Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

MATA KULIAH : STUDI KELAYAKAN USAHA

DOSEN PENGAMPU : Ade Taufan, S.,E.,M.Pd.E

DISUSUN OLEH:

CENI

19020511073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

YAYASAN PENDIDIKAN MERANGIN BANGKO

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan Alhamdullilah kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa ilmu pengetahuan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Terima kasih juga kepada teman-teman
semua yang sudah membantu dan berupaya memberikan ide-ide nya sehingga dapat
terselesaikannya makalah ini dengan baik.

Kami berharap makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan untuk para pembaca
dan bisa menjadi acuan para pembaca dalam mencari informasi yang diperlukan mengenai
Analisis Dampak Lingkungan. Semoga apa yang ada didalam makalah ini dapat bermanfaat
untuk pembaca. Namun dari pada itu, kami meminta maaf karena makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan
menjadikan motivasi untuk kami agar kedepannya makalah ini bisa lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB 1 LATAR BELAKANG...................................................................................................1

BAB II PERMASALAHAN......................................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................................8

BAB IV KESIMPULAN..........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
BAB 1

LATAR BELAKANG

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yang dalam bahasa Inggris


diistilahkan dengan Environmental Impact Analysis, telah secara luas digunakan oleh
banyak Negara sebagai suatu instrumen hukum lingkungan untuk mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan dari suatu fasilitas.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah suatu studi yang


mendalam tentang dampak negatif dari suatu kegiatan. AMDAL mempelajari dampak
pembangunan terhadap lingkungan hidup dan dampak lingkungan terhadap pembangunan
yang didasarkan konsep ekologi, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara manusia dengan lingkungan hidup. Oleh karena itu, konsep AMDAL dapat
dikatakan sebagai konsep ekologi pembangunan, yang mempelajari hubungan timbal
balik antara pembangunan dengan lingkungan hidup.

Indonesia mulai memperkenalkan instrumen ini tahun 1982 dengan


diundangkannya UUKPPLH tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang kemudian dijabarkan secara rinci dalam peraturan pemerintah
No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 1986 ini telah diubah dua kali, yaitu dengan Peraturan
Pemerintah No. 51 Tahun 1993 dan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999.

Dalam rangka mencegah pencemaran lingkungan dari suatu fasilitas, UUPLH dan
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 mewajibkan pembuatan ANDAL, RKL, dan
RPL atau UKL dan UPL. Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian pencemaran
yang dimuat di dalam dokumen RKL atau UKL harus dijadikan persyaratan-persyaratan
lingkungan yang diintegrasikan ke dalam izin. Dengan demikian, izin berfungsi untuk
menjamin bahwa fasilitas tidak akan melakukan kegiatan yang bertentangan dengan izin
(Sukanda,2009:96-97).

Adapun bagi penegak hukum lingkungan, ANDAL, RKL, dan RPL, atau UKL
dan UPL memberikan beberapa manfaat praktis sebagai berikut.

1
a. Dokumentasi ANDAL, RKL dan RPL atau UKL dan UPL menjadi alat bukti tentang
apakah pemilik serta pengurus kegiatan telah melakukan upaya pencegahan
pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup secara baik dan sungguh-sungguh.
b. Dokumentasi ANDAL, RKL dan RPL atau UKL dan UPL juga dapat dijadikan tolak
ukur untuk mengetahui bahwa pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan terjadi
karena faktor kelalaian. Hal ini bisa terjadi demikian bila pemilik kegiatan sudah
melakukan langkahlangkah pencegahan sesuai dengan apa yang digariskan dalam
RKL dan/atau UKL, tetapi pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup terjadi
juga.
c. Dokumentasi ANDAL, RKL dan RPL atau UKL dan UPL juga dapat dijadikan tolak
ukur untuk mengetahui bahwa pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan terjadi
karena faktor kesenjangan. Hal ini dapat terjadi apabila pemilik kegiatan berusaha
mempergunakan teknologi pencegahan pencemaran yang lebih murah dari apa yang
ditetapkan dalam dokumen RKL dan/ atau UKL. Penggunaan teknologi murah
dimaksud menimbulkan terjadinya pencemaran lingkungan hidup (Sukanda,2009:98).

Untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan hukum


lingkungan yang begitu pesat, maka Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang
Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya disebut UULH) setelah
berlaku lebih kurang selama 15 tahun, dipembaharukan menjadi Undang-Undang Nomor
23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya disebut UUPLH)
yang mengatur mengenai pengelolaan lingkungan hidup yang berkesinambungan dan
berkelanjutan. Selanjutnya UUPLH ini pada 3 Oktober 2009 telah dirubah menjadi
Undang-Undang tentang Perlindungan Dan Penyelesaian Lingkungan Hidup Nomor 32
Tahun 2009 selanjutnya UUPPLH. UUPPLH tersebut belaku sebagai payung atau
umbrella act atau umbrella provision atau dalam ilmu hukum disebut kaderwet atau
raamwet, sebab hanya diatur ketentungan pokoknya saja. Oleh karenanya harus didukung
oleh banyak peraturan pelaksana (Mahcmud,2011:2).

Sampah merupakan salah satu jenis biomassa yang ketersediannya dari hari ke
hari cukup melimpah, terutama di kota besar. Sampah juga menjadi perhatian banyak
pihak, karena berhubungan langsung dengan kebersihan dan keindahan (estetika)
lingkungan dan kesehatan masyarakat, terutama di perkotaan. Sampah bisa berasal dari
berbagai modal penggunaan seperti sesuatu yang sudah tidak digunakan lagi karena sudah
rusak, kelebihan dari suatu penggunaan (seperti kelebihan makanan), pembungkusan

2
(kemasan) barang yang berfungsi melindungi barang, sisa-sisa kegiatan produksi (seperti
serbuk gergaji, potongan kain, kayu) atau barang yang berfungsi dan tidak digunakan lagi
karena penggunaannya memiliki barang yang lebih baru. Untuk memberikan nilai tambah
pada sampah, potensi pemanfaatan sampah hanya bisa digali oleh individu yang kreatif.
Salah satunya pemanfaatan sampah, baik organik maupun anorganik sebagai sumber daya
kehidupan.

Definisi sampah menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah,


sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat. Sedangkan SNI 13-1990-F mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat
padat, terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan
harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi
pembangunan. Menurut Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (2007),
sampah merupakan suatu buangan atau produk sisa dalam bentuk padat sebagai akibat
kegiatan manusia yang dapat dianggap sudah tidak bermanfaat lagi, untuk itu harus
dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia (Hermawati. dkk,
2014: 1).

3
BAB II

PERMASALAHAN

Pengelolaan sampah diperkotaan umumnya melibatkan institusi pemerintah,


partisipasi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan masyarakat, serta industri yang
terkait dengan sampah. Pengelolaan sampah harus dilakukan sejak dari tempat awal
pembuangan sampah, baik di tingkat rumah tangga, institusi maupun pembuangan
sementara (yang biasanya berada di lingkungan sekitar penduduk). Pengelolaan
persampahan diperkotaan pada umumnya melibatkan berbagai pihak seperti sektor
pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Para pelaku yang terkait dengan pengelolaan
sampah di perkotaan diantaranya sebagai berikut:

 Petugas penyapu jalan;


 Petugas pengangkut sampah (termasuk pendorong gerobak dan supir truk);
 Petugas Tempat Pembuangan Sementara dan Akhir (TPS dan TPA);
 Petugas Administrasi dan pelayanan lainnya

Keterlibatan pihak swasta dalam kegiatan operasional persampahan pada


umumnya dimulai dari pihak pengangkutan, pengelolaan, pembuangan akhir, dan
pemanfaatan sampah (Hermawati. dkk, 2014: 4).

Sebagian besar sampah secara potensial bisa dimanfaatkan. Sampah organik bisa
dijadikan pupuk kompos, sementara sebagian sampah anorganik masih bisa didaur ulang.
Rantai nilai industri daur ulang ini telah berjalan di beberapa kota besar, dengan
melibatkan mulai pemulung yang mengais-ngais sampah, pengepul, sampai pemodal
besar yang mengelolah kembali bahan daur ulang menjadi produk yang dijual ke pasar.
Namun, keberadaan industri daur ulang ini belum mampu menuntaskan persoalan
sampah. Proses pengambilan dan pengumpulan bahan daur ulang dari sampah ini tidak
bisa maksimal, karena sampah kota bercampur baur sehingga menyulitkan pemilahan dan
pengambilannya. Selain itu, banyak pula sampah yang dibuang ke sungai sehingga lebih
mempersulit lagi proses pengambilan bagian-bagiannya yang masih bisa dimanfaatkan.

