Anda di halaman 1dari 19

DAMPAK EKONOMI KORUPSI

TINGKAT I SEMESTER 2 KELAS B

Disusun Oleh :
1. Alhada Azofit Alma (1914320054)
2. Ana Lizetia Alfonso Victor (1914320055)
3. A.A. Ayu Komang Trisna Dewi (1914320056)
4. Anita Khairunisa (1914320057)
5. Benjamin Zeth Tuhurima (1914320058)
6. Carystal Manda Supa (1914320059)
7. D.P Eka Noviani (1914320060)
8. Sesilia Ines Lete Boro (1914320061)

PRODI DIV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

TAHUN AJARAN 2019


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Dampak Ekonomi
Korupsi” Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan menyangkut bagaimana cara menumbuhkan sikap anti korupsi.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi
para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang
berkenan.

Denpasar, 23 Maret 2020


 

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………….…….………………………i

KATA PENGANTAR……………………………………………….………………………..ii

DAFTAR ISI………………………………………………………….………………………iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..……………...1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………...…………………………….1

1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………...1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Korupsi ………………………………………………………………………….2

2.2 Penyebab Korupsi Menurut Para Ahli…………………………………………………….4

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Dampak Korupsi Dari Aspek Ekonomi ………..……………….………………………..7

3.2 Peranan mahasiswa dalam mengatasi akibat dari dampak

korupsi……………………….12

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….14

4.2 Saran…………………………………………………………………………………..….14

Daftar Pustaka

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan korupsi terhadap perekonomian di Indonesia sangat penting untuk
dikaji karena akhir - akhir ini masalah korupsi sedang hangat-hangatnya dibicarakan
publik, terutama dalam media massa baik lokal maupun nasional. Banyak para ahli
mengemukakan pendapatnya tentang masalah korupsi ini. Pada dasarnya, ada yang pro
ada pula yang kontra. Walau bagaimanapun korupsi ini merugikan negara dan dapat
meusak sendi-sendi kebersamaan bangsa. Pada hakikatnya, korupsi adalah “benalu
sosial” yang merusak struktur pemerintahan, dan menjadi penghambat utama terhadap
jalannya pemerintahan dan pembangunan pada umumnya. Kemajuan suatu negara sangat
ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan.
Pembangunan sebagai suatu proses perubahan yang direncanakan mencakup semua
aspek kehidupan masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama
ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumberdaya manusia, yakni (orang-orang yang terlibat
sejak dari perencanaan sampai pada pelaksanaan) dan pembiayaan. Di antara dua faktor
tersebut yang paling dominan adalah faktor manusianya. Indonesia merupakan salah satu
negara terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya.
Tetapi ironisnya, negara tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia
bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang miskin.
Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya
manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya
tetapi juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan
rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara negara menyebabkan terjadinya
korupsi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa dampak korupsi dari aspek ekonomi ?
2. Bagaimana peranan mahasiswa dalam mengatasi masalah akibat dari dampak
korupsi yang di timbulkan
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dampak yang di timbulkan dari tindakan korupsi dari aspek
ekonomi

1
2. Untuk mengaetahui peranan mahasiswa dalam mengatasi masalah akibat dari
dampak korupsi yang di timbulkan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Korupsi


Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio dan dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok atau rasuah. Istilah
korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia, adalah
“kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran”(S.
Wojowasito - Poerwadarminta: 1978). Pengertian lainnya, “perbuatan yang buruk
seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya” (WJS
Poerwadarminta: 1976).
Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan bahwa (Ali : 1998) :
1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap atau sogok, memakai kekuasaan
untuk kepentingan sendiri dan sebagainya;
2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok,
dan sebagainya; dan
3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.

