Anda di halaman 1dari 14

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PADA INDUSTRI TEPUNG

KELAPA
DI PT. KALIMANTAN KELAPA JAYA

Hesty Wulandari Panggabean 1., Abubakar Alwi2

ABSTRAK

PT. Kalimantan Kelapa Jaya adalah pabrik tepung kelapa yang mengolah air
limbahnya menggunakan sistem IPAL sebelum dibuang ke lingkungan. Sumber penghasil
limbah berasal dari kegiatan produksi pengupasan batok kelapa dan pencucian kelapa putih.
Penelitian dilakukan dengan cara analisa langsung. Debit air limbah yang dihasilkan adalah
1.495,120 m3/hari. Perancangan ulang IPAL menambahkan bak koagulasi dan flokulasi serta
bak anaerobik dengan tujuan untuk mempermudah proses penurunan kadar COD, BOD, dan
TSS. Efisiensi hasil perancangan ulang IPAL untuk nilai COD yaitu: Bak santan 0%, bak
ekualisasi 0%, bak koagulasi dan flokulasi 25%, bak pengendapan awal 35%, bak anaerobik
60%, bak aerobik 90%, bak pengendapan akhir 35%. Efisiensi hasil perancangan ulang IPAL
untuk nilai BOD yaitu: bak santan 0%, bak ekualisasi 0%, bak koagulasi dan flokulasi 25%,
bak pengendapan awal 40%, bak anaerobik 60%, bak aerobik 60%, bak pengendapan akhir
40%. Efisiensi hasil perancangan ulang IPAL untuk nilai TSS yaitu: bak santan 0%, bak
ekualisasi 5%, bak koagulasi dan flokulasi 36%, bak pengendapan awal 60%, bak anerobik
65%, bak aerobik 10%, bak pengendapan akhir 90%. Effluent dari perancangan ulang IPAL
untuk hasil air buangan yaitu nilai COD 55,37%, BOD 99,99% dan TSS 3,28%. Nilai tersebut
memenuhi standar baku mutu air limbah Permen LH no 5 tahun 2014.

Kata kunci: IPAL, air limbah, perancangan ulang, standar baku mutu.

PENDAHULUAN dihasilkan dari PT. Kalimantan


Provinsi Kalimantan Barat Kelapa Jaya adalah tepung kelapa.
mempunyai luas areal perkebunan Kelapa yang dipilih sebagai bahan
kelapa sebesar 106.618 Ha dengan baku pembuatan tepung kelapa adalah
hasil produksi 78.759 ton (Statistik kelapa jenis lokal yang mempunyai
Perkebunan Indonesia Komoditas kandungan lemak cukup tinggi.
Kelapa 2015). Perkebunan kelapa Proses pengolahan kelapa
yang berada di Kalimantan Barat menjadi tepung dilakukan dengan
semua adalah perkebunan rakyat. cara mengupas kelapa yang masih
Berdasarkan potensi sumber daya utuh hingga menghasilkan daging
yang kaya alam (kelapa), PT. kelapa putih yang siap diproses.
Kalimantan Kelapa Jaya Daging kelapa kemudian diparut dan
mengembangkan produk-produk dari diuapkan atau di steam dengan
industri kelapa. Produk yang temperatur dan tekanan tertentu