4
Proses daur ulang ini akan jadi lebih mudah jika sampah sudah dipilah-pilah di
tingkat rumah tangga sebagaimana yang terjadi di negara-negara maju. Namun, meminta
masyarakat untuk memilah-milah sampah sangat tidak mudah, apa lagi kalau sampai
meminta mereka untuk mengumpulkan juga (Hermawati. dkk, 2014: 12).

Semula sampah anorganik bisa didaur ulang dikumpulkan di RT masing-masing,


lalu dijual ke pengepul dan hasil penjualannya digunakan untuk keperluan bersama.
Namun, cara ini nampaknya tidak membuat semua orang tertarik untuk memilah dan
mengumpulkan sampah anorganik mereka. Karena itu Unilever pada tahun 2010
mengadopsi bank sampah. Keberadaan bank sampah ini membuat lebih banyak warga
yang berpartisipasi, karena hasilnya akan kembali ke mereka, meskipun nilai ekonominya
kecil (Hermawati. dkk, 2014: 17)

Pratik bank sampah ini banyak digunakan sebagai tempat menabung masyarakat.
Sampah anorganik seperti kertas, plastik, logam, kayu, dan sebagainya disetorkan oleh
warga dan dikonversi dengan sejumlah uang. Berapapun hasilnya akan dicatat dibuku
tabungan yang dimiliki oleh setiap Warga (Hermawati. dkk, 2014: 26). Menurut
Hermawati (2014), pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui kegiatan pemberdayaan
masyarakat, karena masyarakat merupakan salah satu penghasil sampah.

Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai


proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau
keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang
mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat
yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti
memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan
sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses (Suharto, 2014: 60).

Pembangunan masyarakat dan pemberdayaan rakyat tidak mungkin dipisahkan


dari arena dan konteks di mana ia beroperasi. Pemberdayaan masyarakat merupakan
bagian dari strategi dan program pembangunan kesejahteraan sosial (PKS). Kesejahteraan
sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir

5
yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang
bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan
masalah sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat
(Suharto, 2014:1).

Maka kesejahteraan sosial dapat dilakukan pada sampah jika dikelola akan
mengurangi dampak negatif terhadap sampah tentang kesehatan dan selain itu juga
sampah bernilai ekonomis. Melalui bank sampah kita dapat berkreasi dengan sampah-
sampah rumah tangga. Tetapi disekitar kita banyak orang yang kurang sejahtera dalam
segi ekonomi. Padahal bank sampah menyediakan nasabah didalamnya. Maka saya
sebagai penulis ingin meneliti masalah bank sampah dan kesejahteraan. Yang dituangkan
didalam judul “PENGARUH PENGELOLAAN BANK SAMPAH TERHADAP
KESEJAHTERAAN ANGGOTA BANK SAMPAH (Kajian di Kelompok Wargi
Manglayang, Palasari, Cibiru, Kota Bandung)”.

Dari uraian permasalah diatas, maka ditemukan berbagai masalah yang terjadi di
pengelolaan bank sampah terhadap kesejahteraan anggota bank sampah di kelompok
Wargi Manglayang adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya sosialisasi yang efektif dalam menggerakan masyarakat untuk mengelola


dan memilah sampah rumah tangga.
2. Masyarakat memandang bahwa sampah merupakan barang yang kotor dan negatif
padahal sampah bisa dijadikan barang yang bernilai ekonomis
3. Pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat,
karena masyarakat merupakan salah satu penghasil sampah.

Berdasarkan indentifikasi masalah diatas maka penulis mencoba merumuskan


masalah, yaitu:

1. Seberapa besar tanggapan responden terhadap Pengelolaan Bank Sampah?


2. Seberapa besar tanggapan responden terhadap Kesejahteraan Anggota Bank Sampah?
3. Seberapa besar pengaruh Pengelolaan Bank Sampah terhadap Kesejahteraan Anggota
Bank Sampah di Kelompok Wargi Manglayang?