Berikut ini beberapa pengertian korupsi dari berbagai ahli:


Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus hukum, yang dimaksud corruptie
adalah korupsi, perbuatan curang, perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan
keuangan negara (Subekti dan Tjitrosoedibio : 1973).
Lopa mengutip pendapat Chalmers, menguraikan istilah korupsi dalam berbagai
bidang, yakni yang menyangkut masalah penyuapan, yang berhubungan dengan
manipulasi di bidang ekonomi, dan yang menyangkut bidang kepentingan umum. Hal
ini diambil dari definisi yang berbunyi “financial manipulations and deliction injurious
to the economy are often labeled corrupt” ( Hartanti: 2008).
Korupsi menurut Black’s Law Dictionary korupsi adalah perbuatan yang dilakukan
dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi dengan hak-hak
dari pihak lain secara salah menggunakan jabatannya atau karakternya untuk

2
mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain, berlawanan
dengan kewajibannya dan hakhak dari pihak lain.
Korupsi menurut Pasal 2 Undang-Udang No. 31 Tahun 1999 “Setiap orang yang
secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara…”
Korupsi menurut corruption is the abuse of trust in the interest of private gain
penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi.
Korupsi menurut Pasal 3 Undang-Udang No. 31 Tahun 1999 Setiap orang yang
dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.
Pengertian Definisi Korupsi menurut Alatas menyebutkan benang merah yang
menjelujuri dalam aktivitas korupsi, yaitu subordinasi kepentingan umum di bawah
kepentingan tujuan-tujuan pribadi yang mencakup pelanggaran norma-norma, tugas,
dan kesejahteraan umum, dibarengi dengan kerahasian, penghianatan, penipuan dan
kemasa bodohan yang luar biasa akan akibat yang diderita oleh masyarakat. Korupsi
dapat berupa penyuapan (bribery), pemerasan (extortion) dan nepotisme. Disitu ada
istilah penyuapan, yaitu suatu tindakan melanggar hukum, melalui tindakan tersebut si
penyuap berharap mendapat perlakuan khusus dari pihak yang disuap. Seseorang yang
menyuap izin agar lebih mudah menyuap pejabat pembuat perizinan. Misalnya, agar
mudah mengurus KTP menyuap bagian tata pemerintahan. Menyuap dosen agar
memperoleh nilai baik. Pemerasan, suatu tindakan yang menguntungkan diri sendiri
yang dilakukan dengan menggunakan sarana tertentu serta pihak lain dengan terpaksa
memberikan apa yang diinginkan. Sarana pemerasan bisa berupa kekuasaan. Pejabat
tinggi yang memeras bawahannya. Sedangkan nepotisme adalah bentuk kerjasama yang
dilakukan atas dasar kekerabatan, yang bertujuan untuk kepentingan keluarga dalam
bentuk kolaborasi dalam merugikan keuangan negara.
Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak,
berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat
amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, menyangkut

3
faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan
di bawah kekuasaan jabatan.
2.2 Penyebab Korupsi Menurut Para Ahli
Berikut ini adalah aspek-aspek penyebab seseorang melakukan korupsi menurut :
 Sarwono, tidak ada jawaban yang persis, tetapi ada dua hal yang jelas, yaitu:
1. Dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak, dan sebagainya)
2. Rangsangan dari luar (dorongan dari teman, adanya kesempatan, kurang kontrol
dan sebagainya)
 Hamzah dalam disertainya menginventarisasi beberapa penyebab korupsi yaitu:
1. Gaji pegawai negeri yang tidak sebanding dengan kebutuhan yang semakin
tinggi.
2. Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber atau
sebab meluasnya korupsi.
3. Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efisien, yang
memberikan peluang untuk korupsi.
4. Modernisasi pengembangbiakan korupsi.
 Analisis yang lebih detil lagi tentang penyebab korupsi diutarakan oleh Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam bukunya berjudul
“Strategi Pemberantasan Korupsi,” antara lain :

Aspek Perilaku Individu


1. Sifat tamak/rakus manusia.
Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka membutuhkan makan.
Korupsi adalah kejahatan orang profesional yang rakus. Sudah berkecukupan, tapi
serakah. Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi
pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan
rakus. Maka tindakan keras tanpa kompromi, wajib hukumnya

2. Moral yang Kurang Kuat


Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan
korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahannya, atau
pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.

4
3. Tingkat upah dan gaji pekerja di sector public
Penghasilan seorang pegawai dari suatu pekerjaan selayaknya memenuhi
kebutuhan hidup yang wajar. Bila hal itu tidak terjadi maka seseorang akan
berusaha memenuhinya dengan berbagai cara. Tetapi bila segala upaya dilakukan
ternyata sulit didapatkan, keadaan semacam ini yang akan memberi peluang besar
untuk melakukan tindak korupsi, baik itu korupsi waktu, tenaga, pikiran dalam arti
semua curahan peluang itu untuk keperluan di luar pekerjaan yang seharusnya.