1
Mahasiswa Prodi Magister Teknik Sipil FT Untan
2
Dosen Prodi Magister Teknik Sipil FT Untan
hingga menghasilkan tepung kelapa penelitian ini akan memperbaiki
dengan kadar air maksimal 3%. proses pengolahan air limbah (IPAL)
Proses pengolahan kelapa menjadi yang telah ada sehingga menjadi lebih
tepung kelapa menghasilkan limbah baik. Bagi masyarakat penelitian ini
berupa air kelapa, tempurung kelapa membuat lingkungan sekitar pabrik
dan kulit ari kelapa. Tempurung menjadi lebih bersih, tidak berbau dan
kelapa dapat digunakan sebagai bahan aman untuk dikonsumsi masyarakat.
bakar boiler. Kulit ari kelapa diproses
menjadi minyak kelapa. Air kelapa 2. LATAR BELAKANG
sejauh ini tidak dimanfaatkan Menurut Metcalf and Eddy
sehingga menjadi air limbah. (2003), air limbah adalah kombinasi
Air limbah yang dihasilkan dari cairan dan sampah cair yang
dari proses pembuatan tepung kelapa berasal dari daerah pemukiman,
dapat mencemari lingkungan sekitar perkantoran, dan industri yang
jika tidak diolah terlebih dahulu kadang-kadang hadir bersama air
karena didalam air kelapa terkandung tanah, air permukaan dan air hujan.
protein dan lemak yang apabila Air limbah industri adalah air
dibuang begitu saja akan hasil pengolahan suatu proses
menimbulkan bau busuk. PT. industri. Jenis air ini tergolong
Kalimantan Kelapa Jaya telah memiliki kualitas yang kurang baik
melakukan upaya pengolahan air karena kontaminan yang terkandung
limbah, namun masyarakat masih di dalam air industri bermacam-
mengeluh adanya pencemaran yang macam tergantung dari proses terkait
dihasilkan dari pabrik tersebut. yang menghasilkan air tersebut.
Pencemaran itu terjadi terhadap air Menurut Donald W Sundstrom
sungai yang berubah warna dan (1979), untuk mengetahui lebih luas
berbau. tentang air limbah, maka perlu
Tujuan dari penelitian ini kiranya diketahui juga secara detail
adalah untuk mengetahui besaran mengenai kandungan yang ada di
debit rata-rata air limbah tepung dalam air limbah juga sifat-sifatnya.
kelapa. Menganalisis besaran Setelah diadakan analisis ternyata
parameter COD, BOD, TSS, pH, bahwa air limbah mempunyai sifat
minyak dan lemak air limbah tepung yang dapat dibedakan menjadi tiga
kelapa. Menghitung tingkat efisiensi bagian besar di antaranya:
sistem pengolahan air limbah industri 1. Sifat fisik
tepung kelapa dicapai menggunakan 2. Sifat kimiawi
sistem yang ada. Mendisain perbaikan 3. Sifat biologis
sistem pengolahan air limbah industri Jaringan pengolahan air limbah
tepung kelapa. pada dasarnya dikelompokkan
Manfaat dari penelitian ini menjadi 3 (tiga) tahap yaitu
adalah Bagi pengembangan ilmu pengolahan primer, pengolahan
pengetahuan sebagai referensi bagi sekunder dan pengolahan tersier
penelitian sejenis tentang pengelolaan (Sunu, 2001). Pengertian dari ketiga
air limbah industri. Bagi perusahaan
pengolahan tersebut dapat dijelaskan Nusapati, Kecamatan Sungai Pinyuh,
sebagai berikut: Kabupaten Mempawah.
a. Pengolahan primer Penelitian dilakukan dengan
Pengolahan primer semata-mata cara observasi langsung di lokasi
mencakup pemisahan kerikil, industri tepung kelapa untuk
lumpur, dan penghilang zat yang mengumpulkan data-data yang
terapung (Sugiharto, 1987). Hal dibutuhkan dan mengamati seluruh
ini bisa dilakukan dengan proses produksi tepung kelapa dan
penyaringan dan pengendapan di teknik pengolahan air limbah. Salah
kolam-kolam pengendapan. satu cara pengumpulan data adalah
Buangan dari pengolahan primer dengan cara pengambilan sampel air
biasanya akan mengandung bahan limbah.
organik yang lumayan banyak Variabel penelitian berupa
dan BOD-nya relatif tinggi. karakteristik COD, BOD, TSS, pH,
b. Pengolahan sekunder minyak dan lemak pada air limbah
Pengolahan sekunder mencakup industri tepung kelapa yang diambil
pengolahan lebih lanjut dari sebagai data sekunder.Selanjutnya
buangan pengolahan primer. Hal hasil pengukuran tersebut menjadi
ini menyangkut pembuangan variabel-variabel yang akan
bahan organik dan sisa-sisa bahan dibandingkan dengan baku mutu air
terapung dan biasanya limbah dan akan dilakukan studi
dilaksanakan dengan proses literatur untuk mendisain instalasi
biologis menggunakan filter, pengolahan air limbah untuk
aerasi, kolam oksidasi dan cara- perbaikan sistem.
cara lainnya Parameter yang dianalisis
(Tchobanoglous,1991). Buangan adalah COD, BOD,TSS, pH, minyak
dari pengolahan sekunder dan lemak. Pengujian parameter
biasanya mempunyai BOD yang tersebut dilakukan dengan
kecil dan mungkin mengandung menggunakan metode yang ada pada
beberapa mg/l oksigen terlarut. Tabel 1.berikut:
c. Pengolahan lanjutan (tersier) Tabel 1.Metode Pengukuran
Pengolahan lanjutan Paramater Penelitian (Badan
dipergunakan untuk membuang Standarisasi Nasional, 2010)
bahan-bahan terlarut dan terapung
yang masih tersisa setelah
pengolahan biologis yang normal
apabila dibutuhkan untuk
pemakaian air kembali atau untuk
pengendalian etrofikasi di air
pertama (Tchobanoglous,1991).

3. METODELOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di PT. Pengukuran debit limbah akan
Kalimantan Kelapa Jaya, Desa dilakukan dengan menghitung
kecepatan aliran air limbah pada akan diteliti dan pengecekan
saluran inlet dan mengukur parameter penelitian dari limbah cair
penampang basah saluran. PT. Kalimantan Kelapa Jaya. Setelah
Pengukuran kecepatan aliran itu dilakukan pengambilan sampel
air limbah akan menggunakan bola dari masing-masing bak dan
pimpong, meteran 2 meter dan melakukan pengukuran dimensi pada
stopwatch. Pengukuran penampang masing-masing bak yang ada di unit
basah saluran menggunakan meteran pengolahan limbah cair PT.
2 meter dengan cara mengukur lebar Kalimantan Kelapa Jaya.
dan tinggi basah saluran.
Debit rata-rata akan dihitung 4.1. Hasil Analisa Air Limbah
menggunakan rumus sebagai berikut: 4.1.1. Kandungan BOD
Q=AxV BOD adalah ukuran
Dimana: kandungan oksigen terlarut yang
Q = debit aliran diperlukan oleh mikroorganisme di
A = luas penampang dalam air untuk menguraikan bahan
V = Kecepatan aliran organik yang ada di dalam air. BOD
Volume untuk pembuatan merupakan salah satu ukuran
bak sesuai dengan kapasitas kekuatan air limbah, dengan semakin
menggunakan rumus berikut: tinggi nilai BOD, maka air limbah
semakin tercemar. Adapaun hasil dari
Volume= analisa tersebut dapat dilihat pada
HRT Gambar 1.
x kapasitas pengolahan
24
Dimana:
HRT = waktu tinggal dalam bak

4. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi dan mendisain ulang
tentang sistem pengolahan limbah cair
PT. Kalimantan Kelapa Jaya.
Pengolahan yang sudah terdapat di Gambar 1. Grafik BOD Analisa vs
PT. Kalimantan Kelapa Jaya adalah Baku Mutu
bak pemisah santan, bak ekualisasi, Berdasarkan hasil analisa
bak pengendapan awal, bak aerasi dan BOD pada Gambar 1. Menunjukkan
bak pengendapan akhir. Penelitian ini bahwa nilai tertinggi BOD pada
mengevaluasi semua bak yang ada di limbah cair di kolam bak santan yaitu
sistem unit IPAL PT. Kalimantan 5.128 mg/l. Setelah melewati
Kelapa Jaya. beberapa tahapan proses dari kolam
Tahapan awal dari penelitian bak santan hingga ke air buangan
ini adalah survey lokasi tempat mengalami penurunan nilai BOD dan
pengambilan sampel limbah cair yang hasil akhir pada air buangan sebesar
16 mg/l. Nilai tersebut memenuhi beberapa tahapan proses dari kolam
syarat baku mutu air limbah yaitu bak santan hingga ke air buangan
kurang dari 75 mg/l. Namun terjadi mengalami penurunan nilai COD dan
kenaikan kadar BOD dari kolam bak hasil akhir pada air buangan sebesar
Pengendapan awal ke kolam bak 50 mg/l. Nilai tersebut memenuhi
Aerasi yaitu dari 1.580 mg/l keluaran syarat baku mutu air limbah yaitu
bak pengendapan awal menjadi 1.664 kurang dari 150 mg/l. Namun terjadi
mg/l keluaran bak aerasi. Keluaran kenaikan kadar COD dari kolam bak
bak aerasi mengalami peningkatan Pengendapan awal ke kolam bak
dimungkinkan karena waktu diam Aerasi yaitu 2.430 mg/l untuk bak
yaitu 1 jam untuk mengendapkan pengendapan awal dan 2.560 mg/l
lumpur aktif sebelum air limbah untuk bak aerasi. Perubahan tersebut
dipindahkan ke bak pengendapan dapat terjadi dikarenakan proses
akhir tidak cukup mengendapkan pemindahan air limbah dari bak
lumpur tersebut, sehingga saat proses pengendapan awal ke bak aerasi
pemindahan lumpur aktif juga ikut menggunakan pompa celup. Posisi
berpindah. pompa celup dimungkinkan berada
dekat dengan dasar bak, sehingga
4.1.2. Kandungan COD endapan pada bak tersebut ikut
Nilai COD berhubungan terhisap.
dengan kadar oksigen terlarut dan
oksigen terlarut merupakan parameter 4.1.3. Kandungan TSS
penting karena dapat digunakan untuk Tingginya nilai TSS dalam
mengetahui gerakan massa air serta suatu perairan dapat menghalangi
merupakan indikator yang peka bagi penetrasi cahaya matahari sehingga
proses-proses kimia dan biologi. menghambat proses fotosintesis yang
Adapun hasil dari analisa tersebut terjadi di dalamnya. Selain itu, TSS
dapat dilihat pada Gambar 2. juga dapat menyebabkan
pendangkalan badan air sebab
meningkatkan jumlah padatan yang
terendap dalam badan air. Adapaun
hasil dari analisa tersebut dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar 2. Grafik COD Analisa vs


