Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MENILAI DAN MEMPEROLEH BUKTI NONFINANCIAL DALAM


PEMERIKSAAN FRAUD

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Andi Ferdian (C2C021001)

Angga Saputra (C2C021002)

Nursainatu Rohim (C2C021017)

Vera Novita Sari (C2C021022)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, berkat rahmat
dan karunia-Nyalah serta petunjuknya, makalah ini dengan judul materi “ Menilai Dan
Memperoleh Bukti Nonfinancial Dalam Pemeriksaan Fraud” dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, serta kita selaku
umatnya hingga akhir zaman.

Tak lupa pula ucapan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam penyusunan makalah ini.
Sehingga penyusunan materi ini bisa berjalan dengan lancar tanpa ada halangan
suatu apapun.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan selaku penyusun,
memohon maaf apabila dalam penyusunan materi ini terdapat banyak kekurangan
dankesalahan.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang.......................................................................................1
1.2 RumusanMasalah..................................................................................2
1.3 TujuanPembelajaran.............................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Fraud.....................................................................................................3
2.1.1. Pengertian Fraud..........................................................................3
2.1.2. Jenis Jenis Fraud..........................................................................4
2.1.3. Tindakan Pencegahan Fraud........................................................7
2.2 Mendeteksi Kecurangan........................................................................7
2.2.1 Memeriksa Jajaran managerial....................................................7
2.2.2 Adanya keterkaitan dengan pihak eksternal................................8
2.2.3 Sifat organisasi............................................................................8
2.2.4 Periksa karakteristik operasional laporan....................................8
2.2.5 Auditor Internal...........................................................................8
2.2.6 Auditor Eksternal.........................................................................8
2.3 Menilai dan memperoleh bukti nonfinancial dalam fraud....................9
2.3.1 wawancara....................................................................................9
2.3.2 Bahasa Tubuh...............................................................................12
2.3.3 Tanda-tanda penipuan..................................................................12
2.3.4 Gerak Mata...................................................................................13
2.3.5 Analisis Pernyataan......................................................................14
2.3.6 SCAN...........................................................................................15

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Kesimpulan............................................................................................16

iii
iv
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Seiring perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks, berkembang
pula praktik kejahatan dalam bentuk kecurangan (fraud) ekonomi. Jenis fraud
yang terjadi pada berbagai negara bisa berbeda, karena dalam hal ini praktik fraud
antara lain dipengaruhi kondisi hukum di negara yang bersangkutan. Pada
negaranegara maju dengan kehidupan ekonomi yang stabil, praktik fraud
cenderung memiliki modus yang sedikit dilakukan. Adapun pada negara-negara
berkembang seperti Indonesia, praktik fraud cenderung memiliki modus banyak
untuk dilakukan.
Secara umum dapat didefinisikan bahwa fraud adalah suatu istilah yang
umum, dan mencakup segala macam cara yang dapat digunakan dengan kelihaian
tertentu, yang dipilih oleh seorang individu, untuk mendapatkan keuntungan dari
pihak lain dengan melakukan representasi yang salah. Tidak ada aturan yang baku
dan tetap yang bisa dikeluarkan sebagai proposisi umum dalam mendefinisikan
fraud, termasuk kejutan, tipu muslihat, ataupun cara-cara yang licik dan tidak
wajar yang digunakan untuk melakukan penipuan. Batasan satu-satunya untuk
mendefinisikan fraud adalah hal-hal yang membatasi ketidakjujuran manusia
(Zimbelman, 2014).

Peran akuntansi forensik dalam mengungkap kecurangan di Indonesia dari


waktu ke waktu semakin terus meningkat. Akuntansi forensik banyak diterapkan
ketika Komisi Pemeberantasan Korupsi (KPK) mengumpulkan bukti-bukti hukum
yang diperlukan untuk menangani kasus-kasus korupsi yang dilaporkan kepada
instansi tersebut. Akuntansi forensik juga digunakan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), Kepolisian, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), serta Inspektorat Jenderal Kementerian untuk menggali
informasi selama proses pelaksanaan audit investigasi.

