Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH DI NEGARA SWEDIA


MATA KULIAH : PENYEHATAN TANAH DAN PENGOLAHAN SAMPAH
DOSEN PENGAJAR :RAHMAN SULEMAN., S.KM., M.Kes

DISUSUN :
KELOMPOK 2
ELSA MAHMUD
MOH. SYAFIT PAKAYA
MUTMAINNA .A MAKU
RIA AZRINA DOKA
SRI ANGGRIYANI PUTRI ALIWU
SUHARTIN ADAM

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Teknologi pengolahan sampah dengan
tepat waktu.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat, baik
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Penyehatan Tanah Dan
Pengelolahan Sampah
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terima kasih.

Gorontalo, Agustus 2020


Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Teknologi Pengolahan Sampah........................................................ 3
2.2 Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelohan Sampah................... 5
2.3 Teknologi pengolahan sampah di Swedia........................................ 6

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 12
3.2 Saran............................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena
human wastetidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (Azwar, 1990).
Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah : dari rumah tangga,
pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah
organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia
menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari
sampah tersebut dapat digunakan kembali (Outerbridge, ed., 1991).
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani
sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar,
kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah,
pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir
(Kartikawan, 2007)
Swedia merupakan negara yang dikenal inovatif termasuk dalam hal
pengelolaan sampah. Selama bertahun-tahun Swedia secara konsisten menerapkan
kebijakan pengelolaan sampah demi mewujudkan negara yang bebas sampah. Selain
dari kebijakan pemerintah dan inovasi teknologi, ternyata peran serta masyarakat juga
menjadi faktor utama untuk mendukung terwujudnya negara bebas sampah tersebut.
Berikut adalah beberapa fakta terkait pengelolaan sampah di Swedia:
1. Tujuan
Untuk mengetahui teknik pengolahan sampah dinegara Swadia
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Teknologi pengolahan sampah
Swedia merupakan negara yang dikenal inovatif termasuk dalam hal
pengelolaan sampah. Selama bertahun-tahun Swedia secara konsisten menerapkan
kebijakan pengelolaan sampah demi mewujudkan negara yang bebas sampah. Selain
dari kebijakan pemerintah dan inovasi teknologi, ternyata peran serta masyarakat juga
menjadi faktor utama untuk mendukung terwujudnya negara bebas sampah tersebut.
Berikut adalah beberapa fakta terkait pengelolaan sampah di Swedia:
A. Penimbulan sampah (solid waste generated)
Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu tidak
diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not produced). Oleh karena
itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan
sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis dan kegiatannya.
Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus
dilakukan dengan suatu studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan suatu
standar yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya adalah SK
SNI S-04- 1993-03 tentang Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota
sedang. Dimana besarnya timbulan sampah untuk kota sedang adalah sebesar 2,75-
3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari.
B. Penanganan di tempat (on site handling)
Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap
sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan.
Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana suatu material yang sudah dibuang atau
tidak dibutuhkan, seringkali masih memiliki nilai ekonomis. Penanganan sampah
ditempat, dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan sampah
pada tahap selanjutnya.
Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi
pemilahan (shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan
utama dan kegiatan di tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya timbulan sampah
(reduce)
C. Pengumpulan (collecting)
Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke lokasi TPS.
Umunmya dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong dan rumah-rumah
menuju ke lokasi TPS.
D. Pengangkutan (transfer and transport)
Adalah kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi pembuangan