Namun sebelum menbahas permasalahan menenai Pengaruh Pengelolaan Bank


Sampah Terhadap Kesejahteraan Anggota Bank Sampah maka terlebih dahulu kita

6
membahas tentang konsep dasar AMDAL yang merupakan rumusan masalah pertama
yang harus kita ketahui, adapun konsep dasar AMDAL meliputi:

1. Pengertian AMDAL

2. Tujuan AMDAL

3. Komponen-Komponen AMDAL

4. Manfaat AMDAL

Tujuan Masalah
1. Mengetahui tanggapan responden terhadap Pengelolaan Bank Sampah.
2. Mengetahui tanggapan responden terhadap Kesejahteraan Anggota Bank Sampah.
3. Mengetahui pengaruh Pengelolaan Bank Sampah terhadap Kesejahteraan Anggota
Bank Sampah.

7
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian AMDAL

Pada umumnya setiap negara yang sedang membangun memiliki sistem


perencanaan pembangunan sendiri-sendiri. Sistem perencanaan pembangunan ini disusun
secara sistematis untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. Di
indonesia pembangunan nasional disusun atas dasar pembangunan jangka pendek dan
jangka panjang. Keduanya dilaksanakan secara sambung menyambung untuk dapat
menciptakan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik. Kegiatan pembangunan ini
dilaksanakan dengan menggunkan apa yang disebut proyek.

Seringkali proyek dibuat dalam porsi ruang lingkup yang sangat luas tetapi
disusun kurang cermat. Seluruh program mungkin saja dapat diananlisis sebagai suatu
proyek, tetapi pada umumnya akan lebih baik bila proyek dibuat dalam ruang lingkup
yang lebih kecil yang layak ditinjau dari segi sosial, administrasi, teknis, ekonomis, dan
lingkungan.

Pembangunan dengan proyek yang dikaji dari aspek kelayakan lingkungan bisa
disebut pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan
pada hakekatnya dilaksanakan untuk mewujudkan pembangunan berlanjut (sustainable
development). Instrumen untuk mencapai pembangunan berlanjut adalah Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan).

Menurut PP 29/1986, yang kemudian disempurnakan dengan PP 27/1999, yang


semula hanya memiliki satu model AMDAL, berkembang dan mempunyai beberapa
bentuk AMDAL dan mempunya pengertian:

1) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak


besar dan penting suatu usaha/kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup,
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha/kegiatan. Kajian ini menghasilkan dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak

8
Lingkungan, Analisis Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan dan
Rencana Pemantauan Lingkungan. Sementara itu pengertian ANDAL adalah sebagai
berikut.
2) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan
mendalam tentang dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan.
Dalam PP 51/1993, dikenal ada beberapa model AMDAL yaitu AMDAL Proyek
Individual (seperti PP 29/1986), AMDAL Kegiatan Terpadu, AMDAL Kawasan, dan
AMDAL Regional. Pengertian ketiga AMDAL menurut PP 51/1993 tersebut adalah:
1. Analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan terpadu/multisektor adalah hasil
studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang terpadu yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem
dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab. Di
dalam PP 27/1999 definisi di atas kata hasil studi diganti kajian dan dampak
penting menjadi dampak besar dan penting.
2. Analisis mengenai dampak lingkungan kawasan adalah hasil studi mengenai
dampak penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan
hidup dalam satu kesatuan ha,paran ekosistem dan menyangkut kwenangan satu
instansi yang bertanggung jawab. Di dalam PP 27/1999 definisi di atas kata hasil
studi diganti kajian dan dampak penting diganti dampak besar dan penting.
3. Analisis mengenai dampak lingkungan regional adalah hasil studi mengenai
dampak penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan
hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona rencana pengembangan
wilayah sesuai dengan rencana umum tata ruang  daerah dan melibatkan
kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab.

Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai


dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan
hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Hasil studi ini terdiri dari
beberapa dokumen. Atas dasar beberapa dokumen ini kebijakan dipertimbangkan dan
diambil.

