Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Peraturan Pemerintah RI No.

150 tahun 2000 tentang Pengendalian kerusakan tanah untuk produksi biomassa: Tanah adalah salah atu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Tanah merupakan bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia, hewan hidup dari tumbuhan. Memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di laut, tetapi sebagian besar dari makanan kita berasal dari permukaan tanah. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban kita menjaga kelestarian tanah sehingga tetap dapat mendukung kehidupan di muka bumi ini. Akan tetapi, sebagaimana halnya pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun akibat kegiatan manusia juga. Di dalam PP No. 150 th. 2000 di sebutkan bahwa Kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui kriteria baku kerusakan tanah. Kerusakan tanah atau pencemaran tanah disebabkan oleh limbah domestik, lim ah cair, dan limbah rumah tangga. Jika mendengar istilah sampah, pasti yang terlintas dalam benak adalah setumpuk limbah yang menimbulkan aroma bau busuk yang sangat menyengat. Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah adalah zat kimia, energi atau makhluk hidup yang tidak mempunyai nilai guna dan cenderung merusak. Sampah merupakan konsep
1

buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produkproduk yang tak bergerak (wikipedia).

Sampah dapat berada pada setiap fase materi yaitu fase padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yaitu cair dan gas, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Bila sampah masuk ke dalam tanah maka kualitas tanah akan menurun. Peristiwa masuknya sampah ke tanah inilah yang dikenal sebagai peristiwa pencemaran tanah (Pasymi).

Berdasarkan sumbernya sampah terbagi menjadi sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan sampah pertambangan. Sedangkan berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi dua yaitu 1) sampah organik atau sampah yang dapat diurai (degradable) contohnya daun-daunan, sayuran, sampah dapur dll, 2) sampah anorganik atau sampah yang tidak terurai (undegradable) contohnya plastik, botol, kaleng dll.

Permasalahan sampah di Pontianak antara lain semakin banyaknya limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri, misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Laju pengurangan sampah lebih kecil dari pada laju produksinya serta kurangnya tempat sebagai pembuangan sampah. Hal ini lah yang menyebabkan sampah semakin menumpuk di setiap penjuru kota.

Timbunan sampah sebagai tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air, dan udara, menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan. Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi atau
2

mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaan.

Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit menular maupun penyakit kulit serta gangguan pernafasan. Dampak tidak langsung dari penanganan sampah yang kurang bijaksana adalah tanah akan kehilangan fungsinya. Tanah yang tidak sehat secara fisik tidak akan mampu menahan air ketika terjadi banjir dan menyimpan cadangan air di dalam tanah. Tanah yang tidak sehat secara kimia tidak akan mampu memberikan atau menghasilkan nutrisi yang diperlukan tanaman.

Selain penumpukan di tempat pembuangan sementra (TPS), sampah pun akan semakin meningkat jumlahnya di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Batu Layang kota Pontianak provinsi Kalimantan Barat pada TPA tersebut sampah sudah menggununng serta memakan area yang cukup luas.selain itu pengolahan sampah masih belum dilakukan dengan baik.

Berdasarkan hal itu kami merasa perlu untuk mengangkat masalah ini karena berhubungan dengan kerusakan alam sekitar dan kesehatan manusia.dampak yang ditimbulkan dari pencemaran tersebut tidak hanya bisa diselesaikan dalam jangka waktu yang sebentar melainkan perlu waktu yang lama karena efek negatif yang ditimbulkan akan bersifat permanen.

Berdasarkan data sementara hasil sensus 2010 yang diperoleh dari Badan Pusat Staitistik (BPS) Pontianak, jumlah penduduk kota Pontianak kini mencapai 550.304 jiwa (Efliza, 2010). Dari jumlah penduduk yang mencapai 550.304 jiwa tersebut berpotensi menghasilkan sampah yang cukup besar. Bila penduduk Pontianak berjumlah 500.000 jiwa saja dengan asumsi tiap penduduk menghasilkan sampah 1,5 liter sampah/ hari dengan komposisi sampah organik sebanyak 85 % (622.500 liter/ hari) sampah non organik dan 15 % (127.500 liter/ hari), maka volume sampah yang ada di kota Pontianak adalah 750 m3/ hari (Anonim, 2008). Jika dihitung pertahun maka jumlah sampah di kota Pontianak mencapai 273.750 m3/ tahun atau 5 kali lebih besar dari volume candi Borobudur yang hanya 55.000 m3. Jadi dapat dibayangkan betapa banyaknya sampah yang dihasilkan pertahun di kota Pontianak. Bila Pemkot Pontianak tidak serius manangani masalah ini, maka sangat sulit rasanya untuk mewujudkan kota Pontianak "BERSINAR" (Bersih, Indah, Nyaman, Aman dan Ramah) yang merupakan slogan yang selalu melekat pada kota Pontianak.