pengolahan sampah atau lokasi pembuangan akhir.
E. Pengolahan (treatment)
Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai
alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah :
1. Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan
pemadatan (compacting), yang tujuannya adalah mempermudah penyimpanan
dan pengangkutan.
2. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat
mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat berkurang
hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan
merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena teknik tersebut
sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.
3. Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami (organik)
yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja
ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran
ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik,
seperti urea (Wied, 2004). Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang
lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat
pembuatan maupun cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan
dimanapun
4. Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi panas
maupun energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di Negara-
negara maju yaitu pada instalasi yang cukup besar dengan kapasitas ± 300
ton/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit listrik sehingga energi listrik (±
96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menekan
biaya proses pengelolaan.
F. Pembuangan akhir
Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-syarat
kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan adalah dengan
open dumping, di mana sampah yang ada hanya di tempatkan di tempat tertentu,
hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi. Teknik ini sangat berpotensi untuk
menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang direkomendasikan adalah
dengan sanitary landfill. Di mana pada lokasi TPA dilakukan kegiatan-kegiatan
tertentu untuk mengolah timbunan sampah.
Dewasa ini masalah sampah merupakan fenomena sosial yang perlu mendapat
perhatian dari semua fihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi
lain masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah. Seperti kita ketahui bersama
bahwa sampah yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai
dampak negatif pada lingkungan. Gangguan yang ditimbulkan meliputi bau,
penyebaran penyakit hingga terganggunya estetika lingkungan. Beberapa
permasalahan yang timbul dalam sistem penanganan sampah sistem yang terjadi
selama ini adalah :
1. Dari segi pengumpulan sampah dirasa kurang efisien karena mulai dari
sumber sampah sampai ke tempat pembuangan akhir, sampah belum dipilah-
pilah sehingga kalaupun akan diterapkan teknologi lanjutan berupa
komposting maupun daur ulang perlu tenaga untuk pemilahan menurut
jenisnya sesuai dengan yang dibutuhkan, dan hal ini akan memerlukan dana
maupun menyita waktu.
2. Pembuangan akhir ke TPA dapat menimbulkan masalah, diantaranya :
- Perlu lahan yang besar bagi tempat pembuangan akhir sehingga hanya cocok
bagi kota yang masih mempunyai banyak lahan yang tidak terpakai. bila kota
menjadi semakin bertambah jumlah penduduknya, maka sampah akan
menjadi semakin bertambah baik jumlah dan jenisnya. Hal ini akan semakin
bertambah juga luasan lahan bagi TPA.
- Dapat menjadi lahan yang subur bagi pembiakan jenis-jenis bakteri serta
bibit penyakit lain juga dapat menimbulkan bau tidak sedap yang dapat
tercium dari puluhan bahkan ratusan meter yang pada akhirnya akan
mengurangi nilai estetika dan keindahan lingkungan.
2.2 Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan
kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Dari sudut
pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah
tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah
tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat
lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak
menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran
dan yang lainnya ( Aswar, 1986).
Meningkatnya volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat urban dapat
disaksikan dari Kota Denpasar, yaitu pada tahun 2002 rata-rata produksi sampah
sekitar 2.114 m3/hari yang bersumber dari sampah rumah tangga, sampah sejenis
sampah rumah tangga, dan sampah spesifik. Dalam jangka waktu 4 tahun, yaitu tahun
2006, jumlah produksi sampah telah meningkat menjadi 2.200 m3/hari (Tim Kota
Sanitasi Kota Denpasar, 2007). Sementara itu, rendahnya pengetahuan, kesadaran,
dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi suatu permasalahan
yang perlu mendapat perhatian dalam pengelolaan lingkungan bersih dan sehat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah di antaranya :
a) sosial politik, yang menyangkut kepedulian dan komitment pemerintah dalam
menentukan anggaran APBD untuk pengelolaan lingkungan (sampah),
membuat keputusan publik dalam pengelolaan sampah serta upaya
pendidikan, penyuluhan dan latihan keterampilan untuk meningkatkan
kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah,
b) Aspek Sosial Demografi yang meliputi sosial ekonomi (kegiatan pariwisata,
pasar dan pertokoan, dan kegiatan rumah tangga,
c) Sosial Budaya yang menyangkut keberadaan dan interaksi antarlembaga
desa/adat, aturan adat (awig-awig), kegiatan ritual (upacara adat/keagamaan),
nilai struktur ruang Tri Mandala, jiwa pengabdian sosial yang tulus, sikap
mental dan perilaku warga yang apatis
d) keberadan lahan untuk tempat penampungan sampah,
e) finansial (keuangan)
f) keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan (5) kordinasi
antarlembaga yang terkait dalam penanggulangan masalah lingkungan
(sampah).Sampah semakin hari semakin sulit dikelola, sehingga disamping
kesadaran dan partisipasi masyarakat, pengembangan teknologi dan model
pengelolaan sampah merupakan usaha alternatif untuk memelihara lingkungan
yang sehat dan bersih serta dapat memberikan manfaat lain.
2.3 Teknologi pengolahan sampah di Swedia
Swedia merupakan salah satu negara maju di Eropa dengan jumlah penduduk
kurang lebih 10 juta jiwa yang tidak memiliki cukup sumberdaya alam seperti halnya
di Indonesia, namun terkenal dengan industri mobil raksasa VolvoDibandingkan
dengan negara-negara Eropa pada umumnya, Swedia memiliki konsep pembangunan
yang sedikit berbeda, yaitu sangat berorientasikan pada kelestarian alam. Di beberapa
kota seperti di Gotenborg, banyak dijumpai kondisi perumahan yang halaman
belakang rumah penduduknya adalah hutan pinus asli. Selain itu Swedia merupakan
salah satu negara yang telah berhasil mengedepankan peran perempuan (gender)
dalam derap pembangunannya termasuk dalam dunia politik. Sebagai contoh di kota
Gotenborg, anggota parlemen perempuan mencapai 50 % dan Perdana Menteri yang
terbunuh adalah perempuan
Berkaitan dengan system pengelolaan persampahan, Swedia selalu
mengedepankan bahwa sampah merupakan salah satu resources yang dapat
digunakan sebagai sumber energi. Sangat berbeda dengan kondisi pengelolaan
persampahan di Indonesia, dasar pengelolaan persampahan diletakkan pada minimasi
sampah dan pemanfaatan sampah sebagai sumber energi. Keberhasilan penanganan
sampah tersebut didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat yang sudah sangat
tinggi mengingat perilaku masyarakat merupakan variable penting
Berikut adalah beberapa fakta terkait pengelolaan sampah di Swedia:
A. Pemilahan Sampah dan Daur Ulang
Masyarakat Swedia telah terbiasa memilah sampah yang mereka hasilkan di
rumah-rumah sebelum membuangnya ke tempat pembuangan. Hal tersebut tentu saja
mempermudah proses pemilahan sampah dalam skala yang lebih besar. Selain itu,
ada kebijakan pemerintah yang menetapkan ketersediaan pusat daur ulang sampah
setiap 300m dari wilayah pemukiman. Hal ini ditargetkan untuk mendorong perilaku
masyarakat untuk membuang dan memperlakukan limbah dengan benar.
B. Memberdayakan kembali barang bekas
Warga Swedia cenderung menggunakan kembali barang-barang daripada
membuang atau mendaur ulang. Ini termasuk kebiasaan mengisi ulang produk-
produk, daripada membuang atau mendaur ulang wadahnya. Kebiasaan menggunakan
produk yang bisa digunakan ulang, tentu saja membuat mereka terhindar dari
membeli produk baru yang berpotensi menghasilkan sampah lainnya
C. Pant System
Pemerintah menyediakan reward dalam bentuk uang bagi setiap botol atau
kaleng bekas yang ditaruh di fasilitas duar ulang. Sistem ini disebut pant system yang
telah sukses mendaur ulang jutaan sampah setiap tahunnya. Pant system juga disebut
sebagai salah satu faktor yang membentuk perilaku masyarakat dalam menangani
sampah sehari-hari.
D. Peran Produsen
Pemerintah juga menghimbau pihak produsen yang memproduksi barang
yang berpotensi menjadi limbah untuk berpartisipasi. Beberapa retail barang seperti
perusahaan pakaian H&M akan memberikan diskon bagi pelanggan yang
‘mengembalikan’ pakaian yang sudah tidak dipakai lagi. Di samping itu, mereka juga
mencoba inovasi agar limbah pakaian bekas dapat diatasi dengan lebih baik untuk ke
depannya.

