Anda di halaman 1dari 32

SNI XXXX:XXXX

Standar Nasional Indonesia

Fasilitas penampungan limbah dan sampah dari


kegiatan pelabuhan

ICS XX.XXXX Badan Standardisasi Nasional


Daftar Isi

Daftar Isi ..............................................................................................................................i


Prakata .............................................................................................................................. iii
1 Ruang lingkup........................................................................................................... 1
2 Acuan normatif ......................................................................................................... 1
3 Istilah dan definisi ..................................................................................................... 2
4 Prinsip umum............................................................................................................ 3
5 Fasilitas penampungan limbah cair bahan berbahaya dan beracun (B3) ................ 3
5.1 Jenis limbah ..................................................................................................... 3
5.2 Pengemasan/pewadahan limbah .................................................................... 3
5.2.1 Persyaratan pra pengemasan .............................................................. 3
5.2.2 Persyaratan umum kemasan ............................................................... 4
5.2.3 Prinsip pengemasan limbah ................................................................. 4
5.2.4 Tata cara penampungan limbah dalam kemasan ................................ 4
5.2.5 Tata cara penampungan limbah dalam tangki ..................................... 6
5.3 Penyimpanan limbah ....................................................................................... 9
5.3.1 Penyimpanan kemasan limbah ............................................................ 9
5.3.2 Penempatan tangki ............................................................................ 10
5.3.3 Persyaratan lokasi bangunan penyimpanan ...................................... 11
5.3.4 Persyaratan umum bangunan penyimpanan ..................................... 11
5.3.5 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah mudah terbakar .......... 13
5.3.6 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah mudah meledak .......... 14
5.3.7 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah reaktif, korosif dan
beracun .............................................................................................. 14
5.3.8 Persyaratan bangunan untuk penempatan tangki ............................. 14
5.4 Pengumpulan limbah ..................................................................................... 15
5.4.1 Persyaratan lokasi ............................................................................. 15
5.4.2 Persyaratan umum ............................................................................. 15
5.4.3 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar ..... 16
5.4.4 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 mudah meledak .... 17
5.4.5 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 bersifat korosif atau
reaktif atau beracun ........................................................................... 18
5.4.6 Fasilitas tambahan ............................................................................. 18
6 Fasilitas penampungan sampah ............................................................................. 19
6.1 Penanganan sampah..................................................................................... 19
6.2 Pemilahan sampah ........................................................................................ 19
6.3 Pewadahan sampah ...................................................................................... 20
6.3.1 Prinsip dasar ...................................................................................... 20
6.3.2 Pola pewadahan ................................................................................ 20
6.3.3 Persyaratan umum ............................................................................. 20
6.3.4 Persyaratan sarana pewadahan ........................................................ 21
6.3.5 Label dan warna wadah ..................................................................... 21
6.3.6 Karakteristik wadah sampah .............................................................. 22
6.3.7 Kapasitas tipikal wadah sampah ........................................................ 22
6.3.8 Perencanaan kebutuhan wadah sampah .......................................... 22
6.4 Pengumpulan sampah ................................................................................... 24
6.4.1 Metode pengumpulan ........................................................................ 24
6.4.2 Pola pengumpulan ............................................................................. 24
Bibliografi......................................................................................................................... 26

i
Prakata

Standar ini bertujuan untuk memberikan pedoman baku dalam perancangan fasilitas
penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan. Standar ini ditujukan bagi
perencana pelabuhan, untuk menjadi acuan yang seragam dalam perencanaan fasilitas
tersebut di pelabuhan.

Standar ini mengacu pada beberapa peraturan yang berlaku secara luas, seperti Manual
IMO, British Standard dan OCDI. Standar ini juga mengacu pada naskah akademik yang
relevan dengan perencanaan fasilitas penampungan limbah dan sampah, sehingga
diharapkan muatan yang terkandung dalam standar ini dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.

iii
Fasilitas penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan

1 Ruang lingkup

Standar ini menetapkan jenis, jumlah dan penempatan fasilitas penampungan limbah
dan sampah dari kegiatan pelabuhan. Fasilitas penampungan yang dimaksud adalah
tempat penampungan sementara sebelum limbah dan sampah diangkut untuk ditangani
lebih lanjut.

2 Acuan normatif

Undang-undang No. 17 Tahun 2008, Pelayaran.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009, Kepelabuhanan.

Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 17 Tahun 2000, Pedoman Penanganan


Barang Berbahaya dalam kegiatan Pelayaran di Indonesia.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013, Penetapan Rencana


Induk Pelabuhan Nasional.

Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 46 Tahun 1986, Pengesahan International


Convention For The Prevention Of Pollution From Ships 1973, Beserta Protokol.

Keputusan Menteri Perhubungan nomor 215 Tahun 1987, Pengadaan Fasilitas


Penampungan Limbah dari kapal.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2009, Pengelolaan Limbah di
Pelabuhan.

Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP-01/BAPEDAL/09/1995, Tata Cara dan


Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.

Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP-03/BAPEDAL/09/1995, Persyaratan Teknis


Pengolahan Limbah B3.

SNI 03.3242-1994, Tata cara pengelolaan sampah di permukiman.

SNI 19-2454-2002, Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan.

SNI 3242:2008, Pengelolaan sampah di permukiman.

International Maritime Organization, 2nd Edition 1999. Comprehensive Manual On Port


Reception Facilities

MARPOL 73/78. International Convention for the Prevention of Marine Pollution from
Ships.

1 dari 26
3 Istilah dan definisi

3.1
pelabuhan
tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar
muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda
transportasi Commented [DA1]: Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan, Pasal 1 Ayat 4.

3.2
pelabuhan
Sisa suatu usaha dan/atau kegiatan Commented [DA2]: Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan

3.3
Bahan berbahaya dan beracun
bahan apapun yang jika dibuang ke laut, diketahui dapat menimbulkan bahaya bagi
kesehatan manusia, membahayakan sumber daya hayati di laut, merusak fasilitas, atau
melanggar pemanfaatan daerah perairan, dan termasuk setiap bahan yang diatur oleh
MARPOL Commented [DA3]: “Harmful substance means any substance which, if introduced into the sea, is liable to create hazard to human
health, to harm living resource and marine life, to damage amenities or to interfere with other legitimate uses of the sea, and includes
3.4 any substance subject to control by the present convention.”
minyak
Sumber: MARPOL 73/78 International Convention for the Prevention of Pollution from Ships, 1973, Article 2 – Definitions, paragraf 2,
minyak bumi dalam segala bentuknya,termasuk minyak mentah, bahan bakar minyak, dalam MARPOL Consolidated Edition 2006, hal. 4.
lumpur minyak, sampah minyak, dan hasil penyulingan (selain bahan petrokimia yang
diatur dalam Annex II MARPOL 73/78), dan, termasuk tapi tidak terbatas pada bahan- “Bahan–bahan berbahaya adalah setiap bahan dimana, jika dibuang ke laut, adalah secara hukum akan menimbulkan bahaya
bahan yang tercantum dalam Appendix I dari Annex II MARPOL 73/78 terhadap kesehatan manusia, berbahaya bagi makhluk hidup di laut dan sumber daya alam, merusak kekayaan alam atau menganggu
peruntukan laut dan termasuk didalamnya setiap bahan yang diawasi oleh konvensi – konvensi yang ada.”
3.5 Sumber: Pedoman Teknis Fasilitas Pengelolaan Limbah di Pelabuhan, dalam Salinan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 03 Tahun 2007 Tentang Fasilitas Pengumpulan dan Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun di Pelabuhan, hal.9.
bahan cair berbahaya/beracun (noxious liquid substances)
bahan yang termasuk dalam kolom Kategori Polusi pada bab 17 atau 18 dari Commented [DA4]: “Oil means petroleum in any form including crude oil, fuel oil, sludge, oil refuse and refined products (other than
International Bulk Chemical Code atau bahan-bahan yang menurut peraturan 6.3 Annex those petrochemicals which are subject to the provisions of Annex II of the present Convention) and, without limiting the
generality of the foregoing, includes the substances listed in appendix I to this Annex.”
II MARPOL termasuk ke dalam kategori X, Y atau Z
Sumber: MARPOL 73/78 Annex I Regulation for the Prevention of Pollution by Oil, Chapter 1 Regulation 1 – Definitions, paragraf 1,
3.6 dalam MARPOL Consolidated Edition 2006, hal. 45.
pewadahan individual Commented [DA5]: “Noxious liquid substance means any substance indicated in the Pollution Category column of Chapter 17 or 18 of
aktivitas penanganan penampungan sampah sementara dalam suatu wadah khusus the International Bulk Chemical Code or provisionally assessed under the provisions of regulation 6.3 as falling into category X, Y or Z.”
untuk dan dari sampah individu
Sumber: MARPOL 73/78 Annex II Regulation for the Control of Pollution by Noxious Liquid Substances in Bulk, Chapter 1 Regulation 1
3.7 – Definitions, paragraf 10, dalam MARPOL Consolidated Edition 2006, hal. 210.
pewadahan komunal
aktivitas penanganan sampah sementara dalam suatu wadah bersama baik dari
berbagai sumber maupun sumber umum

3.8
sampah
Sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

3.9
sampah organik
sampah organik yang mudah membusuk terdiri dari bekas makanan, bekas sayuran,
kulit buah lunak, daun-daunan dan rumput
2 dari 26
3.10
sampah anorganik
sampah seperti kertas, kardus, kaca/gelas, plastik, besi dan logam lainnya

3.11
sampah spesifik
Sampah yang karena sifat,konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan
khusus

3.12
tempat penampungan sementara
Tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau
tempat pengolahan sampah terpadu.

3.13
tempat pengolahan sampah terpadu
Tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang,
pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.

3.14
tempat pemrosesan akhir
Tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara
aman bagi manusia dan lingkungan.

4 Prinsip umum

Fasilitas penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan sebaiknya dibuat
terpadu dengan Reception Facility yang merupakan fasilitas penampungan limbah dan
sampah dari kapal.

Pada prinsipnya standar ini mengacu pada peraturan yang telah berlaku terkait
pengelolaan limbah di pelabuhan, khususnya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 05 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan.

5 Fasilitas penampungan limbah cair bahan berbahaya dan beracun (B3)

5.1 Jenis limbah

Jenis limbah yang dimaksud dalam standar ini adalah limbah cair bahan berbahaya dan
beracun (B3) yang dihasilkan dari kegiatan pelabuhan. Sumber limbah ini di antaranya
adalah (tapi tidak terbatas pada):

1. Operasional peralatan bongkar muat pelabuhan


2. Ceceran aktivitas pergudangan
3. Aktivitas industri di kawasan pelabuhan

5.2 Pengemasan/pewadahan limbah

5.2.1 Persyaratan pra pengemasan

1. Setiap penghasil/pengumpul limbah B3 harus dengan pasti mengetahui karakteristik


bahaya dari setiap limbah B3 yang dihasilkan/dikumpulkannya. Apabila ada keragu-
raguan dengan karakteristik limbah B3 yang dihasilkan/dikumpulkannya, maka
terhadap limbah B3 tersebut harus dilakukan pengujian karakteristik di laboratorium

3 dari 26
yang telah mendapat persetujuan Bapedal dengan prosedur dan metode pengujian
yang ditetapkan oleh Bapedal.

2. Bagi penghasil yang menghasilkan limbah B3 yang sama secara terus menerus,
maka pengujian karakteristik masing-masing limbah B3 dapat dilakukan sekurang-
kurangnya satu kali. Apabila dalam perkembangannya terjadi perubahan kegiatan
yang diperkirakan mengakibatkan berubahnya karakteristik limbah B3 yang
dihasilkan, maka terhadap masing-masing limbah B3 hasil kegiatan perubahan
tersebut harus dilakukan pengujian kembali terhadap karakteristiknya.

3. Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkan kecocokannya terhadap


jenis dan karakteristik limbah yang akan dikemasnya. Commented [DA6]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.2.2 Persyaratan umum kemasan Beracun.

1. Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas dari
pengkaratan serta kebocoran.

2. Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengan karakteristik


Limbah B3 yang akan dikemasnya dengan mempertimbangkan segi keamanan dan
kemudahan dalam penanganannya.

3. Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) atau bahan logam
(teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau SS440) dengan syarat bahan kemasan
yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya. Commented [DA7]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.2.3 Prinsip pengemasan limbah Beracun.

1. Limbah-limbah B3 yang tidak saling cocok, atau limbah dan bahan yang tidak saling
cocok tidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam satu kemasan;

2. Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama penyimpanan, maka jumlah


pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
pengembangan volume limbah, pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan.

3. Jika kemasan yang berisi limbah B3 sudah dalam kondisi yang tidak layak (misalnya
terjadi pengkaratan, atau terjadi kerusakan permanen) atau jika mulai bocor, maka
limbah B3 tersebut harus dipindahkan ke dalam kemasan lain yang memenuhi syarat
sebagai kemasan bagi limbah B3.

4. Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan tentang tata cara
dan persyaratan bagi penyimpanan limbah B3.

5. Terhadap kemasan wajib dilakukan pemeriksaan oleh penanggung jawab


pengelolaan limbah B3 fasilitas (penghasil, pengumpul atau pengolah) untuk
memastikan tidak terjadinya kerusakan atau kebocoran pada kemasan akibat korosi
atau faktor lainnya.

6. Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan sebagai


bagian dari kegiatan pengelolaan limbah B3. Commented [DA8]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.2.4 Tata cara penampungan limbah dalam kemasan Beracun.

1. Kemasan (drum, tong atau bak kontainer) yang digunakan harus:

4 dari 26
a. Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak;

b. Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang akan
disimpan;

c. Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya;

d. Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan
pemindahan atau pengangkutan (Gambar 1);

Gambar 1 - Kemasan untuk penyimpanan limbah B3, a. kemasan drum


penyimpan limbah B3 cair; b. kemasan drum untuk limbah B3
sludge atau padat.
2. Kemasan yang digunakan untuk pengemasan limbah dapat berupa drum/tong
dengan volume 50 liter, 100 liter atau 200 liter, atau dapat pula berupa bak kontainer
berpenutup dengan kapasitas 2 M3, 4 M3 atau 8 M3,

3. Limbah B3 yang disimpan dalam satu kemasan adalah limbah yang sama, atau
dapat pula disimpan bersama-sama dengan limbah lain yang memiliki karakteristik
yang sama, atau dengan limbah lain yang karakteristiknya saling cocok;

4. Untuk mempermudah pengisian limbah ke dalam kemasan, serta agar lebih aman,
limbah B3 dapat terlebih dahulu dikemas dalam kantong kemasan yang tahan
terhadap sifat limbah sebelum kemudian dikemas dalam kemasan dengan
memenuhi butir 2) di atas;

5. Pengisian limbah B3 dalam satu kemasan harus dengan mempertimbangkan


karakteristik dan jenis limbah, pengaruh pemuaian limbah, pembentukan gas dan
kenaikan tekanan selama penyimpanan.

a. Untuk limbah B3 cair harus dipertimbangkan ruangan untuk pengembangan


volume dan pembentukan gas;

b. Untuk limbah B3 yang bereaksi sendiri sebaiknya tidak menyisakan ruang


kosong dalam kemasan;

5 dari 26
c. Untuk limbah B3 yang mudah meledak kemasan dirancang tahan akan kenaikan
tekanan dari dalam dan dari luar kemasan.

6. Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan limbah B3 harus:

a. ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan mengenai
penandaan pada kemasan limbah B3;

b. selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan dilakukan
penambahan atau pengambilan limbah dari dalamnya;

c. disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan untuk penyimpanan limbah B3


serta mematuhi tata cara penyimpanannya.

7. Terhadap drum/tong atau bak kontainer yang telah berisi limbah B3 dan disimpan
ditempat penyimpanan harus dilakukan pemeriksaan kondisi kemasan sekurang-
kurangnya 1 (satu) minggu satu kali.

a. apabila diketahui ada kemasan yang mengalami kerusakan (karat atau bocor),
maka isi limbah B3 tersebut harus segera dipindahkan ke dalam drum/tong yang
baru, sesuai dengan ketentuan butir 1 diatas.

b. apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah, maka tumpahan limbah tersebut
harus segera diangkat dan dibersihkan, kemudian disimpan dalam kemasan
limbah B3 terpisah.

8. Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan kembali untuk mengemas


limbah B3 dengan karakteristik:

a. sama dengan limbah B3 sebelumnya, atau

b. saling cocok dengan limbah B3 yang dikemas sebelumnya.

Jika akan digunakan untuk mengemas limbah B3 yang tidak saling cocok, maka
kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu sebelum dapat digunakan
sebagai kemasan limbah B3 dengan memenuhi ketentuan butir 1) di atas.

9. Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembali untuk mengemas
limbah B3 lain dengan karakteristik yang sama, harus disimpan ditempat
penyimpanan limbah B3. Jika akan digunakan untuk menyimpan limbah B3 dengan
karakteristik yang tidak saling sesuai dengan sebelumnya, maka kemasan tersebut
harus dicuci bersih terlebih dahulu dan disimpan dengan memasang “label
KOSONG” sesuai dengan ketentuan penandaan kemasan Limbah B3.

10. Kemasan yang telah rusak (bocor atau berkarat) dan kemasan yang tidak digunakan
kembali sebagai kemasan limbah B3 harus diperlakukan sebagai limbah B3. Commented [DA9]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.2.5 Tata cara penampungan limbah dalam tangki Beracun.

1. Sebelum melakukan pemasangan tangki penyimpan limbah B3, pemilik atau


operator harus mengajukan permohonan rekomendasi kepada Kepala Bapedal
dengan melampirkan laporan hasil evaluasi terhadap rancang bangun dari sistem
tangki yang akan dipasang untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan.

Laporan tersebut sekurang-kurangnya meliputi:

6 dari 26
a. rancang bangun dan peralatan penunjang sistem tangki yang akan dipasang;

b. karakteristik limbah B3 yang akan disimpan;

c. jika sistem tangki dan atau peralatan penunjangnya terbuat dari logam dan
kemungkinan dapat terkontak dengan air dan atau tanah, maka evaluasi harus
mencakup pengukuran potensi korosi yang disebabkan oleh faktor lingkungan
serta daya tahan bahan tangki terhadap faktor korosi tersebut;

d. perhitungan umur operasional tangki;

e. rencana penutupan sistem tangki setelah masa operasionalnya berakhir;

f. jika tangki dirancang untuk dibangun di dalam tanah, maka harus dengan
memperhitungkan dampak kegiatan di atasnya serta menerapkan rancang
bangun atau kegiatan yang dapat melindungi sistem tangki terhadap potensi
kerusakan.

2. Selama masa konstruksi berlangsung, maka pemilik/operator harus memastikan agar


selama pemasangan tangki dan sistem penunjangnya telah diterapkan prosedur
penanganan yang tepat untuk mencegah terjadinya kerusakan selama tahap
konstruksi. Pondasi, rangka penunjang, keliman, sambungan dan kontroltekanan
(jika ada) dirancang memenuhi persyaratan keamanan lingkungan. Sistem tangki
harus ditunjang kekuatan rangka yang memadai, terbuat dari bahan yang cocok
dengan karakteristik limbah yang akan disimpan atau diolah, dan aman terhadap
korosi sehingga tangki tidak mudah rusak.

3. Terhadap tangki penyimpanan limbah B3 yang telah terpasang dan atau telah
dioperasikan sebelum keputusan ini ditetapkan, atau terhadap tangki penyimpan
bahan yang menurut peraturan yang berlaku merupakan limbah B3, maka
pemilik/operator diharuskan untuk mengajukan rekomendasi pengoperasian tangki
dengan melampirkan laporan hasil evaluasi sesuai dengan butir 1) di atas.

4. Dalam pengoperasian tangki sebagai tempat pengemasan/pewadahan limbah B3,


maka:

a. tangki dan sistem penunjangnya harus terbuat dari bahan yang saling cocok
dengan karakteristik dan jenis limbah B3 yang dikemas/disimpannya;

b. limbah-limbah yang tidak saling cocok tidak ditempatkan secara bersama-sama


di dalam tangki. Apabila tangki akan digunakan untuk menyimpan limbah yang
tidak saling cocok dengan karakteristik limbah sebelumnya, maka tangki harus
terlebih dahulu dicuci bersih;

c. tidak digunakan untuk menyimpan limbah mudah menyala atau reaktif kecuali:

1) limbah tersebut telah diolah atau dicampur terlebih dahulu sebelum/segera


setetah ditempatkan di dalam tangki, sehingga olahan atau campuran limbah
yang terbentuk tidak lagi berkarakteristik mudah menyala atau reaktif; atau

2) limbah disimpan atau diolah dengan suatu cara sehingga tercegah dari
kondisi atau bahan yang menyebabkan munculnya sifat mudah menyala atau
reaktif.

7 dari 26
5. Untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan, tangki wajib dilengkapi
dengan penampungan sekunder. Penampungan sekunder dapat berupa satu atau
lebih dari ketentuan berikut: pelapisan (dibagian luar tangki); tanggul (vault;berm)
dan atau tangki berdinding ganda, dengan ketentuan bahwa penampungan sekunder
tersebut harus:

a. dibuat atau dilapisi dengan bahan yang saling cocok dengan limbah B3 yang
disimpan serta memiliki ketebalan dan kekuatan memadai untuk mencegah
kerusakan akibat pengaruh tekanan;

b. ditempatkan pada pondasi atau dasar yang dapat mendukungketahanan tangki


terhadap tekanan dari atas dan bawah dan mampu mencegah kerusakan yang
diakibatkan karena pengisian, tekanan atau uplift;

c. dilengkapi dengan sistem deteksi kebocoran yang dirancang dan dioperasikan 24


jam sehingga mampu mendeteksi kerusakan pada struktur tangki primer dan
sekunder, atau lepasnya limbah B3 dari sistem penampungan sekunder.

d. penampungan sekunder, dirancang untuk dapat menampung dan mengangkat


cairan-cairan yang berasal dari kebocoran, ceceran atau presipitasi.

6. Pemilik atau operator harus melakukan pemeriksaan sekurang-kurangnya 1 (satu)


kali sehari selama sistem tangki dioperasikan.

Pemeriksaan dilakukan terhadap:

a. Peralatan pengendalian luapan/tumpahan;

b. Mendeteksi korosi atau lepasnya limbah dari tangki;

c. Pengumpulan data untuk memastikan bahwa sistem tangki berfungsi sesuai


dengan rancang bangunnya; dan

d. Bahan-bahan konstruksi dan areal seputar sistem tangki termasuk struktur


pengumpul sekunder (misalnya tembok isolasi tumpahan) untuk mendeteksi
pengikisan atau tanda-tanda terlepasnya limbah B3 (misalnya bintik lembab,
kematian vegetasi);

7. Pemilik atau operator harus memeriksa sistem perlindungankatodik (jika ada), untuk
memastikan bahwa peralatan tersebut bekerja sempurna. Pemeriksaan meliputi;

a. fungsi sistem perlindungan katodik harus dilakukan dalam 6 (enam) bulan setelah
pengoperasian awal, dan selanjutnya setiap tahun sekali;

b. semua bagian yang dapat mempengaruhi sistem perlindungan (a) harus


diperiksa sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan sekali.

8. Pemilik atau operator harus menyimpan catatan hasil pemeriksaan kegiatan nomor 6
dan 7 tersebut.

9. Sistem tangki atau sistem pengumpul sekunder yang mengalami kebocoran atau
gangguan yang menyebabkan limbah B3 yang disimpannya terlepas, maka pemilik
atau operator harus segera melakukan:

a. penghentian operasional sistem tangki dan mencegah aliran limbah.

8 dari 26
b. memindahkan limbah B3 dari sistem tangki atau sistem penampungan sekunder.

c. mewadahi limbah yang terlepas ke lingkungan, mencegah terjadinya


perpindahan tumpahan ke tanah atau air permukaan, serta mengangkat
tumpahan yang terlanjur masuk ke tanah atau air permukaan.

d. membuat catatan dan laporan mengenai kecelakaan dan penanggulangan yang


telah dilakukan.

5.3 Penyimpanan limbah

5.3.1 Penyimpanan kemasan limbah

1. Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2
(dua) x 2 (dua) kemasan (Gambar 2), sehingga dapat dilakukan pemeriksaan
menyeluruh terhadap setiap kemasan sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan
dapat segera ditangani.

Gambar 2 - Pola penyimpanan kemasan drum di atas palet dengan jarak


minimum antar blok
2. Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya.Lebar gang
untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas kendaraan
pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya.

3. Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan


kemasan. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka tumpukan
maksimum adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet (setiap palet mengalasi
4 drum). Jika tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau kemasan terbuat dari plastik,
maka harus dipergunakan rak (Gambar 3).

9 dari 26
Gambar 3 - Penyimpanan kemasan limbah B3 dengan menggunakan rak
4. Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap dan
dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu) meter.

5. Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus disimpan secara
terpisah, tidak dalam satu blok, dan tidak dalam bagian penyimpanan yang sama.
Penempatan kemasan harus dengan syarat bahwa tidak ada kemungkinan bagi
limbah-limbah yang tersebut jika terguling/tumpah akan tercampur/masuk ke dalam
bak penampungan bagian penyimpanan lain. Commented [DA10]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.3.2 Penempatan tangki Beracun.

Penyimpanan limbah cair dalam jumlah besar disarankan menggunakan tangki (Gambar
4) dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Disekitar tangki harus dibuat tanggul dengan dilengkapi saluran pembuangan yang
menuju bak penampung.

2. Bak penampung harus kedap air dan mampu menampung cairan minimal 110% dan
kapasitas maksimum volume tangki.

3. Tangki harus diatur sedemikian rupa sehingga bila terguling akan terjadi di daerah
tanggul dan tidak akan menimpa tangki lain.

4. Tangki harus terlindung dari penyinaran matahari dan masuknya air hujan secara
langsung.

10 dari 26
Gambar 4 - Tempat penyimpanan limbah B3 cair dalam jumlah besar
5.3.3 Persyaratan lokasi bangunan penyimpanan

1. Merupakan daerah bebas banjir, atau daerah yang diupayakan melalui pengurugan
sehingga aman dari kemungkinan terkena banjir;

2. Jarak minimum antara lokasi dengan fasilitas umum adalah 50 meter. Commented [DA11]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.3.4 Persyaratan umum bangunan penyimpanan Beracun.

1. Bangunan tempat penyimpan kemasan limbah B3 harus:

a. memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan jenis,
karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan/akan disimpan;

b. terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun tidak langsung;

c. dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai (Gambar
5) untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang penyimpanan, serta
memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau
binatang kecil lainnya ke dalam ruang penyimpanan;

11 dari 26
Gambar 5 - Sirkulasi udara dalam ruang penyimpanan limbah B3
d. memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk
operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka
lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan denqan
sakelar (stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan;

e. dilengkapi dengan sistem penangkal petir;

f. pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol) sesuai dengan
tata cara yang berlaku.

2. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak
retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah bak penampungan dengan
kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur
sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir kearah menjauhi bangunan
penyimpanan.

3. Tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan lebih dari 1 (satu)


karakteristik limbah B3, maka ruang penyimpanan:

a. harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan ketentuan


bahwa setiap bagian penyimpanan hanya diperuntukkan menyimpan satu
karakteristik limbah B3, atau limbah-limbah B3 yang saling cocok (Gambar 6).

12 dari 26
Gambar 6 - Tata ruang gudang penyimpanan limbah B3
b. antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus dibuat tanggul atau
tembok pemisah untuk menghindarkan tercampurnya atau masuknya tumpahan
limbah B3 ke bagian penyimpanan lainnya.

c. setiap bagian penyimpanan masing-masing harus mempunyai bak penampung


tumpahan limbah dengan kapasitas yang memadai.

d. sistem dan ukuran saluran yang ada harus dibuat sebanding dengan kapasitas
maksimum limbah B3 yang tersimpan sehingga cairan yang masuk ke dalamnya
dapat mengalir dengan lancar ke tempat penampungan yang telah disediakan.

4. Sarana lain yang harus tersedia adalah:

a. Peralatan dan sistem pemadam kebakaran;

b. Pagar pengaman;

c. Pembangkit listrik cadangan;

d. Fasilitas pertolongan pertama;

e. Peralatan komunikasi;

f. Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan;

g. Pintu darurat;

h. Alarm. Commented [DA12]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.3.5 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah mudah terbakar Beracun.

1. Jika bangunan berdampingan dengan gudang lain maka harus dibuat tembok
pemisah tahan api, berupa:

13 dari 26
a. tembok beton bertulang, tebal minimum 15 cm; atau

b. tembok bata merah, tebal minimum 23 cm; atau

c. blok-blok (tidak berongga) tak bertulang, tebal minimum 30 cm.

2. Pintu darurat dibuat tidak pada tembok tahan api pada butir a.

3. Jika bangunan dibuat terpisah dengan bangunan lain, maka jarak minimum dengan
bangunan lain adalah 20 meter.

4. Untuk kestabilan struktur pada tembok penahan api dianjurkan agar digunakan tiang-
tiang beton bertulang yang tidak ditembusi oleh kabel listrik.

5. Struktur pendukung atap terdiri dari bahan yang tidak mudah menyala. Konstruksi
atap dibuat ringan, dan mudah hancur bila ada kebakaran, sehingga asap dan panas
akan mudah keluar.

6. Penerangan, jika menggunakan lampu, harus menggunakan instalasi yang tidak


menyebabkan ledakan/percikan listrik (explotion proof).

7. Faktor-faktor lain yang harus dipenuhi:

a. sistem pendeteksi dan pemadam kebakaran;

b. persediaan air untuk pemadam api;

c. hidran pemadam api dan perlindungan terhadap hidran. Commented [DA13]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.3.6 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah mudah meledak Beracun.

1. Konstruksi bangunan baik lantai, dinding maupun atap harus dibuat tahan ledakan
dan kedap air. Konstruksi lantai dan dinding dibuat lebih kuat dari konstruksi atap,
sehingga bila terjadi ledakan yang sangat kuat akan mengarah ke atas (tidak ke
samping).

2. Suhu dalam ruangan harus dapat dikendalikan tetap dalam kondisi normal. Desain
bangunan sedemikian rupa sehingga cahaya matahari tidak langsung masuk ke
ruang gudang. Commented [DA14]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.3.7 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah reaktif, korosif dan beracun Beracun.

1. Konstruksi dinding harus dibuat mudah dilepas, guna memudahkan pengamanan


limbah B3 dalam keadaan darurat.

2. Konstruksi atap, dinding dan lantai harus tahan terhadap korosi dan api. Commented [DA15]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.3.8 Persyaratan bangunan untuk penempatan tangki Beracun.

1. Tangki penyimpanan limbah B3 harus terletak di luar bangunan tempat penyimpanan


limbah B3;

2. Bangunan penyimpanan tangki merupakan konstruksi tanpa dinding yang memiliki


atap pelindung dan memiliki lantai yang kedap air;

14 dari 26
3. Tangki dan daerah tanggul serta bak penampungannya harus terlindung dari
penyinaran matahari secara langsung serta terhindar dari masuknya air hujan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Commented [DA16]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.4 Pengumpulan limbah Beracun.

5.4.1 Persyaratan lokasi

1. Luas tanah termasuk untuk bangunan penyimpanan dan fasilitas lainnya sekurang-
kurangnya 1 (satu) hektar;

2. Area secara geologis merupakan daerah bebas banjir tahunan;

3. Lokasi harus cukup jauh dari fasilitas umum dan ekosistem tertentu. Jarak terdekat
yang diperkenankan adalah:

a. 150 meter dari jalan utama atau jalan tol; 50 meter dari jalan lainnya;

b. 300 meter dari fasilitas umum seperti daerah pemukiman, perdagangan, rumah
sakit, pelayanan kesehatan atau kegiatan sosial, hotel, restoran, fasilitas
keagamaan, fasilitas pendidikan, dll.

c. 300 meter dari perairan seperti garis pasang tertinggi laut, badan sungai, daerah
pasang surut, kolam, danau, rawa, mata air, sumur penduduk, dll.

d. 300 meter dari daerah yang dilindungi seperti cagar alam, hutan lindung,
kawasan suaka, dll. Commented [DA17]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.4.2 Persyaratan umum Beracun.

1. Fasilitas pengumpulan merupakan fasilitas khusus yang harus dilengkapi dengan


berbagai sarana untuk penunjang dan tata ruang yang tepat sehingga kegiatan
pengumpulan dapat berlangsung dengan baik dan aman bagi lingkungan (Gambar
7).

15 dari 26
Gambar 7 - Tata ruang fasilitas penyimpanan sementara limbah B3
2. Setiap bangunan pengumpulan limbah B3 dirancang khusus hanya untuk
menyimpan 1 (satu) karakteristik limbah, dan dilengkapi dengan bak penampung
tumpahan/ceceran limbah yang dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan
dalam pengangkatannya;

3. Fasilitas pengumpulan harus dilengkapi dengan:

a. Peralatan dan sistem pemadam kebakaran;

b. Pembangkit listrik cadangan;

c. Fasilitas pertolongan pertama;

d. Peralatan komunikasi;

e. Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan;

f. Pintu darurat dan alarm. Commented [DA18]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.4.3 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar Beracun.

1. Bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar sekurang-kurangnya berjarak 20


meter dari bangunan penyimpanan limbah karakteristik lain atau dari bangunan-
bangunan lain dalam fasilitas pengumpulan;

16 dari 26
2. Dinding bangunan terbuat dari tembok tahan api yang dapat berupa:

a. tembok beton bertulang dengan tebal minimum 15 cm, atau

b. tembok bata merah dengan tebal minimum 25 cm, atau

c. blok-blok (padat) tak bertulang dengan tebal minimum 30 cm;

3. Rangka pendukung atap terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar. Atap tanpa
plafon, terbuat dari bahan yang ringan dan mudah hancur jika terbakar, sehingga jika
terjadi kebakaran dalam tempat pengumpulan, asap dan panas menjadi mudah
untuk keluar;

4. Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam
ruang pengumpulan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah
masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang pengumpulan.

5. Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk


operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka
lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengan sakelar
(stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan;

6. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak
retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan
kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan kemiringan lantai diatur
sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir ke arah menjauhi bangunan
penyimpanan;

7. Pada bagian luar bangunan harus dipasang tanda (simbol) limbah B3 mudah
terbakar, sesuai dengan peraturan penandaan yang berlaku. Commented [DA19]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.4.4 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 mudah meledak Beracun.

1. Bangunan penyimpanan harus memiliki lantai, dinding dan atap yang kuat terhadap
ledakan. Konstruksi lantai dan dinding harus lebih kuat dari konstruksi atap sehingga
jika terjadi ledakan yang kuat, maka ledakan akan mengarah ke atas (tidak ke
samping);

2. Ruang pengumpulan dilengkapi dengan pencatat suhu dan pengatur suhu dan atau
desain bangunan dirancang sedemikian rupa sehingga suhu dalam ruang
pengumpulan tidak akan melampaui suhu aman/normal penyimpanan;

3. Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam
ruang pengumpulan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah
masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang pengumpulan;

4. Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk


operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka
lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengan sakelar
(stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan;

5. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak
retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan
kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur

17 dari 26
sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir menjauhi bangunan
penyimpanan;

6. Pada bagian luar bangunan harus dipasang tanda (simbol) limbah B3 mudah
meledak, sesuai dengan peraturan penandaan yang berlaku. Commented [DA20]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.4.5 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 bersifat korosif atau reaktif Beracun.
atau beracun

1. Konstruksi dinding harus dibuat mudah untuk dilepas sehingga penanganan limbah
dalam keadaan darurat lebih mudah untuk dilakukan;

2. Untuk bangunan pengumpulan limbah korosif dan reaktif, maka konstruksi bangunan
(atap, lantai dan dinding) harus terbuat dari bahan yang tahan korosi dan api/panas;

3. Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam
ruang pengumpulan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah
masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang pengumpulan;

4. Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk


operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka
lampu penerangan harus dipasang minimum 1 meter di atas kemasan dengan
sakelar (stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan;

5. Lantai bangunan pengumpulan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak
retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah bak penampungan dengan
kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur
sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir kearah menjauhi bangunan
penyimpanan;

6. Pada bagian luar bangunan harus dipasang tanda (simbol) limbah B3 sesuai dengan
peraturan penandaan yang berlaku. Commented [DA21]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
5.4.6 Fasilitas tambahan Beracun.

1. Laboratorium

Laboratorium yang tersedia harus mampu:

a. melakukan pengujian jenis dan karakteristik dari limbah B3 yang diterima,


sehingga penanganan lebih lanjut seperti pencampuran, pengemasan ulang atau
pengolahan awal (pre treatment) dapat dilakukan dengan tepat;

b. melakukan pengujian kualitas terhadap timbulan dari kegiatan pengelolaan


limbah yang dilakukan (misalnya cairan dari fasilitas pencucian atau dari kolam
penampungan darurat) sehingga dapat penanganan sebelum dibuang ke
lingkungan dapat ditetapkan.

2. Fasilitas pencucian

a. Setiap pencucian peralatan atau perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan


pengumpulan limbah B3 harus dilakukan di dalam fasilitas pencucian. Fasilitas
tersebut harus dilengkapi bak penampung dengan kapasitas yang memadai dan
harus kedap air;

18 dari 26
b. Sebelum dapat dibuang ke lingkungan, maka terhadap cairan dalam bak
penampung tersebut harus dilakukan analisis laboratorium guna memperoleh
kepastian pemenuhan terhadap baku mutu. Cairan dari bak penampung dapat
dibuang ke lingkungan sepanjang beban maksimum tidak dilampauinya;

c. Setiap kendaraan pengangkut yang akan meninggalkan lokasi pengumpulan


harus dibersihkan/dicuci terlebih dahulu, terutama bagian-bagian yang diduga
kuat terkontaminasi limbah B3 (misalnya bak kendaraan pengangkut, roda, dll).

3. Fasilitas untuk bongkar-muat

a. Fasilitas bongkar-muat harus dirancang sehingga memudahkan kegiatan


pemindahan limbah dari dan ke kendaraan pengangkut;

b. Lantai untuk kegiatan bongkar-muat harus kuat dan kedap air serta dilengkapi
dengan saluran pembuangan menuju bak penampung untuk menjamin tidak ada
tumpahan atau ceceran limbah B3 yang lepas ke lingkungan.

4. Kolam penampungan darurat

a. Kolam penampungan darurat dimaksudkan untuk menampung cairan atau bahan


yang terkontaminasi oleh limbah B3 dalam jumlah besar (misalnya cairan dari
bekas pemakaian bahan pemadam kebakaran, dll);

b. Kolam penampung darurat harus dirancang kedap air dan mampu menampung
cairan/bahan yang terkontaminasi dalam jumlah memadai;

5. Peralatan penanganan tumpahan

a. Pemilik atau operator harus memiliki dan mengoperasikan alat-alat atau bahan-
bahan yang digunakan untuk mengumpulkan dan membersihkan ceceran atau
tumpahan limbah B3;

b. Bekas alat atau bahan pembersih tersebut, jika tidak dapat digunakan kembali
harus diperlakukan sebagai limbah B3. Commented [DA22]: Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995
Tanggal 5 September 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
6 Fasilitas penampungan sampah Beracun.

6.1 Penanganan sampah

Penanganan sampah meliputi kegiatan:

a. Pemilahan;
b. Pengumpulan;
c. Pengangkutan;
d. Pengolahan; dan
e. Pemrosesan akhir sampah. Commented [DA23]: Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam
Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Pasal 14.
6.2 Pemilahan sampah

Pemilahan dilakukan melalui kegiatan pengelompokan sampah menjadi paling sedikit 5


(lima) jenis sampah yang terdiri atas:

a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan
berbahaya dan beracun, seperti kemasan obat serangga, kemasan oli, kemasan

19 dari 26
obat-obatan, obat-obatan kadaluarsa, peralatan listrik dan peralatan elektronik rumah
tangga;

b. Sampah yang mudah terurai, antara lain sampah yang berasal dari tumbuhan,
hewan, dan/atau bagiannya yang dapat terurai oleh makhluk hidup lainnya dan/atau
mikroorganisme, seperti sampah makanan dan serasah;

c. Sampah yang dapat digunakan kembali, adalah sampah yang dapat dimanfaatkan
kembali tanpa melalui proses pengolahan, seperti kertas kardus, botol minuman,
kaleng;

d. Sampah yang dapat didaur ulang, adalah sampah yang dapat dimanfaatkan kembali
setelah melalui proses pengolahan, seperti sisa kain, plastik, kertas, kaca; dan

e. Sampah lainnya, yaitu residu.

Sampah yang telah terpilah harus ditampung dalam sarana pewadahan berdasarkan
jenis sampah. Commented [DA24]: Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan Sampah dan
Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R
6.3 Pewadahan sampah

6.3.1 Prinsip dasar

Pemilihan sarana pewadahan sampah mempertimbangkan :

a. Volume sampah;
b. Jenis sampah;
c. Penempatan;
d. Jadwal pengumpulan;
e. Jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan. Commented [DA25]: Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan Sampah dan
Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R
6.3.2 Pola pewadahan

Berdasarkan peruntukannya, pola pewadahan terbagi menjadi:

a. Pewadahan Individual
Diperuntukan bagi daerah permukiman tinggi dan daerah komersial. Bentuk yang
dipakai tergantung setara dan kemampuan pengadaannya dari pemiliknya.

b. Pewadahan Komunal
Diperuntukan bagi daerah pemukiman sedang/kumuh, taman kota, jalan pasar.
Bentuknya ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena sifat penggunaannnya
adalah umum. Commented [DA26]: Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan Sampah dan
Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R
6.3.3 Persyaratan umum

Wadah sampah harus memenuhi syarat umum sebagai berikut:

a. Kedap air dan udara;


b. Mudah dibersihkan;
c. Harga terjangkau;
d. Ringan dan mudah diangkat;
e. Bentuk dan warna estetis;
f. Memiliki tutup supaya higienis;
g. Mudah diperoleh; dan

20 dari 26
h. Volume pewadahan untuk sampah yang dapat digunakan ulang, untuk sampah yang
dapat didaur ulang, dan untuk sampah lainnya minimal 3 hari serta 1 hari untuk
sampah yang mudah terurai. Commented [DA27]: Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan Sampah dan
Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R
6.3.4 Persyaratan sarana pewadahan

Sarana pewadahan harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Jumlah sarana harus sesuai dengan jenis pengelompokan sampah;


b. Diberi label atau tanda; dan
c. Dibedakan berdasarkan warna, bahan, dan bentuk. Commented [DA28]: Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan Sampah dan
Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R
6.3.5 Label dan warna wadah

Label atau tanda dan warna wadah sampah dapat digunakan seperti pada tabel berikut Commented [DA29]: Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan Sampah dan
ini: Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R

Tabel 1 Label dan warna wadah sampah menurut jenisnya


No. Jenis sampah Contoh Label Warna
1 Sampah yang mengandung Lampu neon, film, Sampah Merah
bahan berbahaya dan beracun baterai, kaset, disket, B3
serta limbah bahan berbahaya racun serangga.
dan beracun
2 Sampah yang mudah terurai Sisa makanan, tulang, Sampah Hijau
duri, daun kering. Organik
3 Sampah yang dapat digunakan Botol kaca atau plastik, Sampah Kuning
kembali kaleng makanan dan Guna
minuman. Ulang
4 Sampah yang dapat didaur ulang Kardus, karton Sampah Biru
makanan dan Daur
minuman, koran Ulang
bekas, buku bekas.
5 Sampah lainnya Pembalut wanita, Residu Abu-
popok bayi, puntung abu
rokok, permen karet.

Gambar contoh bahan dan bentuk wadah sampah dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 8 - Contoh bahan dan bentuk wadah sampah Commented [DA30]: Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan Sampah dan
Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R

21 dari 26
6.3.6 Karakteristik wadah sampah

Karakteristik wadah sampah ditentukan menurut pola pewadahannya, seperti pada tabel Commented [DA31]: Sumber: SNI 19-2454-2002, Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan.
berikut ini:

Tabel 2 Karakteristik wadah sampah menurut pola pewadahannya


Karakteristik Pola Pewadahan
No.
Wadah Individual Komunal
1 Bentuk Kotak, silinder, kontainer, bin Kotak, silinder, kontainer, bin
(tong) yang bertutup, kantong (tong) yang bertutup
plastik
2 Sifat Ringan, mudah dipindahkan dan Ringan, mudah dipindahkan
dikosongkan dan dikosongkan
3 Bahan Logam, plastik, fiberglass, kayu, Logam, plastik, fiberglass,
bambu, rotan kayu, bambu, rotan
4 Volume -Permukiman dan toko kecil: 10- -Pinggir jalan dan taman: 30-
40 L 40 L
-Kantor, toko besar, hotel, -Permukiman dan pasar: 100-
rumah makan: 100-500 L 1000 L
5 Pengadaan Pribadi, instansi, pengelola Instansi, pengelola
6.3.7 Kapasitas tipikal wadah sampah

Kapasitas tipikal wadah sampah ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Commented [DA32]: Sumber: Disesuaikan dari SNI 19-2454-2002, Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan.

