Anda di halaman 1dari 17

FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

PENYUSUN:
RIKA OKTAPIANI (5210041)
TITI FATIAH (5210042)
ULVA ZAHROTUN N (5210043)
PGMI
STIT PEMALANG

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang

PGMI-1-2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim

Assalamu ‘alaykum warahmatullahi wa baarakaatuh

Segala puji bagi Allah Azza wa Jalla dan aku mohon pertolongan-Nya.
Seraya memohon ampun dan perlindungan-Nya dari segala keburukan
jiwaku dan kejelekan amaliahku. Barang siapa telah Allah Azza wa Jalla
berikan petunjuk jalan baginya, maka tidak ada yang bisa
menyesatkannya. Dan barang siapa yang telah Allah Azza wa Jalla
sesatkan jalannya, maka tiada yang bisa memberinya petunjuk. Aku
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah Azza wa Jalla dan aku bersaksi
bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba dan
utusan Allah Azza wa Jalla.

Penulisan makalah berjudul “Faktor Penyebab Korupsi” bertujuan


untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi. Pada makalah
diuraikan bagaimana arti korupsi dan faktor-faktor yang penyebab
perbuatan korupsi.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Besar harapan penulis agar pembaca memberikan umpan
balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamu ‘alaykum warahmatullahi wabaarakaatuh

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................... i


DAFTAR ISI ................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................... 3


2.1 Pengertian Korupsi Secara
...................................................
Umum 3
2.2 Faktor Penyebab Korupsi
...................................................
Secara Internal 4
2.3 Faktor Penyebab Korupsi
...................................................
secara Eksternal 6
2.4 Faktor Penyebab Korupsi
...................................................
dalam Perspektif Teori 10

BAB III PENUTUP ................................................... 12


DAFTAR PUSTAKA ................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korupsi merupakan perbuatan yang tercela yang biasanya dilakukan oleh


orang-orang yang tidak bertanggung jawab, egois, dan minim ilmu agama.
Korupsi adalah kejahatan yang nyata karena mereka telah merampas hak
orang lain. Mereka adalah orang-orang yang zholim dan merusak sebuah
tatanan kehidupan. Gejala ini biasanya tidak dapat dihindari terlebih pada
masyarakat yang umumnya memiliki sifat hedonisme yakni mementingkan
kesenangan ketimbang kebutuhan.

Pada masyarakat luas sifat korupsi seperti sudah biasa dan mengakar
hingga sulit untuk dirubah. Sifat inibiasanya ada pada orang yang memiliki
kekuasaan seperti, pejabat publik dan semisalnya. Karena hal ini maka
timbullah praktek kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN). Sifat seperti ini
seperti tertanam kuat pada diri seseorang sehingga mengakar dan menjadi
budaya akibatnya hal semacam ini menjadi lumrah untuk dilakukan.

Salah satu ‘upaya luar biasa’ yang dilakukan adalah dengan membentuk
sebuah lembaga penegak hukum baru dalam sistem peradilan pidana, yaitu
Komisi 4 M. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) yang ditetapkan
dalam UndangUndang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai amanat dari Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Pembentukan lembaga KPK dalam pemerintahan penting adanya,


peraturan dan regulasi juga perlu dibenahi sehingga tidak ada lagi celah
bagi wabah korupsi untuk bertumbuh kembang. Pemberantasan tindak
pidana korupsi dengan menggunakan ketentuan ketentuan yang ada dalam
KUHAP dinilai kurang memadai. Tidak diakuinya sistem pembalikan beban
pembuktian, perampasan aset, pembayaran uang pengganti, dan peradilan

1
ini dianggap kurang ‘garang’ untuk memerangi salah satu bentuk kejahatan
luar biasa ini. Keberadaan pasal-pasal suap yang diintroduksikan dari
KUHAP ke dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi baik Pasal 1 ayat
(1) sub c Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 maupun Pasal 5 sampai
dengan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, selama ini hanya
sebagai pasal-pasal tidur yang tidak memiliki makna. Dalam sejarah
pemberantasan tindak pidana korupsi, penerapan pasal-pasal tersebut
tidak mencapai 0.1% dari totalitas perkara korupsi.