2. Tujuan AMDAL

Adapun tujuan AMDAL adalah sebagai berikut:

9
 Mengidentifikasikan rencana usaha atau kegiatan yang akan dilakukan terutama yang
berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup
 Mengidentifikasikan komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena
dampak besar dan penting
 Memprakirakan atau mengevaluasinrencana usaha atau kegiatan yang menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup
 Merumuskan RKL dan RPL.
3. Komponen-Komponen AMDAL
a. Studi Pra-Proyek
Studi Pra-Proyek dilakukan guna mengukur dan meperkirakan perubahan keadaan
dilingkungan. Pengukuran ini dilakukan berdasarkan pada data baik data fisik, kimia,
biologi, sosial ekonomi dan sosial budaya
b. Laporan Penilaian
Laporan Penilaian adalah laporan yang disusun dari hasil studi pra-proyek yang
berupa kemungkinan yang akan terjadi jika proyek tesebut berjalan
c. Pembuatan Keputusan
Proses pembuatan keputusan berdasarkan pada laporan penilaian serta hasil prediksi
pengaruh proyek terhadap lingkungan kelak. Namun kenyataan dalam pengambilan
keputusan ini sangat dipengaruhi oleh nuansa politik.
d. Persetujuan Proyek
Persetujuan proyek mengandung rekomendasi dari hasil analisis interaksi antara
proyek dengan lingkungan, contohnya adalah proyek dapat disetujui dengan
rekomendasi akan dilakukannya usaha-usaha untuk memperkecil pengaruh negative
terhadap lingkungan
e. Pemantauan Proyek
Pemantauan proyek dilakukan dalam kurun waktu 2-3 tahun, untuk memantau
sudahkah proyek tersebut berjalan sesuai dengan yang direkomendasikan dan
disetujui proyek.

4. Manfaat AMDAL

Bagi masyarakat

10
 Masyarakat dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya, sehingga dapat
mempersiapkan diri di dalam penyesuaian kehidupannya apabila diperlukan;
 Masyarakat dapat mengetahui perubahan lingkungan di masa sesudah proyek
dibangun sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang dapat menguntungkan
dirinya dan menghindarkan diri dari kerugian-kerugian yang dapat diderita akibat
adanya proyek tersebut;
 Masyarakat dapat ikut berpartisipasi di dalam pembangunan di daerahnya sejak dari
awal, khususnya di dalam memberikan informasi-informasi ataupun ikut langsung di
dalam membangun dan menjalankan proyek;
 Masyarakat dapat memahami hal-ihwal mengenai proyek secara jelas sehingga
kesalahfahaman dapat dihindarkai dan kerja sama yang menguntungkan dapat
digalang;
 Masyarakat dapat mengetahui hak den kewajibannya di dalam hubungannya dengan
proyek tersebut khususnya hak dan kewajiban di dalam ikut dan mengelola
lingkungan.

Bagi pemilik proyek

 Proyek terhindar dari perlanggaran terhadap undang-undang atau peraturan yang


berlaku;
 Proyek terhindar dari tuduhan pelanggaran pencemaran atau perusakan
lingkungan;
 Pemilik proyek dapat melihat masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi di
masa yang akan datang;
 Pemilik proyek dapat mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah di masa yang
akan datang;
 Analisis dampak lingkungan merupakan sumber informasi lingkungan di sekitar
lokasi proyeknya secara kuantitatif, termasuk informasi sosial ekonomi dan sosial
budaya;
 Analisis dampak lingkungan merupakan bahan penguji secara komprehensif dari
perencanaan proyeknya, sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahannya
untuk segera dapat dilakukan penyempurnaannya;
 Dengan adanya analisis dampak lingkungan, pemilik proyek dapat mengetahui
keadaan lingkungan yang membahayakan (misalnya banjir, tanah longsor, gempa

11
bumi dan lain-lain) sehingga dapat dicari keadaan lingkungan yang aman bagi
proyek.