4. Kebutuhan Hidup yang Mendesak


Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi
terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang
untuk mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.

5. Gaya Hidup yang Konsumtif


Kehidupan di kota-kota besar acapkali mendorong gaya hidup seseong
konsumtif. Perilaku konsumtif semacam ini bila tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan
berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu
adalah dengan korupsi.

6. Malas atau Tidak Mau Bekerja


Sebagian orang ingin mendapatkan hasil dari sebuah pekerjaan tanpa keluar
keringat alias malas bekerja. Sifat semacam ini akan potensial melakukan tindakan
apapun dengan cara-cara mudah dan cepat, diantaranya melakukan korupsi.

7. Tidak Menerapkan Ajaran Agama


Indonesia dikenal sebagai bangsa religius yang tentu akan melarang tindak
korupsi dalam bentuk apapun. Kenyataan di lapangan menunjukkan bila korupsi
masih berjalan subur di tengah masyarakat. Situasi paradok ini menandakan bahwa
ajaran agama kurang diterapkan dalam kehidupan.

Diperkuat Herbert Simon (1982), dengan menjelaskan bahwa beberapa sebab


terjadinya korupsi yaitu: 1) Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna; 2)
Administrasi yang lamban, mahal, dan tidak luwes; 3) Tradisi untuk menambah
5
penghasilan yang kurang dari pejabat pemerintah dengan upeti atau suap; 4) Berbagai
macam korupsi dianggap biasa, tidak dianggap bertentangan dengan moral, sehingga
orang berlomba untuk korupsi; 5) Seperti halnya di India, menyuap jarang dikutuk
selama menyuap tidak dapat dihindarkan; 6) Menurut kebudayaannya, seperti di Nigeria,
tidak dapat menolak suapan dan korupsi, kecuali mengganggap telah berlebihan harta
dan kekayaannya; 7) Manakala orang tidak menghargai aturan-aturan resmi dan tujuan
pemerintah, mengapa orang harus mempersoalkan korupsi.
Sementara menurut Adi Sulistiyono selaku Guru Besar UNS (2009), mengutarakan
bahwa beberapa penyebab korupsi menjadi langgeng di Indonesia negeri tercinta ini
adalah sebagai berikut: 1) Masyarakat mempunyai mental suka “menerabas” (mendobrak
aturan yang berlaku); 2) Masyarakat tidak menganggap korupsi sebagai “aib”; 3)
Rendahnya budaya malu; 4)Nilai ewuh pakewuh melekat pada masyarakat Indonesia; 5)
Kontrol sosial masyarakat terhadap perilaku korupsi masih longgar; 6) Nilai kejujuran
kurang mendapat penghargaan tinggi dimasyarakat; 7) Kurangnya keteladanan dari
pimpinan; 8) Masyarakat mengukur status sosial dari “kekayaan” (uang dan kekuasaan);
9) Belum ada kesadaran bersama bahwa korupsi membuat hancurnya sebuah negara,
penyebab kemiskinan, menimbulkan banyak pengangguran, dan meningkatnya utang;
10) Aparat penegak hukum (polisi, jaksa, dan hakim) tidak memberi skala prioritas
utama pada pemberantasan korupsi; 11) Diskriminasi hukum yang dilakukan kejaksaan;
12) Lemahnya komitmen Mahkamah Agung; 13) Komitmen Presiden dan Wakil
Presiden dalam memberantas korupsi tidak kuat dan kurang konsisten.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Dampak Korupsi Dari Aspek Ekonomi


