Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

“ KORUPSI TRANSAKTIF ”

Dosen Pengampu:
Dr. H. Wartono MM. MPd

Disusun oleh:
Nur Fazila (2022110177)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-ANSHAR TANJUNG
SELOR-BULUNGAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan
Anti Korupsi yang membahas mengenai Korupsi Transaktif.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Saya sadar makalah korupsi transaktif ini belum sempurna dan memerlukan berbagai
perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak.

Sebuku, 29 Oktober 2022

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3. Tujuan .......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
2.1. Pengertian Korupsi....................................................................................3
2.2. Ciri-ciri Korupsi.........................................................................................3
2.3. Sebab-sebab Korupsi.................................................................................4
2.4. Upaya Pemberantasan korupsi di Indonesia..............................................6

BAB III PENUTUP.........................................................................................8


  3.1. Simpulan....................................................................................................8
3.2. Saran..................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu penyakit sosial (Patologi sosial) yang tetap ada di lingkungan hidup
manusia.Penyakit sosial tersebut tidak lain adalah tindakan kriminal yang merugikan orang
banyak untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Tindakan sosial ini adalah korupsi tindakan
sosialyang melanggar nilai dan norma yang dianut masyarakat dalam sebuah komunitas
sosial.Dalam memberantas tindakan merugikan orang lain tersebut, dibentuknya lembaga-
lembaga, seperti kepolisian (sebagai pihak keamanan), dan komisi pemberantasan
korupsi(KPK) di Indonesia yang dipercayakan secara khusus dalam meberantas korupsi,
namunfakta sosial menunjukan bahwa dibentuknya lembaga tersebut belum mumpuni
dalammenanggulangi kasus tersebut dan korupsi terus terjadi. Fakta ini menunjukan bahwa
korupsi bukan hal mudah untuk diberantas, kesulitan dalam melakukan penangkapan
terhadap pelakuadalah karena korupsi terus mengalami perubahan bentuk sehingga sulit
untuk diidentifikasitelah terjadinya korupsiKorupsi selain tersus mengalami perubahan
bentuk sehingga sulit untuk diindentifikasi,korupsi juga sering melibatkan orang lain/pihak
lain atau korupsi atau di Indonesia biasadisebut korupsi berjamaah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, adapun rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan korupsi transaktif ?
2. Apakah ciri-ciri korupsi transaktif?
3. Apa sebab-sebab terjadinya tindakan korupsi ?
4.Apakah upaya-upaya yang harus dilakukan dalam pemberantasan korupsi diindonesia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan pada latar belakang masalah dan sesuai dengan rumusan masalah
diatas,adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan korupsi Transaktif
2. Untuk mengetahui Bagaiman ciri-ciri korupsi Transaktif.
3. Untuk mengetahui apa saja sebab-sebab terjadinya tindakan korupsi.
4. Untuk mengetahui upaya yang harus dilakukan dalam pemberantasan korupsi diindonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi


Korupsi berasal dari bahasa latin yaknicorruptio dari kata kerjacorrumpere
yang bermakna busuk,rusak , menggoyahkan, memutarbalik, menyogok adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan ituyang secara tidak wajar dan tidaklegal menyalahgunakan kepercayaan publik
yangdikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak (Wikipedia
BahasaIndonesia).
Menurut Alatas (1987), korupsi pada dasarnya penyalahgunaan kepercayaan untuk
kepentingan pribadi. Atau secara substantif korupsi adalah pencurian melalui penipuan
dalamsituasi menghianati kepercayaan.
Menurut UUD. No 20 tahun 2001, korupsi didefenisikan sebagai perbuatan melanggar
atau melawan hukum dengan penyalahgunaan wewenang, kesempatan, sarana yang ada
padaseseorang karena jabatan/kedudukan (Obuse of Power) untuk memperkaya diri sendiri,
oranglain, dan koorporasi sehingga merugikan keuangan negara.Korupsi transaktif
(transactive coruption) adalah sebuah bentuk korupsi yang menunjukanadanya kesepakatan
timbal balik antara dua pihak demi keuntungan bersama dan bertindak bersama-sama untuk
tercapainya keuntungan bersama. Korupsi bentuk ini biasanyamelibatkan seorang pengusaha
dan oknum pejabat. Contohnya seorang kepala proyek melakukan tender fiktif dengan
menggunakan nama perusahan tertentu.
Korupsi transaktif juga merupakan korupsi yang disebabkan oleh adanya
kesepakatantimbal balik antara pihak pemberi dan pihak penerima demi keuntungan kedua
belah pihak dan secara aktif mereka mengusahakan keuntungan tersebut. Korupsi jenis ini
biasanyamelibatkan dunia usaha dan pemerintah, atau antara masyarakat dan pemerintah.