Tuanakotta (2010) dalam Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif


mengemukakan bahwa akuntansi forensik mempunyai ruang lingkup yang
2

spesifik untuk lembaga yang menerapkannya atau untuk tujuan melakukan audit
investigatif. Selain itu dalam melaksanakan pekerjaannya seorang akuntan
forensic harus memnuhi atribut dan kode etik serta standar pekerjaan.

1.2 RumusanMasalah
1. Bagaimana Cara Mendeteksi Terjadinya Kecurangan?
2. Bagaimana Menilai Bahasa Tubuh Saat Wawancara?
3. Bagaimana Menilai Isyarat Penipuan Pelaku Kecurangan?
4. Bagaimana Menilai Bahasa Mata Pemberi pernyataan?
5. Bagaimana Menganalisa Pernyataan?
1.3 Tujuan Pembelajaran
1. Mendeskripsikan cara mendeteksi kecurangan.
2. Menjelaskan bagaimana Bahasa Tubuh Saat Wawancara.
3. Menjelaskan bagaimana Isyarat Penipuan Pelaku kecurangan.
4. Menjelaskan bagaiman Menilai Bahasa Mata Dalam wawancara.
5. Menjelaskan analisis pernyataan yang diberikan
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fraud
2.1.1 Pengertian Fraud

Kata “fraud” berasal dari sebuah kata dalam bahasa Latin, “fraus” yang
memiliki banyak makna, namun semuanya merujuk pada konsep “bahaya”,
“pelanggaran” dan “penipuan”. Kata benda “fraus” ini dapat diubah menjadi kata
sifat yaitu “fraudulentus”.( Silverstone; 2007:1).

Fraud mencakup segala macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang
diupayakan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain,
dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua cara
yang tak terduga, penuh siasat, licik, atau tersembunyi, dan setiap cara yang tidak
wajar yang menyebabkan orang lain tertipu atau menderita kerugian.

fraud sendiri dapat didefinisikan sebagai kecurangan, namun sebenarnya


memiliki arti yang lebih luas dari kecurangan (Tuanakotta, 2012). Tindakan-
tindakan yang dilakukan untuk mencurangi perusahaan, organisasi, atau
pemerintah, untuk mendapatkan keuntungan pribadi dengan menyalahgunakan
pekerjaan/jabatan atau mencuri aset/sumberdaya dalam organisasi itulah yang
disebut dengan fraud (Singleton, 2010)

Fraud meliputi ketidakjujuran yang disengaja, kesalahan penyajian,


manipulasi dan menampilkan fakta yang dapat merugikan orang lain dan
organisasi. Fraud juga meliputi pencurian, apropriasi, upaya untuk memperoleh
sesuatu secara ilegal, dan kesalahan dalam membuat laporan keuangan termasuk
aset dan kewajiban organisasi (Zimbelman, 2014).
4

Menurut Zimbelman dan Albercht (2014) terdapat tiga elemen yang


muncul secara bersamaan untuk mendorong terjadinya kecurangan, yaitu :

1. Tekanan (pleasure) pada karyawan dan manajer dorongan untuk dapat


melakukan kecurangan yang terjadi pada karyawan dan manejer
dorongan itu yang terjadi karena adanya tekanan keuangan, kebiasaan
buruk, tekanan lingkungan kerja ataupun dengan tekanan lainnya.
2. Peluang atau kesempatan (opportunity) kesempatan yang timbul dengan
adanya kelemahan pengendalian internal dalam mencegah atau
mendeteksi kecurangan ataaupun bisa terjadi jika lemahnya sanksi atau
ketidakmampuan dalam menilai kualitas kinerja.
3. Pembenaran (rationalization) pelaku kecurangan akan mencari
pembenaran dengan menganggap bahwa yang telah dilakukan itu sudah
bisa untuk dilakukan orang lain juga, pelakupun akan menganggap
diriya berjasa besar didalam organisasi.

