Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

AKUNTANSI FORENSIK
OBTAINING AND EVALUATING NONFINANCIAL EVIDENCE
IN A FRAUD EXAMINATION

Dosen Pengampu :

Tarmizi Achmad, Ph.D, Ak, CPA

Disusun Oleh :

1. Ady Setyo Nugroho 12030117410051


2. Agustina Lastarida Simamora 12030117410048
3. Bonita Prabasari 12030117410002

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Forensik dengan
materi Obtaining and Evaluating Nonfinancial Evidence in a Fraud Examination.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, Desember 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................ i

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar Isi ................................................................................................................. iii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penulisan.............................................................................................. 3

BAB II Pembahasan

2.1. Wawancara ....................................................................................................... 4


2.2. Body Language ................................................................................................ 6
2.3. Isyarat Penipuan ............................................................................................... 6
2.4. Bahasa Mata...................................................................................................... 7
2.5. Statement Analysis............................................................................................ 8
2.6. SCAN................................................................................................................ 10

BAB III Kasus Pajak Gayus Tambunan.............................................................. 11

BAB IV Penutup

Simpulan ................................................................................................................. 20

Daftar Pustaka ......................................................................................................... 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bukti penipuan berpotensi dapat berasal dari berbagai sumber baik finansial dan
nonfinansial. Secara umum, penyelidikan penipuan tidak semata-mata hanya berfokus pada
keuangan. Pemeriksa penipuan dan auditor harus mempertimbangkan kemungkinan bukti
yang berharga yaitu bukti non finansial.
Sumber bukti non finansial meliputi wawancara, pemeriksaan dokumen, analisis tulisan
tangan, dan aspek fisiologis penipu. Fisiologis penipu mengacu pada pengungkapan perilaku
penipu, ekspresi fisik, atau komunikasi yang dapat mengisyaratkan kebenaran pernyataan
penipu tentang keterlibatan nya dalam penipuan tersebut.
Tujuan utama dari teknik fisiologis dan konsep yang disajikan dalam bab ini adalah
untuk mendeteksi penipuan. Jika penipuan sedang dilakukan, penipu tentu menjadi lebih
diam termasuk menggunakan penipuan dalam penampilan dan komunikasi. Kedua, teknik-
teknik dan konsep juga dapat membantu dalam mengumpulkan informasi yang berguna.
Dari perspektif latar belakang pendidikan, wawancara dan aspek hukum diajarkan dalam
seni dan ilmu pengetahuan perguruan tinggi, sementara akuntansi forensik yang diajarkan di
sekolah bisnis. Oleh karena itu, secara umum, akuntansi memiliki sedikit atau bahkan tidak
ada pengetahuan yang relevan di bidang sosiologi, psikologi, dan antropologi untuk
membantu dalam teknik dan alat ini. Bab ini merupakan pengantar untuk beberapa konsep-
konsep tersebut.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dibahas, antara lain :
1. Bagaimana pelaksanaan interview dalam mengungkapkan kebenaran ?
2. Bagaimana bahasa tubuh seseorang dalam melakukan wawancara ?
3. Bagaimana isyarat penipuan dalam mengidentifikasi kebohongan ?
4. Bagaimana bahasa mata dalam mengungkapkan kebenaran ?
5. Statement Analysis
6. Bagaimana kronologis dan analisis terjadinya kasus pajak gayus tambunan ?

C. Manfaat Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka nantinya kita akan memahami :
1 Pelaksanaan Interview dalam mengungkapkan kebenaran.
2 Memahami Bahasa Tubuh seseorang dalam melakukan wawancara.
3 Memahami isyarat penipuan dalam mengidentifikasi kebohongan
4 Memahami bahasa mata seseorang dalam mengungkapkan kebenaran
5 Statement Analysis
6 Untuk mengetahui kronologis dan analisis terjadinya kasus pajak gayus tambunan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Wawancara

Auditor mengajukan pertanyaan dalam kebanyakan audit, baik auditor internal maupun
eksternal. Tapi terdapat perbedaan besar dalam pengajuan pertanyaan audit dan mengajukan
pertanyaan dalam penyelidikan penipuan. Untuk mengajukan pertanyaan secara efektif dalam
penyelidikan penipuan, seseorang harus menggunakan praktik terbaik untuk teknik

2
wawancara dalam konteks penyelidikan. Menurut Joe Wells, pendiri Association of Certified
Fraud Examiners (ACFE), “Petunjuk terbaik biasanya tidak datang dari buku-buku tetapi dari
orang-orang yang bekerja dengan mereka.”

Pertanyaan yang digunakan dalam wawancara bisa (1) perkenalan, (2) informasional, (3)
pertanyaan tertutup, (4) penilaian, atau (5) pencarian masukan. Para ahli sepakat bahwa
pertanyaan terbuka jauh lebih unggul daripada pertanyaan yang dapat dijawab hanya dengan
“ya” atau “tidak”.

Salah satu masalah tentang wawancara dalam penyelidikan penipuan adalah


kemungkinan penyidik tidak terlatih atau kurang berpengalaman dalam teknik wawancara
yang tepat (misalnya: praktik terbaik) atau lebih buruk lagi, tidak terbiasa dengan protokol
sah wawancara. Dalam kasus yang terakhir, kasus ini bisa menjadi urung dari kesimpulan
yang sukses atau bahkan berakhir di gugatan balik untuk beberapa alasan hukum.

Praktik terbaik

Joe Wells menulis sebuah artikel yang menggambarkan praktik terbaik umum untuk
wawancara (lihat daftar dalam Exhibit 13.1). Daftar dimulai dengan tingkat yang sesuai
persiapan, dan berakhir dengan mendapatkan pernyataan yang merupakan pertanda, terutama
ketika wawancara adalah tersangka yang mengaku selama wawancara.

Langkah kedua adalah “pikirkan saat Anda pergi”. Meskipun tampaknya intuitif yang
pewawancara harus menuliskan pertanyaan untuk orang yang akan diwawancarai, sebenarnya
hal terbaik untuk dilakukan adalah tidak menuliskan pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Sebaliknya, pewawancara harus memiliki daftar poin-poin penting dan memungkinkan
percakapan mengalir secara alami. Selain itu, Anda tidak ingin penipu yang cerdik untuk
dapat mengintip pertanyaan dan mempersiapkan jawaban.