Tindak pidana pun hanya sebagai cambukan kecil untuk mereka yang tidak
akan membekas sehingga mereka dapat melakukan hal demikian secara
berulang. Ketegasan pemerintah dalam menanggulangi hal ini sepertinya
harus lebih diperketat dengan membuat sanksi baru yang lebih berat agar
para pelaku korupsi menjadi jera. Disamping itu pendidikan moral dan
agama pada setiap instansi perlu digalakan agar tertanam jiwa yang takut
kepada Allah Azza wa Jalla penguasa hari pembalasan.

1.2 Rumusan Masalah

Penulis menyusun sebagian pembahasan pada makalah ini diantaranya:

• Bagaimana pengertian korupsi secara umum


• Bagaimana faktor penyebab korupsi secara internal
• Bagaimana faktor penyebab korupsi secara eksternal
• Bagaimana faktor penyebab korupsi dalam perspektif teori

1.3 Tujuan Masalah

• Untuk mengetahui apa dan bagaimana korupsi itu sendiri


• Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab korupsi secara internal
• Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab korupsi secara eksternal
• Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab korupsi dalam perspektif
teori

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi Secara Umum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan


atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan
sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-


Undang Nomor 20 Tahun 2001. Ada 30 delik tindak pidana korupsi yang
dikategorikan menjadi 7 jenis. Kerugian keuangan negara, penyuapan,
pemerasan, penggelapan dalam jabatan, kecurangan, benturan
kepentingan dalam pengadaan barang dan jasa, serta gratifikasi.

Korupsi adalah perilaku tidak jujur yang umumnya dilakukan oleh


seseorang yang memiliki kekuasaan, seperti kepala perusahaan atau
pejabat pemerintahan. Korupsi dapat mencakup pemberian atau
penerimaan suap atau hadiah yang tidak pantas, transaksi ganda, transaksi
di bawah meja, manipulasi pemilihan, mengalihkan dana, mencuci uang,
dan menipu investor.

Korupsi adalah ancaman dan permasalahan penting yang dialami oleh


banyak negara. Karena dampak dari korupsi tak hanya berpengaruh pada
bidang ekonomi saja. Kehidupan masyarakat pun juga ikut terkena imbas
dari kejahatan ini. Kegagalan proyek, masalah kemiskinan, atau
pengangguran adalah beberapa akibat dari sifat rakus para koruptor.

Tindak korupsi sendiri dapat terjadi di mana saja dan tak sebatas dalam
bisnis atau pemerintahan. Pengadilan, media, dan masyarakat sipil, serta

3
di semua sektor mulai dari kesehatan, pendidikan hingga infrastruktur dan
bahkan olahraga dapat terjangkit korupsi.

Faktor penyebab korupsi bisa bermacam-macam, ada yang berasal dari


internal dan ada juga yang berasal dari lingkup eksternal. Faktor penyebab
korupsi internal dan eksternal ini perlu diketahui oleh setiap masyarakat.
Mengetahui faktor penyebab korupsi internal dan eksternal juga menjadi
pengingat untuk masyarakat agar tidak terjebak dalam praktik korupsi.

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Korupsi Secara Internal

Penyebab korupsi secara internal berasal dari diri sendiri atau dorongan
keluarga. Faktor-faktor ini diantaranya sebagai berikut:

1. Aspek Sifat Tamak

Aspek perilaku penyebab korupsi adalah sifat tamak atau rakus. Korupsi
yang dilakukan bukan karena kebutuhan primer atau kebutuhan pangan.
Pelakunya adalah orang yang berkecukupan, tetapi memiliki sifat
tamak, rakus, mempunyai hasrat memperkaya diri sendiri. Unsur
penyebab tindak korupsi berasal dari dalam diri sendiri yaitu sifat
tamak/rakus.

2. Gaya Hidup Konsumtif

Faktor penyebab korupsi internal dan eksternal yang kedua yaitu karena
gaya hidup yang konsumtif. Menjalani hidup di kota-kota besar biasanya
akan mendorong gaya hidup seseorang menjadi lebih konsumtif.

Sayangnya, gaya hidup ini seringkali tidak seimbang dengan apa yang
mereka miliki. Pendapatan yang tidak dapat mendukung gaya hidup
konsumtif akan mendorong seseorang melakukan apa saja untuk
memenuhi keinginannya. Salah satunya adalah dengan tindakan korupsi.