Korupsi mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan perbaikan dalam
bentuk peraturan dan kontrol akibat kegagalan pasar (market failure). Ketika kebijakan
dilakukan dalam pengaruh korupsi yang kuat maka pengenaan peraturan dan kebijakan,
misalnya, pada perbankan, pendidikan, distribusi makanan dan sebagainya, malah akan
mendorong terjadinya inefisiensi.
Korupsi mendistorsi insentif seseorang, dan seharusnya melakukan kegiatan yang
produktif menjadi keinginan untuk merealisasikan peluang korupsi dan pada akhimya
menyumbangkan negatif value added. Korupsi menjadi bagian dari welfare cost
memperbesar biaya produksi, dan selanjutnya memperbesar biaya yang harus dibayar
oleh konsumen dan masyarakat (dalam kasus pajak), sehingga secara keseluruhan
berakibat pada kesejahteraan masyarakat yang turun.
Korupsi mereduksi peran pundamental pemerintah (misalnya pada penerapan dan
pembuatan kontrak, proteksi, pemberian property rights dan sebagainya). Pada akhirnya
hal ini akan memberikan pengaruh negatif pada pertumbuhan ekonomi yang dicapai.
Korupsi mengurangi legitimasi dari peran pasar pada perekonomian, dan juga proses
demokrasi. Kasus seperti ini sangat terlihat pada negara yang sedang mengalami masa
transisi, baik dari tipe perekonomian yang sentralistik ke perekonomian yang lebih
terbuka atau pemerintahan otoriter ke pemerintahan yang lebih demokratis,
sebagaimana terjadi dalam kasus Indonesia.
Korupsi memperbesar angka kemiskinan. ini sangat wajar. Selain dikarenakan
program-program pemerintah sebagaimana disebut di atas tidak mencapai sasaran,
korupsi juga mengurangi potensi pendapatan yang mungkin diterima oleh si miskin.
Menurut Tanzi (2002), perusahaan perusahaan kecil adalah pihak yang paling sering
menjadi sasaran korupsi dalam bentuk pungutan tak resmi (pungutan liar). Bahkan,
pungutan tak resmi ini bisa mencapai hampir dua puluh persen dari total biaya yang
harus dikeluarkan oleh perusahaan ini amat mengkhawatirkan, dikarenakan pada negara

7
negara berkembang seperti Indonesia, perusahaan kecil (UKM adalah mesin
pertumbuhan karena perannya yang banyak menycrap tenaga kerja).
Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat (an enermous destruction
effects) terhadap berbagai sisi kehidupan bangsa dan negara, khususnya dalam sisi
ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan masyarakat. Mauro menerangkan
hubungan antara korupsi dan ekonomi. Menurutnya korupsi memiliki korelasi negatif
dengan tingkat investasi, pertumbuhan ekonomi, dan dengan pengeluaran pemerintah
untuk program sosial dan kesejahteraan. Hal ini merupakan bagian dari inti ekonomi
makro. Kenyataan bahwa korupsi memiliki hubungan langsung dengan hal ini
mendorong pemerintah berupaya menanggulangi korupsi, baik secara preventif, represif
maupun kuratif.
Di sisi lain meningkatnya korupsi berakibat pada meningkatnya biaya barang dan
jasa, yang kemudian bisa melonjakkan utang negara. Pada keadaan ini, inefisiensi
terjadi, yaitu ketika pemerintah mengeluarkan lebih banyak kebijakan namun disertai
dengan maraknya praktek korupsi, bukannya memberikan nilai positif misalnya
perbaikan kondisi yang semakin tertata, namun justru memberikan negatif value added
bagi perekonomian secara umum. Misalnya, anggaran perusahaan yang sebaiknya
diputar dalam perputaran ekonomi, justru dialokasikan untuk birokrasi yang ujung-
ujungnya terbuang masuk ke kantong pribadi pejabat.
Berbagai macam permasalahan ekonomi lain akan muncul secara alamiah apabila
korupsi sudah merajalela dan berikut ini adalah hasil dari dampak ekonomi yang akan
terjadi, yaitu:

1. Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi


Korupsi bertanggung jawab terhadap lesunya pertumbuhan ekonomi dan
investasi dalam negeri. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan
membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi
meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos
manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan resiko pembatalan perjanjian
atau karena penyelidikan.
Penanaman modal yang dilakukan oleh pihak dalam negeri (PMDN) dan asing
(PMA) yang semestinya bisa digunakan untuk pembangunan negara menjadi sulit
sekali terlaksana, karena permasalahan kepercayaan dan kepastian hukum dalam
melakukan investasi, selain masalah stabilitas. Dari laporan yang diberikan oleh
8
PERC (Political and Economic Risk Consultancy) pada akhirnya hal ini akan
menyulitkan pertumbuhan investasi di Indonesia, khususnya investasi asing karena
iklim yang ada tidak kondusif. Hal ini jelas karena terjadinya tindak korupsi yang
sampai tingkat mengkhawatirkan yang secara langsung maupun tidak
mengakibatkan ketidakpercayaan dan ketakutan pihak investor asing untuk
menanamkan investasinya ke Indonesia.
Kondisi negara yang korup akan membuat pengusaha multinasional
meninggalkannya, karena investasi di negara yang korup akan merugikan dirinya
karena memiliki ‘biaya siluman’ yang tinggi. Dalam studinya, Paulo Mauro
mengungkapkan dampak korupsi pada pertumbuhan investasi dan belanja
pemerintah bahwa korupsi secara langsung dan tidak langsung adalah penghambat
pertumbuhan investasi. Berbagai organisasi ekonomi dan pengusaha asing di seluruh
dunia menyadari bahwa suburnya korupsi di suatu negara adalah ancaman serius
bagi investasi yang ditanam.