Exhibit 13.1
Sepuluh Langkah dalam Wawancara dengan Hasil Terbaik
1. Persiapkan
2. Pikirkan saat Anda pergi
3. Lihat perilaku non verbal
4. Mengatur gaya
5. Kecepatan pertanyaanmu
6. Lebih banyak mendengar daripada berbicara
7. Terus terang
8. Luangkan waktu Anda
9. Periksa ulang fakta

3
10. Dapatkan hasil wawancara dalam tulisan
Sumber: Copyright 2002 American Institute Akuntan Publik, Inc.
Selanjutnya, pewawancara harus memperhatikan perilaku nonverbal. Biasanya, manusia
memiliki bahasa tubuh yang berbeda saat sedang stres. Penyidik penipuan dilatih untuk
mengetahui bagaimana melihat tanda-tanda stres dalam proses yang disebut kalibrasi. Proses
ini digunakan untuk menilai kebenaran suatu saksi.

Keempat, pewawancara harus menetapkan gaya. Itu termasuk berpakaian dengan benar,
menggunakan keterampilan sosial yang baik, memperkenalkan dirinya sendiri dengan tepat,
dan yang terenting mengembangkan hubungan dengan orang yang diwawancara. Selanjutnya,
pewawancara harus mengatur kecepatan pertanyaan untuk menjaga orang yang diwawancara
agar tetap nyaman menjadi narasumber dan prosesnya tidak terlalu cepat, tidak terlalu lambat,
dan tidak terlalu lama! Pertanyaan-pertanyaan sulit harus diikuti dengan beberapa pertanyaan
yang mudah dan untuk memudahkan narasumber menjawab pertanyaan yang sulit. Keenam,
pewawancara harus lebih banyak mendengar daripada bicara, hal tersebut akan
memungkinkan orang yang diwawancara untuk menjadi stres, jika dia adalah penipu, maka
akhirnya akan memberikan isyarat pewawancara bahwa ia adalah penipunya. Selain itu,
semakin banyak pembicaraan penyidik, maka orang yang diwawancarai semakin belajar, hal
tersebut bisa menjadi kesalahan strategis untuk pewawancara. Selanjutnya, pewawancara
harus langsung.

Pendekatan proses dengan cara terbuka, dan sejujurnya mungkin tanpa mengorbankan
proses. Berusaha untuk menjadi terlalu rahasia atau agresif dapat menyebabkan pewawancara
untuk menjadi defensif (bersifat pembelaan), dan yang mungkin akan mengurangi efektivitas
proses wawancara. Selanjutnya, pewawancara perlu mengambil waktu. Orang yang jujur
biasanya tidak keberatan terhadap tindak lanjut pertanyaan ketika naluri pewawancara
mengatakan dia tidak mendapatkan semua fakta. Orang yang bersalah, bagaimanapun,
biasanya tidak sabar. Langkah lain yang jelas adalah pemeriksaan kembali fakta yang
terkumpul, dan memulai proses pengumpulannya selama wawancara. Tidak ada kerusakan
penyelidikan yang lebih daripada memiliki kesaksian bertentangan dengan orang yang
memberikannya. Rekaman adalah sebuah pilihan, tapi taktik ini memungkinkan hilangnya
hubungan dengan orang yang diwawancara. Orang bersalah cenderung bungkam atau
mengelak ketika tape recorder dinyalakan.

4
Tujuan utama dari proses wawancara dalam penyelidikan penipuan adalah untuk
mewawancarai tersangka, pada akhir proses penyelidikan, dan untuk memperoleh pengakuan
yang diakui dalam wawancara bahwa: dikenal sebagai sebuah wawancara pencarian-
masukan. Ada sedikit bukti lebih handal di pengadilan daripada pengakuan tertulis yang
ditandatangani oleh tanda tangan pelaku sendiri.

Mungkin tidak ada yang dianggap lebih ahli daripada Dan Rabon dalam wawancara yang
efektif. Don memberikan indikator penipuan dalam buku-bukunya, seperti mulut kering,
keringat berlebihan, dan sebagainya yang jelas berguna dalam sebuah wawancara, dan lebih
banyak kalibrasi isyarat.

MASALAH HUKUM

Pemeriksa penipuan (fraud) tidak selalu membutuhkan otoritas hukum untuk melakukan
wawancara atau menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan penipuan. Jika pewawancara
mewakili dirinya sebagai penyidik, beberapa negara memang membutuhkan lisensi untuk
seorang penyidik. Kadang-kadang anda dapat menggunakan suatu kecurangan untuk secara
legal mendapatkan informasi dari tersangka, selama pewawancara tidak menggunakan kasus
kecurangan yang mungkin akan menyebabkan pihak yang tidak bersalah untuk mengaku.
Janji-janji keringanan hukuman, kerahasiaan, imbalan uang, atau keuntungan lainnya harus
disetujui oleh seorang pengacara. Pewawancara juga harus menghindari pernyataan yang bisa
disimpulkan sebagai pemerasan (misalnya, '' Entah memberitahu kami kebenaran atau kita
akan mengubah Anda ke IRS untuk menyelidiki Anda karena penggelapan pajak'').

2.2. Body Language

Gerakan tubuh seseorang biasanya menunjukkan emosi ia sedang mengalami melalui


gejala atau tanda-tanda. Umumnya, orang tidak menyadari bahwa dia menunjukkan bahasa
tubuh pada saat itu. Perilaku tubuh bisa memastikan gerakan, nada suara, kecepatan
berbicara, menyilangkan kaki atau lengan, atau gerakan tubuh lainnya.

Beberapa isyarat bahasa tubuh yang berhubungan dengan kecemasan atau stres, dan
dengan demikian mungkin bisa terkait dengan terjadinya suatu penipuan. Mereka

5
memberikan isyarat meliputi: keragu-raguan pidato, peningkatan vocal lapangan, kesalahan
pidato, pelebaran pupil, berkedip berlebihan, mengangkat tangan atau bahu, dan tidak biasa
atau berlebihan tangan menyentuh atau wajah. Tapi isyarat bahasa tubuh merupakan sesuatu
yang tidak mutlak.