4
3. Moral

Karena moral yang dimiliki lemah. Orang yang memiliki moral yang tidak
kuat atau lemah, cenderung mudah terpengaruh untuk melakukan
tindakan korupsi. Pengaruh-pengaruh ini bisa datang dari atasan, teman
kerja, atau pihak mana pun yang memberi kesempatan untuk melakukan
korupsi. Salah satu penyebab korupsi di Indonesia adalah masih
bertahannya sikap primitif terhadap praktik korupsi karena belum ada
kejelasan mengenai batasan bagi istilah korupsi. Sehingga terjadi beberapa
perbedaan pandangan dalam melihat korupsi.

Kualitas moral dan integritas individu berperan penting dalam penyebab


korupsi di Indonesia dari faktor internal. Adanya sifat serakah dalam diri
manusia dan himpitan ekonomi serta self esteem yang rendah dapat
membuat seseorang melakukan korupsi. Adapun beberapa pernyataan ahli
yang menyimpulkan beberapa poin penyebab korupsi di Indonesia adalah
sebagai berikut:

- Peninggalan pemerintahan kolonial

- Kemiskinan dan ketidaksamaan

- Gaji yang rendah

- Persepsi yang popular

- Pengaturan yang bertele-tele

- Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.

4. Dorongan Keluarga

Faktor penyebab korupsi internal dan eksternal yang keempat adalah


karena dorongan keluarga. Sangat disayangkan jika tindakan korupsi
seseorang justru karena dorongan dari keluarga.

5
Kaum behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara
kuat memberikan dorongan pada seseorang untuk melakukan korupsi.
Dorongan ini bahkan bisa mengalahkan sifat baik dari orang yang sudah
menjadi traits pribadinya. Lingkungan yang seharusnya mengarahkan dan
membangun moral yang baik, justru mendukung seseorang ketika ia
menyalahgunakan kekuasaannya.

2.3 Faktor Penyebab Korupsi Secara Eksternal

Penyebab korupsi secara eksternal berasal dari luar kehidupan pribadi


seseorang. Diantaranya sebagai berikut:

a. Aspek Sikap Masyarakat Terhadap Korupsi

Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang


dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup
ini pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk.
Oleh karena itu sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak
korupsi terjadi karena:

➢ nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi.


Korupsi bisa ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya,
masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang
dimilikinya. Sikap ini seringkali membuat masyarakat tidak kritis
pada kondisi, misalnya dari mana kekayaan itu didapatkan.
➢ Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi
adalah masyarakat sendiri. Anggapan masyarakat umum
terhadap peristiwa korupsi, sosok yang paling dirugikan adalah
negara. Padahal bila negara merugi, esensinya yang paling rugi
adalah masyarakat juga, karena proses anggaran pembangunan
bisa berkurang sebagai akibat dari perbuatan korupsi.
➢ Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi.
Setiap perbuatan korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat.

6
Hal ini kurang disadari oleh masyarakat. Bahkan seringkali
masyarakat sudah terbiasa terlibat pada kegiatan korupsi sehari-
hari dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.
➢ Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah
dan diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda
pencegahan dan pemberantasan. Pada umumnya masyarakat
berpandangan bahwa masalah korupsi adalahtanggung jawab
pemerintah semata. Masyarakat kurang menyadari bahwa
korupsi itu bisa diberantas hanya bila masyarakat ikut
melakukannya.

b. Aspek Ekonomi
Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan ada
kemung-kinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil
jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.
c. Aspek Politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai
dengan harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan
menggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan kekuasaan
negara sebagai suatu lembaga yang diorganisasikan secara politik, melalui
lembaga-lembaga yang dibentuknya. Dengan demikian instabilitas politik,
kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan
sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.

d. Aspek Organisasi
• Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal
mempunyai pengaruh penting bagi bawahannya. Bila pemimpin
tidak bisa memberi keteladanan yang baik di hadapan bawahannya,

7
misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar bawahnya akan
mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.

• Tidak adanya kultur organisasi yang benar


Kultur organisasi biasanya punya pengaruh kuat terhadap
anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak dikelola dengan baik,
akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif mewarnai
kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan negatif,
seperti korupsi memiliki peluang untuk terjadi.

• Kurang memadainya sistem akuntabilitas


Institusi pemerintahan umumnya pada satu sisi belum dirumuskan
dengan jelas visi dan misi yang diembannya, dan belum dirumuskan
tujuan dan sasaran yang harus dicapai dalam periode tertentu guna
mencapai hal tersebut. Akibatnya, terhadap instansi pemerintah sulit
dilakukan penilaian apakah instansi tersebut berhasil mencapai
sasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya
perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki.
Keadaan ini memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk
praktik korupsi.

