Anda di halaman 1dari 7

NAMA : MUHAMMAD ALWI FAHRIZAL

NIM : A1Q118019

PENGGUNAAN E-COUNSELING DAN


BERBAGAI ISU TERKAIT

Konseling merupakan sebuah proses bantuan yang dilakukan seorang konselor kepada konseli
untuk membantu menyelesaikan masalah yang dialami konseli dan agar
konseli dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri
dan lingkungan. Proses bantuan ini dapat juga disebut proses psikologis yang dapat dilakukan
dalam setting keompok maupun individu. Menurut Richard Nelson (1995:2) konseling
merupakan proses yang mempunyai tujuan untuk membantu terbentuknya sebuah hubungan
yang baik melalui proses psikologis dengan memberi pertimbangan-pertimbangan dalam
psikoterapi.

PELAKSANAAN E KONSELING
Tahapan E Konseling

Pelaksanaan proses konseling terdapat beberapa tahapan. Pada pelaksanaan e konseling ini
juga terdapat beberapa tahap yang tidak jauh berbeda dengan proses konseling pada
umumnya. Dalam pelaksanaannya online counselling meliputi tiga tahapan, yaitu tahap I atau
persiapan, tahap II atau proses konseling, dan terakhir tahap III atau pasca konseling (Ifdil,
2011:5). Begitu juga dengan e konseling pastinya tidak berbeda jauh prosesnya dengan
konseling pada umumnya dan juga online konseling. Berikut tahapan proses e konseling:

Tahap I (Persiapan)

Sebelum memulai proses konseling, sebaiknya dilakukan persiapan yang memadai guna
melancarkan proses konseling. Adapun persiapan yang harus dilakukan terdiri dari persiapan
konselor sendiri dan media elektronik. Persiapan konselor meliputi keterampilan, latar
belakangan pendidikan, pengetahuan akan isu yang akan ditangani, etika dan kaidah hukum,
serta manajemen konseling. Persiapan media elektronik berupa penyediaan telepon, PC, dan
koneksi internet yang memadai.

Tahap II (Proses Konseling)

Tahapan proses konseling tidak jauh berbeda dengan konseling face to face pada umumnya
yaitu terdiri dari tahap pengantar, penjagaan, penafsiran, pembinaan, dan penilaian (Prayitno
dalam Ifdil, 2011:5). Namun pada pelaksanaannya e konseling tebilang lebih fleksibel
dibandingkan konseling face to face pada umumnya karena tidak dibatasi ruang dan waktu.
Tahap III (Pasca Konseling)

Tahap pasca konseling ini merupakan tahap terakhir yang merupakan kelanjutan dari tahap
penilaian pada proses konseling. Pada tahap ini akan ditentukan langkah lebih lanjut dalam
penanganan konseli, dengan beberapa pilihan yaitu: (1) konseling dinyatakan sukses yang
ditandai konseli mengalami effective daily living (EDL) atau konseli telah kembali dalam
kehidupannya yang normal, (2) konseling dilanjutkan dengan konseling face to face (tatap
muka), (3) konseling akan dilanjutkan dengan sesi e konseling lanjutan, dan pilihan terakhir (4)
konseli direferal atau dialihkan ke konselor lain.

 Media-media yang digunakan

Pada pelaksanaan konseling tentunya membutuhkan media-media sebagai alat penunjang


keberhasilan proses konseling, apalagi jika proses konseling tersebut dilakukan tanpa bertemu
dengan konseli. Proses pelaksanaan e konseling dilakukan tanpa bertemu dengan konseli
diakrenakan beberapa sebab, oleh karena itu pada proses pelaksanaan e konseling ini
dibutuhkan media-media sebagai penghubung antara konselor dengan konseli. Berikut media
elektronik yang efektif yang dapat digunakan konselor untuk melayani konselinya:

1. Telepon

Telepon dapat digunakan konselor sebagai media untuk melakukan proses konseling jika dalam
prosesnya antara konselor dan konseli tidak dapat bertemu secara langsung. Dalam proses e
konseling dengan menggunakan telepon ini konselor dituntut untuk mempunyai pendengaran
yang baik tentang apa yang diungkapkan konselinya untuk menunjang keberhasilan proses
konseling. Untuk mendukung berjalannya proses konseling dengan menggunakan telepon
konselor dituntut peka dalam mendengarkan (Goss & Anthony, 2003:94). Telepon digunakan
sebagai media untuk pelaksanaan proses konseling karena beberapa faktor, berikut beberapa
alasan telepon digunakan sebagai media konseling (Goss & Anthony, 2003:94):