Beberapa fakta menarik lainnya tentang bahasa tubuh adalah: kaki lebih jauh dari otak
dan lebih sulit untuk mengendalikan dari ekstremitas lain, kaki akan menunjuk pada arah
orang tersebut sadar ingin pergi, pergelangan kaki pada lutut terkait dengan keras kepala, dan
memiringkan kepala adalah tanda keramahan.

Namun, bahasa tubuh bervariasi tergantung pada individu. Dan ada kecenderungan untuk
membaca bahasa tubuh seperti menipu oleh orang yang sudah mencurigakan. Yang terakhir
ini akan mencakup auditor dan akuntan forensik menggunakan skeptisisme profesional. Oleh
karena itu bahasa tubuh yang penuh dengan keadaan yang menyebabkan itu dapat diandalkan
sebagai alat untuk mendeteksi penipuan secara konsisten, dan tidak dapat diterima di
pengadilan.

2.3. Isyarat Penipuan

Selain isyarat bahasa tubuh, ada isyarat lain yang digunakan untuk mengidentifikasi
kebohongan. Sebuah daftar dari beberapa daerah isyarat dan contoh masing-masing
mengikuti:

1. Interaksi interpersonal. Menggeleng '' ya '' setelah titik dibuat, gerakan yang tidak
konsisten.
2. Keadaan emosional. Orang penipu cenderung menghindari menyentuh orang yang
menanyai mereka.
3. Konten verbal. Mencerminkan pertanyaan kembali sebagai jawaban segera setelah
pertanyaan; '' Apakah Anda menulis cek untuk diri sendiri? '' '' Tidak, aku tidak
menulis cek untuk diri saya sendiri. ''
4. Bagaimana komentar yang dibuat. Disassociating orang, peristiwa, dan sebagainya
dengan mengganti kata ganti - '' peralatan '' vs '''peralatan saya.'
5. Frame psikologis. Pernyataan bohong hampir selalu menghilangkan apa yang salah
dalam acara menjelaskan, kecuali mengenai penundaan atau pembatalan.

Semenarik tanda-tanda ini, sekali lagi, ada cukup inkonsistensi untuk membuat masalah.
Namun akan sangat membantu jika penyidik penipuan setidaknya menyadari tanda-tanda ini.

6
Selain itu, beberapa adalah isyarat dasar yang sama dengan yang digunakan dalam
metodologi deteksi penipuan lebih dapat diandalkan (misalnya, SCAN).

2.4. Bahasa Mata


Sebuah indikator yang lebih handal dari kebenaran adalah bahasa mata. Para ahli percaya
mata adalah bagian paling komunikatif dari tubuh manusia. Mata memiliki bahasa dan
prinsip-prinsip yang ikuti disebut mengakses isyarat sebagai visual (VAC). Isyarat gerakan
mata dan interpretasi, bagaimanapun, adalah benar hanya untuk orang tangan kanan. Jadi
memiliki diwawancarai tanda sesuatu sebelum memulai penggunaan VAC karena isyarat
yang berlawanan untuk orang kidal; yaitu, Anda akan menafsirkan tanggapan sebagai jujur
dibandingkan menipu atau sebaliknya! Menurut para ahli seperti Don Rabon, ketika
diwawancarai pertanyaan yang mereka butuhkan untuk mengingat sesuatu untuk merespon
bertanya, mata memberikan apakah proses mental menipu atau benar. Berikut adalah
kombinasi:

 Mata ke kiri dan ke atas. Mengambil gambar visual dari masa lalu - '' Apa warna
mobil pertama Anda? ''
 Mata ke kiri menuju telinga. Mengambil kenangan pendengaran, mengingat suara - ''
Apa nada dering Anda pada ponsel pertama Anda? ''
 Mata ke kiri dan ke bawah. Terkait dengan dialog internal, arah orang biasanya
menatap ketika berbicara untuk diri mereka sendiri.
 Mata ke kanan dan ke atas. Visual membangun gambar - '' Apa yang akan rumah Anda
berikutnya terlihat seperti? ''
 Mata ke kanan menuju telinga. Menciptakan suara - '' Dapatkah Anda membuat lagu
baru dan bernyanyi untuk saya? ''
 Mata ke kanan dan ke bawah. Terkait dengan perasaan atau kinestetik – “Dapatkah
Anda ingat bau api unggun ?''

Prinsip-prinsip bahasa mata juga mencakup aspek berkedip. Dalam keadaan normal,
seseorang berkedip sekitar 20 kali per menit, masing-masing berkedip sekitar seperempat
detik. Di bawah stres, seseorang biasanya berkedip jauh lebih dari normal, dan biasanya lebih
cepat dari biasanya. Beberapa keadaan ramah menyebabkan berkedip tidak biasa. Jika yang
difilmkan, atau di TV, seseorang akan berkedip dua kali lebih cepat seperti biasa. Tetapi orang
yang kurang tidur juga berkedip lebih sering.

Isyarat bahasa mata lainnya:

7
• Menatap ke bawah. Dalam budaya Amerika, ini sama dengan kekalahan, rasa bersalah,
atau penyerahan.
• Mengangkat alis. Ketidakpastian, percaya, kejutan, atau frustrasi.
• Mengangkat satu alis dan kepala miring ke belakang. Penghinaan, kesombongan, atau
kebanggaan.
• Pelebaran pupil. Minat hal.

Terlalu banyak dapat dibuat dari bahasa mata, dan penggunaan praktek-praktek terbaik dalam
wawancara akan menyebabkan hasil yang lebih handal dan interpretasi.

2.5. STATEMENT ANALYSIS (ANALISIS LAPORAN)

Statement analysis atau yang jika diterjemahkan adalah analisis laporan adalah sebuah
tekhnik yang biasa digunakan untuk mendeteksi adanya berbagai macam tipuan atau
kebohongan dalam setiap laporan yang dibuat. Seorang ahli psikologi asal German yakni Udo
Undeutsch, yang menurut dugaan bapak analisis laporan menyatakan bahwa

“statements that are the product of experience will contain characteristics that are
generally absent from statements that are the product of imagination.”

Yang dapat diartikan sebagai berikut.

” pernyataan yang merupakan produk pengalaman akan mengandung karakteristik yang


umumnya absen dari pernyataan yang merupakan produk imajinasi.”