B. Rumusan Masalah a. Apa perubahan wilayah yang terjadi setelah di buat TPA tersebut ? b. Apakah TPA sampah Batu Layang kota Pontianak memberikan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya ? c. Apakah ada usaha dari pemerintah untuk meminimalisir dampak negatif dari sampah-sampah tersebut

C. Tujuan a.Mengetahui dampak negatif dari TPA sampah Batu Layang kota Pontianak. b.Mengetahui cara penanggulangan sampah

BAB II

A.Tinjauan Pustaka

Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;

2. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton;

Sampah organik tidak merusak lingkungan, malah dapat bermanfaat untuk kesuburan tanah. Sedangkan sampah anorganik dapat merusak susunan tanah karena tidak dapat terurai. Sampah anorganik banyak yang sulit hancur dan sulit diolah. Untuk mengolah sampah ini memerlukan biaya dan teknologi tinggi.

Sampah anorganik yang sulit diuraikan akan menimbulkan masalah serius dalam kaitannya dengan pencemaran lingkungan terutama pencemaran tanah, bakteri pengurai di dalam tanah tidak dapat menguraikan misalnya kaleng, kayu, besi, dan plastik. Sedangkan untuk sampah organik tidak ada masalah dalam penguraiannya, bakteri pengurai mampu menguraikannya.
5

Sampah anorganik yang terbagi menjadi sampah rumah tangga, sampah industri, dan sampah makhluk hidup. Intensitas pencemarannya sangat tinggi dan selanjutnya menimbulkan kerugian untuk masyarakat, sampah rumah tangga misalnya setiap hari kita diposisikan sebagai produsen sampah yang senantiasa memproduksi sampah terus- menerus. Sampah jenis ini dakan terus bertambah seiring dengan barang kehidupan sehari-hari yang digunakan.

Pengelolahan sampah yang tidak baik dapat memberikan dampak negatif terhadap daerah di sekitarnya. Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit menular maupun penyakit kulit serta gangguan pernafasan.

Namun, pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilaidari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi atau mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaan.

B. Metode Penulisan Lokasi : Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Batu Layang Metode yang kami gunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah 1. Melakukan pengamatan di lokasi 2. Mengumpulkan sumber dari buku- buku pustaka maupun internet 3. Menumpulkan sumber dari Badan Pusat Statitik kota Pontianak
6

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Berdasarkan data sementara hasil sensus 2010 yang diperoleh dari BadanPusat Staitistik (BPS) Pontianak, jumlah penduduk kota Pontianak kini mencapai 550.304 jiwa (Efliza, 2010). Dari jumlah penduduk yang mencapai 550.304 jiwa tersebut berpotensi menghasilkan sampah yang cukup besar. Bila penduduk Pontianak berjumlah 500.000 jiwa saja dengan asumsi tiap penduduk menghasilkan sampah 1,5 liter sampah/ hari dengan komposisi sampah organik sebanyak 85 % (622.500 liter/ hari) sampah non organik dan 15 % (127.500 liter/ hari), maka volume sampah yang ada di kota Pontianak adalah 750 m3/ hari (Anonim, 2008). Jika dihitung pertahun maka jumlah sampah di kota Pontianak mencapai 273.750 m3/ tahun atau 5 kali lebih besar dari volume candi Borobudur yang hanya 55.000 m3. Dari metode yang telah kami terapkan kami mendapatkan hasil sebagai berikut: 1. Masyarakat merasa sedikit terganggu dengan adanya TPA sampah Batu Layang di kawasan tersebut. 2. Adanya keluan dari masyarakat mengenai penurunan kualitas tanah di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Batu Layang. 3. Adanya investor yang berfungsi untuk mengolah gas metan (CH4)