2. Penurunan Produktifitas
Dengan semakin lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi, maka tidak
dapat disanggah lagi, bahwa produktifitas akan semakin menurun. Hal ini terjadi
seiring dengan terhambatnya sektor industri dan produksi untuk bisa berkembang
lebih baik atau melakukan pengembangan kapasitas. Penurunan produktifitas ini
juga akan menyebabkan permasalahan yang lain, seperti tingginya angka PHK dan
meningkatnya angka pengangguran. Ujung dari penurunan produktifitas ini adalah
kemiskinan masyarakat.

3. Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa Bagi Publik


Ini adalah sepenggal kisah sedih yang dialami masyarakat kita yang tidak
perlu terjadi apabila kualitas jalan raya baik sehingga tidak membahayakan
pengendara yang melintasinya. Hal ini mungkin juga tidak terjadi apabila tersedia
sarana angkutan umum yang baik, manusiawi dan terjangkau. Ironinya pemerintah
dan departemen yang bersangkutan tidak merasa bersalah dengan kondisi yang ada,
selalu berkelit bahwa mereka telah bekerja sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
Rusaknya jalan-jalan, ambruknya jembatan, tergulingnya kereta api, beras
murah yang tidak layak makan, tabung gas yang meledak, bahan bakar yang
merusak kendaraan masyarakat, tidak layak dan tidak nyamannya angkutan umum,
9
ambruknya bangunan sekolah, merupakan serangkaian kenyataan rendahnya
kualitas barang dan jasa sebagai akibat korupsi. Korupsi menimbulkan berbagai
kekacauan di dalam sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-
proyek lain yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak.
Pejabat birokrasi yang korup akan menambah kompleksitas proyek tersebut
untuk menyembunyikan berbagai praktek korupsi yang terjadi. Pada akhirnya
korupsi berakibat menurunkan kualitas barang dan jasa bagi publik dengan cara
mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, syarat-syarat material
dan produksi, syarat-syarat kesehatan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain.
Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur dan
menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.

4. Menurunnya Pendapatan Negara Dari Sektor Pajak


Sebagian besar negara di dunia ini mempunyai sistem pajak yang menjadi
perangkat penting untuk membiayai pengeluaran pemerintahnya dalam
menyediakan barang dan jasa publik, sehingga boleh dikatakan bahwa pajak adalah
sesuatu yang penting bagi negara. Di Indonesia, dikenal beberapa jenis pajak seperti
Pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), Bea Meterai (BM), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
(BPHTB).
Pajak berfungsi sebagai stabilisasi harga sehingga dapat digunakan untuk
mengendalikan inflasi, di sisi lain pajak juga mempunyai fungsi redistribusi
pendapatan, di mana pajak yang dipungut oleh negara selanjutnya akan digunakan
untuk pembangunan, dan pembukaan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan
menyejahterakan masyarakat. Pajak sangat penting bagi kelangsungan
pembangunan negara dan kesejahteraan masyarakat juga pada akhirnya.
Kondisi penurunan pendapatan dari sektor pajak diperparah dengan kenyataan
bahwa banyak sekali pegawai dan pejabat pajak yang bermain untuk mendapatkan
keuntungan pribadi dan memperkaya diri sendiri. Kita tidak bisa membayangkan
apabila ketidakpercayaan masyarakat terhadap pajak ini berlangsung lama, tentunya
akan berakibat juga pada percepatan pembangunan, yang rugi juga masyarakat
sendiri, inilah letak ketidakadilan tersebut.

