa
manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agara mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Howard M. Carlisley menyatakan “Management is the process by which the
element of a group are integrated, coordinated, and efficient achieve objective”
(manajemen adalah proses pengintegrasian, pengorganisasian dan pemanfaatan
elemen-elemen suatu kelompok untuk mencapai tujuan secara efisien).
Mathewson mengemukakan bimbingan sebagai pendidikan dana
pengembangan yang menekankan pada proses belajar. Pengertian ini menekankan
bimbingan sebagai bentuk pendidikan dan pengembangan diri, tujuan yang
diinginkan diperoleh melalui proses belajar (Winkel dan Sri Hastuti 2012:124-
130). Sedangkan Jones menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu
hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan konseli.
Hubungan ini biasanya bersifat individual atau perorangan, meskipun kadang-
kadang melibatkan lebih dari dua orang dan direncanakan untuk membantu klien
memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya,
sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya (Winkel & Sri
Hastuti, 2012:110).
Sugiyo (2012) menyatakan manajemen bimbingan dan konseling adalah
kegiatan yang diawali dari perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling,
pengorganisasian aktivitas dan semua unsur pendukung bimbingan dan konseling,
menggerakan sumber daya manusia untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan
konseling, memotivasi sumber daya manusia agar kegiatan bimbingan dan
konseling mencapai tujuan serta mengevaluasi kegiatan bimbingan dan konseling
untuk mengetahui apakah semua kegiatan layanan sudah dilaksanakan dan
mengetahui bagaimana hasilnya.
Berdasarkan konsep di atas maka manajemen bimbingan dan konseling
merupakan pengelolaan, yaitu suatu kegiatan yang diawali dari perencanaan
kegiatan bimbingan dan konseling, pengorganisasian aktivitas dan semua unsur
pendukung bimbingan dan konseling, menggerakkan sumber daya manusia untuk
melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling, memotivasi sumber daya
manusia agar kegiatan bimbingan dan konseling mencapai tujuan serta
mengevaluasi kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengetahui apakah semua
kegiatan layanan sudah dilaksanakan dan mengetahui bagaimana hasilnya.

Tujuan Manajemen Bimbingan dan Konseling


Aktivitas manajemen dikatakan produktif apabila menghasilkan output
atau keluaran baik bersifat kuantitas maupun kualitas. Dalam dunia pendidikan
kuantitas dapat diamati melalui jumlah tamatan yang dihasilkan. Sedangkan
produktivitas dalam kualitas sukar diukur atau diamati dengan kasad mata namun
demikian dapat berupa pujian dari orang lain atas kinerjanya. Atau dapat
dikatakan sebagai keluaran produktivitas adalah keluaran yang banyak dan
bermutu pada setiap penyelenggaraan pendidikan maupun bimbingan dan
konseling. Aktivitas manajemen dikatakan berkualitas apabila kualitas jasa
produk atau jasa pendidikan bimbingan dan konseling melebihi harapan
pelanggan dan pada gilirannya pelanggan memperoleh kepuasan.
Aktivitas manajemen dikatakan efektif apabila ada kesesuaian antara hasil
yang dicapai dengan tujuan. Sedangkan aktivitas manajemen dikatakan efisien
apabila ada kesesuaian antara input atau sumber daya dengan output atau apabila
tujuan yang dicapai dalam suatu organisasi hanya dibutuhkan sumber dana yang
minimal.
Prinsip Manajemen Bimbingan dan Konseling
Prinsip merupakan dasar atau landasan berpijak dalam melaksanakan suatu
aktivitas manajemen. Sutomo, dkk (2010:7) mengemukakan prinsip-prinsip
manjemen meliputi: efisiensi, efektivitas, pengelolaan, mengutamakan tugas
pengelolaan, kerjasama, dan kepemimpinan yang efektif. Secara singkat dapat
diberikan penjelasan sebagai berikut :
1. Prinsip efisiensi adalah kegiatan yang dilakukan dengan modal yang
minimal dapat memberikan hasil yang optimal.
2. Prinsip efektivitas adalah apabila terdapat kesesuaian antara hasil yang
dicapai dengan tujuan.
3. Prinsip pengelolaan maksutnya adalah bahwa dalam aktivitas manajemen
seorang manajer harus dapat mengelola sumber daya yang ada baik
sumber daya manusia maupun non manusia
4. Prinsip mengutamakan tugas pengelolaan artinya apabila seorang manajer
dihadapkan pada dua tugas yang satu bersifat manajerial dan satu bersifat
operatif maka harus diutamakan kegiatan yang bersifat manajerial,
sedangkan yang bersifat kooperatif diserahkan orang lain sesuai dengan
bidangnya.
5. Prinsip kerjasama, artinya bahwa seoarang manajer harus mampu
menciptakan suasana kerjasama dengan berbagai pihak baik kerjasama
yang bersifat vertical maupun kerjasama yang bersifat horizontal.
6. Prinsip kepemimpinan yang efektif, artinya seorang manajer hendaknya
dapat member pengaruh pada bawahannya agar bawahan dapat melakuakn
aktivitas sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