Kecurangan terjadi ketika secara bersamaan ada dorongan, kesempatan


dan hal yang mendasari pikiran siperilaku kecurangan untuk melakukan
kecurangan. Kecurangan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja termasuk
didalam perusahaan distributor yang mempunyai banyak persediaan. Setiap orang
pasti memiliki tekanan atau masalah dalam hidupnya yang dijalaninya dan kadang
ada saja alasan bagi setiap orang dapat melakukan kecurangan, ketika ada
kelemahan dalam pengendalian internal persediaan dalam perusaahan, kualitas
sistem informasi yang kurang memadai dalam perusahaan dan komitmen
organisasi yang rendah pada setiap karyawan yang diketahui oleh orang, maka
orang tersebut memiliki kesempatan untuk dapat melakukan kecurangan. Jadi,
ketiga hal ini yaitu dorongan, alasan/rasionalisasi dan kesempatan memiliki
peranan yang penting bagi orang untuk dapat melakukan kecurangan.

2.1.2 Jenis JenisFraud

AFCE mendefinisikan jenis kecurangan Zimbelman at al (2014:12)


sebagai penggunaan suatu jabatan (occupational) oleh seseorang untuk
5

memperkaya diri sendiri melalui menyalahgunaan yang disengaja atau


penyalahgunaan penggunaan aset atau sumber daya organisasi. The Report to
the Nation on Occupational Fraud and Abuse oleh AFCE menyatakan bahwa
inti dari Occupational Fraud adalah bahwa semua aktivitas:

 Dilakukan secarasembunyi-sembunyi
 Melalaikan kewajiban pegawai terhadaporganisasi
 Dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan financial
bagi pegawai, baik secara langsung maupun tidaklangsung
 Memanfaatkan biaya penggunaan aset, pendapatan, atau cadangan
perusahaan.
ACFE mengklasifikasikan Occupational Fraud menjadi 3 (tiga)
Zimbelman et al, (2014)yaitu:

a. Kecurangan aset, berupa pencurian atau penyalahgunaan asetorganisasi


b. Korupsi yaitu para pelaku kecurangan menggunakan pengaruhnya
secara tidak langsung dalam transaksi bisnis untuk memperoleh
manfaat bagi kepentingan pribadi atau orang lain, bertentangan
dengan kewajiban mereka terhadap pekerja lain atau hak-hak
kepada pihaklain
c. Laporan yang berisi kecurangan, biasanya berupa pemalsuan
laporan keuangan suatuorganisasi.
Kelompok kecurangan berdasarkan pada korban dikemukakan
Zimbelman et al, (2014) yaitu:
 Kecurangan Oleh Pegawai (employee embezzlement).
Pegawai melakukan penipuan pada perusahaan tempat mereka
bekerja, misalnya dengan pengambilan aset perusahaan. Kecurangan
pegawai dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
(1). Kecurangan secara langsung terjadi ketika pegawai mencuri kas
perusahaan, persediaan, peralatan, perlengkapan atau aset lainnya.
Kecurangan ini bisa juga terjadi ketika perusahaan membayar
6

kepada perusahaan fiktif seolah-olah melakukan transaksi tetapi


kenyataanya perusahaan tidak menerima barang atas transaksi
tersebut.
(2). Kecurangan tidak langsung terjadi ketika pegawai menerima
suap atau kickback dari pemasok, pelanggan atau pihak luar
perusahaan untuk memungkinkan memberikan harga jual yang lebih
rendah, harga beli yang tinggi, barang-barang yang tidak pernah
sampai tujuan atau barang-barang dengan kualitas yang rendah.
 Kecurangan Pemasok (vendorfraud).
Pelaku kecurangan adalah pemasok, tempat organisasi membeli
barang atau jasa. Kecurangan pemasok selalu berakibat pada harga-
harga barang yang dibeli terlalu mahal atau pengiriman barang-
barang dengan kualitas rendah atau tidak adanya pengiriman
terhadap barang/jasa walaupun pembayaran sudah dilakukan. Dua
bentuk kecurangan pemasok,yaitu:kecurangan yang dilakukan
pemasok yang beraksi seorang diri. Kecurangan yang dilakukan
melalui kolusi diantara perusahaan yang melakukan pembelian
denganpemasok.
 Kecurangan Pelanggan (customerfraud).
Pelaku kecurangan adalah pelanggan dari organisasi yang
bersangkutan. Kecurangan pelanggan terjadi ketika pelanggan tidak
membayar barang yang mereka beli atau mereka mendapatkan
sesuatu tanpa pengorbanan.
 Kecurangan Manajemen (managementfraud).
Pemegang saham atau pemegang surat utang yang menjadi
korbannya. Kecurangan manajemen sering disebut dengan
kecurangan laporan keuangan, kecurangan ini melibatkan
manipulasi yang bersifat menipu dalam laporan keuangan oleh
manajemen puncak.
 Penipuan Investasi dan Kecurangan Pelanggan Lainnya.
Sebagai korbannya adalah para individu yang tidak hati-hati.
7