Bagi pemerintah

 Untuk mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tersebur tidak rusak
(khusus untuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui);
 Untuk mencegah rusaknya sumberdaya alam lainnya yang berada di luar lokasi
proyek baik yang dioleh olrh proyek lain, diolah masyarakat atau yang belum
diolah;
 Untuk menghindari perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya pencemaran
air, pencemaran udara, kebisingan dan lain sebagainya, sehingga tidak
mengganggu kesehatan, kenyamanan dan keselamatan masyarakat;
 Untuk menghindari terjadinya pertentangan-pertentangan yang mungkin timbul
khususnya dengan masyarakat dan proyek-proyek lainnya;
 Untuk menjamin agar proyek yang dibangun sesuai dengan rencana pembangunan
daerah, nasional ataupun internasional serta tidak mengganggu proyek lain;
 Untuk menjamin agar proyek tersebut mempunyai manfaat yang jelas bagi negara
dan masyarakat;
 Analisis dampak lingkungan diperlukan bagi pemerintah sebagai alat pengambil
keputusan.

“PENGARUH PENGELOLAAN BANK SAMPAH TERHADAP


KESEJAHTERAAN ANGGOTA BANK SAMPAH (Kajian di Kelompok Wargi
Manglayang, Palasari, Cibiru, Kota Bandung)”

Pengelolaan secara umum adalah suatu proses kegiatan yang menggambarkan


fungsi-fungsi dapat berjalan secara terus menerus meliputi kegiatan merencanakan,
mengorganisir, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi, dan membuat laporan.
Kegiatan dalam pengelolaan sampah, terutama di tingkat rumah tangga akan
melibatkan masyarakat langsung, baik dalam bentuk sumbangan maupun kegiatan
pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan (Hermawati. dkk, 2014: 58).

Menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 09 Tahun 2011 pasal 1


ayat(27) “Pengelolaan adalah kegiatan mengubah karakteristik, komposisi dan/atau

12
jumlah sampah”. Sedangkan, menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah diartikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Ada empat
aspek penting dalam pengelolaan sampah, yaitu masyarakat penghasil sampah, dinas
kebersihan sebagai pengelola, dukungan sarana prasarana yang memadai dan
teknologi tepat guna, peran serta masyarakat dan peraturan yang dapat diaplikasikan
secara langsung. Dalam Undang-Undang tersebut juga sudah mengakomodir berbagai
aspek pengelolaan sampah (asas, tujuan, pengurangan sampah, penanganan sampah,
pengelolaan sampah spesifik, hak dan kewajiban stakeholder, pembiayaan,
kompensasi, dan pengawasan), serta peran stakeholder (pemerintah pusat, pemerintah
daerah, masyarakat, dunia usaha, dan LSM).

Pengelolaan sampah dimulai dari tempat awal pembuangan sampah baik di


tingkat rumah tangga, institusi maupun pembuangan sementara (yang biasanya berada
di lingkungan sekitar penduduk). Jumlah sampah terbesar perkotaan berasal dari
rumah tangga (pemukiman), pasar, jalan/fasilitas umum, dan perkantoran. Sebagian
kecil sampah ada yang berasal dari industri (Hermawati. dkk, 2014: 33).

Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,


menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah,
pendauran ulang sampah dan/atau pemanfaatan kembali sampah. Sementara itu,
penanganan sampah meliputi kegiatan pemilahan sampah, pengumpulan dan
pengangkutan sampah atau residu ke lingkungan secara aman.

Ttchobanoglous et al (1993) dalam (Hermawati. dkk, 2014:87) mendefinisikan


pengelolaan sampah sebagai suatu disiplin kegiatan yang terkait dengan pengendalian
timbulan sampah hingga pembuangannya dengan cara yang sesuai dengan prinsip-
prinsip kesehatan masyarakat, ekonomi, rekayasa, konservasi, estetika, dan
lingkungan. Aktivitas pengelolan sampah dari titik timbulan sampah sampai
pembuangan akhir meliputi enam elemen fungsional yaitu timbulan sampah;
penanganan, pemisahan, penyimpanan, dan pemrosesan sampah di sumber;
pengumpulan sampah; pemisahan, pemrosesan dan transformasi sampah; transfer dan
pengangkutan sampah; dan pembuangan akhir sampah.

