Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KASUS KORUPSI YANG ADA DI INDONESIA


Dosen Pengampu : Dra.Hj.Rosmiati, SST.,MS.,M.Kes

OLEH :
RISMA.A Pbd21.063

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU KENDARI


TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah mencurahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Pendidikan Dan Budaya Anti Korupsi dengan
judul “Kasus Korupsi Yang Ada Di Indonesia” ini dapat terselesaikan
semaksimal mungkin, walaupun mengalami berbagai kesulitan.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurnah, untuk itu kami
selaku penulis makalah ini mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan tugas saya selanjutnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Kendari, 09 Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2

1.3 Tujuan.........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Koruptor........................................................................................4

2.2 Bentuk-bentuk Koruptor.............................................................................6

2.3 Faktor-faktor Penyebab Koruptor...............................................................8

2.4 Kasus Koruptor yang Ada Di Indonesia.....................................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................22

3.2 Saran...........................................................................................................22

DAFTAR PUSTKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Korupsi, suatu hal yang sedang merajalela di Indonesia dan hingga kini
belum bisa diberantas secara tuntas. Apabila melihat sejarah korupsi di Indonesia,
bahkan hal ini sudah terjadi sejak zama pra kemerdekaan. Menurut Puspito & Tim
Penyusun (2011: 30-34), korupsi pada zaman pra kemerdekaan di Indonesia
pertama terjadi sejak masa pemerintahaan kerajaan, hal tersebut ditandai dengan
kehancuran kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya, Majapahit, dan Mataram.
Kemudian korupsi berlanjut pada masa kolonial Belanda dengan datangnya VOC
di Indonesia pada tahun 1755. Namun, tidak berhenti disitu saja, pada zaman
pasca kemerdekaan tindak pidana korupsi terus berlanjut di negeri ini, baik pada
masa orde lama, orde baru, reformasi, dan hingga sekarang.
Beberapa pernyataan di atas menimbulkan satu pertanyaan besar, mengapa
korupsi menjadi kasus nomor wahid yang tidak dapat diberantas di Indonesia?
Menurut Sinaga (2003), jawabannya adalah ketidakberdayaan hukum di negara ini
dalam memberantas korupsi. Hal tersebut telah menjadi fakta dengan adanya
kasus korupsi kelas kakap yang mendapat perhatian luas tetap menggantung atau
diselesaikan secara kontroversial. Sebut saja pengumuman Kejaksaan Agung atas
Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) terhadap dugaan korupsi Prajogo
Pangestu tanggal 21 Agustus 2003, lolosnya Samadikun Hartono dari jeratan
eksekusi putusan MA, atau mengambangnya penyelesaian kasus Buloggate yang
melibatkan Ketua DPR Akbar Tandjung. Ketidakberdayaan hukum akibat
minimnya komitmen para elite politik menjadi dua faktor penyebab yang saling
berkaitan dari ketidakpastian pemberantasan korupsi di Indonesia.
Hukum adalah satu-satunya alat negara untuk menindak para koruptor
demi rasa keadilan dan kesinambungan pembangunan negeri ini. Namun, hukum
menjadi tidak efektif karena beberapa kendala sosiologis. Adapun kendala
sosiologis tersebut seperti keterpasungan pemerintahan baru dalam warisan
birokrasi lama yang masih korup, orientasi tindakan anti-korupsi yang kurang

4
preventif ke depan yang lebih untuk memuaskan hati atau membalas dendam ke
masa lalu dan lawan-lawan politik, kurangnya keteladanan tokoh elite politik
puncak untuk terbuka diperiksa atau diteliti asal-usul kekayaannya, serta
lemahnya kerja sama di kalangan pemimpin yang menyatakan diri sebagai
reformis di dalam memberantas korupsi. Oleh karena itu, menjadi amat jelas bila
cita-cita memberantas korupsi tidak lagi dapat diletakkan hanya di pundak para
elite pemimpin Indonesia. Demikian juga hukum positif dan lembaga penegak
hukum formal tidak dapat dikatakan menjadi satu-satunya wadah untuk mengadili
koruptor.
Pemberian Pendidikan Antikorupsi kepada masyarakat, khususnya
mahasiswa tersebut merupakan salah satu usaha preventif memberantas korupsi
yang diharapkan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Partisipasi masyarakat
dalam usaha preventif ini dapat dijadikan sebagai suatu usaha prioritas mengingat
ketidakberdayaan hukum di Indonesia dalam memberantas korupsi. Selan itu,
United Nations Against Corruption (UNCAC) mengemukakan kelebihan usaha
preventif (pencegahan) dibandingkan usaha represif (penanganan) dalam
memberantas korupsi, dua di antaranya adalah dampak korupsi yang sangat luas
tidak dapat ditanggulangi melalui pendekatan represif semata dan di dalam sistem
peradilan yang masih rentan atas korupsi, tindakan represif tidak akan berfungsi
optimal (Kejaksaan Republik Indonesia, 2009).
1.2  Rumusan Masalah
Mengacu dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah definisi dan bentuk-bentuk dari korupsi itu sendiri?
b. Bagaimana bentuk-bentuk korupsi ?
c. Apa saja faktor-faktor penyebab korupsi?
d. Sebutkan contoh kasus korupsi yang ada di Indonesia ?