Baku Mutu
Berdasarkan hasil analisis nilai
COD pada Gambar 2. menunjukkan Gambar 3. Grafik TSS Analisa vs
bahwa nilai COD sebelum proses Baku Mutu
adalah 7.890 mg/l. Setelah melewati
Nilai TSS yang dapat dilihat Nilai minyak dan lemak pada Gambar
pada Gambar 3. menunjukkan bahwa 4. menunjukkan bahwa mengalami
dari hasil pengukuran air limbah penurunan nilai dan memenuhi syarat
industri PT. Kalimantan Kelapa Jaya baku mutu air limbah. Proses yang
sebelum diolah yaitu pada inlet bak telah dilakukan oleh PT. Kalimantan
santan adalah 431 mg/l, namun pada Kelapa Jaya dalam mengurangi
inlet pengendapan awal yaitu outlet kandungan minyak/lemak adalah
Ekualisasi mengalami peningkatan dengan menyaring santan yang berada
yang sangat tinggi yaitu 1.135 mg/l. di atas permukaan air di dalam bak
Hal ini dimungkinkan karena proses santan. Santan tersebut kemudian
pemindahan air limbah menuju bak diproses lebih lanjut untuk
aerasi menggunakan pompa celup. menghasilkan minyak kelapa.
Pompa celup berada diposisi yang
mendekati endapan, sehingga
endapan terikut saat proses
pemindahan.

4.1.4. Kandungan Minyak dan


Lemak
Minyak/lemak merupakan
masalah utama dalam pengolahan
limbah cair. Minyak/lemak sering kali
Gambar 4. Grafik Minyak dan Lemak
menimbulkan penyumbatan
(clogging), sebab akan mengeras dan Analisa vs Baku Mutu
membentuk kerak sehingga dapat
menghalangi aliran air limbah pada 4.1.5. Kandungan pH
saluran pembuangan. Minyak/lemak Limbah cair mempunyai pH
tidak larut dalam air dan mengambang asam yang menunjukkan bahwa
di atas permukaan air limbah. limbah tersebut mengandung asam-
Dalam waktu 3-7 hari asam mineral atau asam organik yang
sebanyak 25% dari volume minyak tinggi. Selain itu, mengingat gas CO2
akan menguap dan sisanya akan yang dihasilkan dari penguraian zat
mengalami emulsifikasi. Selanjutnya organik oleh mikroorganisme, maka
emulsi minyak akan tedegradasi setelah berdifusi dengan air akan
membentuk asam karbonat yang
melalui oksidasi, baik secara
bersifat asam (Sunu, P., 2001).
fotooksidasi maupun oleh mikroba
Dengan nilai pH yang cenderung
dan dalam waktu 3-4 bulan, hanya
asam ini, maka diperlukan
tinggal kurang lebih 15-20% dari
pengolahan agar nilai tersebut
volume minyak yang mencemari
mencapai pH netral atau alkalis sesuai
suatu perairan (Manik, 2003). Hasil
dengan baku mutu air limbah yang
analisa kandungan minyak dan lemak
berlaku.
limbah cair dapat dilihat pada Gambar
Gambar 5. menunjukkan nilai
4.
pH dari hasil pengukuran air limbah
PT. Kalimantan Kelapa Jaya dapat Diketahui, panjang bak santan
dilihat bahwa proses awal masuknya 6,9 meter, lebar bak santan 3,9 meter
air limbah ke bak santan adalah tinggi bak santan 1,5 meter. Dari hasil
cenderung asam yaitu 3,11. Hal itu analisa yang dilakukan didapat rata-
dikarenakan air kelapa bersifat asam. rata debit aliran air adalah 1.495,120
Selama proses pengolahan air limbah m3/hari.
yang ada di PT. Kalimantan Kelapa
Jaya, pada setiap prosesnya 4.3.Dimensi dan Kapasitas Unit
menghasilkan perubahan nilai pH IPAlL
yang tidak terlalu signifikan bahkan Pengukuran dimensi
cenderung asam. Hal ini disebabkan dilakukan pada masing-masing bak
oleh terhambatnya degradasi bahan- yang ada di unit pengolahan air
bahan organik dalam setiap proses. limbah PT. Kalimantan Kelapa Jaya.
Proses degradasi bahan-bahan Hasil pengukuran dimensi dapat
organik dalam air limbah sangat dilihat pada Tabel 2. berikut:
dipengaruhi oleh keberadaan oksigen Tabel 2. Dimensi dan kapasitas unit
terlarut. Dengan minimnya IPAL
kandungan oksigen terlarut dalam air
limbah, maka kondisi anaerobik
menjadi lebih mudah sehingga nilai
pH air limbah mudah menjadi asam.
Namun air buangan mempunyai pH
7,01 yaitu pH yang memenuhi syarat
untuk dibuang kelingkungan sesuai
dengan baku mutu air limbah.
Berdasarkan hasil
pengukuran dimensi unit pengolahan
limbah sesuai dengan Tabel 2. di atas
dapat diketahui bahwa untuk bak
ekualisasi volume bak sangat kecil
yaitu 15,20 m3. Untuk volume bak
tersebut terlalu kecil dibandingkan
dengan volume bak santan. Hal
Gambar 5. Grafik pH Analisa vs Baku tersebut dapat mengakibatkan fungsi
Mutu kerja bak ekualisasi tidak dapat
berjalan maksimal.
4.2.Debit Air Limbah
Pengukuran debit limbah 4.4.Perancangan Ulang Pengolahan
dilakukan dengan menghitung Air Limbah
kecepatan aliran air limbah pada Perancangan ulang sistem
saluran inlet yaitu pada bak santan dan pengolahan air limbah adalah hasil
mengukur penampang basah saluran.
dari perhitungan masing-masing bak penurunan nilai yang sangat jauh dari
pengolahan. Terdapat beberapa nilai awal (influent).
pengolahan tambahan yang berfungsi
untuk mempermudah proses Tabel 4. Perkiraan Kualitas effluluent
pengolahan untuk tahapan dari Proses Pengolahan
selanjutnya. Tambahan proses Limbah Cair
pengolahan tersebut adalah
penambahan bak koagulasi dan
flokulasi serta penambahan bak
anaerobik.
Tabel 3. Hasil Perancangan Ulang
Sistem Pengolahan Limbah Cair PT.
Kalimantan Kelapa Jaya