Biasanya dengan melakukan investasi yang curang dan biasanya


tidak bernilai dijual pada investor yang tidak menaruh rasa curiga.
 Kecurangan-Kecurangan Lainnya.
Setiap kali ada pihak yang mencoba mengambil keuntungan dari
kepercayaan orang lain untuk menipu atau melakukan kecurangan
terhadap orang tersebut.
2.1.3 Tindakan Pencegahan Fraud

Tindakan pencegahan fraud yang absolut merupakan tindakan yang terpuji


namun susah sekali dicapai, karena menurut Golden dkk. (2006: 14), tidak
seorang pun yang dapat membuat penghalang yang benar-benar absolut untuk
tindakan fraud, namun banyak langkah-langkah pencegahan yang masuk akal
yang dapat dan harus diambil oleh organisasi atau perusahaan untuk mencegah
tindakan fraud dan pihak-pihak yang akan melakukannya. Dengan kata lain, fraud
tidak dapat sepenuhnya dicegah, namun dapat dan harus dikurangi atau dihalangi.
Fraud deterrence cycle atau siklus pencegahan fraud tersebut merupakan suatu
proses yang interaktif dan dapat terjadi dari waktu ke waktu. Menurut Golden
dkk. (2006: 14), siklus pencegahan fraud memilki empat elemen utama, yaitu
pembentukan tata kelola perusahaan, implementasi proses pengendalian pada
tingkat transaksi (transaction-level), pemeriksaan tata kelola perusahaan
yangretrospektif dan proses pengendalian melalui pemeriksaan audit, dan
investigasi dan remediasi dari hal yang dicurigai atau yang diduga bermasalah.

2.2 Mendeteksi Kecurangan


2.2.1 Periksa jajaran manajerial
Umumnya, beberapa kasus kecurangan maupun penggelapan pada laporan
keuangan seringkali melibatkan pihak di jajaran manajerial atau pengambil
keputusan. Karena itu, jajaran manajemen harus diselidiki dengan baik
untuk mengetahui tujuan mereka melakukan kecurangan.
2.2.2 Adanya keterkaitan dengan pihak eksternal
Salah satu cara yang sering digunakan dalam melakukan kecurangan
adalah dengan memberikan bantuan pada perusahaan, baik yang nyata atau
8

fiktif. Jadi, untuk menghindari kecurangan, Anda bisa mendeteksi dengan


baik adanya hubungan antara perusahaan dengan lembaga keuangan,
perusahaan dengan individu, eksternal auditor, lembaga pemerintahan,
atau investor.
2.2.3 Sifat organisasi
Sebuah kecurangan seringkali tidak terdeteksi karena adanya struktur
organisasi yang digunakan untuk menyembunyikan kecurangan tersebut.
Misalnya struktur organisasi yang terlalu kompleks atau tidak adanya
internal audit dalam sebuah departemen. Untuk itu, dalam mendeteksi
adanya kecurangan Anda harus memahami dengan benar seluk beluk
perusahaan, termasuk pemilik perusahaan.
2.2.4 Periksa karakteristik operasional laporan
Untuk mendeteksi terjadinya kecurangan, Anda bisa melakukan
pemeriksaan beberapa laporan keuangan, mulai dari rekening pendapatan,
aset, kewajiban, pengeluaran, hingga ekuitas. Biasanya tanda kecurangan
akan terdeteksi dengan melihat adanya perubahan dalam laporan
keuangan.
2.2.5 Auditor Internal
Ini merupakan aktivitas konsultasi yang independen dan obyektif untuk
menambah nilai dan memperbaiki operasional perusahaan. Auditor
internal sering juga disebut dengan penilaian yang dilakukan oleh personil
dalam organisasi yang memiliki kompetensi dalam meneliti catatan
akuntansi perusahaan dan pengendalian internal dalam perusahaan.
Tujuan dari auditor internal adalah membantu pihak manajemen dalam
pertanggunganjawaban dengan memberikan analisa, saran, penilaian
tentang kegiatan yang diaudit.
2.2.6 Auditor eksternal
Berbeda dengan auditor internal yang dilakukan oleh personil di dalam
perusahaan, auditor eksternal dilakukan untuk meminta bantuan pihak luar
dalam melakukan deteksi kecurangan dalam perusahaan, serta melakukan
analisa jika auditor internal mengalami kesulitan.
9