5
1.3  Tujuan Pembahasan
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui definisi dan bentuk-bentuk dari korupsi.
b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk korupsi
c. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab korupsi.
d. Untuk mengetahui kasus korupsi yang ada di Indonesia

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Korupsi


Menurut Puspito & Tim Penyusun (2011: 23-24), kata “korupsi” berasal
dari bahasa Latin “corruptio”. Secara harafiah, arti kata korupsi adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
dan penyimpangan dari kesucian. Di Malaysia korupsi disebut dengan “resuah”
yang berasal dari bahasa Arab “risywah”, kata tersebut memiliki arti suap
menyuap yang identik dengan memakan barang yang diharamkan oleh Allah
SWT. Mencari suap, menyuap dan menerima suap adalah haram, begitu juga
dengan mediator antara penyuap dan yang disuap.
Selanjutnya, terdapat beberapa pengertian lain di Indonesia yang berkaitan
dengan korupsi, yaitu:
a. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai
kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya.
b. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok, dan sebagainya.
c. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.
Dengan demikian, Puspito & Tim Penyusun (2011: 23-24) menyimpulkan
bahwa arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak.
Berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut sesuatu yang
bersifat amoral, sifat, dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau
aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian,
menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan
ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
Selain itu, Pratiwi (2011) menyebutkan dua pengertian korupsi dari
Transparency International dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Menurut
Transparency International, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politisi
maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri
atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan

7
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan
uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang
lain. Di samping itu, berdasarkan Undang-undang RI No. 31 Tahun 1999 Pasal 3,
hukuman tindak pidana korupsi dijatuhkan kepada “Setiap orang yang dengan
tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara”.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa korupsi
adalah perbuatan yang busuk, tidak jujur, dan amoral. Korupsi adalah suatu
perilaku yang dengan sengaja memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
kelompok dengan cara yang menyimpang dan illegal, dimana perilaku tersebut
merugikan negara atau pemerintah atau rakyat atau sebuah instansi. Korupsi
dipandang haram dalam agama Islam, dan korupsi juga merupakan hal yang
melanggar hukum, dimana para pelaku korupsi harus dikenakan hukuman pidana
sesuai peraturan dalam Undang-undang RI No. 31 Tahun 1999.

8
2.2 Bentuk-Bentuk Korupsi

Tabel Bentuk-bentuk Korupsi


No. Bentuk Korupsi Perbuatan Korupsi
1 Kerugian Keuangan
a.       Secara melawan hukum melakukan perbuatan
Negara memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
korporasi.
b.      Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada.
2 Suap Menyuap a.       Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
Pegawai Negeri atau penyelenggara negara
dengan maksud supaya berbuat sesuatu atau
tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya.
b.      Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
hakim dengan maksud untuk mempengaruhi
putusan perkara.
c.       Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
advokat untuk menghadiri sidang pengadilan
dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat
atau pendapat yang akan diberikan, berhubung
dengan perkara.
d.      Hakim yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
memepengaruhi putusan perkara.
3 Penggelapan dalam
a.       Pegawai negeri atau orang selain pegawai
Jabatan negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan
uang atau surat berharga yang disimpan karena
jabatannya, atau uang/surat berharga tersebut