1. Jika konseli tidak ingin bertemu dengan orang asing (mungkin konseli korban perkosaan)
dan konseli berada di lingkungan asing yang tidak ia kenal
2. Jika konseli sedang dalam perjalanan atau konseli berada di daerah terpencil yang tidak
terdapat konselor profesional
3. Jika konseli bertempat tinggal di daerah asing dan konseli menginginkan konselor yang
mempunyai etnis yang sama dengannnya.
4. Jika konseli membutuhkan terapi secara berjalan/berkelanjutan dan tempat tinggal
konselor jauh dari tempat asal konseli (luar kota)
5. Konseli tidak percaya dengan konselor lokal yang berada didaerahnya yang
mengharuskan konseli untuk mencari konselor dari luar daerahnya
6. Jika konseli malas untuk datang ke kantor konselor dikarenakan kantor konselor jauh dan
konseli banyak kesibukan. Hal tersebut banyak membuang waktu dan uang konseli
7. Jika konseli memiliki penyakit yang kronis dan konseli hanya dapat terbaring saja
ditempat tidur
8. Menggunakan telepon dalam proses konseling sangat efisien dalam segi finansial dan
waktu
9. Konseli lebih merasa nyaman dengan menggunakan telepon karena menurutnya
kerahasiaan dapat lebih terjaga

Seorang konselor dalam melakukan layanan kosneling dengan menggunakan telepon ini
terkendala dengan beberapa sebab dikarenakan tidak bertemu secara langsung dengan konseli.
Kendala tersebut khususnya terletak pada penggunaan teknik dalam sebuah pendekatan.
Pendekatan Cognitif Behavior dan Person Centered lebih cocok digunakan konselor dalam
proses konseling dengan menggunakan telepon sedangkan pendekatan Gestalt dan
pendekatan-pendekatan yang lain tidak cocok dikarenakan dalam teknik penyelesaian
masalahnya membutuhkan beberapa kegiatan dalam prosesnya. Banyak praktisi lebih
menyukai menggunakan pendekatan Cognitif Behavior dan Person Centered jika melakukan
konseling menggunakan telepon dengan alasan karena lebih mudah digunakan sedangkan
pendekatan Gestalt dan pendekatan lainnya dalam tekniknya membutuhkan kegiatan yang
harus dipraktekkan secara langsung sehingga tidak cocok jika pendekatan tersebut digunakan
dalam konseling melalui telepon (Goss & Anthony, 2003:95).

2. PC (Personal Computer)

Pada proses e konseling dengan menggunakan PC (Personal Computer) ini dikolaborasikan


dengan beberapa media elektronik yang lainnya dengan menggunakan fasilitas internet, yaitu
diataranya:

1. Email dan Internet Relay Chat (IRC)

Email merupakan sistem pengiriman pesan berbasis teks untuk dikirim dan diterima secara
elektronik melalui beberapa komputer atau telepon seluler. Email juga dapat digunakan untuk
mengirim data, file teks, foto digital, atau file-file audio dan video dari satu komputer ke
komputer lainnya dalam suatu jaringan komputer melalui internet. Sedangkan Internet Relay
Chat (IRC) dapat dilakukan dengan menggunakan web jejaring sosial. Chat dapat diartikan
sebagai obrolan dalam dunia internet. Kegiatan ini merujuk pada kegiatan komunikasi melalui
sarana beberapa baris tulisan singkat yang diketik melalui keyboard. Percakapan ini dapat
dilakukan dengan saling berkomunikasi melalui teks. Berberapa aplikasi yang dapat digunakan
untuk chatting yaitu diantaranya melalui Short Message Service (SMS), Yahoo Messenger, MSN
Messenger, mIRC, dan jejaring sosial seperti facebook , twitter, dll yang didalamnya tersedia
fasiltas untuk chatting.

Kelebihan penggunaan fasilitas Email dan Internet Relay Chat (IRC) kerahasiaan konseli dapat
lebih terjamin, oleh karena itu tidak sedikit konseli yang menginginkan konseling dengan
menggunakan fasilitas tersebut. Konseli lebih memilih melakukan konseling dengan
menggunakan chatting dikarenakan konseli menginginkan kerahasiaan yang lebih intim dan
merasakan kedekatan dengan konselor (Goss & Anthony, 2003:48).

Email dan Internet Relay Chat (IRC) merupakan fasilitas yang cocok untuk digunakan kepada
konseli yang malu untuk bertemu dengan konselor. Namun ada juga konseli yang ingin bertemu
dengan konselornya tersebut setelah chatting dengan konselor dikarenakan kedekatan
hubungan mereka. Terdapat kedekatan hubungan dalam sebuah proses konseling melalui
chatting dan telepon antara konseli dan konselor yang menyebabkan konseli ingin bertemu
dengan konselor.