2.3 Menilai Dan Memperoleh Bukti Nonfinancial Dalam Pemeriksaan Fraud


Dalam mengumpulkan bukti fraud, dapat digunakan beberapa cara. Bukti
fraud sendiri terdiri dari beberapa jenis yang dapat dibagi menjadi bukti keuangan
dan non keuangan. Bukti keuangan terdiri atas transaksi dan fakta-fakta lainnya
yang berhubungan dengan keuangan dan dapat menjadi bukti dipersidangan. bukti
non keuangan adalah salah satu jenis bukti atau cara memperoleh bukti fraud yang
juga dapat ditampilkan dipersidangan.
Dalam memperoleh bukti non-keuangan dalam kasus fraud, pengetahuan
tentang psikologi dan hukum sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan bukti non
keuangan dalam fraud mengharuskan penyidik atau auditor forensik menganalisa
setiap perilaku dan penyebab serta akibat yang timbul dari perilaku tersebut
karena dalam melakukan fraud, seseorang pasti dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Oleh karena itu, penting untuk mendapatkan dan memahami bukti-
bukti ini agar dapat memperkuat bukti fisik yang akan ditampilkan dipersidagan.
2.3.1 Wawancara
Auditor akan bertanya dalams setiap audit, baik internal audit maupun eksternal
audit. Namun terdapat perbedaan yang besar dalam memberikan pertanyaan-
pertanyaan dalam sebuah audit dan pemeriksaan fraud. Agar dapat bertanya
secara efisien dalam sebuah pemeriksaan fraud, satu yang pasti yaitu harus
mempekerjakan orang terlatih dalam teknik wawancara. Menurut Joe Wells dalam
Singleton & Singleton (2010: 240), pendiri dari Association of Certified Fraud
Examiners (ACFE), petunjuk terbaik datang bukan dari buku-buku melainkan dari
orang yang bekerja bersama.
Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam wawancara seperti (1) pengantar,
(2) keterangan, (3) penutupan, (4) penaksiran, atau (5) pencarian pengakuan. Para
ahli setuju bahwa open-ended questions adalah jauh lebih baik daripada
pertanyaan-pertanyaan yang hanya dijawab dengan ya dan tidak (close-ended
questions). Open-ended questions biasanya diawali dengan pertanyaan tanya
10

sebuah pemeriksaan fraud adalah adanya kemungkinan sang penyelidik tidak


terlatih atau tidak berpengalaman dalam teknik wawancara, atau bahkan lebih
buruk lagi tidak familiar dengan protokol dari wawancara.
 Praktik Terbaik
JoeWells menulis artikel yang menjelaskan praktik terbaik yang umum
untuk wawancara. Daftar ini dimulai dengan tingkat persiapan yang tepat
dan diakhiri dengan mendapatkan pernyataan yang ditandatangani,
terutama ketika yang diwawancarai adalah tersangka yang mengaku.
 Berfikir sambil membuat pertanyaan
Meskipun pewawancara harus menuliskan pertanyaan untuk orang yang
diwawancara, sebenernya hal terbaik untuk dilakukan adalah dengan tidak
menuliskannya. Sebagai gantinya, pewawancara harus memiliki daftar
poin-poin kunci dan memungkinkan percakapan berjalan dengan alami.
Hal itu juga dilakukan untuk menghindari pelaku mencoba melihat
pertanyaan dan menyiapkan jawaban.
Langkah dalam wawancara Top-Notch
1 Persiapan
2 Berfikir sambil membuat pertanyaan
3 Perhatikan perilaku nonverbal
4 Mengatur nada bicara
5 Menentukan pertanyaan
6 Perbanyak mendengarkan dibanding berbicara
7 Proses langsung
8 Meluangkan waktu
9 Memeriksa kembali fakta-faktanya
10 Mendapat pengakuan secara tertulis
Sumber : American Institute Of Certified Public Accountants, Inc (2002)
Selanjutnya, pewawancara harus memperhatikan perilaku nonverbal.
Biasanya, seseorang memiliki bahasa tubuh yang berbeda ketika stres. Penyidik
kecurangan yang terlatih tahu bagaimana memperhatikan tanda-tanda stres dalam
proses yang disebut kalibrasi. Proses ini digunakan untuk menilai kejujuran
11