• Kelemahan sistim pengendalian manajemen


Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi
tindak pelanggaran korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin
longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi akan
semakin terbuka perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai di
dalamnya.

• Lemahnya pengawasan
Secara umum pengawasan terbagi menjadi dua, yaitu pengawasan
internal (pengawasan fungsional dan pengawasan langsung
oleh pimpinan) dan pengawasan bersifat eksternal (pengawasan dari

8
legislatif dan masyarakat). Pengawasan ini kurang bisa efektif karena
beberapa faktor, diantaranya adanya tumpang tindih pengawasan
pada berbagai instansi, kurangnya profesional pengawas serta
kurangnya kepatuhan pada etika hukum maupun pemerintahan oleh
pengawas sendiri.

e. Aspek hukum
1. Adanya peraturan perundang-undangan yang bermuatan
kepentingan pihak-pihak tertentu,
2. Kualitas peraturan perundang-undangan kurang memadai,
3. Peraturan kurang disosialisasikan,
4. Sanksi yang terlalu ringan,
5. Penerapan sanksi yang tidak konsisten dan pandang bulu,
6. Lemahnya bidang evalusi dan revisi peraturan perundang-undangan.

Kenyataan bahwa berbagai produk hukum di masa Orde Baru sangat


ditentukan oleh konstelasi politik untuk melanggengkan kekuasaan, di
era reformasi pun ternyata masih saja terjadi. Banyak produk hukum
menjadi ajang perebutan legitimasi bagi berbagai kepentingan
kekuasaan politik, untuk tujuan mempertahankan dan mengakumulasi
kekuasaan. Mantan Ketua Ketua KPK, Bibit Samad Riyanto (2009),
mengatakan lima hal yang dianggap berpotensi menjadi penyebab
tindakan korupsi, yaitu:

a. Sistem politik, yang ditandai dengan munculnya aturan perundang-


undangan, seperti Perda, dan peraturan lain.
b. Intensitas moral seseorang atau kelompok.
c. Remunerasi atau pendapatan (penghasilan) yang minim.
d. Pengawasan baik bersifat internal-eksternal.
e. Budaya taat aturan.

Dari beberapa hal yang disampaikan, yang paling penting adalah budaya
sadar akan aturan hukum. Dengan sadar hukum, maka masyarakat

9
akan mengerti konskuensi dari apa yang ia lakukan. Sementara itu
Rahman Saleh merinci ada empat faktor dominan penyebab
merajalelanya korupsi di Indonesia, yakni faktor penegakan hukum,
mental aparatur, kesadaran masyarakat yang masih rendah, dan
rendahnya ‘political will’ (Rahman Saleh:2006).

Kemampuan lobi kelompok kepentingan dan pengusaha


terhadap pejabat publik dengan menggunakan uang sogokan, hadiah,
hibah dan berbagai bentuk pemberian yang mempunyai motif koruptif,
masyarakat hanya menikmati sisa-sisa hasil pembangunan.Fakta ini
memperlihatkan bahwa terjadinya korupsi sangat mungkin karena
aspek peraturan perundang-undangan yang lemah atau hanya
menguntungkan pihak tertentu saja. Hal senada juga dikemukakan oleh
Basyaib, dkk (Basyaib : 2002) yang menyatakan bahwa lemahnya
sistem peraturan perundang-undangan memberikan peluang untuk
melakukan tindak pidana korupsi. Disamping tidak bagusnya produk
hukum yang dapat menjadi penyebab terjadinya korupsi, praktik
penegakan hukum juga masih dililit berbagai permasalahan yang
menjauhkan hukum dari tujuannya. Secara kasat mata, publik dapat
melihat banyak kasus yang menunjukan adanya diskriminasi dalam
proses penegakan hukum termasuk putusan-putusan pengadilan.

2.4 Faktor Penyebab Korupsi dalam Perspektif Teori

Ada beberapa macam teori diantaranya:

1. Teori korupsi Jack Bologne Teori GONE

Faktor-faktor penyebab korupsi adalah keserakahan (keserakahan),


kesempatan (peluang), kebutuhan (needs), dan pengungkapan (expose).
Keserakahan berpotensi dimiliki setiap orang dan berkaitan dengan individu
pelaku korupsi. Organisasi, instansi, atau masyarakat luas dalam tertentu
membuka Faktor Peluang melakukan penipuan. Faktor kebutuhan erat
dengan individu-individu untuk menunjang hidupnya yang wajar. Dan,

10
faktor pengungkapan terkait dengan tindakan atau konsekuensi yang
dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku ditemukan melakukan
kecurangan .