9
diambil atau digelapkan oleh orang lain atau
membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.
b.      Pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan,
merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai
barang, akta, surat atau daftar yang digunakan
untuk meyakinkan atau membuktikan di muka
pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena
jabatannya.
4 Pemerasan a.       Pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang dengan maksud menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya
memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri.
5 Perbuatan Curang a.       Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu
membuat bangunan, atau penjual bahan
bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan
bangunan, melakukan perbuatan curang yang
dapat membahayakan keamanan orang atau
barang, atau keselamatan negara dalam keadaan
perang.
b.      Setiap orang yang pada waktu menyerahkan
barang keperluan TNI atau Kepolisian Negara RI
melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keselamatan negara dalam
keadaan perang.
6 Gratifikasi a.       Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau

10
penyelenggara dianggap pemberian suap, apabila
berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban tugasnya.
Sumber: Puspito & Tim Penyusun (2011: 25-27)

2.3 Faktor-faktor Penyebab Korupsi


Menurut Wahyudi & Sopanah (2010) korupsi disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain yaitu:
a. Sistem pemerintahan dan birokrasi yang memang kondusif untuk
melakukan penyimpangan.
b. Belum adanya sistem kontrol dari masyarakat yang kuat, dan belum
adanya perangkat peraturan dan perundang-perundangan yang tegas.
c. Tindak lanjut dari setiap penemuan pelanggaran yang masih lemah dan
belum menunjukkan “greget” oleh pimpinan instansi.
Sedangkan Syam (2000) menjelaskan bahwa penyebab seseorang
melakukan korupsi adalah karena ketergodaannya akan dunia materi atau
kekayaan yang tidak mampu ditahannya. Ketika dorongan untuk menjadi kaya
tidak mampu ditahan sementara akses ke arah kekayaan bisa diperoleh melalui
cara berkorupsi, maka jadilah seseorang akan melakukan korupsi. Jadi, jika
menggunakan cara pandang penyebab korupsi seperti ini, maka salah satu
penyebab korupsi adalah cara pandang terhadap kekayaan. Cara pandang terhadap
kekayaan yang salah akan menyebabkan cara yang salah dalam mengakses
kekayaan. Korupsi dengan demikian akan terus berlangsung, selama masih
terdapat kesalahan tentang cara memandang kekayaan. Semakin banyak orang
salah dalam memandang kekayaan, maka semakin besar pula kemungkinan orang
akan melakukan kesalahan dalam mengakses kekayaan.
Selanjutnya Puspito & Tim Penyusun (2011: 47-49) merumuskan
beberapa aspek penyebab korupsi yang terbagi dalam dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Berikut adalah faktor internal yang merupakan faktor
pendorong korupsi dari dalam diri, dapat dirinci sebagai berikut:
1. Aspek Perilaku Individu

11
Aspek ini ditandai dengan perilaku individu yang memiliki sifat
tamak/rakus, moral yang kurang kuat, dan gaya hidup yang konsumtif.
2. Aspek Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris
mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan
dorongan bagi orang untuk korupsi.
Kemudian faktor eksternal yang merupakan pemicu perilaku korup yang
disebabkan oleh faktor di luar diri pelaku adalah:
1. Aspek Sikap Masyarakat Terhadap Korupsi
Sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak korupsi terjadi
karena nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi,
masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah
masyarakat sendiri, masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat
korupsi, dan Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa
dicegah dan diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda
pencegahan dan pemberantasan.
2. Aspek Ekonomi
Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan ada
kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan
pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.
3. Aspek Politis
Instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan
kekuasaan sangat berpotensi menyebabkan perilaku korupsi.

4. Aspek Organisasi
Penyebab korupsi yang termasuk dalam aspek organisasi adalah kurang
adanya sikap keteladanan pimpinan, tidak adanya kultur organisasi yang
benar, kurang memadainya sistem akuntabilitas, kelemahan sistim
pengendalian manajemen, dan lemahnya pengawasan.