B. Pembahasan

TPA sampah Batu Layang Kota Pontianak yang dibangun pada tahun 1997 ternyata memberikan perubahan yang besar. Diantaranya wilayah TPA sampah tersebut. Dulunya merupakan daerah hutan yang lebat dan juga merupakan tanah garapan. Sejak dijadikan TPA, wilayah tersebut yang dulunya penuh dengan macammacam tumbuhan serta menjadi habitat hewan, sekarang berubah menjadi gununggunung sampah yang dapat mencemari tanah di wilayah tersebut. Sangat di sayangkan wilayah yang dipakai untuk pembuatan TPA adalah lahan yang masih produktif, padahal masih banyak wilayah yang sudah tidak terpakai lagi. Misalnya wilayah bekas pertambangan.

Masyarakat merasa terganggu sejak adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Batu Layang yang berada di sekitar pemukiman penduduk dikarenakan adanya perubahan dari aspek kenyamanan, lingkungan maupun aspek kesehatan.

Dari aspek kenyamanan, masyarakat merasa terganggu dengan adanya hirik mudik truk pengangkut sampah yang walaupun sudah ditutup terpal, namun masih menyebarkan bau yang tidak sedap saat lewat. Selain itu, jalan-jalan yang menjadi jalan umum untuk warga juga menjadi rusak karena setiap hari dilewati truk pengangkut sampah. Jalan tersebut berlubang-lubang dan becek saat turunnya hujan.

Dari aspek lingkungan masyarakat merasa adanya penurunan fungsi tanah di sekitar kawasan TPA Batu Layang. Hal itu dapat di ketahui melalui beberapa kasus yaitu beceknya jalanan di sekitar TPA Batu Layang ketika hujan turun. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap air.

Keberadaan sampah plastik di TPA Batu Layang menjadi faktor utama penyebab penurunan fungi tanah. Plastik bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Racunracun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing. Jadi secara tidak langsung plastik merupakan limbah yang menyebakan terjadinya penurunan fungsi tanah.

Dari hasil pengamatan kami, tidak adanya pemisahan antara sampah organik dan sampah non organik pada TPA tersebut. Sampah hanya dipisahkan oleh pemulung dan di padatkan hanya dengan menggunakan satu mesin pemadat sampah. Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilaidari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi atau mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya.

Dari aspek kesehatan, masyarakat mengalami gangguan kesehatan. Salah satunya masyarakat mengalami gatal-gatal. Gatal- gatal tersebut diyakini masyarakat timbul karena air sumur yang tercemar. Air sumur merupakan salah satu bentuk dari
9

air tanah yang sumbernya berasal dari dalam tanah. Karena pemukiman penduduk berada tidak jauh dari lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Batu Layang maka tanah di pemukian penduduk juga tercemar. Jika tanah sudah tercemar maka secara tidak langsung air yang dihasilkan dari dalam tanah( air sumur) juga ikut tercemar. Hal ini dapat di amati dari warna air sumur yang hitam.

Untuk mengatasi hal ini pemerintah melakukan berbagai cara untuk mengurangi dampak negatif dari keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Batu Layang antara lain:

1. Pemerintah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak asing maupun lokal dalam menangani kasus sampah di TPA Batu Layang. Pemerintah Daerah telah bekerja sama dengan perusahaan asing PT Gikoko Kogyo Indonesia. 2. Pemerintah mencanangkan program penambah luas areal Tempat Penampungan Akhir (TPA) Batu Layang, perluasan areal ini juga di ikuti oleh kematangan pihakpihak terkait dalam mengelola sampah baik organik maupun anorganik serta meminimalisir dampak negatif terhadap tanah.

Adapun teknik yang dapat digunakan untuk mengurangi produksi sampah anorganik yang dihasilkan dari kegiatan manusia adalah sebagai berikut:

Reduce (Mengurangi); Sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

10

Reuse (Memakai kembali); Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

Recycle (Mendaur ulang) Sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri nonformal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Replace ( Mengganti) Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong kresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.

11

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Sampah di TPA sampah Batu Layang Kota Pontianak terdiri atas sampah organik dan sampah non organik. Pengelolahan sampah di TPA tersebut tergolong kurang baik, hal ini dapat di lihat dari banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari TPA tersebut.

12

Anda mungkin juga menyukai