Perbandingan nilai effluent hasil


pengukuran ulang pengolahan air
limbah dengan standar baku mutu air
Dengan ditambahnya bak limbah sesuai dengan PErmen LH no
flokuasi dan koagulasi, serta bak 5 tahun 2014 dapat dilihat pada
anaerobik sesuai dengan Tabel 3, Tabel.5 berikut:
dapat membantu mempermudah Tabel 5. Perbandingan kualitas
proses pengolahan air limbah yang Effluent dengan Standar
ada di PT. Kalimantan Kelapa Jaya.
Baku Mutu Air Limbah
4.5. Hasil Pengolahan
Effluent/hasil pengolahan yang
dihasilkan dari perancangan ulang
proses pengolahan air limbah pabrik
PT. Kalimantan Kelapa Jaya.
Hasil pengolahan yang
dihasilkan sesuai dengan Tabel 4.
dapat dilihat bahwa terjadi penurunan
nilai BOD, COD dan TSS untuk
masing-masing unit pengolahan
berdasarkan hasil perhitungan
redisain pengolahan air limbah hingga
pada hasil akhir (effluent) mengalami
200 berjalan dengan baik untuk penurunan
konsentrasi COD.
100

0
BOD COD TSS

Standar Baku Mutu Air Limbah


Permen LH no 5 tahun 2014 (mg/l)
Limbah cair pabrik kelapa (mg/l)
Gambar 7. Grafik Efisiensi nilai COD
Gambar 6. Grafik perbandingan baku pengolahan air limbah
mutu dengan kualitas Nilai efisiensi COD untuk
effluent hasil pengukuran perancangan ulang dapat dilihat pada
ulang Gambar 8.
Gambar 6. menunjukkan bahwa
nilai effluent untuk parameter COD,
BOD dan TSS yang dihasilkan dari
perancangan ulang pengolahan air
limbah di PT. Kalimantan Kelapa
Jaya lebih rendah dari standar baku
mutu air limbah. Dengan demikian
menunjukkan bahwa perancangan Gambar 8. Grafik efisiensi COD
ulang yang dilakukan memenuhi hasil perancangan ulang
standar baku mutu air limbah Gafik efisiensi COD untuk hasil
berdasarkan Permen LH no 5 tahun perancangan ulang yang dapat dilihat
2014. pada Gambar 8. menunjukkan adanya
peningkatan efisiensi untuk nilai COD
4.6.Efisiensi Pengolahan Tepung dari awal bak santan hingga bak
Kelapa pengendapan akhir. Peningkatan
efisiensi terjadi pada bak aerobik,
4.6.1.Efisiensi untuk nilai COD
dimana nilai efisiensi yang dihasilkan
Nilai efisiensi berdasarkan
adalah 90%.
Gambar 7. dari bak awal ke bak akhir
mengalami peningkatan. Namun pada
bak pengendapan awal mengalami 4.6.2.Efisiensi untuk nilai BOD
penurunan efisiensi hingga -5,30%. Nilai efisiensi dari unit
Hal tersebut terjadi dikarenakan nilai pengolahan air limbah dalam
COD pada inlet lebih rendah menurunkan nilai BOD dapat dilihat
dibandingkan outlet. Pada bak Aerasi pada Gambar 9.
ke bak pengendapan akhir terjadi
peningkatan nilai efisiensi COD yaitu
dari 67,97% ke 93,90%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa proses aerasi
pada bak aerobik sebesar 90%. Nilai
tersebut dapat terjadi jika bak aerobik
berjalan dengan baik, yaitu pada
kinerja lumpur aktifnya serta kinerja
diffuser sebagai pemompa oksigen
untuk proses oksidasi di bak aerobik.