2.2 Ciri-Ciri Korupsi


1.penghianatan terhadap kepercayaan (Breach of trust)
2.penipuan terhadap badanpemerintah,lembaga,swasta, atau masyarakat umumnya
3.dengan sengaja melakukan kepentingan umum untuk kepentingan khusus
4.dilakukan dengan rahasia, kecuali dalam keadaan dimana orang-orang yang berkuasaatau
bawahanya menganggap tidak perlu

5.melibatkan lebih dari satu orang pihak


6.adanya kewajiban dan keuntungan bersama dalam bentuk uang atau yang lain
7.terpusatnya kegiatan pada mereka yang menghendaki keputusan yang pasti danmereka
yang mempengaruhinya
8.Adanya usaha untuk menutupi perbuatan dalam bentuk pengesahan hukum
9.Menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan korupsi

2.3 Sebab-sebab korupsi


Korupsi dewasa ini merupakan fenomena sosial yang cukup rumit dan
kompleks.Fenomena ini hampir merambah semua aspek kehidupan seperti sosial, ekonomi,
politik,hukum, dan budaya. Sehingga sebab-sebab terjadinya korupsi juga bervariasi sesuai
dengan bidang-bidang tertentu.
1. Korupsi di bidang kehidupan sosial (social).Tindakan korupsi bisa terjadi di bidang sosial,
akibat dari dari keinginan merubah statussosial, seperti ingin memperoleh priviledge, prestise
dan dihormati orang. Apabila terkendaladalam mencapai keinginan seperti diatas seorang
akan dapat melakukan korupsi denganmelakukan pembelian izajah dan gelar palsu sebagai
dasar legitimasi prestise, dan dihormatidalam masyarakat.
Selain itu juga praktek korupsi dibidang sosial itu tejadi akibat dari krisis
kepempinanyakni krisis kapabilitas dan krisis legitimasi. Krisis kapabilitas berkaitan dengan
denganketidak mampuan untuk mengontrol bawahan. Misalnya pada kasus system birokrasi
kita angtidak fungsional dan tidak menjalankan tupoksi sesuai dengan amanah raker. Untuk
tidak menimbulkan persoalan berarti maka dilakukan tindakan korupsi dengan
melakukandokumen dan pembuatan kwitansi palsu bahwa program tersebut telah direalisasi.
Sedangkan krisis legitimasi berhubungan dengan suasana kevakuman kekuasaan
ataukekuasaan yang efektif. Dala kondisi seperti ini terjadi pemerasan. munculnya bandit dan
preman pada sektor masyarakat sementara itu terjadi penyelewengan di pemerintahan
karenatidaka adanya pihak pengontral akibat dari fokus yang terbagi pada persoalan lain
(bandit dan preman).