12
2.4 Contoh Kasus Korupsi yang Ada di Indonesia

No Nama Kasus Gambar


Koruptor
1 Gubernur Jambi Zumi Zola yang dinyatakan
Zumi Zola terbukti menerima gratifikasi
dengan total sekitar Rp 41
miliar. Selain menerima
gratifikasi, Zumi Zola juga
dinyatakan terbukti
memberikan suap pada 53
anggota DPRD Jambi periode
2014-2019. Atas tindakan
tersebut Zumi divonis 6 tahun
penjara dan denda Rp 500 juta
subsider 3 bulan kurungan
2 Gubernur Nur Alam divonis 12 tahun
sulawesi penjara karena terlibat korupsi
Tenggara Nur dengan memberikan
Alam persetujuan izin usaha
pertambangan kepada PT
Anugerah Harisma Barakah
(AHB). Nur Alam juga
terbukti menerima gratifikasi
Rp USD 4.499.900 atau Rp
40.268.792.850 dari Richcorp
International Ltd.
3 Gubernur Banten Ratu Atut divonis 5 tahun 6
Ratu Atut bulan dan denda Rp 250 juta
Chosiyah subsider 3 bulan kurungan.
Ratu Atut terbukti melakukan
tindakan korupsi dengan
mengatur proses
penganggaran pengadaan
alkes Banten dan
mengakibatkan kerugian
negara sebesar Rp 79 miliar.

13
4 Bupati Kutai Rita divonis 10 tahun penjara
Kartanegara dan denda Rp 600 juta
(Kukar)Rita subsider 6 bulan kurungan.
Widyasari Rita terbukti menerima uang
gratifikasi sebesar Rp
110.720.440.000 terkait
perizinan proyek pada dinas
Pemkab Kukar.

5 Bupati Kebumen Yahya divonis 4 tahun penjara


Yahya Fuad terkait kasus suap pada 22
Oktober 2018. Karena suap
tersebut, hak politik Yahya
juga dicabut selama 3 tahun.

6 Bupati Bener Ahmadi divonis 3 tahun


Meriah Ahmadi penjara dan denda Rp 100 juta
subsider 3 bulan kurungan.
Ahmadi terbukti bersalah
menyuap Gubernur Aceh
nonaktif Irwandi Yusuf Rp
1,050 miliar.

7 Bupati Hulu Abdul Latif divonis 6 tahun


Sungai Tengah penjara dan denda Rp 300 juta
Abdul Latif subsider 3 bulan kurungan.
Abdul Latif terbukti
menerima suap Rp 3,6 miliar
terkait pembangunan ruang
perawatan di RSUD
Damahuri Barabai.

14
8 Mantan Bupati Mantan Bupati Bengkulu
Bengkulu Selatan Selatan Dirwan Mahmud
Dirwan Mahmud dalam kasus suap pekerjaan
proyek infrastruktur dari
putusan 6 tahun menjadi 4
tahun dan 6 bulan penjara.

9 Andi Zulkarnaen Andi Zulkarnaen


Mallarangeng Mallarangeng alias Choel
Mallarangang dalam asus
suap proyek Pusat Pendidikan
Pelatihan dan Sekolah
Olahraga Nasional (P3SON)
di Hambalang, Bogor, dari
putusan 3 tahun 6 bulan
menjadi 3 tahun penjara.
10 Mantan Bupati Mantan Bupati Buton
Buton Samsu Samsu Umar Abdul
Umar Abdul Samiun dalam kasus suap
Samiun mantan Ketua MK Akil
Mochtar dalam sengketa
pilkada Kabupaten Buton
dari putusan 3 tahun 9
bulan menjadi 3 tahun
penjara.
11 Billy Sindoro Pengusaha Billy Sindoro
dalam kasus korupsi proyek
properti Meikarta dari
putusan 3 tahun 6 bulan
menjadi 2 tahun penjara.

15
12 Bupati Supian Hadi sebagai
Kotawaringin tersangka terkait
penyalahgunaan wewenang
Timur Supian
dalam penerbitan izin usaha
Hadi pertambangan (IUP)
kepada tiga perusahaan.
Ketiganya adalah PT Fajar
Mentaya Abadi, PT Billy
Indonesia, dan PT Aries
Iron Mining. Masing-
masing perizinan itu
diberikan dalam kurun
2010 hingga 2012. Izin
pertambangan yang
diberikan diduga tidak
sesuai dengan persyaratan
dan melanggar regulasi.
Akibat perbuatan Supian,
kerugian negara ditaksir
mencapai Rp 5,8 triliun dan
711.000 dollar Amerika
Serikut. Dugaan kerugian
itu dihitung dari produksi
hasil pertambangan bauksit,
kerusakan lingkungan, dan
kerugian kehutanan akibat
produksi dan kegiatan
pertambangan. Supian juga
diduga melakukan kegiatan
yang menguntungkan diri
sendiri. Sebab, ia diduga
menerima sebuah mobil
Toyota Land Cruiser
seharga Rp 710 juta,
sebuah mobil Hummer H3
seharga Rp 1,3 miliar, dan
uang senilai Rp 500 juta.