Statement analysis menggunakan pengujian kata per kata. Yang akan menentukan
kejujuran dengan menganalisis pada setiap kata-kata daripada apakah fakta yang dilaporkan
sudah mengandung kejujuran. Secara tidak sadar, pihak-pihak yang berbohong membeberkan
adanya konflik dimana sebenarnya mereka sedang berjuang dengan ”jalan” mereka
berkomunikasi. Pada dasarnya, statement analysis memandang isyarat yang sedang dicoba
oleh seseorang untuk membelakangi dirinya dari fakta yang sebenarnya.

Beberapa red flags khusus memandang bahwa di dalam statement analysis terdapat suatu
perhatian khusus pada kata tertentu. Sebagai contoh adanya pihak yang merujuk kata “saya”
dan menggantinya dengan kata “kita”. Adanya deviasi kecil ini maka akan dianggap sebagai
red flag. Kembali lagi bahwa secara tidak sadar, pihak-pihak yang berbohong akan mencoba
untuk membelakangi dirinya dari fakta yang sebenarnya. Contoh lainnya yakni adanya
perubahan penggunaan kata benda, seperti kata “my computer” diubah menjadi “the

8
computer”. Terdapat perubahan masing-masing pada kata “my” diubah menjadi “the”.
Adapun contoh-contoh lainnya pada tabel berikut. Teknik-teknik berikut tidak hanya pada
analisis kata per kata namun juga pada laporan audio yang direkam, dan video yang direkam.

Tabel 13.2

Statement Analysis (Analisis Laporan)

Penulisan Analisis kata ganti: saya vs. mereka


Analisis kata benda: susi vs. mereka
Analisis kata kerja: kata kerjamasalalu vs. kata
kerjawaktu yang lain (selain kata kerjamasalalu)
Analisisinformasiasing: hilang vs. ada
Analisisstruktur: kronologis vs. takterstruktur
Analisispenulisantangan: (sebuah bonus tambahan)
Audio <sama>
Video Deviasibahasatubuh
Analisisbahasatubuh

Statement analysis red flag lainnya adalah keseimbangan sebenarnya dari laporan yang
ditulis. Ketika diminta untuk menjelaskan apa yang terjadi sebelum kejadian, saat kejadian,
dan setelah kejadian. Cara seseorang menjelaskan tiga kejadian sebelumnya menunjukan
konsistensi yang dapat dijadikan indikator kejujuran. Untuk seseorang yang jujur maka tiga
konten tersebut akan menjawab secara konsisten. Sementara untuk seorang penipu atau
pembhong akan cenderung hilang konsistensi karena ada sesuatu yang sedang ditutup-tutupi.

2.6. SCAN

SCAN yang merupakan singkatan dari Scientific Content Analysis adalah sebuah teknik
yang serupa dengan statement analysis. Seperti halnya statement analysis, SCAN tidak
mencoba untuk memandang kejujuran atas suatu fakta yang terjadi, namun refleksi dari
penipuan dalam cara pelaporan yang dibuat. SCAN adalah sesuatu yang bersifat lintas kultur,
yang mana dapat meningkatkan pada penerapannya. Pihak-pihak yang berbohong cenderung
akan berbohong secara lembut, tidak mengucapkan kebohongan secara sembarangan. Hal-hal
yang termasuk kebohongan tidak langsung seperti lindung nilai, menghilangkan fakta
penting, pura-pura lupa, pura-pura tidak tahu, dan dalam konteks menjauhi dari sebuah
kejadian buruk maka akan hati-hati dalam pemilihan kata-kata. Pihak-pihak yang berbohong
akan enggan untuk berkomitmen untuk bersikap tidak jujur, dan sebagai gantinya

9
menggunakan “tipu daya verbal” untuk menghindar dalam rangka membuat pernyataan yang
salah. Dalam rangka pelaksanaan SCAN secara efektif, para analis membutuhkan pernyataan
bersih dan jujur dari tersangka.

SCAN, seperti statement analysis, memandang pergeseran dalam penggunaan kata ganti.
Juga memandang adanya jarak dalam sebuah narasi, yang mana menggambarkan penipuan.
Kalimat “saya tidak ingat” sangat sering digunakan. Adanya perubahan pada penekanan
kalimat mengindikasikan sebuah respon emosi yang kuat.

Berdasarkan seorang ahli, SCAN sama hebatnya seperti pengujian poligraf. Namun
SCAN dan pengujian poligraf adalah alat investigasi dan bukan bukti yang legal.

BAB III

KASUS PAJAK GAYUS TAMBUNAN

3.1 Kronologis

Berawal tudingan Mantan Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Susno Duadji tentang
adanya praktek mafia hukum di tubuh Polri dalam penanganan kasus money laundring
oknum pegawai pajak bernama Gayus Halomoan Tambunan yang merembet kepada
Kejaksaan Agung dan Tim Jaksa Peneliti, Tim Jaksa Peneliti akhirnya bersuara mengungkap
kronologis penanganan kasus Gayus H. Tambunan. Berikut ini kronologis penanganan kasus
Gayus H. Tambunan menurut Tim Peneliti Kejaksaan Agung.

Kasus bermula dari kecurigaan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) terhadap rekening milik Gayus H. Tambunan di Bank Panin. Polri kemudian
melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. Tanggal 7 Oktober 2009 penyidik Bareskrim

10
Mabes Polri menetapkan Gayus H. Tambunan sebagai tersangka dengan mengirimkan Surat
Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP).

Dalam berkas yang dikirimkan penyidik Polri kepada kejaksaan, Gayus H. Tambunan
dijerat dengan tiga pasal berlapis yakni pasal korupsi, pencucian uang, dan penggelapan. Hal
ini karena Gayus H. Tambunan adalah seorang pegawai negeri dan memiliki dana Rp. 25
miliar di Bank Panin.

Hasil penelitian jaksa menyebutkan bahwa hanya terdapat satu pasal yang terbukti
terindikasi kejahatan dan dapat dilimpahkan ke Pengadilan, yaitu penggelapan namun hal ini
tidak terkait dengan uang senilai Rp. 25 milliar yang diributkan PPATK dan Polri. Untuk
korupsi terkait dana Rp.25 milliar tidak dapat dibuktikan karena dalam penelitian ternyata
uang tersebut merupakan produk perjanjian Gayus dengan Andi Kosasih. Andi Kosasih
adalah pengusaha garmen asal Batam yang mengaku pemilik uang senilai hampir Rp. 25
miliar di rekening Bank Panin milik Gayus H. Tambunan. Hal ini didukung dengan adanya
perjanjian tertulis antara terdakwa (Gayus H. Tambunan) dan Andi Kosasih yang
ditandatangani tanggal 25 Mei 2008.

