Anda di halaman 1dari 8

“KELAPA SAWIT SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF DARI POLUSI

BERLEBIHAN”

LOMBA KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH

GABUNGAN PENGUSAHA KELAPA SAWIT CABANG SUMATERA


SELATAN
2020

Diusulkan oleh:

Ketua :
Ray Rex Pratama Lumenta (1914320099) Tahun 2019/2020
Anggota :
Benjamin Zeth Tuhurima (1914320058) Tahun 2019/2020

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

DENPASAR

TAHUN 2020
Pada tahun 1848, bermula dari 4 biji kelapa sawit yang sebenarnya
bukan tanaman atau tumbuhan asli Indonesia. Tanaman ini aslinya dari
Afirika dan dibawa oleh orang Belanda ke Indonesia dan ditanam di
Kebun Raya Bogor. Karena tanaman tersebut tumbuh subur dan setelah
dicoba di beberapa daerah bisa tumbuh dengan baik maka sejak tahun
1910 kelapa sawit dibudidayakan secara komersial dan meluas di
Sumatera.

Banyak orang tidak mengetahui bahwa kelapa sawit merupakan


sumber kunci bagi perekonomian Indonesia. Ekspor minyak kelapa sawit
adalah penghasil devisa yang penting dan industri ini
memberikan kesempatan kerja bagi jutaan orang Indonesia. Dalam hal
pertanian, minyak sawit merupakan industri terpenting di Indonesia yang
menyumbang di antara 1,5 - 2,5 persen terhadap total produk domestik
bruto (PDB).

Menariknya perkebunan kelapa sawit juga sering dikatakan oleh


beberapa oknum yang mengatasnamakan pencinta lingkungan bahwa
perkebunan kelapa sawit adalah salah satu penyebab deforestasi.
Padahal dari sumber yang kami temukan di Indonesia Climate Festival di
Jakarta Convention Center, Kamis (4/2/2016), Ketua Umum Gapki Joko
Supriyono ketika menjadi salah satu pembicara mengatakan bahwa kebun
sawit mampu menyerap 13,7 ton CO2 per ha. Menurut kajian
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2011-2014,
tambahnya, kebun sawit merupakan salah satu penyerap karbon (carbon
sequestration) terbaik.
Pada tanggal 30 maret 2019 Sumber dari BPDP mengatakan kelapa
sawit lebih banyak menyerap 64 ton C02/Ha/tahun, dibanding hutan biasa
yang hanya menyerap 42 ton C02/Ha/tahun. Kita ketahui bersama bahwa
fungsi hutan adalah paru-paru dunia, dari sumber-sumber diatas maka
dari hal itu dapat timbul pertanyaan siapakah yang lebih hutan, hutan
biasa atau perkebunan sawit?

1
Dari pertanyaan diatas satu hal yang kami yakini bahwa perkebunan
kelapa sawit bukanlah penyebab deforestasi. Bagaimana mungkin
perkebunan kelapa sawit adalah penyebab deforestasi jika perkebunan
kelapa sawit itu sendiri memberikan peranan yang lebih besar dari pada
hutan itu sendiri dalam hal penyerapan karbondioksida.

Kita tahu bersama bahwa diawal tahun 2020 sebelum pandemik ini, isu
yang sangat kuat baik tingkat nasional ataupun tingkat global adalah
kondisi iklim yang sangat tidak bersahabat yang disebabkan oleh efek
rumah kaca. Kita pasti ingat tentang seorang anak kecil yang bernama
Greta Thunberg berpidato di Konfrensi Perubahan Iklim COP25 di Madrid,
Spanyol yang dengan terang-terangan memprotes para pemimpin dunia
untuk lebih memperhatikan lingkungan.

Dalam hal ini seharusnya kita lebih berani menunjukan dan


menyatakan serta membuktikan bahwa perkebunan sawit juga bisa
menjadi yang terdepan dalam perbaikan lingkungan serta iklim. Kata Joko
Supriyono “Kalau Indonesia mempunyai 10 juta kebun sawit, ada 10 juta
ton CO2 terserap. Ini merupakan kontribusi perkebunan sawit dalam
mengurangi dampak perubahan iklim."

Beranjak dari judul yang kami angkat yaitu “Kelapa Sawit Sebagai
Solusi Alternatif Dari Polusi Berlebihan”, kami memberikan suatu ide dan
inovasi yang menjawab permasalahan polusi. Kami terinspirasi dari kota
New York yang mempunyai hutan kota yang indah.