16
13 mantan Kepala Syafruddin dinyatakan
Badan Penyehatan bersalah terkait penerbitan
Surat Keterangan Lunas
Perbankan
(SKL) Bantuan Likuiditas
Nasiona Bank Indonesia (BLBI)
Syafruddin kepada Bank Dagang
Nasional Indonesia (BDNI).
Pada pengadilan tingkat
pertama, ia diganjar kurungan
13 tahun penjara dan denda
Rp 700 juta subsider tiga
bulan kurungan. Sementara
itu, pada tingkat banding, ia
dihukum 15 tahun penjara dan
denda Rp 1 miliar subsider
tiga bulan kurungan

14 Bupati Cianjur KPK menangkap Bupati


Irvan Rivano Cianjur Irvan Rivano Muchtar
di rumah dinasnya pada Rabu
Muchtar
(12/12/2018) silam. Ia
bersama tiga orang lainnya
ditetapkan tersangka oleh
KPK. Irvan bersama tiga
tersangka lainnya diduga
meminta, menerima, atau
memotong dana alokasi
khusus (DAK) pendidikan
Kabupaten Cianjur sekitar
14,5 persen dari total Rp 46,8
miliar.

15 Bupati Jepara Ahmad Marzuki ditetapkan


Ahmad Marzuki sebagai tersangka pada Kamis
(6/12/2018). Ia diduga
menyuap hakim pada
Pengadilan Negeri Semarang,
Lasito sebesar Rp 700 juta.

17
16 Bupati Pakpak Remigo ditetapkan sebagai
Bharat Remigo tersangka karena diduga
menerima suap sekitar Rp 550
juta dari para kontraktor yang
mengerjakan proyek pada
Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Pakpak
Bharat.

17 Bupati Cirebon Sunjaya menjadi tersangka


Sunjaya karena diduga menerima
hadiah atau janji terkait
Purwadisastra
mutasi jabatan, proyek, dan
perizinan di Kabupaten
Cirebon. Ia diduga menerima
uang sekitar Rp 100 juta dari
Sekretaris Dinas PUPR
Kabupaten Cirebon Gatot
Rachmanto. Sunjaya juga
diduga menerima pemberian
lain sebesar Rp 125 juta
melalui ajudan dan
sekretarisnya dari pejabat-
pejabat di lingkungan
Kabupaten Cirebon. Sunjaya
juga diduga menerima fee
dengan nilai total Rp 6,425
miliar. Fee tersebut diduga
tersimpan dalam rekening atas
nama orang lain yang berada
dalam penguasaan Sunjaya.

18
18 Bupati Bekasi Neneng bersama empat
Neneng Hassanah pejabat dinas di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Bekasi
Yasin
menjadi tersangka karena
diduga dijanjikan menerima
suap sekitar Rp 13 miliar dari
pengembang Lippo Group.
Uang itu diduga terkait proses
perizinan proyek
pembangunan Meikarta di
Cikarang, Kabupaten Bekasi.

19 Bupati Malang Bupati Malang Rendra Kresna


Rendra Kresna KPK menetapkan Rendra
sebagai tersangka dalam dua
kasus dugaan tindak pidana
korupsi. Dalam perkara
pertama, Rendra selaku
Bupati Malang periode 2010-
2015 diduga menerima suap
terkait penyediaan sarana
penunjang peningkatan mutu
pendidikan pada Dinas
Pendidikan Kabupaten
Malang tahun anggaran 2011.
Rendra diduga menerima suap
sebesar Rp 3,4 miliar. Pada
perkara kedua, Rendra
bersama seorang swasta
bernama Eryk Armando Talia
diduga menerima gratifikasi
sekitar Rp 3,55 miliar.
20 Wali Kota Wali Kota Setiyono terjaring
Pasuruan Setiyono dalam OTT. ditetapkan
sebagai tersangka karena
diduga menerima suap dari
pengusaha Muhammad Baqir.
Dugaan suap itu terkait
proyek belanja modal gedung
dan bangunan pengembangan
pusat layanan usaha terpadu
pada Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Pemkot
Pasuruan. Menurut KPK,