2. Korupsi di bidang ekonomi (economi).


Alasan-alasan ekonomi sering dijadikan sebab terjadinya tindakan koruptif. Mulai
daritingkat elementer, penghasilan yang tidak cukup menyebabkan seseorang petugas
dengansengaja mempersulit atau memperlambat pelayanan yang harusnya diberikan secara
mudadan cepat dengan harapan bisa memperoleh suap, jasa pelayanan atau bahkan memeras.
Bisadisimpulkan bahwa motif seseorang bisa melakukan korupsi disebabkan oleh faktor
ekonomi,dalam hal ini adanya kerka sama atau secara induvidu melakukan penyimpangan-
penyimpangan.
3. Korupsi di bidang politik (politic).
Dalam bidang politik ada ungkapan yang terkenal dari Lord Acton:
power tend tocorrupt, absolute power to corrupt absolute
(kekuasaan cenderung untuk korupsi, dankekuasaan absolut untuk korupsi secara absolut).
Substansi dari pernyataan ini adalah bahwakekuasaan tertentu dapat menyebabkan seseorang
untuk melakukan korupsi. Kebenaran dari pernyataan ini telah diuji secara empirik pada
kekuasaan soeharto yakni soehartomemberikan peran-peran penting dalam keluarga
dekatnya.
4. Korupsi di bidang hukum (law).
Dalam bidang hukum, negara suda banyak membuat aturan dan perundangan
dalammencegah bahkan memberantas korupsi. Sejak masa orde lama keinginan untuk
memberantaskorupsi sudah diatur lewat perundang-undangan.namun dalam kenyataan
praktek korupsiterus terjadi bahkan makin maju langkah, kondisi diatas menunjukan bahwa
undang-undangyang dianggap memiliki kuasa dalam mengkanter kasus korupsi pun tidak
mampu, inimenunjukan bahwa dalam ruang hukum saja terjadi praktek korupsi yang
pembentukan UU berdasarkan kepentingan sekelompok orang dalam mangatasi resiko
terburuk yang akanterjadi ketika akan adanya sekelompok orang yang mencoba
membeberkan jaringan korupsi.
Persolannya adalah kita telah memiliki perangkat hukum namun praktek korupsi
terusterjadi bahkan semakin maju adalah disebabkan oleh beberapa faktor :
a. Lemahnya komitmen dari oknum menegakan hukum. Indikasi bisa dilihat dari sikap
oknum polisi, jaksa, hakim yang bisa diajak kompromi dengan bayaran untuk menentukan
lanjuttidaknya sebuah perkara dan berat ringannya sanksi pidana.
b. Sanksi-sanksi hukum yang terasa tidak menjerakan calon-calon koruptor.
c. Proses penyelesaian hukum yang tidak tuntas.

5. Korupsi di bidang budaya (Culture)


Selo Soemarjan (2001), korupsi mungkin dipandang oleh sebagian orang telah menjadi
bahagian dari budaya Indonesia. Sesuatu yang dipandang sebagai bagian dari kebudayaan
berarti sesuatu itu bisa dibenarkan menurut aturan dan norma-norma yang berlaku, atas dasar
ini beliau menolak pandangan korupsi menjadi bagian dari budaya indonesia, namun
korupsimerupakan bagian dari kebudayaan bagi orang-orang yang melakukan korupsi
karenadianggap baik dan tidak melanggar aturan.

2.4. Upaya-upaya pemberantasan korupsi Di Indonesia


Di dalam rencana strategi nasional pencegahan korupsi, ada enam (6) strategi
nasionalyang telah dirumuskan guna mewujudkan tata kepemerintahan yang bersih dari
korupsidengan didukung pencegahan dan penindakan serta penanaman nilai budaya yang
berintegritas. Strategi tersebut adalah (Adwirman,2014).
1. Pencegahan
2. Penegakan hukum
3. Harmonisasi peraturan perundang-undangan
4. Kerja sama internasional dan penyelamatan aset hasil tindak pidana korupsi
5. Pendidikan budaya anti korupsi
6. Mekanisme pelaporan pelaksanaan pemberantasan korupsi
Komisi pemberantasan korupsi dalam bukunya mengenai panduan memberantas
korupsidengan mudah dan menyenangkan, mengelompokkan strategi pemberantasan
korupsitersebut ke dalam 3 strategi berikut (Adwirman,2014)