2
Bayangkan hutan itu ditumbuhi oleh pohon kelapa sawit, dengan
metode penanaman sawit yang sangat rapi seperti penanaman kelapa
sawit pada umumnya, dengan embung di tengah sebagai penganti telaga
pada gambar diatas. Dengan hal ini kita dapat menciptakan suatu inovasi
baru yang dapat memaksimalkan penyerapan kabrondioksda di daerah
perkotaan serta dapat menjadi objek parawisata. Dalam hal ini seperti
berolaraga, berpiknik, berkemah. Embungnya dapat dipakai sabagai objek
parawisata air seperti berkano, memancing, dan lain-lain.

Bukan hanya parawisata yang bisa ditonjolkan. Namun dapat juga


menjadi sarana edukasi yang baik terhadap masyarakat perkotaan atau
bisa juga sebagai akses studi banding bagi siswa-siswi ataupun
mahasiswa-mahasiswi yang ingin tahu lebih banyak tentang kelapa sawit.

Hal ini juga dapat menyerap tenaga kerja baru, seperti tenaga kerja
yang merawat kelapa sawit, membersihkan lingkungan sawit, sabagai
edukator tentang sawit, dan lain-lain. Walaupun tidak banyak, namun
setidaknya dari inovasi hutan kelapa sawit ini dapat memberikan
kesempatan kerja bagi mereka yang membutuhkan lapangan pekerjaan.
Kita tahu sendiri bahwa lapangan pekerjaan di perkotaan sangatlah sulit.

3
Sumber : Badan Pusat Statistic (BPS), 5 Mei 2020.

Inovasi yang kami berikan sangat relevan juga dengan konsep


pengembangan wilayah. Dimana di Indonesia penataan ruang telah
ditetapkan melalui UU No. 24/1992 yang kemudian diikuti dengan
penetapan berbagai Peraturan Pemerintah (PP) untuk operasioalisasinya.
Berdasarakan UU No. 24/1992, khususnya pasal 3, termuat tujuan
penataan ruang, yakni terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang
kawasan lindung dan budidaya. Sedangkan sasaran penataan ruang
adalah:
1. Mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur dan
sejahtera.
2. Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan
buatan dengan memperhatikan sumberdaya manusia.
3. Mewujudkan keseimbangan kepentingan antara kesejahterraan dan
keamanan.
4. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan secara berdayaguna, berhasilguna dan tepatguna untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
5. Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta
menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan.

4
Dapat disimpulkan bahwa perkebunan kelapa sawit merupkan
suatu sektor industri yang penting bagi perekonomian Indonesia. Kelapa
sawit bukanlah penyebab deforestasi bahkan kelapa sawit dapat
melahirkan suatu terobosan baru yaitu membuat hutan kota dengan
tumbuhan utamanya kelapa sawit. Selain sebagai penyerap polusi hutan
kota ini juga dapat menjadi objek parawisata baru, hal ini juga dapat
memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai sawit dan juga dapat
menciptakan lapangan kerja baru dan pengembangan wilayah yang
efektif. Kami berharap bahwa ide kami ini dapat diaplikasikan. Seperti ada
kata orang bijak “hutan adalah paru-paru dari tanah kita, memberikan
udara dan memberi kekuatan baru pada orang-orang kita” maka sudah
sepantasnya kelapa sawit menjadi solusi alternatif untuk menciptakan
lingkungan yang lebih baik bagi generasi sekarang maupun generasi yang
akan datang.

5
Daftar Pustaka

Hariyanto dan Tukidi, 2007 Konsep Pengembangan Wilayah Dan


Penataan Ruang Indonesia Di Era Otonomi Daerah. Jurusan
Geografi, (04), 03

Sihombing Marthin,2016 Kebun Kelapa Sawit Serap CO2 Lebih


Besar Dari Emisi yang Dihasilkan
https://ekonomi.bisnis.com/read/20160204/99/516274/kebun-
kelapa-sawit-serap-co2-lebih-besar-dari-emisi-yang-dihasilkan
(Diakses pada tangal 16 juli 2010)

Badan Pengolahan Dana Perkebunan, 2019 Bersahabat dengan


Lingkungan https://www.bpdp.or.id/Sawit-Bersahabat-dengan-
Lingkungan (Diakses pada tangal 16 juli 2010)

Badan Pusat Statik, 2020 Angka Pengangguran di Desa Meningkat


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/05/11/angka-
pengangguran-di-desa-meningkat# (Diakses pada tangal 16 juli
2010)
IDENTITAS PENULIS

1. Nama : Ray Rex Pratama Lumenta


Nim : 1914320099
TTL : Palu 30 Maret 2001
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan Terakhir: SMA (sedang menempu studi D-IV)

2. Nama : Benjamin Zeth Tuhurima


Nim : 19320058
TTL : Seruawan 26 Desember 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SMA (sedang menempu studi D-IV)

Anda mungkin juga menyukai