5. Meningkatnya Hutang Negara


10
Kondisi perekonomian dunia yang mengalami resesi dan hampir melanda
semua negara termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, memaksa negara-
negara tersebut untuk melakukan hutang untuk mendorong perekonomiannya yang
sedang melambat karena resesi dan menutup biaya anggaran yang defisit, atau untuk
membangun infrastruktur penting. Bagaimana dengan hutang Indonesia?
Korupsi yang terjadi di Indonesia akan meningkatkan hutang luar negeri yang
semakin besar. Dari data yang diambil dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutang,
Kementerian Keuangan RI, disebutkan bahwa total hutang pemerintah per 31 Mei
2011 mencapai US$201,07 miliar atau setara dengan Rp. 1.716,56 trilliun, sebuah
angka yang fantastis. Hutang tersebut terbagi atas dua sumber, yaitu pinjaman
sebesar US$69,03 miliar (pinjaman luar negeri US$68,97 miliar) dan Surat Berharga
Negara (SBN) sebesar US$132,05 miliar. Berdasarkan jenis mata uang, utang
sebesar US$201,1 miliar tersebut terbagi atas Rp956 triliun, US$42,4 miliar, 2.679,5
miliar Yen dan 5,3 miliar Euro. Posisi utang pemerintah terus meningkat dari tahun
ke tahun. Pada 2009, jumlah utang yang dibukukan pemerintah sebesar US$169,22
miliar (Rp1.590,66 triliun). Tahun 2010, jumlahnya kembali naik hingga mencapai
US$186,50 miliar (Rp1.676,85 triliun). Posisi utang pemerintah saat ini juga naik
dari posisi per April 2011 yang sebesar US$197,97 miliar. Jika menggunakan PDB
Indonesia yang sebesar Rp6.422,9 triliun, maka rasio utang Indonesia tercatat
sebesar 26%.
Sementara untuk utang swasta, data Bank Indonesia (BI) menunjukkan jumlah
nilai utang pihak swasta naik pesat dari US$73,606 miliar pada 2009 ke posisi
US$84,722 miliar pada kuartal I 2011 atau setara 15,1%. Secara year on year (yoy)
saja, pinjaman luar negeri swasta telah meningkat 12,6% atau naik dari US$75,207
pada kuartal I 2010. Dari total utang pada tiga bulan pertama tahun ini, utang luar
negeri swasta mayoritas disumbang oleh pihak non-bank sebesar US$71,667 miliar
dan pihak bank sebesar US$13,055 miliar (www.metronews.com /read/news/
2011,14 Juni 2011).
Bila melihat kondisi secara umum, hutang adalah hal yang biasa, asal
digunakan untuk kegiatan yang produktif hutang dapat dikembalikan. Apabila
hutang digunakan untuk menutup defisit yang terjadi, hal ini akan semakin
memperburuk keadaan. Kita tidak bisa membayangkan ke depan apa yang terjadi
apabila hutang negara yang kian membengkak ini digunakan untuk sesuatu yang
sama sekali tidak produktif dan dikorupsi secara besar-besaran.
11
3.2 Peranan Mahasiswa Dalam Mengatasi Akibat Dari Dampak Korupsi

Dalam sejarah perjalanan bangsa indonesia tercatat bahwa mahasiswa mempunyai


peranan yang sangat penting. Peranan tersebut tercatat dalam  peristiwa-peristiwa besar yang
dimulai dari Kebangkitan Nasional tahun 1908, sumpah pemuda tahun 1928, proklamasi
kemerdekaan NKRI tahun 1945, lahirnya Orde Baru tahun 1996, dan reformasi tahun 1998.
Tidak dapat di pungkiri bahwa dalam peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil
didepan sebagai motor penggerak dengan berbagai gagasan, semangat dan idealisme yang
mereka miliki.

Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik yang
mereka miliki, yaitu: intelektualitas,jiwa muda, dan idealisme. Dengan kemampuan
intelektual yang tinggi, jiwa pemuda yang penuh semangat, dan idealisme yang murni telah
terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil  peran penting dalam sejarah perjalanan bangsa
ini. Dalam beberapa  peristiwa besar perjalanan bangsa ini telah terbukti mahasiwa berperan
sangat penting sebagai agen perubahan.

Dalam konteks gerakan anti korupsi mahasiswa juga diharapakan dapat tampil di
depan menjadi motor penggerak. Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang mereka
miliki, yaitu: intelegensi, kemampuan  berpikir kritis, dan keberanian untuk menyatakan
kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut mahasiswa diharapkan mampu
menjadi agen perubahan, mampu menyeruakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi
kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi lembaga-lembaga negara dan
penegak hukum.