Menurut Cirrus Sinaga selaku anggota Tim Jaksa Peneliti kasus Gayus, Gayus H.
Tambunan dan Andi Kosasih awalnya berkenalan di pesawat. Kemudian keduanya berteman
karena merasa sama-sama besar, tinggal dan lahir di Jakarta Utara. Karena pertemanan
keduanyalah Andi Kosasih meminta Gayus H. Tambunan mencarikan tanah dua hektar untuk
membangun ruko di kawasan Jakarta Utara. Biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan tanah
tersebut sebesar US$ 6 juta. Namun Andi Kosasih baru menyerahkan uang sebesar US$
2.810.000. Andi menyerahkan uang tersebut kepada Gayus melalui transaksi tunai di rumah
orang tua istri Gayus lengkap dengan kwitansinya, sebanyak enam kali yaitu pada tanggal 1
Juni 2008 sebesar US$ 900.000, tanggal 15 September 2008 sebesar US$ 650.000, tanggal 27
Oktober 2008 sebesar US$ 260.000, tanggal 10 November 2008 sebesar US$ 200.000,
tanggal 10 Desember 2008 sebesar US$ 500.000, dan terakhir pada tanggal 16 Februari 2009
sebesar US$ 300.000. Andi Kosasih menyerahkan uang tersebut karena dia percaya kepada
Gayus H. Tambunan.

Menurut Cirrus Sinaga, dugaan money laundring hanya tetap menjadi dugaan karena
Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK) sama sekali tidak dapat
membuktikan uang senilai Rp. 25 milliar tersebut merupakan uang hasil kejahatan pencucian

11
uang (money laundring). PPATK telah dihadirkan dalam kasus tersebut sebagai saksi. Dalam
proses perkara, PPATK tidak bisa membuktikan transfer rekening yang diduga tindak pidana.

Dari perkembangan proses penyidikan kasus tersebut, ditemukan juga adanya aliran
dana senilai Rp 370 juta di rekening lainnya di Bank BCA milik Gayus H. Tambunan. Uang
tersebut diketahui berasal dari dua transaksi yaitu dari PT.Mega Cipta Jaya Garmindo. PT.
Mega Cipta Jaya Garmindo adalah perusahaan milik pengusaha Korea, Mr. Son dan bergerak
di bidang garmen. Transaksi dilakukan dalam dua tahap yaitu pada tanggal 1 September 2007
sebesar Rp. 170 juta dan 2 Agustus 2008 sebesar Rp. 200 juta.

Setelah diteliti dan disidik, uang senilai Rp.370 juta tersebut diketahui bukan
merupakan korupsi dan money laundring tetapi penggelapan pajak murni. Uang tersebut
dimaksudkan untuk membantu pengurusan pajak pendirian pabrik garmen di Sukabumi.
Namun demikian, setelah dicek, pemiliknya Mr Son, warga Korea, tidak diketahui berada di
mana. Uang tersebut masuk ke rekening Gayus H. Tambunan tetapi ternyata Gayus tidak urus
pajaknya. Uang tersebut tidak digunakan oleh Gayus dan tidak dikembalikan kepada Mr. Son
sehingga hanya diam di rekening Gayus. Berkas P-19 dengan petujuk jaksa untuk memblokir
dan kemudian menyita uang senilai Rp 370 juta tersebut. Dalam petunjuknya, jaksa peneliti
juga meminta penyidik Polri menguraikan di Berita Acara Pemeriksaan (BAP) keterangan
tersebut beserta keterangan tersangka (Gayus H. Tambunan).

Dugaan penggelapan yang dilakukan Gayus diungkapkan Cirrus Sinaga secara terpisah
dan berbeda dasar penanganannya dengan penanganan kasus money laundring, penggelapan
dan korupsi senilai Rp. 25 milliar yang semula dituduhkan kepada Gayus. Cirrus dan jaksa
peneliti lain tidak menyinggung soal Rp 25. milliar lainnya dari transaksi Roberto Santonius,
seorang konsultan pajak. Kejaksaan pun tak menyinggung apakah mereka pernah
memerintahkan penyidik Polri untuk memblokir dan menyita uang dari Roberto ke rekening
Gayus senilai Rp 25 milyar itu.

Sebelumnya, penyidik Polri melalui AKBP Margiani, dalam keterangan persnya


mengungkapkan bahwa jaksa peneliti dalam petunjuknya (P-19) berkas Gayus
memerintahkan penyidik untuk menyita besaran tiga transaksi mencurigakan di rekening
Gayus. Adapun tiga transaksi itu diketahui berasal dari dua pihak, yaitu Roberto Santonius
dan PT. Mega Jaya Citra Termindo. Transaksi yang berasal dari Roberto, yang diketahui
sebagai konsultan pajak bernilai Rp. 25 juta, sedangkan dari PT. Mega Jaya Citra Termindo
senilai Rp. 370 juta. Transaksi itu terjadi pada tanggal 18 Maret, 16 Juni dan 14 Agustus

12
2009. Uang senilai Rp. 395 juta tersebut disita berdasarkan petunjuk dari jaksa peneliti kasus
itu.

Berkas Gayus dilimpahkan ke pengadilan. Jaksa mengajukan tuntutan 1 (satu) tahun


dan masa percobaan 1 (satu) tahun. Dari pemeriksaan atas pegawai Direktorat Jenderal Pajak
itu sebelumnya, beredar kabar bahwa ada "guyuran" sejumlah uang kepada polisi, jaksa,
hingga hakim masing-masing Rp 5 miliar. Diduga gara-gara ‘guyuran’ uang tersebut Gayus
terbebas dari hukuman. Dalam sidang di Pengadilan Negeri Tangerang tanggal 12 Maret
2010, Gayus yang hanya dituntut satu tahun percobaan, dijatuhi vonis bebas.