19
pada 7 September 2018,
setelah Baqir menjadi
pemenang lelang proyek, ia
menyerahkan uang sekitar Rp
115 juta kepada Setiyono
melalui perantara.
21 Bupati Lampung Zainudin dan pejabat Dinas
Selatan Zainudin PUPR diduga menerima
Hasan hadiah atau janji sebesar Rp
600 juta dari pemilik CV 9
Naga, Gilang Ramadhan,
yang meminta ditunjuk
sebagai pelaksana proyek
infrastruktur di Lampung
Selatan. Dugaan penerimaan
dana itu bersumber dari
proyek-proyek Dinas PUPR
Kabupaten Lampung Selatan
sekitar Rp 57 miliar. Diduga
persentase fee proyek sekitar
15 sampai 17 persen.
22 Bupati Pangonal diduga menerima
Labuhanbatu suap terkait proyek-proyek di
Pangonal Harahap lingkungan Labuhanbatu
tahun anggaran 2018. Bukti
transaksi sebesar Rp 576 juta
diduga merupakan bagian dari
pemenuhan dari permintaan
Pangonal sekitar Rp 3 miliar
dari pengusaha bernama
Effendy Sahputra
23 Bupati Bener Ahmadi bersama Gubernur
Meriah Ahmadi Aceh Irwandi Yusuf
diamankan KPK pada Selasa
(3/7/2018) silam. Ahmadi
terindikasi memberi suap
kepada Irwandi sebesar Rp
500 juta bagian dari Rp 1,5
miliar terkait fee ijon proyek-
proyek pembangunan
infrastruktur yang bersumber
dari Dana Otonomi Khusus
Aceh Tahun 2018.

20
24 Gubernur Aceh Irwandi Yusuf bersama
Irwandi Yusuf Bupati Bener Meriah Ahmadi
diamankan KPK pada Selasa
(3/7/2018) silam. Irwandi
terindikasi menerima suap
dari Ahmadi sebesar Rp 500
juta bagian dari Rp 1,5 miliar
terkait fee ijon proyek-proyek
pembangunan infrastruktur
yang bersumber dari Dana
Otonomi Khusus Aceh Tahun
2018. Dalam pengembangan
kasusnya, Irwandi juga
terjerat dalam kasus dugaan
penerimaan gratifikasi terkait
pembangunan Dermaga
Sabang yang dibiayai oleh
APBN 2006-2011. Total
dugaan gratifikasi yang
diterima adalah sebesar Rp 32
miliar.
25 Wali Kota Blitar Samanhudi diduga menerima
Samanhudi Anwar pemberian dari kontraktor
Susilo Prabowo melalui pihak
swasta bernama Bambang
Purnomo sekitar Rp 1,5 miliar
terkait ijon proyek-proyek
pembangunan sekolah
lanjutan pertama di Blitar
dengan nilai kontrak Rp 23
miliar.

26 Bupati Syahri diduga menerima


Tulungagung hadiah atau janji sebesar Rp 1
Syahri Mulyo miliar dari Susilo melalui
pihak swasta Agung Prayitno
terkait fee proyek-proyek
pembangunan infrastruktur
peningkatan jalan pada Dinas
Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten
Tulungagung.

21
27 Bupati KPK menangkap Bupati
Purbalingga Tasdi Purbalingga Tasdi pada Senin
(4/6/2018). Ia menjadi
tersangka karena diduga
menerima gratifikasi Rp 100
juta dari kontraktor pemenang
proyek pembangunan
Purbalingga Islamic Center
tahap 2 tahun 2018. Adapun
nilai proyek itu sekitar Rp 22
miliar
28 Bupati Buton Dalam kasus ini ia diduga
Selatan Agus menerima gratifikasi sebesar
Feisal Hidayat Rp 409 juta dari kontraktor
terkait proyek-proyek
pekerjaan di Pemerintah
Kabupaten Buton Selatan.

29 Bupati Mojokerto Pasa KPK menetapkan


Mustofa Kamal Mustofa sebagai tersangka
dalam dua kasus dugaan
korupsi. Pada perkara
pertama, Mustofa diduga
menerima hadiah atau janji
dari dua pejabat di dua
perusahaan sebesar Rp 2,7
miliar. Uang tersebut diduga
terkait pembangunan menara
telekomunikasi di Kabupaten
Mojokerto tahun 2015. Pada
perkara kedua, Mustofa
bersama Kepala Dinas
Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang (PUPR)
Kabupaten Mojokerto Zainal
Abidin diduga menerima
gratifikasi sekitar Rp 3,7
miliar.

