Anda di halaman 1dari 6

Pembuatan Koagulan Alami dari Biji Pepaya dan Kulit Pisang

( Variabel konsentrasi NaCl, massa biji papaya dan kulit pisang)


Oleh :

Arie Anwar Dwi Putra

Jurusan Teknik Kimia ,Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta


e-mail : arie.anwar98@gmail.com

INTISARI
Umumnya masyarakat menggunakan bahan kimia untuk mengolah limbah cair, namun tanpa
disadari efek samping dari penggunaan bahan kimia seperti alumunium sulfat dalam jumlah dan
kurun waktu tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia seperti penyakit
alzeimer, parkinson dan penyakit syaraf lainnya, serta dapat merusak lingkungan sekitar.
Pengolahan limbah cair menggunakan bahan organik sebagai flokulan dan koagulan untuk
menggantikan folukan dan koagulan dari bahan kimia akan lebih aman bagi manusia karena lebih
ramah lingkungan juga mudah terdegradasi secara alamiah serta lebih ekonomis.
Ekstrak protein dari limbah biji pepaya dapat dapat digunakan sebagai koagulan dalam
proses pengolahan limbah cair, sedangkan getah serbuk kulit pisang kering dapat digunakan
sebagai flokulan dalam proses pengolahan limbah cair. Penelitian ini bertujuan untuk membuat
koagulan yang berasal dari biji pepaya dan flokulan yang berasal dari getah kulit pisang dengan
variabel konsentrasi NaCl sebagai bahan pelarut dan massa biji pepaya untuk mendapatkan hasil
ekstraksi protein yang maksimal.
Didapatkan hasil maksimal protein sebesar 10,43% digunakan konsentrasi NaCl sebesar 0,1
M dan massa biji pepaya 2,5 gram dan didapatkan kadar air pada kulit pisang sebesar 4,471%.

Kata kunci: koagulan, flokulan, biji pepaya, kulit pisang

PENDAHULUAN yang bertujuan untuk menggabungkan flok-


Koagulasi adalah penggumpalan flok kecil dimana akhirnya membentukan
partikel koloid yang membentuk endapan. flok flok yang lebih besar sehingga dapat
Dengan terjadinya koagulasi, maka zat mengendap (Marieanna,2013).
terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Proses pengolahan air limbah umumnya
Koagulasi dapat diproses secara fisik atau melibatkan proses koagulasi, flokulasi,
kimia. Perlakuan secara fisik, misalnya pengendapan, dan penyaringan. Penggunaan
dengan pemanasan, pendinginan, atau bahan kimia anorganik sebagai koagulan
pengadukan. sedangkan secara kimia, seperti aluminium sulfat disinyalir telah
misalnya dengan penambahan elektrolit atau membawa dampak kesehatan yang serius
koagulan yang berbeda muatan dengan seperti penyakit Alzeimer, Parkinson dan
partikel-partikel tersuspensi dan koloid. penyakit syaraf lainnya. Bahan kimia
Sedangkan flokulasi adalah suatu proses koagulan lainnya berbasis polimer organik

1
seperti akrilamida juga ditengarai menjadi
penyebab kanker dan racun syaraf.
(Carica papaya L.) merupakan
tanaman buah berupa herba dari famili
caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah
dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar
Mexsiko dan Coasta Rica. Tanaman banyak Gambar2. Kulit Pisang
ditanam orang, baik di daeah tropis maupun Menurut Castro (2011), kulit pisang dapat
dimanfaatkan dalam mengikat tembaga dan
sub tropis. di daerah-daerah basah dan kering
timah dari air sungai Parana Brasil yang
atau di daerah-daerah dataran dan tercemar dengan tembaga dan timah.
pegunungan. Menurut Yongabi. (2011), Hasilnya pun lebih baik dibandingkan
dengan bahan penyaring yang biasa
Ekstrak biji mampu mengurangi kekeruhan
digunakan seperi karbon dan silika. Kulit
air. pisang ini dapat digunakan hingga 11 kali
proses penjernihan.

METODE PENELITIAN
Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam
proses pembuatan koagulan alami dari biji
Gambar1. Biji Pepaya pepaya dan kulit pisang ini antara lain : Air
Tanaman pisang yang merupakan suku limbah batik, Biji Pepaya, Kulit pisang, NaCl
Musaceae termasuk kedalam tanaman yang 0,1M, Ca(0H)2 1%, dan Kertas pH.
besar memanjang (Mashur, 2011). Menurut Alat
Hewwet (2011), menyebutkan bahwa kulit Alat-alat yang dibutuhkan pada penelitian ini
pisang (Musa acuminate) di dalamnya adalah : Ember, Kain serbet, Alat tulis,
mengandung beberapa komponen biokimia, Turbidymeter, Rangkaian alat ekstraksi,
antara lain selulosa, hemiselulosa, pigemen Elemeyer, Gelas ukur, Pipet volume, Neraca
klorofil dan zat pektin yang mengandung analitik, Saringan 100 mesh, Oven dan Stop
asama galacturonic, arabinosa, galaktosa dan watch.
rhamnosa. Asam galacturonic menyebabkan
kuat untuk mengikat ion logam. Didasarkan
hasil penelitian, selulosa juga memungkinkan
pengikatan logam berat. Limbah kulit pisang
yang dicincang dapat dipertimbangkan untuk
menurunkan konsentrasi tembaga (Cu) dan
ion timbal (Pb) pada air yang terkontaminasi.