1. Strategi Represif Strategi ini adalah penindakan tindak pidana korupsi dimana
seseorangdiadukan, diselidiki, disidik, dituntut, dan dieksekusi berdasarkan saksi-saksidan
alat bukti yang kuat
2. Strategi Perbaikan SistemPerbaikian sistem dilakukan untuk mengurangi potensi korupsi.
Caranyadengan kajian sistem, penataan layanan publik melalui koordinasi,supervisi,serta
mendorong transparansi penyelenggaraan negara.
3. Strategi Edukasi dan KampayeStrategi ini merupakan bagian dari upaya pencegahan yang
memiliki peranstrategis dalam pemberantasan korupsi. Melalui strategi ini akan dibangun
perilaku dan budaya anti korupsi. Edukasi dilakukan pada segenap lapisanmasyarakat pada
usia dini.
BAB III
PENUTUP
 
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat dismpulkan beberapa hal antara lain :
1. korupsi didefenisikan sebagai suatu tindakan sengaja, melakukan atau melalaikan
tugas yangdiketahui sebagai kewajiban atau tanpa hak menggunakan kekuasaan dengan
tujuanmemperoleh keuntungan yang bersifat pribadi. atau korupsi pada dasarnya penyalah
gunaankepercayaan untuksaja kepentingan pribadi. Atau secara substantif korupsi adalah
pencurianmelalui penipuan dalam situasi menghianati kepercayaan. Dan dalam praktek
korupsi bisamelakukan praktek korupsi secara induvidual bahkan dengan melibatkan orang
lain (korupsi berjamaah).
2. Sementara itu Alatas (1987), Mengklasifikasikan bentuk-bentuk korupsi kedalam 7
Tipologiyang berbeda, dianataranya yaitu : Korupsi Transaktif (Transactive corruption),
Korupsiyang Memeras (Extortive corruption), Korupsi Investif (Invduaestive corruption),
KorupsiPerkerabatan (Nepostic corruption), Korupsi Defensif (Defensive corruption),
KorupsiOtogenik (Autogenic corruption), dan Korupsi Dukungan (supportive corruption).
3. Selain ketujuh bentuk-bentuk tindakan korupsi yang klasifikasikan oleh Alatas
adapun hemat pemakala sebagai tambahan ada dua bentuk atau tipologi korupsi adalah
pertama korupsi bunga uang, korupsi ini dilakukan oleh sebuah lembaga penyimpanan uang
yangmemanfaatkan keuntungan dari bungan uang yang dipercayakan kepada mereka untuk
mensavingnya. Kedua merupakan bentuk lain atau tipologi baru dari korupsi dukungan
yangmana dalam praktek pihak yang melakukan korupsi sebagi bentuk untuk bertahan
diri,korupsi ini dilakukan oleh pejabat dengan cara menyebarkan seluruh tim sukses untuk
membeli suara dari pemilih yang tidak mendukung calon mereka, dengan harapanmengurangi
suara bagi calon saingan tersebut.[7]
4. Sebab – sebab korupsi, Fenomena ini hampir merambah semua aspek kehidupan
sepertisosial, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Sehingga sebab-sebab terjadinya korupsi
juga bervariasi sesuai dengan bidang-bidang tertentu diantaranya : aspek sosial, politik,
ekonomi,hukum, budaya.

3.2 Saran
Di dalam makala yang berjudul penerapan “korupsi dalam kaitan pengertian, bentuk-
bentuk, serta sebab-sebab korupsi”, penulis menyadari masih banyak hal yang
perludilengkapi mulai dari teknis penulisan maupun secara substansi dari judul makala
ini.Menyadari bahwa kesempurnaan sebuah karya ilmiah juga didukung sekali oleh kritik
dansaran dari siapa pun yang membacanya, olehnya demi kesempurnaan kedepannya
penulisdengan keterbukaan dan dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian.
Di dalam penulisan makalah ini, telah banyak mendapat dukungan moril maupun
materidari teman-teman mahasiswa Sosiologi, para sahabat yang telah dengan ikhlas
mendukungdemi terselesainya penulisan, penulis mengucapkan limpah terima kasih yang
sebesar- besarnya. Semoga penulisan makalah ini bermanfaat bagi kita bersama. Amin
DAFTAR PUSTAKA

Sumber : http://www.transparansi.or.id/pilih-lihataboutcorruption&id=3

Anda mungkin juga menyukai