Menurut Yunus Husein, Ketua PPATK, "Mengalirnya uang belum kelihatan kepada
aparat negara atau kepada penegak hukum. Namun anehnya penggelapan ini tidak ada pihak
pengadunya, pasalnya perusahaan ini telah tutup. Sangkaan inilah yang kemudian maju ke
persidangan Pengadilan Negeri Tangerang. Di Pengadilan Negeri Tangerang, Gayus tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penggelapan.
Hasilnya, Gayus divonis bebas.”

Sosok Gayus dinilai amat berharga karena ia termasuk saksi kunci dalam kasus dugaan
makelar kasus serta dugaan adanya mafia pajak di Direktorat Jenderal Pajak. Belum diketahui
apakah Gayus melarikan diri lantaran takut atau ada tangan-tangan pihak tertentu yang
membantunya untuk kabur supaya kasus yang membelitnya tidak terbongkar sampai ke
akarnya. Satgas Pemberantasan Mafia Hukum meyakini kasus Gayus H. Tambunan bukan
hanya soal pidana pengelapan melainkan ada juga pidana korupsi dan pencucian uang.

Gayus diketahui berada di Singapura. Dia meninggalkan Indonesia pada Rabu 24 Maret
2010 melalui Bandara Soekarno-Hatta. Namun dia pernah memberikan keterangan kepada
Satgas kalau praktek yang dia lakukan melibatkan sekurang-kurangnya 10 rekannya. Imigrasi
tidak mengetahui posisi Gayus.

Satgas Pemberantasan Mafia Hukum mengatakan bahwa kasus markus pajak dengan
aktor utama Gayus H. Tambunan melibatkan sindikasi oknum polisi, jaksa, dan hakim. Satgas
menjamin oknum-oknum tersebut akan ditindak tegas oleh masing-masing institusinya,
koordinasi perkembangan ketiga lembaga tersebut terus dilakukan bersama Satgas. Ketiga
lembaga tersebut sudah berjanji akan melakukan proses internal. Kasus ini merupakan
sindikasi (jaringan) antar berbagai lembaga terkait.

13
Perkembangan selanjutnya kasus Gayus melibatkan Komjen Susno Duadji, Brigjen
Edmond Ilyas, Brigjen Raja Erisman. Setelah 3 kali menjalani pemeriksaan, Komjen Susno
Duadji menolak diperiksa Propam. Alasannya, dasar aturan pemeriksaan sesuai dengan Pasal
45, 46, 47, dan 48 UU No 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, Pasal 25 Perpres No. I Tahun 2007 tentang Pengesahan Pengundangan dan
Penyebarluasan Peraturan, harus diundangkan menteri dalam hal ini Menteri Hukum dan
HAM.

Komisi III DPR menyatakan siap memberi perlindungan hukum untuk Komjen Susno
Duadji. Pada tanggal 30 Maret 2010, polisi telah berhasil mendeteksi posisi keberadaan
Gayus di negara Singapura dan menunggu koordinasi dengan pihak pemerintah Singapura
untuk memulangkan Gayus ke Indonesia. Polri mengaku tidak akan seenaknya melakukan
tindakan terhadap Gayus meski yang bersangkutan telah diketahui keberadaannya di
Singapura.

Pada tanggal 31 Maret 2010, Tim Penyidik Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam)
Polri memeriksa tiga orang sekaligus. Selain Gayus H. Tambunan dan Brigjen Edmond Ilyas,
ternyata Brigjen Raja Erisman juga ikut diperiksa. Pemeriksaan dilakukan oleh tiga tim
berbeda. Tim pertama memeriksa berkas lanjutan pemeriksaan Andi Kosasih, tim kedua
memeriksa adanya keterlibatan anggota polri dalam pelanggaran kode etik profesi, dan tim
ketiga menyelidiki keberadaan dan tindak lanjut aliran dana rekening Gayus.

Pada tanggal 7 April 2010, Komisi III DPR mengendus seorang jenderal bintang tiga di
Kepolisian diduga terlibat dalam kasus Gayus H. Tambunan dan seseorang bernama Syahrial
Johan ikut terlibat dalam kasus penggelapan pajak yang melibatkan Gayus H. Tambunan, dari
Rp. 24 milliar yang digelapkan Gayus, Rp. 11 milliar mengalir kepada pejabat kepolisian, Rp.
5 milliar kepada pejabat kejaksaan dan Rp. 4 milliar di lingkungan kehakiman, sedangkan
sisanya mengalir kepada para pengacara.

(3 Agustus 2013) TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terpidana mafia pajak Gayus


Halomoan Partahanan Tambunan (34), harus meringkuk lebih lama di penjara.

Gayus bakal menghabiskan masa tahanan 30 tahun, setelah kasasinya ditolak


Mahkamah Agung (MA). Pemohon dalam kasasi tersebut adalah Jaksa Penuntut Umum
(JPU) dan terdakwa Gayus Tambunan. Hakim agung yang mengadili adalah Zaharuddin
Utama, Syamsul Rakan Chaniago, dan tiga hakim adhoc Tipikor. Amar putusan menyatakan
JPU.NO.Tdw.Tolak.

14
"Artinya, permohonan kasasi jaksa tidak dapat diterima, dan permohonan kasasi
terdakwa ditolak," ujar Kepala Biro Hukum dan Humas MA Ridwan Mansyur, di Gedung
MA, Jakarta, Jumat (2/8/2013).

Vonis dijatuhkan karena Gayus terbukti menyalahi empat perkara. Pertama, menerima
Rp 925 juta dari konsultan pajak Robertus Santonius, terkait pengembalian dana dari Ditjen
Pajak ke PT Meropolitan Retailment sebesar Rp 12,6 miliar dan Rp 2,62 miliar.

 Kedua, Gayus menerima uang 1 juta dolar AS dari Alif Kuncoro, terkait jasa
pengurusan keringanan pajak PT Bumi Resources pada 2009.Gayus juga menerima
500 ribu dolar AS terkait Surat Ketetapan Pajak PT Kaltim Prima Coal (KPC) periode
2001-2005.
 Ketiga, bekas PNS Golongan III A Direktorat Jenderal Pajak menerima 2 juta dolar
AS dari Alif Kuncoro, untuk mengurus penghapusan sanksi (sunset policy) bagi PT
KPC dan PT Arutmin.Gayus diminta Alif membuatkan pembetulan Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPT) periode 2005-2006.
 Terakhir atau keempat, Gayus memberi uang bulanan kepada Karutan Brimob Kelapa
Dua Depok Kompol Iwan Siswanto sebesar Rp 10 juta, dan uang mingguan Rp 5 juta
supaya bebas keluar masuk.