2
Skema Langkah Kerja
a). Pembuatan Serbuk dari kulit Pisang
kulit pisang Potong berukuran kecil

Blender sampai halus

Gambar3.Rangkaian Alat Ekstraksi


Bubuk siap diaplikasikan
Variabel Penelitian ke limbah cair

1. Variabel tetap : kecepatan pengadukan,


waktu ekstraksi, suhu ekstraksi.
2. Variabel bebas: konsentrasi NaCl, massa b). Pembuatan Koagulan Biji Pepaya
biji Pepaya ( bubuk ) dan massa kulit
pisang (bubuk),
Biji Pepaya
Langkah Kerja
a). Pembuatan serbuk dari kulit pisang yaitu Oven 6 jam, suhu 65 ℃
dengan cara kulit pisang dipotong sampai
berukuran kecil lalu dijemur sampai kering,
selanjutnya kulit pisang yang sudah kering Blender halus
diblender halus dan disaring dengan saringan
100 mesh lalu dianalisis kadar airnya untuk
selanjutnya siap diaplikasikan ke air limbah. Saring dengan saringan
b). Pembuatan koagulan dari biji Pepaya 100 mesh
dengan cara biji Pepaya dikeringkan
dioven selama 6 jam suhu 80℃ lalu biji
Pepaya yang sudah kering diblender sampai Tahap Ekstraksi
halus dan disaring dengan saringan 100
mesh, selanjutnya diekstraksi dengan larutan
NaCl selama 1 jam dengan suhu 65℃. Hasil
Variasi pelarut NaCl
ekstraksi biji pepaya dianalisis kandungan (0.1:0.15:0.20:0.25:0.
proteinnya. 30) + variasi Biji
Pepaya (2:2.5:3)gr

3
Ekstraksi dengan T=65℃ , 10.5 10.34
pengadukan 150 rpm, selama 1 jam

% Protein terlarut
10

9.5
8.96 9.02
Analisis Protein
9
8.54
8.5 8.23

Siap diaplikasikan ke limbah cair 8


0.10 0.15 0.20 0.25 0.30
Konsentrasi NaCl (M)

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4. Grafik % Protein terlarut Vs


1. Analisis Protein Terlarut Terhadap molaritas NaCl dengan Massa biji pepaya
Molaritas NaCl tetap.
Analisa protein dilakukan dengan
Dari Gambar 4. hubungan molaritas NaCl
metode khejdal ditimbang 10 ml sample
terhadap % protein terlarut terlihat bahwa
dimasukan di labu khejdal kemudian
semakin besar konsentrasi NaCl yang
ditambahkan 2,5 gram tablet kjeldahl , 2 butir
digunakan maka semakin kecil protein yang
batu didih dan 10 mL asam sulfat pekat ke
terlarut. Dari analisis yang dilakukan,
dalam labu. Dipanaskan dalam lemari asam
diperoleh kadar makasimal protein yang
sampai cairan mendidih dan menjadi jernih
terlarut menggunakan konsentrasi NaCl
dan cairan didinginkan , selanjutnya lakukan
sebesar 0,1M dengan protein terlarut yang
distilasi uap dengan penambahan 100 mL
diperoleh sebesar 10,34%.
aquades , 50 mL NaOH 50% distilat
sebanyak 75 mL ditampung dalam 2. Analisis Protein Terlarut Terhadap
Erlenmeyer yang telah diisi larutan baku HCl Massa Biji Pepaya
0,1 N sebanyak 75 mL dan indicator metil Analisis protein dilakukan dengan
merahsebanyak 5 tetes lalu diakukan titrasi metode khejdal, didapatkan hasil ekstrak
dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai protein maksimal dari variabel massa biji
terjadi peruhahan warna larutan merah pepaya dapat dilihat pada gambar 5.
menjadi kuning (M.A.Laksono,2012 ).
Pengaruh molaritas NaCl terhadap % protein
yang terlarut dapat dilihat pada Gambar 4.