Gambar 2.1 Sumber: pinterest

E. Penerapan Waste-to-Energy
Hal yang paling signifikan dari pengelolaan sampah di Swedia adalah
tersedianya fasilitas waste-to-energy. Lebih dari lima puluh persen limbah di Swedia
dibakar dengan suhu yang sangat tinggi di fasilitas ini untuk mengubahnya menjadi
energi listrik atau panas. Selain itu, abu dari proses pembakaran limbah ini juga dapat
dijadikan bahan konstruksi jalan. Untuk membuat fasilitas ini selaku bekerja
menghasilkan energi, Swedia bahkan mengimpor sampah dari negara-negara
tetangga.
Proses Pelaksanaan Pengelolaan Sampah di Swedia
Segi teknis
A. Pewadahan
1) Pewadahan individual disetiap rumah (single house) terdiri dari 2 unit dengan
volume 100 200 lt (2 warna yang berbeda, untuk menampung sampah dapur
dan sampah halaman)
2) Pewadahan komunal (container atau TPS) khusus untuk menampung berbagai
jenis sampah seperti untuk sampah plastik, gelas, kertas, pakaian/tekstil,
logam, sampah besar (bulky waste), sampah B3 (batu baterai, lampu neon dll)
dan lain-lain.
B. Pengumpulan
1) Pengumpulan sampah (door to door) dengan compactor truck berbeda untuk
setiap jenis sampah.
2) Waktu pengumpulan door to door 1 X seminggu
3) Pengumpulan sampah juga dilakukan secara perpipaan (single house,
apartemen maupun fasilitas publik)
C. Daur Ulang
Contoh kegiatan daur ulang adalah antara lain adalah :
1) Pemisahan setiap jenis kertas (10 kategori ), kertas hasil daur ulang
seluruhnya di export keluar negeri
2) Ban bekas dihancurkan dan digunakan sebagai bahan bakar incinerator
3) Plastik bekas digunakan sebagai bahan baku pakaian hangat
4) Kulkas bekas di pisahkan setiap komponen pembangunnya dan freon di daur
ulang
5) Komputer bekas dipisahkan setiap komponen pembangunnya (logam,
plastik/kabel, baterai dll)
6) Gelas/botol kaca dipisahkan berdasarkan warna gelas (putih, hijau dan gelap)
dan dihancurkan
D. Composting
1) Composting dilakukan secara manual atau semi mekanis baik untuk skala
individual, komunal maupun skala besar (di lokasi landfill).
2) Sampah yang digunakan hanya sampah potongan tanaman dengan masa
proses 3-6 bulan (windrow system).
3) Sampah dari rumah tangga tidak digunakan ( kualitas kompos yang
dihasilkannya tidak sebaik kompos dari potongan tanaman)
E. Biogas
1) Sampah organic sebagian diolah dengan digester sebagai energi (gas bio).
2) Pemanfaatan gas bio antara lain untuk district heating, energi listrik, bahan
bakar mobil angkutan sampah dll
F. Incinerator
1) Kapasitas minimal per unitnya 500 ton per hari.
2) Energi panas dari incinerator digunakan untuk district heating (T 50 70 derajat
Celcius) dan supplai listrik (20 - 40 % pasokan listrik berasal dari incinerator).
3) Emisi gas dari Incinerator sesuai dengan ketentuan standar kualitas udara
Eropa mapun Swedia (termasuk dioxin).
G. Landfill
Fasilitas Utama Landfill
1) Recycling center
2) Composting
3) Landfill Gas Extraction
4) Pengolahan gas TPA menjadi energi listrik
5) Pengolahan Leachate
Fasilitas Penunjang Landfill
1) Kantor (dilengkapi ruang rapat, demonstration room dll),
2) Jembatan timbang,
3) Jalan,
4) Alat-alat berat,
5) Buffer zone
6) Tanah penutup
Segi Institusi
1) Sistem Pengelolaan sampah di Swedia sebagian besar dilakukan oleh
masyarakat dan swasta dengan pengawasan dari pemerintah kota.
2) Peran Pemerintah kota adalah menyusun kebijaksanaan dan strategi
penanganan sampah berdasarkan kebijaksanaan nasional Swedia dan Eropa,
dasar hukum ketentuan teknis dan keuangan (tariff) serta pengawasan.