Gambar 9. Grafik Efisiensi nilai BOD 4.6.3.Efisiensi untuk Nilai TSS


pengolahan air limbah Total Suspended Solid adalah
Berdasarkan Gambar 9. dapat jumlah berat dalam mg/l kering
dilihat terjadi penurunan nilai BOD lumpur yang ada di dalam air limbah
pada awal proses pengolahan air setelah mengalami penyaringan
limbah. Penurunan tersebut dapat dengan membran berukuran 0,45
dilihat dari nilai efisiensi BOD pada mikron. Nilai efisiensi TSS dari unit
bak santan ke bak ekualisasi. Terjadi pengolahan air limbah PT.
kenaikan nilai BOD pada outlet bak Kalimantan Kelapa Jaya dapat dilihat
pengendapan awal dibandingkan dari Gambar 11.
dengan inletnya sehingga
menghasilkan nilai efisiensi BOD -
5,32%. Hal tersebut dapat terjadi
dikarenakan proses pemindahan air
limbah dari bak pengendapan awal
menuju bak aerasi yang menggunakan
pompa celup, sehingga padatan yang
mengendap di dasar bak terikut saat
proses pemindahan air limbah. Gambar 11. Grafik efisiensi nilai TSS
Nilai efisiensi BOD untuk pengoalahan air
perancangan ulang dapat dilihat pada limbah
Gambar 10. Berdasarkan Gambar 11.
Menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan nilai TSS yang sangat
besar pada outet ekualisasi sehingga
mengakibatkan efisiensi TSS pada
bak ekulisasi menjadi -430,37%. Hal
tersebut dapat terjadi dikarenakan
volume bak ekualisasi sangat kecil
sehingga proses kerja bak tersebut
tidak berjalan dengan baik.
Gambar 10. Grafik efisiensi COD
hasil perancangan Nilai efisiensi TSS untuk
ulang perancangan ulang dapat dilihat pada
Gambar 10. menunjukkan nilai Gambar 12.
efisiensi BOD dari hasil perancangan
ulang mengalami kenaikan terutama
Minyak lemak 15 mg/l; dan pH 6-
9.
3. Hasil dari perancangan ulang
masing-masing bak pengolahan air
limbah PT. Kalimantan Kelapa
Jaya menghasilkan perubahan
ukuran dimensi sesuai dengan
debit aliran limbah cair PT.
Gambar 12 Grafik efisiensi TSS hasil Kalimantan Kelapa Jaya.
perancangan ulang 4. Efisiensi COD dari masing-masing
Gambar 12. menunjukkan nilai bak pengolahan limbah cair PT.
efisiensi TSS untuk hasil perancangan Kalimantan Kelapa Jaya sesuai
ulang pengolahan air limbah dengan hasil analisa yang telah
mengalami peningkatan pada hasil dilakukan adalah bak santan
akhir yaitu di bak pengendapan akhir 55,13%, bak ekualisasi 31,35%,
sebesar 90%. Nilai TSS dapat
bak pengendapan awal -5,35%,
mengalami penurunan apabila waktu
bak aerasi 67,97%, bak
tinggal pada masing-masing bak pengendapan akhir 93,90%.
berjalan sesuai dengan yang 5. Efisiensi BOD dari masing-masing
direncanakan. Sehingga pada saat
bak pengolahan limbah cair PT.
proses pemindahan endapan dari
Kalimantan Kelapa Jaya sesuai
masing-masing bak tidak terikut ke
dengan hasil analisa yang telah
proses selanjutnya.
dilakukan adalah bak santan
37,58%, bak ekualisasi 50,64%,
5. KESIMPULAN DAN SARAN bak pengendapan awal -5,32%,
bak aerasi 67,97%, bak
5.1.Kesimpulan pengendapan akhir 96,99%.
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari
6. Efisiensi TSS dari masing-masing
penelitian ini adalah :
bak pengolahan limbah cair PT.
1. Besar debit limbah cair pabrik
Kalimantan Kelapa Jaya sesuai