Mahasiswa memiliki peran untuk mengatasi dan mengurangi tindak korupsi yang
terjadi di Indonesia. Peran tersebut dengan memahami dan mempelajari mengenai
perekonomian di Indonesia mengenai infrastruktur ataupun perekonomian. Maka, dengan hal
tersebut jika ada pejabat negara yangmelebihkan anggaran dalam hal infrastruktur maupun
pembangunan atau yanglainnya mahasiswa memiliki peran penting yaitu dengan menuntut
keadilan baik itu melalui laporan ke pihak berwajib. Dengan hal ini, mahasiswa sangat cocok
disebut sebagai agent of control the agent of analysis yaitu bagaimana mahasiswa memiliki
peran dalam mengontrol bangsa karena memiliki sifatkritis dalam mengkritik pejabat negara

12
dan memiliki legend of analysis sebagai cara untuk menganalisa suatu permasalahan yang
ada karena jika mahasiswaterutama yang menggeluti bidang perekonomian bangsa akan
memiliki pemahaman yang lebih luas daripada yang tidak dan akan sangat mudah bagi
mahasiswa dalam menanggapi persoalan korupsi di Indonesia khususnya dalam bidang
ekonomi.

Adapun peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di bidang ekonomi adalah:

1. Tidak menyalahgunakan kepercayaan dalam sebuah organisasi, dalam hal ini yang
dimaksud adalah sebuah kewirausahaan di organisasi tersebut.
2. Tidak memberikan suap kepada pengurus beasiswa dikampus.
3. Menuntut jaminan atau fasilitas terhadap biaya yang telah dibayarkan pada saat
menjadi mahasiswa baru.
4. Memiliki kesadaran untuk mengkritisi pejabat atau petinggi/pemimpin sehingga
menghindarkan terciptanya peluang korupsi pada petinggi tersebut

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak pidana yang memperkaya diri yang secara
langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Beberap unsur yang terdapat
dalam perbuatan korupsi meliputi menerima hadiah atau janji (penyuapan),
pemerasan dalam jabatan, ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai
negeri/penyelenggara negara),menerima grati-ikasi, serta menyalahgunakan
kewenangan.
Korupsi berdampak pada berbagai lintas sendi kehidupan negara seperti efek
domino yang berantai. Semakin tingginya praktik korupsi di suatu negara akan 
instan maupun bertahap melemahkan kondisi keuangan negara, penyelenggaraan
negara, dan kondisi sosial masyarakat
Berbagai macam permasalahan ekonomi lain akan muncul secara alamiah
apabila korupsi sudah merajalela , dampak ekonomi yang akan terjadi, yaitu:
Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi, Penurunan Produktifitas, Rendahnya
Kualitas Barang dan Jasa Bagi Publik, Menurunnya Pendapatan Negara Dari Sektor
Pajak, Meningkatnya Hutang Negara

4.2 Saran
Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, dapat menjadi suatu bahan
pembelajaran bagi para pembaca. Serta untuk selanjutnya makalah “Dampak
ekonomi korupsi ” yang dibuat penyusun, diharapkan adanya saran-saran yang
membangun. Dikarenakan penyusunan materi ini masih banyak kekurangan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Nitha.2012.Budaya Korupsi di Indonesia.

(http://nithaahomework.blogspot.com/2012/12/budaya-korupsi-diindonesia.html,diakses
tanggal 30 mei 2014).

Fadhitya.2012.upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

(http://wawasanfadhitya.blogspot.com/2012/08/upaya-pemberantasan-korupsi-
diindonesia.html, diakses tanggal 30 mei 2014).

Gunawan,Indra.2013.Dampak Korupsi bagi Perekonomian Indonesia.Jakarta:AgroMedia.

Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Jakarta: Penerbit Ghalia

Indonesia.

Kamil,Sukron.2013.Korupsi dan Integritas dalam Ragam Perspektif.Jakarta:Pusat Studi

Indonesia dan Arab (PSIA).

https://www.academia.edu/38675475/PERAN_MAHASISWA_DALAM_GERAKAN_ANTI_KORUPSI

15

Anda mungkin juga menyukai