seorang saksi.
Pewawancara harus mengatur nada bicara, berpakaian yang tepat,
menggunakan keterampilan sosial yang baik, memperkenalkan diri dengan baik
dan yang paling utama mengembangkan hubungan dengan orang yang
diwawancarai. Pewawancara harus mengembangkan pertanyaan untuk membuat
orang yang diwawancarai tetap merasa nyaman dengan prosesnya (tidak terlalu
cepat, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu lama). Pertanyaan pertanyaan sulit
harus diikuti dengan beberapa pertanyaan mudah dari yang ringan hingga yang
lebih sulit.
Pewawancara harus lebih mendengar daripada berbicara. Semakin banyak
pewawancara berbicara, pelaku dapat semakin banyak mencari celah untuk
menyangkal. Hal ini bisa menjadi kesalahan strategis bagi pewawancara.
Selanjutnya proses wawancara langsung. Mulai dengan cara terbuka dan sejujur
mungkin tanpa mengorbankan proses. Terlalu tertutup atau agresif dapat
menyebabkan pewawancara menjadi defensif dan hal itu mungkin akan
mengurangi efektivitas proses wawancara.
Pewawancara perlu mengatur waktu, orang yang jujur biasanya tidak keberatan
dengan pertanyaan lanjutan ketika pewawancara merasa dia tidak mendapatkan
semua fakta. Orang yang bersalah biasanya menjadi tidak sabar. Langkah lain
adalah dengan memeriksa kembali fakta-fakta yang seharusnya dikumpulkan dan
menghubungkannya selama proses wawancara. Rekaman adalah salah satuu
pilihan untuk mengamankan kesaksian tetapi, taktik tersebut dapat membuat
pewawancara kehilangan hubungan dengan orang yang diwawancara. Orang
yang bersalah cenderung untuk berdiri atau mengelak ketika tape recorder sedang
dinyalakan. Denah ruang juga mempengaruhi proses dan hasil wawancara. Tujuan
utama dari proses wawancara dalam investigasi kecurangan adalah untuk
mewawancarai tersangka dan yang paling akhir adalah untuk mendapatkan
pengakuan yang ditandatangani dalam wawancara tersebut. Hal ini juga disebut
sebagai admission-seeking interview.
 Permasalahan Hukum
Penyidik fraud tidak selalu membutuhkan otoritas hukum untuk
12

mewawancarai atau menyelidiki masalah kecurangan. Beberapa negara


memang mensyaratkan lisensi untuk penyidik. Kadang-kadang
pewawancara dapat menggunakan teknik-teknik yang tidak legal untuk
mendapatkan informasi dari tersangka secara hukum, selama pewawancara
tidak menggunakan teknik yang kemungkinan akan menyebabkan pihak
lain yang tidak bersalah mengakui perbuatan yang tidak dilakukannya.
Janji kelonggaran, kerahasiaan, hadiah uang atau keuntungan lain harus
disetujui oleh pengacara terlebih dahulu. Pewawancara juga harus
menghindari pernyataan apapun yang dapat dianggap sebagai pemerasan.
2.3.2 Bahasa Tubuh ( Body Language)
Pergerakan tubuh seseorang biasanya mencerminkan emosi yang mereka
alami melalui gejala-gejala. Secara umum, orang tidak akan menyadari bahwa
mereka sedang menunjukkan bahasa tubuh pada saat wawancara. Perilaku tubuh
dapat berupa pergerakan, tingkatan suara, kecepatan bicara, menyilangkan kaki
atau tangan, atau pergerakan badan lainnya.
Beberapa isyarat bahasa tubuh terhubung dengan tingkat stres, dan dapat
berhubungan dengan penipuan. Isyarat-isyarat tersebut termasuk: keraguan
berbicara, peningkatan dalam tinggi-rendahnya suara, kesalahan berbicara,
pembesaran pupil mata, kedipan mata yang berlebihan, garukan tangan atau
punggung, dan sentuhan-sentuhan tangan atau wajah yang tidak biasa. Tapi
bahasa tubuh bukanlah hal yang mutlak berkaitan dengan kecurangan.
Namun bahasa tubuh bervariasi tergantung pola individu. Ada
kecenderungan bahwa bahasa tubuh digunakan sebagai tipuan bagi orang-orang
yang sudah terbiasa dengan teknik wawancara/interogasi. Oleh karena itu,bahasa
tubuh tidak dapat sepenuhnya diandalkan sebagai sarana untuk mendeteksi
kecurangan secara konsisten dan hal tersebut tidak dapat diterima dipengadilan..
2.3.3 Tanda-tanda Penipuan
Sebagai tambahan tanda bahasa tubuh, ada beberapa tanda yang digunakan
untuk mengidentifikasi kebohongan. Berikut contoh dari tanda-tanda
tersebut yaitu :
a. Interaksi antar individu
13