Gayus juga divonis atas dakwaan kasus keberatan pajak yang diajukan PT Surya Alam
Tunggal, yakni 12 tahun penjara.

Hukuman Gayus juga ditambah vonis delapan tahun penjara, dalam kasus penggelapan
pajak PT Megah Citra Raya, dan divonis dua tahun penjara dalam kasus pemalsuan paspor
yang digunakan untuk jalan-jalan ke luar negeri.

Maka total hukuman sang mafia pajak adalah 30 tahun. Penolakan atas kasasi tertuang
dalam berkas perkara yang teregistrasi nomor 52 K/PID.SUS/2013.

Perkara dengan klasifikasi korupsi, sudah terdaftar sejak 11 Januari 2013, dan diputus
majelis hakim pada 26 Maret 2013.

Sebelumnya, Gayus divonis oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta selama delapan tahun
penjara, dan denda Rp 1 miliar.

3.2 Fraud Triangle

Tiga faktor utama yakni Opportunity (Kesempatan), Financial Pressure (Tekanan


Finansial), dan Rationalization (Rasionalisasi), yang dapat memberikan peluang kepada

15
seseorang untuk melakukan fraud. Posisi Gayus Tambunan dalam tubuh direktorat jenderal
pajak memberikan peluang untuk melakukan fraud disertai dengan adanya tekanan finansial.

3.3 Fraudsters

Pelaku dari kasus ini adalah Gayus Halomoan Tambunan. Total hukuman sang mafia
pajak adalah 30 tahun. Penolakan atas kasasi tertuang dalam berkas perkara yang teregistrasi
nomor 52 K/PID.SUS/2013. Vonis dijatuhkan karena Gayus terbukti menyalahi empat
perkara.

 Pertama, menerima Rp 925 juta dari konsultan pajak Robertus Santonius, terkait
pengembalian dana dari Ditjen Pajak ke PT Meropolitan Retailment sebesar Rp 12,6
miliar dan Rp 2,62 miliar.
 Kedua, Gayus menerima uang 1 juta dolar AS dari Alif Kuncoro, terkait jasa
pengurusan keringanan pajak PT Bumi Resources pada 2009. Gayus juga menerima
500 ribu dolar AS terkait Surat Ketetapan Pajak PT Kaltim Prima Coal (KPC) periode
2001-2005.
 Ketiga, bekas PNS Golongan III A Direktorat Jenderal Pajak menerima 2 juta dolar AS
dari Alif Kuncoro, untuk mengurus penghapusan sanksi (sunset policy) bagi PT KPC
dan PT Arutmin. Gayus diminta Alif membuatkan pembetulan Surat Pemberitahuan
Pajak Terhutang (SPT) periode 2005-2006.
 Terakhir atau keempat, Gayus memberi uang bulanan kepada Karutan Brimob Kelapa
Dua Depok Kompol Iwan Siswanto sebesar Rp 10 juta, dan uang mingguan Rp 5 juta
supaya bebas keluar masuk.
 Gayus juga divonis atas dakwaan kasus keberatan pajak yang diajukan PT Surya Alam
Tunggal, yakni 12 tahun penjara.
 Hukuman Gayus juga ditambah vonis delapan tahun penjara, dalam kasus penggelapan
pajak PT Megah Citra Raya, dan divonis dua tahun penjara dalam kasus pemalsuan
paspor yang digunakan untuk jalan-jalan ke luar negeri.

3.4 Skema Fraud

Mercenery corruption, yakni jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud untuk
memperoleh keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.

Yang termasuk dalam faktor – faktor GONE Theory yang dikemukakan oleh Jack Boulogne:

16
 Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara
potensial ada di dalam diri setiap orang. keserakahan dan kerakusan para pelaku
korupsi. Koruptor adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya.

3.5 Red Flags

Red Flag yang terjadi dalam kasus :

1 Peningkatan Kekayaan yang drastis


Gayus hanyalah pegawai pajak golongan 3A, yang mencapai 12,1 juta per bulan.
Namun dalam temuan Pengadilan total kekayaannya mencapai Rp 925 juta, US$ 3,5
juta, US$ 659.800, 9,6 juta dolar Singapura, dan 31 keping logam mulai masing-masing
100 gram. Selain itu, kejaksaan sebelumnya sudah menyita 1 unit mobil Honda Jazz, 1
unit mobil Ford Everest, 1 unit rumah di Kelapa Gading senilai Rp 3 miliar.
2 Berpergian dengan Wig dan Paspor Palsu
Meskipun sudah dilakukan persedingan namun Gayus tetap saja berpergian keluar,
Setelah diusut, dia juga tercatat bepergian ke Macau pada tanggal 22-24 September
2010. Sementara itu, pada tanggal 30 September 2010 hingga 2 Oktober 2010, Gayus
pergi ke Kuala Lumpur, Malaysia dan Singapura dengan paspor atas nama Sony
Laksono. Hal ini seolah menjadi red flag bahwa dia memiliki cukup banyak uang untuk
menyuap para hakim dan ketua rutan.
3 Mengingkatnya Jumlah Perusahaan yang memangkan Banding di perpajakan
Jumlah perusahaan yang mengajukan banding di pegadilan atas keberatan jumlah pajak
tidaklah sedikit. Namun dalam kurun waktu 10 tahun jumlah perusahaan yang
memangkan perkara dipengadilan semakin banyak, tentunya hal ini tidak terlepas dari
peran Gayus yang membantu hal tersebut dengan menyuap sejumlah hakim dan
melakukan upaya perlawanaan hukum dengan memanfaatkan hukum perpajakan yang
ada.