Penekanan dalam proses konseling melalui Email dan Internet Relay Chat (IRC) ini harus fasih
dalam penulisan kalimat karena penulisan kalimat tersebut dapat mempengaruhi kenyamanan
konseli dalam mengungkapkan masalahnya. Dalam hal penulisan ini konselor juga dituntut
harus peka terhadap bahasa penulisan konseli. Terapis harus fasih dalam penulisan bahasa
untuk dapat menemukan titik permasalahan yang dialami konseli (Goss & Anthony, 2003:50).

Webcam atau Videoconferencing

Webcam merupakan fasilitas untuk mempertemukan dua orang dari jarak jauh maupun dekat
dalam sebuah gambar melalui jaringan internet melalui komputer. Tidak berbeda jauh
permasalahan yang dialami konseli yang membutuhkan bantuan konselor dengan
memanfaatkan layanan e konseling dengan menggunakan webcam atau video conferencing ini
dengan layanan e konseling menggunakan fasilitas telepon atau pun chatting. Konseli yang
menginginkan konseling dengan menggunakan fasilitas webcam atau videoconferencing
biasany terkendala oelh ruang dan waktu. Namun proses konseling dengan menggunakan
fasilitas webcam atau videoconferencing lebih mudah dibandingkan dengan menggunakan
fasilitas Email dan Internet Relay Chat (IRC) karena konselor dapat melihat sebagian tubuh
konseli melalui video. Akan tetapi terdapat beberapa permasalahan dengan menggunakan
fasilitas webcam atau videoconferencing (Goss & Anthony, 2003:120):

 Kualitas panggilan ditentukan oleh ukuran gambar, delay respon dan frame rate. Dengan
sistem kualitas yang lebih rendah, pengguna harus menjaga gerakan cepat atau gerakan
seminimal mungkin.
 Background warna yang gelap dapat memaksimalkan kualitas gambar dan kondisi
ruangan yang kedap suara agar suara konseli dapat terdenganr lebih jelas
 Konselor harus terlatih dalam penggunaan hardware untuk mengoperasikan fasilitas
tersebut termasuk kefokusan kamera.
 Untuk dapat menghasilkan penangkapan fokus kamera yang baik dari posisi konseli
mengenai gerakan tubuh, kontak mata, dan ekspresi wajah dalam gambar dibutuhkan
posisi kamera yang pas.
 Pencahayaan harus cukup terang untuk menghasilkan gambar yang jelas.
Kelebihan dan Kekurangan E Konseling
Setiap program yang dijalankan tentunya terdapat kelebihan dan kekurangan untuk
mengevaluasi kegiatan program tersebut. Berikut kelebihan dan kekurangan e konseling:

1. Kelebihan E konseling

Terdapat kelebihan dalam pelaksanaan e konseling yaitu diantaranya:

1. Layanan dapat dilakukan di luar jam sekolah


2. Efisien waktu karena dapat dilakukan walaupun konselor dan konseli tidak bertemu
secara langsung
3. Efisien secara finansial dikarenakan jika antara konselor dan konseli terpisah jarak yang
jauh
4. Dapat meningkatkan pemahaman konselor dan konseli tentang perkembangan IT
5. Sekolah atau perguruan tinggi yang sudah dapat menjalankan e konseling tentunya
instansi tersebut telah memiliki nilai jual dan kualitas yang tinggi dan dapat dikenal
masyarakat luas
6. Dapat memacu konselor dan konseli untuk selalu mempelajari perkembangan IT
7. Kekurangan E Konseling
8. Biaya awal yang cukup besar untuk mempersiapkan pembelian hardware seperti
komputer, layanan internet, dll
9. Terbatasnya kemampuan konselor dan konseli tentang pemahaman perkembangan IT
10. Bagus dan tidaknya sinyal untuk hubungan jarak jauh sangat mempengaruhi proses
konseling
11. Keikhlasan konselor untuk memberikan layanan secara non formal
12. Sulit menangkap ekpresi emosional non verbal konseli
13. Pemantauan treatmen didasarkan pada informasi konseli saja
MIND MAPPING

Tahap I
(Persiapan)
PELAKSANAAN Tahapan E
E KONSELING Konseling
Tahap II (Proses
Konseling
DAFTAR PUSTAKA

https://alizusanto.wordpress.com/2015/06/15/e-counselling/

Goss, S & Anthony, K. 2003. Technology in Counselling and Psychotherapy: A


Practitioner’s Guide. New York: Pallgrave Macmillan.
Ifdil. 2011. Penyelenggaraan Layanan Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan E-
Konseling. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 1-9.
Kraus, R., Stricker, G., Speyer C. 2011. Online Counseling: A Handbook for
Mental Health Professionals. USA: Elsevier.
Nelson, R & Jones. 1995. Counselling and Personality Theory and Practice.

Australia: Allen & Unwin Pty Ltd.

Anda mungkin juga menyukai