4
dan NaCl yang berlebih akan
. menyebabkan proses denaturasi pada
10.34 protein hal ini membuat kadar protein
11
% Protein terlarut

10 akan turun.
9
8 2. Kadar air yang terdapat pada serbuk kulit
7
6 5.05 4.97 pisang sekitar 4,741%, kadar air yang
5
4 berlebih dapat memyebabkan
2 2.5 3 tumbuhnya jamur yang merusak kulit
Massa Biji Pepaya pisang dan dapat menurunkan efektifitas
kulit pisang sebagai penguat flok dalam
Gambar 5. Grafik % Protein Vs Massa biji proses pengolahan limbah cair.
pepaya dengan konsentrasi NaCl tetap. 3. Protein sangat rentan terhadap proses
denaturasi yang bisa disebabkan banyak
faktor maka dari itu butuh penanganan
3. Analisis Kadar Air Serbuk Kulit
yang khusus agar protein tidak rusak.
Pisang
Penentuan kandungan air dilakuakan SARAN
dengan metode oven, s kulit pisang 1. Hasil penelitian ini bisa diterapkan
dikeringkan dalam oven pada suhu 100- pada masyarakat untuk proses
110°C sampai didapat berat konstan. Selisih pengolahan limbah tekstil maupun
beart sebelum dan sesudah pengeringan limbah rumah tangga.
adalah banhyaknya air yang diuapkan 2. Perlunya penelitian lanjutan tentang
(Winarnao, F.G. 1993). Berdasarkan hasil pengaruh suhu, waktu, dan
penelitian didapat kadar kulit pisang sebesar pengadukan ekstraksi terhadap hasil
4,741% , serbuk kulit pisang yang baik ekstraksi protein.
menurut SNI (3751:2006) adalah dengan 3. Pada penelitian selanjutnya perlu
kadar air sebesar 6,92. Kadar air berhuungan pengujian getah pada kulit pisang.
dengan pertumbuhan jamur apabila kadar air 4. Pengaplikasian hasil penelitian
melewati standar kadar air serbuk akan dengan beberapa sumber limbah dan
titumbuhi jamur yang dapat merusak serbuk efektifitas koagulan organik dengan
kulit pisang yang meyebabkan terhambatnya koagulan anorganik.
proses terbentuknya flok.
DAFTAR PUSTAKA

PENUTUP Anonim. (2007). “Coagulation and


Kesimpulan Flocculation Process Fundamentals”.
Dari penelitian yang telah dilakuakan dapat Anonim.(1973). physical chemical
disimpulkan bahwa: wastewater treatment plant design.
1. Nilai protein optimal untuk ekstrak biji Castro, Mashur dkk. (2011).“Kulit Pisang
Sebagai Penjernih Air Alami”.Institute
pepaya adalah 10,43% dengan pelarut
Pertanian Bogor.
NaCl 0.1M dan massa biji pepaya 2.5gr,
NaCl telah jenuh pada konsentrasi 0,1 M

5
Dasar Dasar Kimia Tanah College of Science - Department of
,Goenadi,D.H.(alih Bahasa) , Biochemistry.
Radjagukguk,b(ed),Gadjah Mada
University Press Yogyakarta USDA
Nutrient database, (2014).
http://forlink.dml.or.id/pterapb/textile/1214.
htm. Diakses pada tanggal 23 januari
2019.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456
789/31527/4/chapter%20II.pdf.
Diakses pada tanggal 23 januari 2019.
http://ndb.nal.usda.gov/ Diakses pada
tanggal 24 januari 2019.
Institut Pertanian Bogor. “Manfaat biji Daun
Kelor sebagai koagulan”.
M.A.Laksono , V.P.Bintoro, S. Mulyani ,
(2014) “ Daya Ikat Air , Kadar Air dan
Protein Nugget Ayam yang
bersubtitusi dengan jamur tiram
Putih”,Surakarta
Marieanna, ST, (2013).“Penentuan Jenis
Koagulan dan Dosis Optimum untuk
Meningkatkan Efisiensi Sedimentasi
dalam Instalasi Pengolahan Air
Limbah Pabrik Jamu X", Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Universitas Katolik
Parahyangan.
Metcalf & eddy,inc,.(1972), Wastewater
engineering:collection treatment,
disposal,mc graw hill.new york.
Minnesota Rural Water Association.
Junaedy, E. (2008).“Pengolahan
Limbah Cair dengan Proses Kimia”.
Unvironmental Protection Agency,
technolog transfer seminar publication
Tan ,K.H.,(1995).
Yuniwati (2008).“Tanaman (Carica papaya
L.) untuk koagulan”.Universitas
SumatraUtara.
Yongabi Markus (2011),.“Penurunan
Kekeruhan Air Oleh Biji Pepaya, Biji
Semangka, dan Kacang Hijau”
.Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Zaenab Alzahrani (2009) “Salting in, salting
out, and dialysis of proteins” KSU -

Anda mungkin juga menyukai