Seperti contoh : menganggukkan kepala tanda “iya” ketika sudah


deal, gerakan tidak konsisten.
b. Kondisi emosional
Orang yang berbohong cenderung untuk menghindari kontak fisik
dengan orang yang sedang menanyakan perilaku/tindakannya.
c. Verbal/komunikasi lisan
Menanyakan sebuah pertanyaan dan jawaban nya kemudian
tanyakan kembali dan memastikan apakah sesuai dengan jawaban
semula. pastikan juga sesuai dengan kejadian yang dilakukan oleh
pelaku.
d. Menyatakan Sebuah Komentar
Memisahkan pernyataan perorangan/individu, pada waktu kejadian
dan memainkan kata-kata.
e. Gambaran Psikologis
Membuat pertanyaan dan pernyataan yang menjebak agar kita
dapat mengetahui psikologis si pelaku di tempat kejadian dalam
menggambarkan suatu kejadian.

Tanda-tanda diatas sebenarnya tidak cukup konsisten menggambarkan sebuah


tindakan kecurangan. Paling tidak hal ini membantu investigasi kecurangan dalam
berhati-hati mengenali tanda-tanda tersebut. Ada cara yang handal lainnya dalam
mendeteksi tanda-tanda kecurangan sebagai contohnya memindai atau scan, gerak
mata dan analisis pernyataan si pelaku.

2.3.4 Gerak Mata

Sebuah indikator yang lebih dapat diandalkan mengenai kebenaran adalah


bahasa mata. Para ahli percaya bahwa mata adalah bagian yang paling
komunikatif dari seluruh tubuh. Mata memiliki bahasa dan prinsip yang dianut
adalah visual accessing cues (VAC). Isyarat dan interpretasi pergerakan mata
hanyalah untuk orang bertangan kanan. Pastikan interviewee menulis sesuatu
sebelum melakukan VAC karena isyarat untuk orang kidal adalah kebalikannya.
14

Menurut para ahli salah satunya Rabon (1998) dalam (Singleton & Singleton,
2010: 244), ketika interviewee diberikan pertanyaan untuk mengingat sesuatu,
mata memberikan isyarat baik itu menipu atau kejujuran. Berikut merupakan
kombinasi menurut Rabon (1998) dalam (Singleton & Singleton, 2010: 244):
 
a. Mata bergerak dari kiri dan ke atas. Menerima gambaran
pengelihatan dari masa lalu – apa warna mobil pertamamu?
b. Mata bergerak ke kiri mengarah ke telinga. Mengingat sebuah
bunyi – apa ringtone di ponsel anda?
c. Mata bergerak ke kiri dan ke bawah. Berbicara dalam hati.
d. Mata bergerak dari kanan ke atas. Secara pengelihatan membangun
sebuah gambar – rumah seperti apa yang kamu inginkan?
e. Mata bergerak ke kanan mengarah telinga. Menciptakan sebuah
bunyi/suara – bisakah anda membuat lagu dan menyanyikannya
untuk saya?
f. Mata bergerak dari kanan dan ke bawah. Berhubungan dengan
perasaan – bisakah anda mengingat bau dari parfum istri anda?
g. Tatapan mata ke bawah. Dalam kultur amerika, ini menandakan
kekalahan, rasa bersalah.
h. Menaikkan alis. Ketidakpastian, tidak percaya, terkejut atau frutasi.
i. Menaikkan satu alis dan kepala agak condong ke belakang.
Sombong.
j. Pembesaran pupil mata. Tertarik akan suatu hal.