Segi Keuangan
1) Secara umum alokasi dana untuk pengelolaan sampah baik berupa dana
investasi maupun operasi/pemeliharaan sepenuhnya berasal dari dana
masyarakat
2) Besar tarif adalah 1200 SEK atau 150 US dollar per tahun per kk.
3) Dana retribusi 100 % digunakan untuk pengelolaan sampah
Segi Peraturan
Jenis Peraturan
1) Peraturan Perundangan Lingkungan Hidup
2) Europe Directive (Council Directive 1999/31/EC on the landfill waste)
3) Peraturan Daerah
Dari Sisi Kebijakan
Kebijakan penanganan sampah di Swedia memiliki scenario, target dan
tahapan yang jelas dan realistis, seperti pengurangan sampah sebesar 70 % pada tahun
2015 atau mengurangi sampah organic dan combustible dibuang ke TPA pada tahun
2005. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan energi sampah semaksimal
mungkin. Berbeda dengan konsep kebijakan persampahan di Indonesia yang tidak
memiliki skenario, jangka waktu dan target yang jelas

Dari Sisi Pelaksanaan


A. Segi Teknis

1) Program 3R di swedia sudah dilaksanakan dengan sangat memadai. Hal


tersebut berkat adanya dukungan dari masyarakat yang sudah memiliki
wawasan dan pengetahuan yang cukup mengenai konsep penanganan sampah
dan pencemaran lingkungan. Kita di Indonesia perlu melaksanakan sosialisasi
untuk mengajak masyarakat melaksanakan program 3 R
2) Pembelajaran yang menarik dari program 3 R ini adalah maksimalnya
manfaat sampah sebagai sumber daya yang di Indonesia belum bisa
dilaksanakan. Sebagai contoh suplai energi listrik untuk seluruh kota di
Swedia yang berasal dari incinerator cukup besar (20 40 %), suplai energi
panas untuk district heating sebagian besar juga didapat dari biogas, landfill
gas dan incinerator. Selain itu produk daur ulang dari plastik sebagai bahan
baju panas memiliki kualitas yang cukup baik, demikian pula dengan produk
kertas daur ulang yang berhasil diexport ke negara lain (Eropa Timur, Asia,
Afrika dan lain-lain).
3) Incinerator telah berkembang bukan hanya berfungsi sebagai alat pereduksi
sampah tetapi juga sebagai penghasil energi listrik. Di Indonesia hal ini sulit
dilaksanakan, karena kondisi yang sangat berbeda terutama masalah
keterbatasan biaya dan karakteristik sampah kita yang memiliki nilai kalor
rendah
4) Konsep mengenai landfill sudah bergeser dari yang semula hanya sebagai
tempat pembuangan sampah menjadi tempat pengolahan karena dilengkapi
recycling center, biogas, landfill gas extraction dan lain-lain. Di Indonesia,
peran landfill sebagai hanya tempat pembuangan sampah yang cenderung
mencemari lingkungan secara bertahap perlu dikurangi, dengan menerapkan
proteksi lingkungan dan pemanfaatan landfill gas sebagai energi

B. Segi Kelembagaan
1) Adanya pemisahan peran stakeholder antara pembuat kebijakan dan operator,
di Indonesia kedua peran tersebut masih jadi satu.
2) Peran Pemerintah (Pusat maupun kota) lebih dominan sebagai pembuat
kebijakan dan fasilitator, di Indonesia seharusnya dapat melakukan hal yang
sama
3) Pihak swasta dan masyarakat sebagai operator, di Indonesia jumlahnya sangat
terbatas.
4) Kemampuan SDM yang sangat handal dan profesional dalam system
pengelolaan sampah merupakan modal yang sangat kuat dalam menentukan
keberhasilan program kebersihan di swedia, di Indonesia perlu upaya serius
dalam meningkatkan kualitas SDM.