Asas Manajemen Bimbingan dan Konseling


Konsep manajemen dapat dipandang dari segi manajemen sebagai ilmu,
manajemen sebagai seni dan manajemen sebagai proses. Menurut Sugiyo (2014)
asas dalam manajemen bimbingan dan konseling sebagai berikut :
1. Manajemen sebagai ilmu karena manajemen mempunyai objek yang
dipelajari yaitu adanya kerja sama dua orang atau lebih atau sekelompok
orang, dan mempunyai metode yang digunakan untuk mempelajari serta
mempunyai sistematika.
2. Manajemen sebagai seni berarti bagaimana seorang manajer atau konselor
atau guru BK mempengaruhi orang lain dalam suatu organisasi untuk
bersama-sama melakukan aktivitas agar tujuan yang telah ditentukan dapat
tercapai. Berdasarakan konsep ini maka kegiatan manajemen akan terlihat
pada perbedaan gaya atau style dalam menggunakan atau memberdayakan
orang lain untuk mencapai tujuan.
3. Manajemen sebagai suatu proses karena dalam manajemen terdapat
kegiatan atau proses yang bersifat manajerial dan operatif yang dilakukan
secara sistematis dan terpadu untuk mencapai tujuan manajemen.

Ruang Lingkup Manajemen Bimbingan dan Konseling

Ruang lingkup manajemen bimbingan dan konseling di sekolah bertitik


tolak dari pokok-pokok ketentuan yang menjadi acuan bagi pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseling, terutama oleh guru pembimbing (di SLTP/SLTA) dan
guru kelas (di SD). Pokok-pokok yang menjadi acuan ini mengandung implikasi
langsung atau tidak langsung terhadap penataan dan pelaksanaan manajemen yang
perlu ditangani oleh personalia yang berkewajiban dan terkait.
Menurut Sugiyo (2014:37) ruang lingkup manajemen bimbingan dan
konseling mengacu pada tiga komponen utama yaitu:
1. Komponen input
a) Man, dalam pelayanan bimbingan dan konseling komponen manusia
merupakan sumber daya utama dalam aktivitas bimbingan dan konseling.
b) Money, dalam bimbingan dan konseling memang bukan satu-satunya
indikator yang menentukan keberhasilan layanan bimbingan dan
konseling, namun dengan tersedianya keuangan yang cukup dapat
mendorong aktivitas layanan bimbingan dan konseling.
c) Machine, dalam bimbingan dan konseling berarti pelaksanaan bimbingan
tidak dapat dilupakan penggunaan perkembangan teknologi informasi
yang mutakhir sehingga dengan bantuan teknologi informasi dapat
mempermudah dan mengoptimalkan layanan bimbingan dan konseling.
d) Material, terkait dengan apa yang akan disampaikan dalam aktivitas
bimbingan dan konseling. oleh karena itu materi layanan bimbingan dan
koseling hendaknya sesuai dengan kebutuhan atau masalah yang dihadapi
peserta didik.
e) Methode. Terkait dengan bagaimana metode dan pendekatan serta teknik
yang digunakan oleh konselor dalam kiprahnya atau aktivitasnya
memberikan layanan bimbingan dan konseling.
2. Komponen proses:
a) perencanaan, berdasarkan perencanaan yang matang dan komperhensif
diperoleh seperangkat kegiatan bimbingan dan konseling yang saling