tepung kelapa PT. Kalimantan
dengan hasil analisa yang telah
Kelapa Jaya adalah 1.495,120
dilakukan adalah bak santan
m3/hari.
50,35%, bak ekualisasi -430,37%,
2. Hasil uji air buangan pengolahan
bak pengendapan awal 85,37%,
air limbah PT. Kalimantan Kelapa
bak aerasi 25,30%, bak
Jaya yang dibuang ke lingkungan
pengendapan akhir 58,87%.
yaitu: BOD 16 mg/l; COD 50mg/l;
7. Efisiensi minyak dan lemak dari
TSS 51 mg/l; minyak lemak 0,25
masing-masing bak pengolahan
mg/l; pH 7,01. Hasil tersebut telah
limbah cair PT. Kalimantan
memenuhi Standar Baku Mutu
Kelapa Jaya sesuai dengan hasil
sesuai dengan Permen LH no 5
analisa yang telah dilakukan
Tahun 2014 yaitu: BOD 75 mg/l; adalah bak santan 24,00%, bak
COD 150 mg/l; TSS 100 mg/l; ekualisasi 21,05%, bak
pengendapan awal 26,67%, bak
aerasi 18,18%, bak pengendapan kapur yang berfungsi untuk
akhir 44,44%. meningkatkan pH pada limbah
8. Efisiensi hasil perancangan ulang cair.
pengolahan air limbah untuk nilai 13. Dengan menambahkan bak
COD yaitu: Bak santan 0%, bak anaerob pada redisain pengolahan
ekualisasi 0%, bak koagulasi dan limbah cair di PT. Kalimantan
flokulasi 25%, bak pengendapan Kelapa Jaya dapat mengurangi
awal 35%, bak anaerobik 60%, bak nilai COD dan BOD yang ada.
aerobik 90%, bak pengendapan Persentase pengaruh penambahan
akhir 35%. bak anaerob untuk mengurangi
9. Efisiensi hasil perancangan ulang COD dan BOD adalah sebesar
pengolahan air limbah untuk nilai 90%. Hal tersebut dapat membantu
BOD yaitu: bak santan 0%, bak mengurangi beban kerja lumpur
ekualisasi 0%, bak koagulasi dan aktif pada proses aerob dibak
flokulasi 25%, bak pengendapan aerobik.
awal 40%, bak anaerobik 60%, bak
aerobik 60%, bak pengendapan 5.2.Saran
akhir 40%. 1. Perlunya pengendalian
10.Efisiensi hasil perancangan ulang penggunaan air pada tiap proses
pengolahan air limbah untuk nilai produksi tepung kelapa terutama
TSS yaitu: bak santan 0%, bak pada proses pecucian kelapa agar
ekualisasi 5%, bak koagulasi dan air limbah yang dihasilkan
flokulasi 36%, bak pengendapan minimum.
awal 60%, bak anerobik 65%, bak 2. Perlunya bak anaerobik sebagai
aerobik 10%, bak pengendapan usaha dalam mengurangi nilai
akhir 90%. COD dan BOD yang terkandung di
11. Effluent dari perancangan ulang dalam air limbah. BOD dan COD
pengolahan air limbah yaitu: yang besar dapat menghambat
a. Nilai BOD = 55,37 mg/l proses kerja selanjutnya dan dapat
b.Nilai COD = 99,99 mg/l mengakibatkan kejenuhan pada
c. Nilai TSS = 3,28 mg/l lumpur aktif.
Masing-masing nilai masih di 3. Perlunya regenerasi lumpur aktif
bawah nilai standar baku mutu air pada proses aerobik agar proses
limbah sesuai dengan Permen LH pengurangan kadar BOD dan COD
no 5 tahun 2014 , yaitu: dapat berlangsung dengan baik.
a.Nilai BOD = 75 mg/l 4. Perlunya pemantauan terhadap
b.Nilai COD = 150 mg/l kualitas air di setiap bak-bak
c.Nilai TSS = 100 mg/l pengolahan limbah cair untuk
12. Adanya penambahan bak mengetahui seberapa besar
pengolahan limbah cair yaitu bak efisiensi dari masing-masing
koagulasi dan flokulasi serta bak proses.
anaerob. Fungsi dari bak koagulasi
dan flokulasi adalah sebagai bak
penambahan bahan kimia yaitu