3.6 Evidence

Evidence, adalah apapun yang terlihat oleh panca indera dan jenis bukti apapun, seperti
kesaksian saksi, catatan, dokumen, fakta, data, atau sesuatu yang konkrit, secara hukum
disajikan di persidangan untuk membuktikan apa yang dikemukakan dan dorongan sebuah
keyakinan di benak pengadilan atau dewan juri. Barang bukti dalam kasus ini adalah uang
tunai milyaran dalam bentuk mata uang Rupiah, Singapura dan Dolar Amerika senilai Rp201
juta, 659 ribu dollar Amerika, lebih dari 9,98 juta dollar Singapura dan 31 keping logam
mulia seberat 100gram. Barang bukti lainnya ada perhiasan, tanah dan rumah, serta sebuah

17
apartamen. Bahkan tercatat pula data harta Gayus yang tersebar di 7 rekening bank senilai Rp
3,74 miliar yakni BCA, Bank Syariah Mandiri, Panin Bank, Bank Mega, BRI, BII serta, Bank
Niaga. Turut juga dilimpahkan barang bukti berupa tanah dan rumah mewah Gayus di Kelapa
Gading Jakarta Utara, dan apartemen di Cempaka Mas Tower A1.

3.7 Pencegahan kasus agar tidak terulang kembali

Pemberantasan korupsi akan selaku gagal jika sistem peringatan dini untuk pencegahan
korupsi tidak dibentuk. Masalah korupsi tidak semata pada sistem birokrasi, namun
dikarenakan ketiadaan pengawasan sistem pembayaran transaksi yang ketat. Selama ini
pelaku korupsi bisa leluasa membelanjakan uang hasil korupsi untuk membeli berbagai aset
dan surat berharga karena tidak diawasi secara sistematis oleh Pemerintah.

Lalu bagaimana tindakan pencegahan korupsi seharusnya? Pemerintah perlu membuat


penegasan batasan pembayaran tunai dan non tunai (non cash payment). Sistem non-cash
payment dilakukan tanpa melibatkan uang dalam jumlah banyak secara tunai dan dilakukan
melalui lembaga perbankan. Di Amerika Serikat, membayar tunai dalam jumlah besar
merupakan hal yang tabu karena pelaku pembayaran jumbo ini dapat dianggap sebagai
bagian mafia. Di Indonesia, budaya malu apabila membayar transaksi besar dalam bentuk
tunai belum ada, bahkan dianggap hebat jika membayar tunai utuk transaksi.

Idealnya aturan batasan pembayaran tunai harus dibahas dengan pihak legislatif untuk
menghasilkan peraturan seperti halnya UU No.3/2011 tentang Transfer Dana. Masalahnya,
PPATK juga mengindikasikan adanya 2.000 transaksi mencurigakan yang melibatkan
anggota legislatif. (Tempo, 21 Februari 2012). Kalau hal ini benar adanya, pembahasan
UU non cash payment akan memerlukan pembahasan panjang dengan pihak legislatif.

Lalu bagaimana? Pada penjelasan angka 5 UU No.17/2003 tentang Keuangan Negara


dijelaskan bahwa Presiden selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara
mendelegasikan kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran kepada
Bank Sentral. Hal ini ditegaskan pasal 19 UU No.23/1999 juncto UU No.6/2009 tentang
Bank Indonesia (BI), bahwa BI berwenang menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan
dikeluarkan, bahan yang digunakan, dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran
yang sah. Sebagai penerima kekuasaan pengelolaan keuangan negara, BI telah mencegah

18
praktik Anti Pencucian Uang (APU) dengan menerbitkan PBI No.12/3/PBI/2010 untuk
Pedagang Valuta Asing dan PBI No.12/20/PBI/2010 untuk Bank Perkreditan Rakyat.

Namun ada beberapa cara lain yang dapat diterapkan, antaranya adalah :

1 Penguatan dan peningkatan internal kontrol di Dirjen Pajaka itu sendiri agar lebih
terukur dengan jelas.
2 Menciptakan sistem Anonymous Tips, yaitu membuka layananan pegaduan
masyarakat yang menemukan sejumlah ke jangalan dalam hal perpajakan yang terjadi.
3 Membatasi ruang lingkup pekerjaan setiap pegawai, agar pengawasan yang dilakukan
dapat lebih baik.
4 Menciptakan pemahaman dan memberikan sanksi yang tegas untuk setiap perkara
korupsi, pencucian uang dan pengelapan agar menciptakan efek jerah.
5 Menciptakan budaya anti korupsi dengan memberikan edukasi yang tepat untuk setiap
pegawai di Dirjen perpajakan.

BAB IV

PENUTUP

Simpulan

Ada banyak sumber non-finansial dari bukti yang potensial dalam fraud investigasi.
Salah satu yang menjadi kunci adalah; interview, perbincangan santai, dan isyarat fisik dari
pihak penipu dan pihak yang bersalah. Ada banyak hal yang telah ditulis mulai dari aspek
psikologi, atau profil dari fraudsters. Buku-buku ditulis dalam analisis pengungkapan, SCAN,
dan teknik lainnya yang biasa digunakan untuk menggambarkan perilaku si penipu. Hampir
semua fraud investigasi mendapat benefit dengan adanya perilaku saling mengerti dari
perilaku psikologis si penipu.

Area psikologis dari informasi non-finansial adalah hal yang terbatas dalam
kemampuannya untuk dapat meningkatkan kualitas bukti di pengadilan. Beberapa metode
bahan tidak cukup dapat digunakan untuk penggunaan yang serius dalam fraud investigasi,

19
dan seharusnya digunakan dengan sangat hati-hati. Faktanya, dalam penjelasan pada bab ini,
satu-satunya yang kan menjadi bukti “forensic” adalah bukti atas interview.

Dengan mengkombinasikan beberapa isyarat umum beserta alat atau teknik yang telah
dijelaskan, terdapat beberapa isyarat umum yang menjadi satu perhatian yang khusus.
Sebagai contoh, pelaku fraud membelakangi dirinya sendiri dari tuduhan atau kejadian yang
merugikan, benar diantara beberapa teknik yang didiskusikan.

DAFTAR PUSTAKA

Singleton, Aaron J. 2006. Fraud Auditing and Forensic Accounting 4th Edition. New
Jersey : John Wiley & Sons, Inc.
http://nasional.kompas.com/read/2013/08/02/1216242/Kasasi.Ditolak.Total.Hukuman.Ga
yus.30.Tahun.Penjara. Diakses tanggal 19 Desember 2017. Pukul 19.00 WIB.

20

Anda mungkin juga menyukai