22
30 Bupati Bengkulu KPK menggelar OTT di
Selatan Dirwan Bengkulu Selatan pada Selasa
Mahmud (15/5/2018) malam. Dari
operasi tersebut, KPK
menangkap empat orang.
Salah satunya adalah Bupati
Bengkulu Selatan Dirwan
Mahmud. Divonis 3,5 Tahun
Penjara Dirwan, istrinya
Hendrati dan Kepala Seksi
pada Dinas Kesehatan
Pemkab Bengkulu Selatan
Nursilawati diduga menerima
suap dari seorang kontraktor
bernama Juhari. Ketiganya
diduga menerima suap
sebesar Rp 98 juta. Uang
tersebut diduga sebagai fee
atas proyek di Pemkab
Bengkulu Selatan yang akan
dikerjakan oleh Juhari.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Korupsi adalah perbuatan yang busuk, tidak jujur, dan amoral. Korupsi adalah
suatu perilaku yang dengan sengaja memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu kelompok dengan cara yang menyimpang dan illegal, dimana perilaku
tersebut merugikan negara atau pemerintah atau rakyat atau sebuah instansi.
Korupsi dipandang haram dalam agama Islam, dan korupsi juga merupakan hal
yang melanggar hukum, dimana para pelaku korupsi harus dikenakan hukuman
pidana sesuai peraturan dalam Undang-undang RI No. 31 Tahun 1999. Penyebab
utama korupsi adalah perilaku inidividu itu sendiri. Apabila individu tersebut
memiliki cara pandang yang menyimpang dalam melihat kekayaan, maka hal itu
dapat mendorong individu untuk melakukan korupsi. Individu yang termasuk
dalam golongan tersebut adalah mereka yang bersifat tamak, kurang iman, dan
konsumtif. Kemudian perilaku individu tersebut didukung dengan adanya
kesempatan. Kesempatan itu dapat berasal dari beberapa aspek, seperti aspek
lingkungan, politik, hukum, ekonomi, dll.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat di sampaikan dalam makalah ini adalah hendaknya
pemerintah lebih meningkatkan kontrol terhadap lembaga-lembaga yang ada dan
lebih menekankan sifat yang independen, kemudian ikut sertakan masyarakat
untuk mengontrol jalannya pemerintah, bisa diwakilkan dengan pembuatan
kelompok atau organisasi yang sifatnya independen yang anggotanya berasal dari
masyarakat, para aktifis dan mahasiswa.

24
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Y. 2012. Bagaimana Memberantas Korupsi? Inilah Caranya. (Online),


(http://www.wasathon.com), diakses 12 Oktober 2012.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2012. Pendidikan Anti Korupsi. (Online),
(http://www.dikti.go.id), diakses 12 Oktober 2012.
Hikmawan, R. 2007. Strategi Pemberantasan Korupsi Melalui Sisdiknas:
Pemberantasan Korupsi di Indonesia Pendekatan Preventif Partisipatif. (Online),
(http://pelajarislam.wordpress.com), diakses 12 Oktober 2012.
Kejaksaan Republik Indonesia. 2009. Tindakan Preventif dan Represif dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. (Online), (http://www.kejaksaan.go.id),
diakses 12 Oktober 2012.
Komisi Pemberantasan Korupsi. 2006. Ketentuan Pengaduan Masyarakat.
(Online), (http://www.kpk.go.id), diakses 28 Oktober 2012.
agara, G. 2012. Pencegahan Korupsi. (Online),
(http://grahatnagara.wordpress.com), diakses 12 Oktober 2012.
Pratiwi, I. 2011. Upaya Prefentif dan Rehabilitatif Tindak Korupsi Lembaga
Pemerintahan Indonesia. (Online), (http://blog.student.uny.ac.id), diakses 12
Oktober 2012.
Puspito, N & Tim Penyusun. 2011. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Kemendikbud.

Wahyudi, I & Sopanah. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Korupsi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di Malang Raya.
(Online), (http://www.ejournal.umm.ac.id), diakses 28 Oktober 2012.
https://kabar24.bisnis.com/read/20200921/16/1294735/ini-nama-20-koruptor-yang-dapat-
pengurangan-hukuman-dari-ma.

25

Anda mungkin juga menyukai