terkait satu sama lain untuk mencapai tujuan.
b) pengorganisasian, suatu aktivitas dalam organisasi yang mengatur cara
kerja, prosedur kerja, pola kerja dan mekanisme kerja.
c) pelaksanaan, melaksanakan pengorganisasian yang baik
d) pengawasan, terkait bagaimana mengawasi, mensupervisi dan menilai
aktivitas layanan bimbingan dan konseling.
3. Komponen output:
Tercapainya produktivitas kerja, kepuasan dan keuntungan mendapatkan
sesuatu/pekerjaan baru. Pada tataran bimbingan dan konseling output yang
diharapkan adalah tercapainya kemandirian peserta didik atau tercapainya
perkembangan yang optimal.

SIMPULAN

Berdasaran uraian yang sudah dijelaskan mengenai konsep manajemen


bimbingan dan konseling maka dapat disimpulkan bahwa manajemen bimbingan
dan konseling merupakan salah satu komponen yang harus dimiliki setiap guru
BK atau konselor di sekolahan. Dalam pelaksanaannya manajemen bimbingan
dan konseling melalui penerapan fungsi-fungsi manajemen dan pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling harus
selalu bertumpu pada kebutuhan siswa baik dalam perkembannya maupun
mengatasi masalah yang dihadapi agar tujuannya adalah tercapainya kehidupan
yang membahagiakan dan mensejahterakan dengan pelayanan profesional
bimbingan dan konseling. Kepala sekolah ikut serta dalam memenejerial
terlaksananya kegiatan bimbingan dan konseling disekolah. Dan guru BK
berperan aktif untuk melaksanakan konsep manajemen BK yang sistematis di
setiap sekolah masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Hersey, Paul dan Blanchard, Ken (2001). Management of Organization
Behaviour, Utiliting Human Resources. 4th edition. Prentice Hall. Inggris.
Stoner, freeman. (1992). Manajemen edisi keempat, jilid 1, alih bahasa Benyamin
Molan, Intermedia.
Carlisle, H. M. (1968). Measuring the Situational Nature of
Management. California Management Review, 11(2), 45-52.
Hamalik, O. (2006). Manajemen pengembangan kurikulum. Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 27 Tahun 2008 Tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Terry, George R. (2008) Prinsip-Prinsip Manajemen, Alih bahasa J. Smith DFM.
Jakarta, Bumi Aksara
Santoadi, F. (2006). Pengalaman Persiapan Pilihan Studi/Karier Mahasiswa USD
Semester I Tahun Akademik 2006/2007 (Studi Eksploratif-Retrospektif).
Winkel. W.S., & M.M. Sri Hastuti. 2012. Bimbingan dan konseling di Institusi
Pendidikan. Media Abadi, Yogyakarta
Sutomo,dkk. (2012). Manajemen Sekolah, edisi revisi, cetakan kesembilan.
Semarang: UNNES PRESS
Sugiyo. (2012). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang:
Widya Karya
Rachmawati, U. (2013). Manajemen Bimbingan dan Konseling Tanpa Alokasi
Jam Pembelajaran Di SMA Negeri 3 Semarang Tahun Ajaran
2012/2013 (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).
Gibson, Robert L dan Marianne H. Mitchell. 2011. Bimbingan dan konseling.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai