i
Prakata
Standar ini bertujuan untuk memberikan pedoman baku dalam perancangan fasilitas
penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan. Standar ini ditujukan bagi
perencana pelabuhan, untuk menjadi acuan yang seragam dalam perencanaan fasilitas
tersebut di pelabuhan.
Standar ini mengacu pada beberapa peraturan yang berlaku secara luas, seperti Manual
IMO, British Standard dan OCDI. Standar ini juga mengacu pada naskah akademik yang
relevan dengan perencanaan fasilitas penampungan limbah dan sampah, sehingga
diharapkan muatan yang terkandung dalam standar ini dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
iii
Fasilitas penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan jenis, jumlah dan penempatan fasilitas penampungan limbah
dan sampah dari kegiatan pelabuhan. Fasilitas penampungan yang dimaksud adalah
tempat penampungan sementara sebelum limbah dan sampah diangkut untuk ditangani
lebih lanjut.
2 Acuan normatif
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2009, Pengelolaan Limbah di
Pelabuhan.
MARPOL 73/78. International Convention for the Prevention of Marine Pollution from
Ships.
1 dari 26
3 Istilah dan definisi
3.1
pelabuhan
tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar
muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda
transportasi Commented [DA1]: Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan, Pasal 1 Ayat 4.
3.2
pelabuhan
Sisa suatu usaha dan/atau kegiatan Commented [DA2]: Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan
3.3
Bahan berbahaya dan beracun
bahan apapun yang jika dibuang ke laut, diketahui dapat menimbulkan bahaya bagi
kesehatan manusia, membahayakan sumber daya hayati di laut, merusak fasilitas, atau
melanggar pemanfaatan daerah perairan, dan termasuk setiap bahan yang diatur oleh
MARPOL Commented [DA3]: “Harmful substance means any substance which, if introduced into the sea, is liable to create hazard to human
health, to harm living resource and marine life, to damage amenities or to interfere with other legitimate uses of the sea, and includes
3.4 any substance subject to control by the present convention.”
minyak
Sumber: MARPOL 73/78 International Convention for the Prevention of Pollution from Ships, 1973, Article 2 – Definitions, paragraf 2,
minyak bumi dalam segala bentuknya,termasuk minyak mentah, bahan bakar minyak, dalam MARPOL Consolidated Edition 2006, hal. 4.
lumpur minyak, sampah minyak, dan hasil penyulingan (selain bahan petrokimia yang
diatur dalam Annex II MARPOL 73/78), dan, termasuk tapi tidak terbatas pada bahan- “Bahan–bahan berbahaya adalah setiap bahan dimana, jika dibuang ke laut, adalah secara hukum akan menimbulkan bahaya
bahan yang tercantum dalam Appendix I dari Annex II MARPOL 73/78 terhadap kesehatan manusia, berbahaya bagi makhluk hidup di laut dan sumber daya alam, merusak kekayaan alam atau menganggu
peruntukan laut dan termasuk didalamnya setiap bahan yang diawasi oleh konvensi – konvensi yang ada.”
3.5 Sumber: Pedoman Teknis Fasilitas Pengelolaan Limbah di Pelabuhan, dalam Salinan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 03 Tahun 2007 Tentang Fasilitas Pengumpulan dan Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun di Pelabuhan, hal.9.
bahan cair berbahaya/beracun (noxious liquid substances)
bahan yang termasuk dalam kolom Kategori Polusi pada bab 17 atau 18 dari Commented [DA4]: “Oil means petroleum in any form including crude oil, fuel oil, sludge, oil refuse and refined products (other than
International Bulk Chemical Code atau bahan-bahan yang menurut peraturan 6.3 Annex those petrochemicals which are subject to the provisions of Annex II of the present Convention) and, without limiting the
generality of the foregoing, includes the substances listed in appendix I to this Annex.”
II MARPOL termasuk ke dalam kategori X, Y atau Z
Sumber: MARPOL 73/78 Annex I Regulation for the Prevention of Pollution by Oil, Chapter 1 Regulation 1 – Definitions, paragraf 1,
3.6 dalam MARPOL Consolidated Edition 2006, hal. 45.
pewadahan individual Commented [DA5]: “Noxious liquid substance means any substance indicated in the Pollution Category column of Chapter 17 or 18 of
aktivitas penanganan penampungan sampah sementara dalam suatu wadah khusus the International Bulk Chemical Code or provisionally assessed under the provisions of regulation 6.3 as falling into category X, Y or Z.”
untuk dan dari sampah individu
Sumber: MARPOL 73/78 Annex II Regulation for the Control of Pollution by Noxious Liquid Substances in Bulk, Chapter 1 Regulation 1
3.7 – Definitions, paragraf 10, dalam MARPOL Consolidated Edition 2006, hal. 210.
pewadahan komunal
aktivitas penanganan sampah sementara dalam suatu wadah bersama baik dari
berbagai sumber maupun sumber umum
3.8
sampah
Sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
3.9
sampah organik
sampah organik yang mudah membusuk terdiri dari bekas makanan, bekas sayuran,
kulit buah lunak, daun-daunan dan rumput
2 dari 26
3.10
sampah anorganik
sampah seperti kertas, kardus, kaca/gelas, plastik, besi dan logam lainnya
3.11
sampah spesifik
Sampah yang karena sifat,konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan
khusus
3.12
tempat penampungan sementara
Tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau
tempat pengolahan sampah terpadu.
3.13
tempat pengolahan sampah terpadu
Tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang,
pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
3.14
tempat pemrosesan akhir
Tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara
aman bagi manusia dan lingkungan.
4 Prinsip umum
Fasilitas penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan sebaiknya dibuat
terpadu dengan Reception Facility yang merupakan fasilitas penampungan limbah dan
sampah dari kapal.
Pada prinsipnya standar ini mengacu pada peraturan yang telah berlaku terkait
pengelolaan limbah di pelabuhan, khususnya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 05 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan.
Jenis limbah yang dimaksud dalam standar ini adalah limbah cair bahan berbahaya dan
beracun (B3) yang dihasilkan dari kegiatan pelabuhan. Sumber limbah ini di antaranya
adalah (tapi tidak terbatas pada):
3 dari 26
yang telah mendapat persetujuan Bapedal dengan prosedur dan metode pengujian
yang ditetapkan oleh Bapedal.
2. Bagi penghasil yang menghasilkan limbah B3 yang sama secara terus menerus,
maka pengujian karakteristik masing-masing limbah B3 dapat dilakukan sekurang-
kurangnya satu kali. Apabila dalam perkembangannya terjadi perubahan kegiatan
yang diperkirakan mengakibatkan berubahnya karakteristik limbah B3 yang
dihasilkan, maka terhadap masing-masing limbah B3 hasil kegiatan perubahan
tersebut harus dilakukan pengujian kembali terhadap karakteristiknya.
1. Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas dari
pengkaratan serta kebocoran.
3. Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) atau bahan logam
(teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau SS440) dengan syarat bahan kemasan
yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya. Commented [DA7]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.2.3 Prinsip pengemasan limbah Beracun.
1. Limbah-limbah B3 yang tidak saling cocok, atau limbah dan bahan yang tidak saling
cocok tidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam satu kemasan;
3. Jika kemasan yang berisi limbah B3 sudah dalam kondisi yang tidak layak (misalnya
terjadi pengkaratan, atau terjadi kerusakan permanen) atau jika mulai bocor, maka
limbah B3 tersebut harus dipindahkan ke dalam kemasan lain yang memenuhi syarat
sebagai kemasan bagi limbah B3.
4. Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan tentang tata cara
dan persyaratan bagi penyimpanan limbah B3.
4 dari 26
a. Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak;
b. Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang akan
disimpan;
d. Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan
pemindahan atau pengangkutan (Gambar 1);
3. Limbah B3 yang disimpan dalam satu kemasan adalah limbah yang sama, atau
dapat pula disimpan bersama-sama dengan limbah lain yang memiliki karakteristik
yang sama, atau dengan limbah lain yang karakteristiknya saling cocok;
4. Untuk mempermudah pengisian limbah ke dalam kemasan, serta agar lebih aman,
limbah B3 dapat terlebih dahulu dikemas dalam kantong kemasan yang tahan
terhadap sifat limbah sebelum kemudian dikemas dalam kemasan dengan
memenuhi butir 2) di atas;
5 dari 26
c. Untuk limbah B3 yang mudah meledak kemasan dirancang tahan akan kenaikan
tekanan dari dalam dan dari luar kemasan.
6. Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan limbah B3 harus:
a. ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan mengenai
penandaan pada kemasan limbah B3;
b. selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan dilakukan
penambahan atau pengambilan limbah dari dalamnya;
7. Terhadap drum/tong atau bak kontainer yang telah berisi limbah B3 dan disimpan
ditempat penyimpanan harus dilakukan pemeriksaan kondisi kemasan sekurang-
kurangnya 1 (satu) minggu satu kali.
a. apabila diketahui ada kemasan yang mengalami kerusakan (karat atau bocor),
maka isi limbah B3 tersebut harus segera dipindahkan ke dalam drum/tong yang
baru, sesuai dengan ketentuan butir 1 diatas.
b. apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah, maka tumpahan limbah tersebut
harus segera diangkat dan dibersihkan, kemudian disimpan dalam kemasan
limbah B3 terpisah.
Jika akan digunakan untuk mengemas limbah B3 yang tidak saling cocok, maka
kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu sebelum dapat digunakan
sebagai kemasan limbah B3 dengan memenuhi ketentuan butir 1) di atas.
9. Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembali untuk mengemas
limbah B3 lain dengan karakteristik yang sama, harus disimpan ditempat
penyimpanan limbah B3. Jika akan digunakan untuk menyimpan limbah B3 dengan
karakteristik yang tidak saling sesuai dengan sebelumnya, maka kemasan tersebut
harus dicuci bersih terlebih dahulu dan disimpan dengan memasang “label
KOSONG” sesuai dengan ketentuan penandaan kemasan Limbah B3.
10. Kemasan yang telah rusak (bocor atau berkarat) dan kemasan yang tidak digunakan
kembali sebagai kemasan limbah B3 harus diperlakukan sebagai limbah B3. Commented [DA9]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.2.5 Tata cara penampungan limbah dalam tangki Beracun.
6 dari 26
a. rancang bangun dan peralatan penunjang sistem tangki yang akan dipasang;
c. jika sistem tangki dan atau peralatan penunjangnya terbuat dari logam dan
kemungkinan dapat terkontak dengan air dan atau tanah, maka evaluasi harus
mencakup pengukuran potensi korosi yang disebabkan oleh faktor lingkungan
serta daya tahan bahan tangki terhadap faktor korosi tersebut;
f. jika tangki dirancang untuk dibangun di dalam tanah, maka harus dengan
memperhitungkan dampak kegiatan di atasnya serta menerapkan rancang
bangun atau kegiatan yang dapat melindungi sistem tangki terhadap potensi
kerusakan.
3. Terhadap tangki penyimpanan limbah B3 yang telah terpasang dan atau telah
dioperasikan sebelum keputusan ini ditetapkan, atau terhadap tangki penyimpan
bahan yang menurut peraturan yang berlaku merupakan limbah B3, maka
pemilik/operator diharuskan untuk mengajukan rekomendasi pengoperasian tangki
dengan melampirkan laporan hasil evaluasi sesuai dengan butir 1) di atas.
a. tangki dan sistem penunjangnya harus terbuat dari bahan yang saling cocok
dengan karakteristik dan jenis limbah B3 yang dikemas/disimpannya;
c. tidak digunakan untuk menyimpan limbah mudah menyala atau reaktif kecuali:
2) limbah disimpan atau diolah dengan suatu cara sehingga tercegah dari
kondisi atau bahan yang menyebabkan munculnya sifat mudah menyala atau
reaktif.
7 dari 26
5. Untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan, tangki wajib dilengkapi
dengan penampungan sekunder. Penampungan sekunder dapat berupa satu atau
lebih dari ketentuan berikut: pelapisan (dibagian luar tangki); tanggul (vault;berm)
dan atau tangki berdinding ganda, dengan ketentuan bahwa penampungan sekunder
tersebut harus:
a. dibuat atau dilapisi dengan bahan yang saling cocok dengan limbah B3 yang
disimpan serta memiliki ketebalan dan kekuatan memadai untuk mencegah
kerusakan akibat pengaruh tekanan;
7. Pemilik atau operator harus memeriksa sistem perlindungankatodik (jika ada), untuk
memastikan bahwa peralatan tersebut bekerja sempurna. Pemeriksaan meliputi;
a. fungsi sistem perlindungan katodik harus dilakukan dalam 6 (enam) bulan setelah
pengoperasian awal, dan selanjutnya setiap tahun sekali;
8. Pemilik atau operator harus menyimpan catatan hasil pemeriksaan kegiatan nomor 6
dan 7 tersebut.
9. Sistem tangki atau sistem pengumpul sekunder yang mengalami kebocoran atau
gangguan yang menyebabkan limbah B3 yang disimpannya terlepas, maka pemilik
atau operator harus segera melakukan:
8 dari 26
b. memindahkan limbah B3 dari sistem tangki atau sistem penampungan sekunder.
1. Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2
(dua) x 2 (dua) kemasan (Gambar 2), sehingga dapat dilakukan pemeriksaan
menyeluruh terhadap setiap kemasan sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan
dapat segera ditangani.
9 dari 26
Gambar 3 - Penyimpanan kemasan limbah B3 dengan menggunakan rak
4. Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap dan
dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu) meter.
5. Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus disimpan secara
terpisah, tidak dalam satu blok, dan tidak dalam bagian penyimpanan yang sama.
Penempatan kemasan harus dengan syarat bahwa tidak ada kemungkinan bagi
limbah-limbah yang tersebut jika terguling/tumpah akan tercampur/masuk ke dalam
bak penampungan bagian penyimpanan lain. Commented [DA10]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.3.2 Penempatan tangki Beracun.
Penyimpanan limbah cair dalam jumlah besar disarankan menggunakan tangki (Gambar
4) dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Disekitar tangki harus dibuat tanggul dengan dilengkapi saluran pembuangan yang
menuju bak penampung.
2. Bak penampung harus kedap air dan mampu menampung cairan minimal 110% dan
kapasitas maksimum volume tangki.
3. Tangki harus diatur sedemikian rupa sehingga bila terguling akan terjadi di daerah
tanggul dan tidak akan menimpa tangki lain.
4. Tangki harus terlindung dari penyinaran matahari dan masuknya air hujan secara
langsung.
10 dari 26
Gambar 4 - Tempat penyimpanan limbah B3 cair dalam jumlah besar
5.3.3 Persyaratan lokasi bangunan penyimpanan
1. Merupakan daerah bebas banjir, atau daerah yang diupayakan melalui pengurugan
sehingga aman dari kemungkinan terkena banjir;
2. Jarak minimum antara lokasi dengan fasilitas umum adalah 50 meter. Commented [DA11]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.3.4 Persyaratan umum bangunan penyimpanan Beracun.
a. memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan jenis,
karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan/akan disimpan;
b. terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun tidak langsung;
c. dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai (Gambar
5) untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang penyimpanan, serta
memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau
binatang kecil lainnya ke dalam ruang penyimpanan;
11 dari 26
Gambar 5 - Sirkulasi udara dalam ruang penyimpanan limbah B3
d. memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk
operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka
lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan denqan
sakelar (stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan;
f. pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol) sesuai dengan
tata cara yang berlaku.
2. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak
retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah bak penampungan dengan
kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur
sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir kearah menjauhi bangunan
penyimpanan.
12 dari 26
Gambar 6 - Tata ruang gudang penyimpanan limbah B3
b. antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus dibuat tanggul atau
tembok pemisah untuk menghindarkan tercampurnya atau masuknya tumpahan
limbah B3 ke bagian penyimpanan lainnya.
d. sistem dan ukuran saluran yang ada harus dibuat sebanding dengan kapasitas
maksimum limbah B3 yang tersimpan sehingga cairan yang masuk ke dalamnya
dapat mengalir dengan lancar ke tempat penampungan yang telah disediakan.
b. Pagar pengaman;
e. Peralatan komunikasi;
g. Pintu darurat;
h. Alarm. Commented [DA12]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.3.5 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah mudah terbakar Beracun.
1. Jika bangunan berdampingan dengan gudang lain maka harus dibuat tembok
pemisah tahan api, berupa:
13 dari 26
a. tembok beton bertulang, tebal minimum 15 cm; atau
2. Pintu darurat dibuat tidak pada tembok tahan api pada butir a.
3. Jika bangunan dibuat terpisah dengan bangunan lain, maka jarak minimum dengan
bangunan lain adalah 20 meter.
4. Untuk kestabilan struktur pada tembok penahan api dianjurkan agar digunakan tiang-
tiang beton bertulang yang tidak ditembusi oleh kabel listrik.
5. Struktur pendukung atap terdiri dari bahan yang tidak mudah menyala. Konstruksi
atap dibuat ringan, dan mudah hancur bila ada kebakaran, sehingga asap dan panas
akan mudah keluar.
c. hidran pemadam api dan perlindungan terhadap hidran. Commented [DA13]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.3.6 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah mudah meledak Beracun.
1. Konstruksi bangunan baik lantai, dinding maupun atap harus dibuat tahan ledakan
dan kedap air. Konstruksi lantai dan dinding dibuat lebih kuat dari konstruksi atap,
sehingga bila terjadi ledakan yang sangat kuat akan mengarah ke atas (tidak ke
samping).
2. Suhu dalam ruangan harus dapat dikendalikan tetap dalam kondisi normal. Desain
bangunan sedemikian rupa sehingga cahaya matahari tidak langsung masuk ke
ruang gudang. Commented [DA14]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.3.7 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah reaktif, korosif dan beracun Beracun.
2. Konstruksi atap, dinding dan lantai harus tahan terhadap korosi dan api. Commented [DA15]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.3.8 Persyaratan bangunan untuk penempatan tangki Beracun.
14 dari 26
3. Tangki dan daerah tanggul serta bak penampungannya harus terlindung dari
penyinaran matahari secara langsung serta terhindar dari masuknya air hujan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Commented [DA16]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.4 Pengumpulan limbah Beracun.
1. Luas tanah termasuk untuk bangunan penyimpanan dan fasilitas lainnya sekurang-
kurangnya 1 (satu) hektar;
3. Lokasi harus cukup jauh dari fasilitas umum dan ekosistem tertentu. Jarak terdekat
yang diperkenankan adalah:
a. 150 meter dari jalan utama atau jalan tol; 50 meter dari jalan lainnya;
b. 300 meter dari fasilitas umum seperti daerah pemukiman, perdagangan, rumah
sakit, pelayanan kesehatan atau kegiatan sosial, hotel, restoran, fasilitas
keagamaan, fasilitas pendidikan, dll.
c. 300 meter dari perairan seperti garis pasang tertinggi laut, badan sungai, daerah
pasang surut, kolam, danau, rawa, mata air, sumur penduduk, dll.
d. 300 meter dari daerah yang dilindungi seperti cagar alam, hutan lindung,
kawasan suaka, dll. Commented [DA17]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.4.2 Persyaratan umum Beracun.
15 dari 26
Gambar 7 - Tata ruang fasilitas penyimpanan sementara limbah B3
2. Setiap bangunan pengumpulan limbah B3 dirancang khusus hanya untuk
menyimpan 1 (satu) karakteristik limbah, dan dilengkapi dengan bak penampung
tumpahan/ceceran limbah yang dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan
dalam pengangkatannya;
d. Peralatan komunikasi;
f. Pintu darurat dan alarm. Commented [DA18]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.4.3 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar Beracun.
16 dari 26
2. Dinding bangunan terbuat dari tembok tahan api yang dapat berupa:
3. Rangka pendukung atap terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar. Atap tanpa
plafon, terbuat dari bahan yang ringan dan mudah hancur jika terbakar, sehingga jika
terjadi kebakaran dalam tempat pengumpulan, asap dan panas menjadi mudah
untuk keluar;
4. Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam
ruang pengumpulan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah
masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang pengumpulan.
6. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak
retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan
kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan kemiringan lantai diatur
sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir ke arah menjauhi bangunan
penyimpanan;
7. Pada bagian luar bangunan harus dipasang tanda (simbol) limbah B3 mudah
terbakar, sesuai dengan peraturan penandaan yang berlaku. Commented [DA19]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.4.4 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 mudah meledak Beracun.
1. Bangunan penyimpanan harus memiliki lantai, dinding dan atap yang kuat terhadap
ledakan. Konstruksi lantai dan dinding harus lebih kuat dari konstruksi atap sehingga
jika terjadi ledakan yang kuat, maka ledakan akan mengarah ke atas (tidak ke
samping);
2. Ruang pengumpulan dilengkapi dengan pencatat suhu dan pengatur suhu dan atau
desain bangunan dirancang sedemikian rupa sehingga suhu dalam ruang
pengumpulan tidak akan melampaui suhu aman/normal penyimpanan;
3. Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam
ruang pengumpulan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah
masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang pengumpulan;
5. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak
retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan
kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur
17 dari 26
sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir menjauhi bangunan
penyimpanan;
6. Pada bagian luar bangunan harus dipasang tanda (simbol) limbah B3 mudah
meledak, sesuai dengan peraturan penandaan yang berlaku. Commented [DA20]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.4.5 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 bersifat korosif atau reaktif Beracun.
atau beracun
1. Konstruksi dinding harus dibuat mudah untuk dilepas sehingga penanganan limbah
dalam keadaan darurat lebih mudah untuk dilakukan;
2. Untuk bangunan pengumpulan limbah korosif dan reaktif, maka konstruksi bangunan
(atap, lantai dan dinding) harus terbuat dari bahan yang tahan korosi dan api/panas;
3. Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam
ruang pengumpulan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah
masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang pengumpulan;
5. Lantai bangunan pengumpulan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak
retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah bak penampungan dengan
kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur
sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir kearah menjauhi bangunan
penyimpanan;
6. Pada bagian luar bangunan harus dipasang tanda (simbol) limbah B3 sesuai dengan
peraturan penandaan yang berlaku. Commented [DA21]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.4.6 Fasilitas tambahan Beracun.
1. Laboratorium
2. Fasilitas pencucian
18 dari 26
b. Sebelum dapat dibuang ke lingkungan, maka terhadap cairan dalam bak
penampung tersebut harus dilakukan analisis laboratorium guna memperoleh
kepastian pemenuhan terhadap baku mutu. Cairan dari bak penampung dapat
dibuang ke lingkungan sepanjang beban maksimum tidak dilampauinya;
b. Lantai untuk kegiatan bongkar-muat harus kuat dan kedap air serta dilengkapi
dengan saluran pembuangan menuju bak penampung untuk menjamin tidak ada
tumpahan atau ceceran limbah B3 yang lepas ke lingkungan.
b. Kolam penampung darurat harus dirancang kedap air dan mampu menampung
cairan/bahan yang terkontaminasi dalam jumlah memadai;
a. Pemilik atau operator harus memiliki dan mengoperasikan alat-alat atau bahan-
bahan yang digunakan untuk mengumpulkan dan membersihkan ceceran atau
tumpahan limbah B3;
b. Bekas alat atau bahan pembersih tersebut, jika tidak dapat digunakan kembali
harus diperlakukan sebagai limbah B3. Commented [DA22]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
6 Fasilitas penampungan sampah Beracun.
a. Pemilahan;
b. Pengumpulan;
c. Pengangkutan;
d. Pengolahan; dan
e. Pemrosesan akhir sampah. Commented [DA23]: Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam
Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Pasal 14.
6.2 Pemilahan sampah
a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan
berbahaya dan beracun, seperti kemasan obat serangga, kemasan oli, kemasan
19 dari 26
obat-obatan, obat-obatan kadaluarsa, peralatan listrik dan peralatan elektronik rumah
tangga;
b. Sampah yang mudah terurai, antara lain sampah yang berasal dari tumbuhan,
hewan, dan/atau bagiannya yang dapat terurai oleh makhluk hidup lainnya dan/atau
mikroorganisme, seperti sampah makanan dan serasah;
c. Sampah yang dapat digunakan kembali, adalah sampah yang dapat dimanfaatkan
kembali tanpa melalui proses pengolahan, seperti kertas kardus, botol minuman,
kaleng;
d. Sampah yang dapat didaur ulang, adalah sampah yang dapat dimanfaatkan kembali
setelah melalui proses pengolahan, seperti sisa kain, plastik, kertas, kaca; dan
Sampah yang telah terpilah harus ditampung dalam sarana pewadahan berdasarkan
jenis sampah. Commented [DA24]: Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan Sampah dan
Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R
6.3 Pewadahan sampah
a. Volume sampah;
b. Jenis sampah;
c. Penempatan;
d. Jadwal pengumpulan;
e. Jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan. Commented [DA25]: Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan Sampah dan
Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R
6.3.2 Pola pewadahan
a. Pewadahan Individual
Diperuntukan bagi daerah permukiman tinggi dan daerah komersial. Bentuk yang
dipakai tergantung setara dan kemampuan pengadaannya dari pemiliknya.
b. Pewadahan Komunal
Diperuntukan bagi daerah pemukiman sedang/kumuh, taman kota, jalan pasar.
Bentuknya ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena sifat penggunaannnya
adalah umum. Commented [DA26]: Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan Sampah dan
Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R
6.3.3 Persyaratan umum
20 dari 26
h. Volume pewadahan untuk sampah yang dapat digunakan ulang, untuk sampah yang
dapat didaur ulang, dan untuk sampah lainnya minimal 3 hari serta 1 hari untuk
sampah yang mudah terurai. Commented [DA27]: Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan Sampah dan
Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R
6.3.4 Persyaratan sarana pewadahan
Label atau tanda dan warna wadah sampah dapat digunakan seperti pada tabel berikut Commented [DA29]: Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan Sampah dan
ini: Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R
Gambar contoh bahan dan bentuk wadah sampah dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 8 - Contoh bahan dan bentuk wadah sampah Commented [DA30]: Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan Sampah dan
Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R
21 dari 26
6.3.6 Karakteristik wadah sampah
Karakteristik wadah sampah ditentukan menurut pola pewadahannya, seperti pada tabel Commented [DA31]: Sumber: SNI 19-2454-2002, Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan.
berikut ini:
Kapasitas tipikal wadah sampah ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Commented [DA32]: Sumber: Disesuaikan dari SNI 19-2454-2002, Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan.
22 dari 26
a. Jumlah pelaku aktivitas pelabuhan
b. Jenis aktivitas di pelabuhan
c. Frekuensi pengambilan/pengumpulan sampah
d. Cara pengambilan sampah (manual atau mekanik)
e. Sistem pelayanan (individual atau komunal)
f. Wadah untuk sumber sampah besar boleh diletakkan di belakang bangunan dengan
alasan estetika dan kesehatan, dengan syarat menjamin kemudahan diambil. Commented [DA33]: Sumber: Disesuaikan dari Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan
Sampah dan Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R
6.3.8.2 Perhitungan kebutuhan wadah sampah
Jumlah wadah sampah yang dibutuhkan dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Jo Ts T
Jw
V Fp
Keterangan:
Jw adalah jumlah wadah sampah yang dibutuhkan
Jo adalah jumlah orang yang beraktivitas di pelabuhan
Ts adalah Timbulan sampah, 3 L/orang/hari
T adalah Periode pengambilan/pengumpulan sampah dalam satuan hari
V adalah volume wadah sampah yang digunakan
Fp adalah faktor pemadatan alat, 1,2 Commented [DA34]: Sumber: Disesuaikan dari Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan
Sampah dan Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R
6.3.8.3 Perencanaan penempatan wadah sampah
a. Lokasi wadah harus diusahakan di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan
pengangkutnya seperti di depan dan belakang pekarangan rumah, tepi trotoar jalan,
dan sebagainya.
23 dari 26
6.4 Pengumpulan sampah
1. Pada saat pengumpulan, sampah yang sudah terpilah tidak diperkenankan dicampur
kembali.
2. Pengumpulan didasarkan atas jenis sampah yang dipilah dapat dilakukan melalui :
4. Pengumpulan sampah dengan gerobak atau motor dengan bak terbuka atau mobil
bak terbuka tanpa sekat dikerjakan sebagai berikut :
a. Pengumpulan sampah yang mudah terurai dari sumbernya minimal 2 (dua) hari
sekali lalu diangkut ke TPS atau TPS 3R.
24 dari 26
Gambar 9 - Pola operasional pengumpulan sampah Commented [DA37]: Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan Sampah dan
Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R
25 dari 26
Bibliografi
Wolterink, J.W. Klein, et.al. “Port Reception Facilities for Collecting Ship Generated
Garbage, Bilge Water and Oily Waste. Activity B – Optimum Solution for Collection,
Treatment and Disposal of Relevant of Ship Generated Solid and Liquid Wastes.”
REMPEC Project Final Report No. MED.B4.4100.97.0415.8. The Hague: Tebodin B.V.,
2004.
26 dari 26