13
Strukturalisme menganggap struktur sosial terpisah dari agen, namun
menentukan dan membentuk perilaku agen. Struktur dianggap menyediakan kerangka
referensi bertindak yang menjadi rujukan sepenuhnya dari agen. Keberadaan struktur
ini secara empiris mudah dikenali, seperti kelas sosial yang menstrukturkan politik,
gender yang menstrukturkan kesempatan kerja, konvensi retoris yang menstrukturkan
teks atau ujaran, ataupun moda produksi yang menstrukturkan formasi sosial. Struktur
itu seperti rangka yang menopang dan menentukan bentuk tubuh, atau seperti tata
letak ruangan yang menentukan pola ruangan. Namun, yang menjadi masalah, “ilmu
sosial yang terjebak dalam metaphor struktur yang tak dicermati cenderung mereduksi
aktor menjadi automaton yang diprogram dengan cerdas.

Sebaliknya, kalangan filsafat analitis dan juga sosiologi interpretative yang


dipengaruhi Husserl, Wittgenstein, dan lain-lainnya, menganggap individu dalam
masyarakat adalah “agen yang kompeten, yang tahu banyak tentang dunia sosial, yang
bertindak dengan tujuan dan sadar dan bisa, jika ditanya, memberikan alas an
mengenai apa yang telah mereka lakukan. Tetapi filsafat analitis dan
sosiologiinterpretatif ini lemah karena mereka mengabaikan sebagian besar masalah
dari analisa kelembagaan dan structural. Studi empiris menunjukkan banyak hal
tentang ketidak-berdayaan individu dalam menghadapi budaya ataupun aturan
informal di lingkungan, termasuk ketika sanksi hokum yang formal tidak ada
sekalipun (Hermawati. dkk, 2014: 46).

Secara umum, istilah kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi


sejahtera (konsep pertama), yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk
kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian,
perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. Pengertian seperti ini menempatkan
kesejahteraan sosial sebagai tujuan (end) dari suatu kegiatan pembangunan. Misalnya,
tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial
masyarakat. Kesejahteraan sosial dapat juga didefinisikan sebagai arena atau domain
utama tempat dokter berperan atau pendidikan adalah wilayah di mana guru
melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Pemaknaan kesejahteraan sosial sebagai
arena menempatkan kesejahteraan sosial sebagai sarana atau wahana atau alat (means)
untuk mencapai tujuan pembangunan.

14
Pengertian kesejahteraan sosial juga menunjuk pada segenap aktivitas
pengorganisasian dan pendistribusian pelayanan sosial bagi kelompok masyarakat,
terutama kelompok yang kurang beruntung (disadvantaged) (Suharto, 2014: 3).

BAB IV

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik dari pembahasan mengai AMDAL
di atas ialah:

Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai


dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan
hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan


berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan
sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah
dan/atau pemanfaatan kembali sampah. Sementara itu, penanganan sampah meliputi
kegiatan pemilahan sampah, pengumpulan dan pengangkutan sampah atau residu ke
lingkungan secara aman.

Secara umum, istilah kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi


sejahtera (konsep pertama), yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk
kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian,
perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. Pengertian seperti ini menempatkan

15
kesejahteraan sosial sebagai tujuan (end) dari suatu kegiatan pembangunan. Misalnya,
tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial
masyarakat. Kesejahteraan sosial dapat juga didefinisikan sebagai arena atau domain
utama tempat dokter berperan atau pendidikan adalah wilayah di mana guru
melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Pemaknaan kesejahteraan sosial sebagai
arena menempatkan kesejahteraan sosial sebagai sarana atau wahana atau alat (means)
untuk mencapai tujuan pembangunan.

Pengertian kesejahteraan sosial juga menunjuk pada segenap aktivitas


pengorganisasian dan pendistribusian pelayanan sosial bagi kelompok masyarakat,
terutama kelompok yang kurang beruntung (disadvantaged) (Suharto, 2014: 3).

DAFTAR PUSTAKA

Fandeli, Chapid, 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Liberty Offset. Yogyakarta

Tosepu, Ramadhan, 2007. Kesehatan Lingkungan. Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas


MIPA UNHALU. Kendari

Wardhana, AW, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset. Yogyakarta

16

Anda mungkin juga menyukai