C. Segi Keuangan
1) Retribusi yang dibebankan kepada masyarakat dibayarkan per tahun dengan
nilai yang sama untuk setiap jenis rumah tangga (tidak ada prinsip cross
subsidi) yaitu sebesar 1200 SEK atau 150 US dolar . Kondisi ini sulit
diterapkan di Indonesia
2) Insentif diberikan kepada mereka yang secara signifikan dapat mengurangi
jumlah sampah (untuk kompos maupun daur ulang). Hal seperti ini
sebenarnya dapat diterapkan di Indonesia
3) Pendapatan dari retribusi 100 % dikembalikan untuk biaya pengelolaan
sampah melalui kontrak dengan pihak swasta.

D. Segi Peraturan
Peraturan yang dibuat oleh Pemerintah yang berkaitan dengan ketentuan
pengelolaan sampah di Swedia (juga mengacu pada ketentuan Eropa) cukup realistis,
sistematis dan selalu menjadi acuan dalam pelaksanaan penanganan sampah di
lapangan baik oleh pihak pengelola maupun masyarakat. Di Indonesia, peraturan
suduh cukup banyak, namun penerapannya masih lemah

E. Segi Peran Serta Masyarakat dan Swasta

1) Tingginya kesadaran dalam proses pemilahan sampah, memilih produk


dengan kemasan yang ramah lingkungan (dapat didaur ulang) dan membayar
retribusi sesuai dengan ketentuan.
2) Tingginya peran perempuan (gender responsive) di bidang pengelolaan
kebersihan merupakan salah satu kunci sukses program 3 R terutama yang
berkaitan dengan proses pemilahan sampah.
3) Pembelajaran yang menarik dari aspek peran swasta adalah adanya kompetisi
yang sehat dalam memenangkan tender dan kualitas pekerjaan yang sangat
baik (tidak ada KKN) serta duduknya wakil partai /masyarakat sebagai direksi
perusahaan. Hal tersebut memungkinkan terselenggaranya kontrol aktif dan
perhatian terhadap kebutuhan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengelolaan Sampah maka diperlukan model pengelolaan sampah yang baik
dan tepat untuk dikembangkan di perkotaan dan perdesaan sehingga kualitas
kesehatan, kualitas lingkungan dapat ditingkatkan serta sampah dapat menjadi
sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Model hendaknya melibatkan berbagai komponen pemangku kepentingan dan
memperhatikan karakteristik sampah, karakteristik perkotaan atau perdesaan serta
keberadaan sosial-budaya masyarakat setempat.
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa masalah sampah adalah persoalan
semua pihak dalam suatu negara. Untuk menjadi negara yang bebas sampah, juga
diperlukan partisipasi pihak industri serta peran aktif masyarakat untuk mengelola
sampah. Dengan penanganan yang tepat dan tunjangan teknologi, Swedia berhasil
membuktikan diri sebagai negara terdepan dalam hal pengeloaan sampah.
3.2 Saran
Kita sebagai warga masyarakat harusnya lebih paham dan mengerti tentang
pengolahan sampah dan harus lebih sadar akan kebersihan lingkungan yang kita
diami. Karena dampak dari lingkungan kotor dapat mendatangkan penyakit bagi kita
sendiri dan masyarakat sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Nitikesari, Putu Ening. 2005. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam


Penanganan Sampah Secara Mandiri. di Kota Denpasar. Tesis Magister
Program Pascasarjana. Universitas Udayana, Denpasar. Diakses 29 – 08 -
2020

Praswilkel. 2011 . system pengolahan sampah . TPA EDUKASI TALANGAGUNG.


Diakses 29 – 08 - 2020

Suneducationgroup. Pengelolaan Sampah Terbaik di Dunia dari Swedia. Diakses 29


– 08 – 2020

Digilib. 15 September 2004. Pembelajaran Pengelolaan Persampahan di Swedia.


DIREKTORAT PERKOTAAN METROPOLITAN DIREKTORAT
JENDERAL TATA PERKOTAAN DAN TATA PERDESAAN
DEPARTEMEN KIMPRASWIL. Diakses 29 – 08 – 2020

Anda mungkin juga menyukai