Tabel 3 Jenis, kapasitas, pelayanan dan umur kontainer sampah


Jenis kontainer Kapasitas Pelayanan Umur kontainer Keterangan
Kantong 10 – 40 L 1 – 5 orang (2 – 3) hari
Bin 40 L 1 – 5 orang (2 – 3) tahun
Bin 120 L 6 – 15 orang (2 – 3) tahun
Bin 240 L 16 – 30 orang (2 – 3) tahun
Kontainer 1000 L 400 orang (2 – 3) tahun Komunal
Kontainer 500 L 200 orang (2 – 3) tahun Komunal
Bin 30 – 40 L Pejalan kaki, taman (2 – 3) tahun
6.3.8 Perencanaan kebutuhan wadah sampah

6.3.8.1 Kebutuhan data

Dalam perencanaan pewadahan dibutuhkan data sebagai berikut:

a. Peta penyebaran bangunan di pelabuhan


b. Luas daerah yang dikelola
c. Jumlah orang yang beraktivitas di pelabuhan
d. Besaran timbulan sampah per hari
e. Jumlah bangunan fasilitas umum
f. Kondisi jalan (panjang, lebar, dan kondisi fisik)
g. Kondisi topografi dan lingkungan
h. Ketersediaan lahan untuk lokasi TPS dan daur ulang sampah skala lingkungan
i. Karakteristik sampah

Ukuran volume pewadahan ditentukan berdasarkan:

22 dari 26
a. Jumlah pelaku aktivitas pelabuhan
b. Jenis aktivitas di pelabuhan
c. Frekuensi pengambilan/pengumpulan sampah
d. Cara pengambilan sampah (manual atau mekanik)
e. Sistem pelayanan (individual atau komunal)
f. Wadah untuk sumber sampah besar boleh diletakkan di belakang bangunan dengan
alasan estetika dan kesehatan, dengan syarat menjamin kemudahan diambil. Commented [DA33]: Sumber: Disesuaikan dari Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan
Sampah dan Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R
6.3.8.2 Perhitungan kebutuhan wadah sampah

Jumlah wadah sampah yang dibutuhkan dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Jo  Ts  T
Jw 
V  Fp

Keterangan:
Jw adalah jumlah wadah sampah yang dibutuhkan
Jo adalah jumlah orang yang beraktivitas di pelabuhan
Ts adalah Timbulan sampah, 3 L/orang/hari
T adalah Periode pengambilan/pengumpulan sampah dalam satuan hari
V adalah volume wadah sampah yang digunakan
Fp adalah faktor pemadatan alat, 1,2 Commented [DA34]: Sumber: Disesuaikan dari Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan
Sampah dan Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R
6.3.8.3 Perencanaan penempatan wadah sampah

a. Lokasi wadah harus diusahakan di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan
pengangkutnya seperti di depan dan belakang pekarangan rumah, tepi trotoar jalan,
dan sebagainya.

b. Penempatan kontainer ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu jenis perumahan,


fasilitas pertokoan atau industri, ruang yang tersedia, akses untuk kegiatan
pengumpulan/pengangkutan.

c. Penempatan kontainer di daerah pertokoan dan industri ditetapkan berdasarkan


ruang yang tersedia dan faktor kemudahan pengumpulan.

d. Bilamana pelayanan pengumpulan bukan merupakan tanggung jawab pengelola


bangunan, maka jenis kontainer dan lokasi penempatannya ditentukan bersama oleh
pihak swasta yang menangani pengumpulan sampah dan pengelola bangunan.

e. Penempatan kontainer individual:


1) Di halaman muka (tidak di luar pagar)
2) Di halaman belakang (untuk sumber sampah dari hotel dan restoran)

f. Penempatan kontainer komunal:


1) Tidak mengambil lahan trotoar (kecuali kontainer pejalan kaki)
2) Tidak di pinggir jalan protokol
3) Sedekat mungkin dengan sumber sampah
4) Tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya
5) Di tepi jalan besar, pada lokasi yang mudah untuk pengoperasiannya Commented [DA35]: Sumber: Disesuaikan dari Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan
Sampah dan Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R

23 dari 26
6.4 Pengumpulan sampah

6.4.1 Metode pengumpulan

1. Pada saat pengumpulan, sampah yang sudah terpilah tidak diperkenankan dicampur
kembali.

2. Pengumpulan didasarkan atas jenis sampah yang dipilah dapat dilakukan melalui :

a. Pengaturan jadwal pengumpulan sesuai dengan jenis sampah terpilah dan


sumber sampah;

b. Penyediaan sarana pengumpul sampah terpilah.

3. Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak atau motor dengan bak


terbuka atau mobil bak terbuka bersekat dikerjakan sebagai berikut:

a. Pengumpulan sampah dari sumbernya minimal 2 (dua) hari sekali.

b. Masing-masing jenis sampah dimasukan ke masing-masing bak di dalam alat


pengumpul atau atur jadwal pengumpulan sesuai dengan jenis sampah terpilah.

c. Sampah dipindahkan sesuai dengan jenisnya ke TPS atau TPS 3R.

4. Pengumpulan sampah dengan gerobak atau motor dengan bak terbuka atau mobil
bak terbuka tanpa sekat dikerjakan sebagai berikut :

a. Pengumpulan sampah yang mudah terurai dari sumbernya minimal 2 (dua) hari
sekali lalu diangkut ke TPS atau TPS 3R.

b. Pengumpulan sampah yang mengandung bahan B3 dan limbah B3, sampah


guna ulang, sampah daur ulang, dan sampai lainnya sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan dan dapat dilakukan lebih dari 3 hari sekali oleh petugas atau
oleh pihak swasta. Commented [DA36]: Sumber: Disesuaikan dari Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan
Sampah dan Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R
6.4.2 Pola pengumpulan

Diagram pola pengumpulan sampah seperti pada gambar berikut ini.

24 dari 26
Gambar 9 - Pola operasional pengumpulan sampah Commented [DA37]: Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Lampiran II Persyaratan Teknis Pengumpulan Sampah dan
Penyediaan TPS dan/atau TPS 3R

25 dari 26
Bibliografi

International Maritime Organization. "Comprehensive Manual On Port Reception


Facilities, 2nd Edition." London: International Maritime Organization, 1999.
—. MARPOL - Consolidated Edition 2006. London: International Maritime Organization,
2006.
De Leeuw, A.M., et.al. “Port Reception Facilities for Collecting Ship Generated Garbage,
Bilge Water and Oily Waste. Activity D – Standard Design.” REMPEC Project Final
Report No. MED.B4.4100.97.0415.8. The Hague: Tebodin B.V., 2004.

Wolterink, J.W. Klein, et.al. “Port Reception Facilities for Collecting Ship Generated
Garbage, Bilge Water and Oily Waste. Activity B – Optimum Solution for Collection,
Treatment and Disposal of Relevant of Ship Generated Solid and Liquid Wastes.”
REMPEC Project Final Report No. MED.B4.4100.97.0415.8. The Hague: Tebodin B.V.,
2004.

Port Reception Facility Study in The Republic of Croatia, EuropeAid/125614/D/SER/HR.


NEA reference number 31029. Annex to PRF system concept – Port waste management
of Annex I and Annex V wastes.

26 dari 26

Anda mungkin juga menyukai