2.3.5 Analisis Pernyataan

Teknik ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi kebohongan ketika


sipelaku membuat sebuah pernyataan. Pernyataan yang diungkapkan oleh manusia
biasanya hasil dari sebuah pemikiran yang diperiksa dan didengarkan kata
perkata. Teknik ini juga berusaha agar sipelaku dapat mengungkapkan fakta yang
sebenarnya dan selengkapnya yang tanpa sadar sedang diucapkan oleh mereka.
15

Motifnya yaitu untuk mengungkapkan red flag (keserasian antara kejadian saat itu
dengan pernyataannya) yang dilakukan oleh pelaku. Teknik ini bekerja pada
pernyataan tertulis ataupun lisan berupa rekaman audio. Berikut ada beberapa
analisis pernyataan yaitu :

a. Penggunaan kata ganti antara saya dan mereka.


b. Penggunaan kata nomina : nama orang dengan kata mereka`
c. Penggunaan kata kerja : bentuk lampau dengan perubahan bentuk
kata
d. Analisis informasi lainnya seperti kata hilang,sekarang dan dulu.
e. Analisis kejadian/kronologi kejadian ataupun melakukan kejadian
tersebut dengan siapa?
f. Analisis dari tulisan tangan
g. Penyimpangan dalam bahasa tubuh
h. Analisis bahasa tubuh.

2.3.6 SCAN (Analisis Konten Ilmiah/Scientific Content Analysis)

SCAN adalah sebuah teknik yang mirip dengan analisis pernyataan.


Seperti analisis pernyataan, SCAN tidak mencoba untuk mencari kebenaran dari
fakta tetapi lebih kepada pantulan dari penipuan yang mana pernyataan itu dibuat.
SCAN, mencari perubahan dalam pengucapan. SCAN juga mencari gap dalam
cerita yang di mana menggambarkan penipuan. Frasa “saya tidak ingat”
merupakan frasa yang paling sering digunakan untuk menghindari sesuatu.
Perubahan dalam ketegangan juga menandakan sebuah respon emosional yang
kuat terhadap konteks. Menurut para ahli, SCAN adalah hal yang dapat
diandalkan. Namun SCAN adalah alat investigasi bukan bukti yang legal.
16

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Secara umum dapat didefinisikan bahwa fraud adalah suatu istilah yang
umum, dan mencakup segala macam cara yang dapat digunakan dengan kelihaian
tertentu, yang dipilih oleh seorang individu, untuk mendapatkan keuntungan dari
pihak lain dengan melakukan representasi yang salah.

Jenis-jenis fraud

 Dilakukan secarasembunyi-sembunyi
 Melalaikan kewajiban pegawai terhadaporganisasi
 Dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan financial
bagi pegawai, baik secara langsung maupun tidak langsung
 Memanfaatkan biaya penggunaan aset, pendapatan, atau cadangan
perusahaan.
Memperoleh dan menilai bukti nonfinancial dalam fraud dapat dilakukan
dengan melakukan wawancara dan investigasi, hal yang dapat dinilai dari
wawancara tersebut adalah pernyataan yang ditandatangani,bahasa tubuh, gerak
mata, analisis pernyataan, dan SCAN.
DAFTAR PUSTAKA
Golden, W. Thomas., Stevan L. Skalak., and Mona M. Clayton. 2006. A guide to
Forensic Accounting Investigation, John Wiley & Sons Inc. (GOLD)

Singleton, W.Tommie and Aaron J. Singleton. 2010. Fraud Auditing and forensic


Accounting, 4 th Edition. John Wiley & Sons Inc. (SING)    

Zimbelman, F. Mark.,  Conan C. Albrecht., W. Steve Albrecht, and Chad O.


Albrecht. 2014. Forensic Accounting, 4 th Edition. Cangage Learning Asia
Pte. Ltd. (ZIMB)

Anda mungkin juga menyukai