2. Teori Korupsi Teori CDMA Robert Klitgaard

Korupsi terjadi karena adanya faktor kekuasaan dan monopoli yang tidak
dibarengi dengan akuntabilitas.

3. Teori Korupsi Donald R. Cressey Fraud Triangle Theory

Tiga faktor yang berpengaruh terhadap penipuan (kecurangan) adalah


kesempatan, motivasi, dan rasionalisasi. Faktor ketiga tersebut memiliki
derajat yang sama besar untuk saling mempengaruhi

4. Model Teori Biaya-Manfaat

Menurut teori ini, korupsi terjadi jika manfaat korupsi yang dirasakan lebih
besar dari biaya/risikonya (Nilai Manfaat Bersih Korupsi)

5. Teori Kemauan dan Kesempatan untuk Korupsi

Korupsi terjadi jika terdapat kesempatan/peluang (kelemahan sistem


pengawasan kurang. Dan sebagainya) dan niat/keinginan (didorong karena
kebutuhan & keserakahan)

6. Berdasarkan Teori Motivasi Pelaku

Motivasi pelaku, korupsi dapat dibedakan menjadi lima. Yakni, korupsi


karena kebutuhan, korupsi karena ada peluang, korupsi karena ingin
memperkaya diri sendiri, korupsi karena ingin menjatuhkan pemerintah,
dan korupsi karena ingin menguasai suatu negara .

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi adalah kejahatan atau penyimpangan berupa pelanggaran
hukum yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya demi kepentingan pribadi, di mana tindakan tersebut
menimbulkan kerugian yang besar bagi negara dan masyarakat. Tindak
korupsi bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri . perilaku korupsi
menyangkut berbagai hal yang sifatnya kompleks. Adapun faktor-faktor
penyebabnya bisa dari internal perilaku-perilaku korupsi, tetapi bisa juga
berasal dari situasi lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk
melakukan korupsi.
Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan
pemimpin, kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan
rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras,
kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya
sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.

B. Saran
Semua faktor-faktor itu sangat mempengaruhi diri individu untuk
melakukan kejahatan korupsi. Hal ini disebabkan kurangnya rasa
kesadaran akan pentingnya tanggung jawab moral bagi mereka yang
memiliki jabatan dan kekuasaan. Oleh karena itu, meskipun terkesan
sebagai mimpi dan harapan yang muluk, memperbaiki kesadaran
seseorang dan mengembalikan rasa tanggung jawab moralnya adalah
salah satu cara yang paling ampuh untuk mencegah dan menghentikan
korupsi di negeri ini.

Pendidikan agama dan aksi memperkuat iman adalah metode yang


mesti ditingkatkan demi mendapatkan orang-orang yang memiliki hati
nurani bersih dan mau bekerja demi kepentingan dan kesejahteraan

12
masyarakat. Adapun sikap untuk menghindari korupsi seharusnya
ditanamkan sejak dini. Dan pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang
kecil.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hidayatullah, Ahmad. (2013), “Makalah PPKN Korupsi”


https://hidayatullahahmad.wordpress.com/2013/06/24/makalah-ppkn-
korupsi.html (diunduh 26 Oktober 2015)

Rahmat, Sammy. (2014), “Pendidikan Karakter Dan Anti Korupsi”


http://sammylaramma.blogspot.co.id/2014/06/pendidikan-karakter-dan-
anti-korupsi-2.html (diunduh 27 Oktober 2015)

Siska, Jejjy. (2013), “Pencegahan Dan Upaya Pemberantasan”


http://jeyysiska.blogspot.co.id/2013/07/pencegahan-dan-upaya-
pemberantasan.html (diunduh 27 Oktober 2015)

Sulthony, Ezra. (2014), “BAB_I_PENDAHULUAN_A._Latar_Belakang”


http://www.academia.edu/9378386/BAB_I_PENDAHULUAN_A._Latar_Bel
akang (diunduh 26 Oktober 2015)

14

Anda mungkin juga menyukai