DAFTAR PUSTAKA dan Lingkungan Perairan,
Kanisius, Yogyakarta.
Alaert. G dan Santika, S.S. 1987, Fardiaz, S,1992, Polusi Udara dan
Metoda Penelitian Air, Usaha Air, Kanisius,Yogyakarta. Habibi
Nasional, Surabaya. Islam. 2012, Tinjauan Instalasi
Anisatul, 2010, Kimia Lingkungan, Pengolahan Air Limbah
http://virochemist.blogspot.co.i Industri Tekstil PT. Sukun
d/2010/12/ indikator- Kudus, Universitas Negeri
pencemaran-air.html?m=1, Yogyakarta, Yogyakarta.
diunduh tanggal 22 Desember Ketaren.S. 1986, Pengantar Teknologi
2017. Minyak dan Lemak Pangan, UII
BPPT, 2008, Buku Air Limbah Press, Jakarta.
Domestik DKI, Manik, K.E.S. 2003, Pengelolaan
http://www.kelair.bppt.go.id/P Lingkungan Hidup, Djambatan,
ublikasi/BukuAirLimbahDome Jakarta.
stikDKI/BAB9KOLAMLAGO Metcalf dan Eddy,1979, Wastewater
ON.pdf, diunduh tanggal 17 Engineering, Treatment,
Desember 2017. Disposal, Re Use, McGraw
Departemen Pekerjaan Umum. 2005, Hill, Series Water Resources
Tata Cara Perencanaan dan and Enviromental Engineering,
Pemasangan Tangki Biofilter New York.
Pengolahan Air Limbah Rumah Metcalf dan Eddy, 2003, Wastewater
Tangga dengan Tangki Engineering Treatment and
Biofilter, Pd-T-04-2005-C, Reuse 4th Editon. McGraw Hill,
Badan Litbang PU, Jakarta. New York.
Dephut, 2004, Informasi Setjen Nugroho Raharjo, dkk, 2002,
Pusstan, Teknologi Pengolahan Limbah
http://www.dephut.go.id/infor Cair Industri, Badan Pengkajian
masi/setjen/pusstan/info_5_1_0 dan Penerapan Teknologi,
604/isi_5.htm, diunduh tanggal Jakarta.
17 Desember 2017. Paytan, A and Mc Laughlin, K. 2007,
Direktorat Jendral Perkebunan. 2015, Phosphorus in Our Waters,
Statistik Perkebunan Kelapa Oceanography (20) 2: 200-208
Indonesia, Qasim, S.R., 1999, Wastewater
www.ditjenbun.pertanian.go.id Treatment Plant, The
/tinymcpuk/gambar/file/statisti University of texas at
k/.../KELAPA%202014- Arlington,CRC Press, New
2016.pdf, diunduh tanggal 22 York.
Januari 2017. Said.N, dkk, 2008, Teknologi
Donald W Sundstrom., Herbert E. Pengolahan Air Limbah Rumah
Klei. 1979, Wastewater Sakit
Treatment, Prentice Hall, USA. Dengan Sistem Biofilter
Effendi, H. 2003, Telaah Kualitas Air Anaerob-Aerob, Pusat
Bagi Pengelolaan Sumber Daya Pengkajian dan Penerapan
Teknologi Lingkungan. Badan
Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), Jakarta
Sawyer, C.N. 2003, Chemistryfor
Enviromental Engineering and
Science 5th edition, McGraw
Hill, Singapore.
Sudarminto, S.W.2016, Kelapa
(cocos nucifera L). Universitas
Brawijaya.
http://darsatop.lecture.ub.ac.id/
2016/02/kelapa-cocos-
nucifera-l/, diunduh pada
tanggal 30 november 2017.
Sudarmaji. 1997, Petunjuk Praktikum
Kualitas Air. Laboratorium
Hidrologi dan Kualitas Air,
Fakultas Geografi
UGM,Yogyakarta.
Sugiharto. 1987, Dasar-dasar
Pengolahan Air Limbah,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Suriawira, U.1993, Mikrobiologi Air
dan Dasar-Dasar Buangan
secara Biologis, Alumni,
Bandung.
Tjokrokusumo, KRT. Ir. 1998,
Pengantar Enviromental
Engineering, STTL,
Yogyakarta.
Wardhana, Wisnu Arya. 2004,
Dampak Pencemaran
Lingkungan, Edisi ke 3, Andi
Offset, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai