Anda di halaman 1dari 14

PENGOLAHAN AIR LIMBAH TAHU DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

Lila Mufidatul Khasanah1), Nur Lia Ocha Soraya2), Pramudya Adi Waskito3), Septian Abdul Hadi
Rosyid4), Wenni Alfianita5), dan Zahrotun Nisa6).
Program Studi D3 Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang, Malang

ABSTRAK

Masalah lingkungan telah menjadi isu global dan perlu mendapat perhatian serius. Tidak hanya
limbah padat, limbah cair juga memiliki efek negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Adanya
kebutuhan ini perlu diimbangi dengan pengembangan teknologi pengolahan air limbah, baik untuk limbah
cair dari pabrik, rumah sakit, dan sumber lainnya. Berbagai metode telah diterapkan untuk menyelesaikan
masalah limbah cair, sebagian besar menggunakan proses dengan reaksi bahan kimia. Pemurnian air limbah
dengan proses kimia memiliki berbagai kekurangan. Alternatif lain adalah menggunakan prinsip
elektrokoagulasi. Elektrokoagulasi adalah proses koagulasi atau penggumpalan dengan daya listrik melalui
proses elektrolisis untuk mengurangi ion logam dan partikel di dalam air. Prinsip dasar dari elektrokoagulasi
adalah reduksi dan oksidasi (redoks). Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui proses pengolahan air limbah
menggunakan metode elektrokoagulasi, mengetahui faktor yang mempengaruhi proses dan mengetahui
pengaruh besarnya volt pada elektrokoagulasi. Jenis limbah cair yang digunakan yaitu limbah tahu dan limbah
air selokan. Elektroda yang digunakan berupa Al (Aluminium) dan Fe (besi). Hasil percobaan menunjukkan
bahwa hasil terbaik terdapat pada limbah tahu dengan nilai TSS (Total Suspended Solid) sebesar) 200 ppm
dan nilai turbidity sebesar 412 NTU.

Kata kunci: Limbah cair, Elektrokoagulasi, Elektroda Aluminium, TSS (Total Suspended Solid) dan
Turbidity.

1
1. PENDAHULUAN mengolah limbah cair tahu adalah metode
1.1. LATAR BELAKANG elektrokoagulasi.
Limbah merupakan hasil sisa dari Elektrokoagulasi merupakan metode
sebuah proses yang tidak dapat digunakan pengolahan air secara elektrokimia di mana
kembali, apabila limbah ini terlalu banyak di pada anoda terjadi pelepasan koagulan aktif
lingkungan maka akan berdampak pada berupa ion logam (biasanya alumunium atau
pencemaran lingkungan dan berdampak pada besi), sedangkan pada katoda terjadi reaksi
kesehatan dari masyarakat sekitar. Limbah elektrolisis berupa pelepasan gas hidrogen.
dibagi menjadi dua bagian sumber yaitu Penelitian ini dilakukan dengan
limbah yang bersumber domestik (limbah menggunakan pasangan elektroda aluminium
rumah tangga) dan limbah yang berasal dari sebagai anoda dan katoda secara batch.
nondomestik (pabrik, industri dan limbah Penelitian ini dimaksudkan untuk mengurangi
pertanian). Bahan-bahan yang termasuk dari kadar limbah cair tahu yang diolah berupa
limbah harus memiliki karakteristik di TSS, pH, dan turbidity.
antaranya adalah mudah meledak, mudah
terbakar, bersifat reaktif, beracun, 1.2. TEORI
menyebabkan infeksi, bersifat korosif dan 1.2.1 Metode Elektrokoagulasi
lain-lain. Masalah utama yang dihadapi oleh Metode Elektrokoagulasi dikenal juga
sumber daya air meliputi kuantitas air yang sebagai “Elektrolisis Gelombang Pendek”
sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan merupakan gabungan dari proses elektrokimia
yang terus meningkat dan kualitas air untuk dan proses koagulasi-flokulasi. Proses ini
keperluan domestik yang semakin menurun. diduga dapat menjadi pilihan metode
Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain pengolahan limbah radioaktif dan limbah
berdampak negatif terhadap sumber daya air, Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) cair fase
antara lain menurunkan kualitas air. Kondisi alternatif mendampingi metode-metode
ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, pengolahan yang lain yang telah
dan bahaya bagi makhluk hidup yang dilaksanakan. Kelebihan proses pengolahan
bergantung pada sumber daya air. Oleh limbah dengan elektrokoagulasi antara lain
karena itu, diperlukan pengelolaan dan (Purwaningsih, 2008): flok yang dihasilkan
perlindungan sumber daya air secara elektrokoagulasi ini sama dengan flok yang
seksama. Salah satu industri yang erat dihasilkan koagulasi biasa, lebih cepat
hubungannya dengan masalah lingkungan mereduksi kandungan koloid/partikel yang
adalah industri tahu.Proses produksi tahu paling kecil, hal ini disebabkan
menghasilkan dua jenis limbah, yaitu limbah pengaplikasian listrik kedalam air akan
padat dan limbah cairan. Pada umumnya, mempercepat pergerakan mereka didalam air
limbah padat dimanfaatkan sebagai pakan dengan demikian akan memudahkan proses,
ternak, sedangkan limbah cair dibuang gelembung-gelembung gas yang dihasilkan
langsung ke lingkungan. Limbah cair industri pada proses elektrokoagulasi ini dapat
tahu ini memiliki kandungan senyawa membawa polutan ke atas air sehingga dapat
organik yang tinggi berupa protein 40%-60%, dengan mudah dihilangkan, mampu
karbohidrat 25%-50%, dan lemak 10%. memberikan efisiensi proses yang cukup
Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan tinggi untuk berbagai kondisi, dikarenakan
oleh industri pembuatan tahu adalah cairan tidak dipengaruhi temperatur, tidak
kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang memerlukan pengaturan pH, serta tidak perlu
disebut air dadih (whey). Limbah cair ini menggunakan bahan kimia tambahan.
sering dibuang secara langsung tanpa Kekurangan dari proses pengolahan limbah
pengolahan terlebih dahulu, sehingga akan dengan Metode Elektrokoagulasi adalah
mencemari lingkungan sekitar. Sumber (Purwaningsih, 2008): tidak dapat digunakan
limbah cair lainnya berasal dari pencucian untuk mengolah limbah cair yang mempunyai
kedelai, pencucian peralatan proses, sifat elektrolit cukup tinggi dikarenakan akan
pencucian lantai, dan pemasakan serta larutan terjadi hubungan singkat antar elektroda,
bekas rendaman kedelai. Salah satu metode besarnya reduksi logam berat dalam limbah
alternatif yang bisa digunakan untuk cair dipengaruhi oleh besar kecilnya arus
voltase listrik searah pada elektroda, luas

2
sempitnya bidang kontak elektroda dan jarak berbagai polutan termasuk padatan
antar elektroda, penggunaan listrik yang tersuspensi, logam berat, tinta, bahan organik
mungkin mahal, dan batangan anoda yang (seperti limbah domestik), minyak dan lemak,
mudah mengalami korosi sehingga harus ion, dan radionuklida. Karakteristik polutan
selalu diganti. mempengaruhi mekanisme pengolahan,
Upaya untuk menurunkan kandungan misalnya polutan berbentuk ion akan
bahan organik dalam air buangan industri diturunkan melalui proses presipitasi,
tahu telah dilakukan, di antaranya uji coba sedangkan padatan tersuspensi yang
penggunaan biofilter untuk mendegradasi bermuatan akan diabsorbsi ke koagulan yang
bahan-bahan organik polutan dalam limbah bermuatan (Samosir, 2009). Keuntungan dari
cair industri tahu oleh BPPT (2010) memakai metode elektrokoagulasi adalah tidak
media plastik sarang tawon dengan memerlukan koagulan, sehingga tidak
penurunan kadar BOD, COD, dan TSS bermasalah dengan netralisasi.
berturut-turut adalah 658 mg/L, 975 mg/L, Elektrokoagulasi lebih cepat mereduksi
dan 721 mg/L. Pengolahan limbah cair tahu kandungan koloid yang paling kecil, hal ini
sistem Constructed Wetland menggunakan disebabkan menggunakan medan listrik
tanaman Cattail dengan penurunan kadar dalam air sehingga mempercepat gerakan
BOD, COD, dan TSS berturut-turut adalah yang demikian rupa agar memudahkan proses
693 mg/L, 944 mg/L, dan 621 mg/L koagulasi (Kamilul, 2008).
(Septiawan, 2013). Degradasi senyawa
organik limbah cair tahu dalam Anaerobic
Baffled Reactor dengan penurunan kadar
COD dan pH berturut-turut adalah 598 mg/L
dan 6,31 (Puteri, 2012).
Pengolahan limbah cair industri tahu
dengan biofiltrasi anaerob dalam reaktor
fixed-bed dengan penurunan kadar BOD,
COD, dan TSS berturut-turut adalah 893
mg/L, 928 mg/L, dan 785 mg/L (Husin,
2013). Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dalam mengolah limbah cair
Gambar 1.2.1 Rangkaian alat
industri tahu membuktikan adanya penurunan
elektrokoagulasi
kandungan BOD, COD, dan TSS yang cukup 1.2.2 Limbah Cair Tahu
signifikan (BPPT, 2014). Akan tetapi, metode Limbah cair tahu mengandung senyawa
yang digunakan mempunyai kelemahan yaitu organik yang cukup tinggi dan akan
biaya yang relatif tinggi dan kecenderungan mencemari lingkungan serta membahayakan
kehilangan padatan biologis yang lebih besar kesehatan manusia jika dibuang ke sungai
(Rittman dan McCarty, 2014). tanpa menjalani proses pengolahan limbah
Elektrokoagulasi adalah proses kompleks (Ruhmawati. 2017; Mahfut, 2013).
yang melibatkan fenomena kimia dan fisika
dengan menggunakan elektroda untuk
menghasilkan ion yang digunakan untuk
mengolah air limbah (Naswir, 2009). Saat ini
penggunaan teknologi elektrokoagulasi
dikembangkan untuk meningkatkan kualitas
efluen air limbah. Elektrokoagulasi
digunakan untuk mengolah efluen dari
beberapa air limbah yang berasal dari industri
makanan, limbah tekstil, limbah rumah
tangga, limbah yang mengandung senyawa
arsenik, air yang mengandung fluorida, dan Gambar 1.2.2 Limbah cair tahu
air yang mengandung partikel yang sangat
halus, bentonit, dan kaolit (Yusnimar et al.,
2010). Elektrokoagulasi mampu mengolah

3
1.2.3 Total Suspended Solid (TSS) anoda. Ion Al3+ dan OH- selanjutnya akan
TSS adalah residu dari padatan total yang membentuk Al(OH)3 yang bertindak sebagai
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel koagulan. Koagulan akan mengikat padatan
maksimal 2 mikrometer atau lebih besar dari tersuspensi yang terdapat pada limbah cair
ukuran koloid (Isnani 2010). sehingga terbentuklah flok. Flok yang
terbentuk akan terangkat ke permukaan oleh
hidrogen yang terbentuk di katoda. Adapun
reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Gambar 1.2.3.1 TSS

Parameter TSS merupakan faktor penting


untuk pengolahan dan sebagai standar acuan
keberhasilan sistem pengolahan. TSS mudah Tingginya efisiensi penyisihan TSS pada
dikenali dalam mengukur kualitas suatu air dua pola elektroda tersebut menandakan
karena secara fisik dapat dilihat, jika suatu jumlah koagulan dan hidrogen yang
limbah cair mengandung TSS tinggi maka dihasilkan seimbang dengan jumlah padatan
dapat langsung disimpulkan bahwa limbah tersuspensi yang terdapat pada limbah cair,
berkualitas jelek dan berpotensi merusak sehingga padatan tersuspensi dapat terikat
ekosistem khususnya di aquatik. Analisis dan mengapung ke permukaan limbah.
kandungan padatan tersuspensi (TSS) adalah
penting dalam keperluan mengatur atau 1.2.4 Kekeruhan
menentukan proses pengolahan limbah baik Kekeruhan disebabkan oleh adanya
secara biologi maupun fisika dan salah satu bahan organik dan bahan anorganik yang
syarat kunci untuk perizinan pembuangan tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan
limbah cair ke lingkungan. Sumber polutan pasir halus).
TSS adalah bahan-bahan kimia baik organik
maupun anorganik yang membentuk suspensi
pada limbah cair tersebut.

Gambar 1.2.4.1 Kekeruhan


Padatan tersuspensi berkolerasi positif
Gambar 1.2.3.2 Grafik hubungan antara TSS dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai
dan waktu padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga
akan semakin tinggi tetapi tingginya padatan
Semakin lama proses elektrokoagulasi terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya
maka kadar TSS pada limbah akan semakin kekeruhan (Samosir, 2009). Kekeruhan atau
berkurang. Penurunan kadar TSS disebabkan turbiditas air disebabkan oleh kontaminan
oleh adanya oksidasi logam besi menjadi ion biologis, senyawa makromolekul, senyawa
Al3+ di katoda serta pembentukan ion OH- di anorganik tak larut dan partikel tersuspensi

4
atau koloid (oksida alumunium, besi, dan Dimana limbah yang diharapkan untuk dapat
silika) (Holisaturrahmah dan Suprapto 2013). dibuang ke lingkungan memiliki pH 7 (netral)
sehingga aman. Pada proses elektrokoagulasi
Semakin pekat atau keruh suatu limbah ini meningkatnya produksi Al(OH)3 dalam air
cair yang dibuang ke lingkungan maka limbah juga dapat meningkatkan nilai pH air
kualitas limbah dan keamanannya terhadap limbah yang meningkat seiring waktu proses
lingkungan semakin buruk. Proses sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut :
elektrokoagulasi selain berpengaruh terhadap
penurunan nilai TSS, juga berpengaruh
terhadap nilai kekeruhan dari limbah yang
digunakan (Gameissa et al. 2012). Berikut
pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak
elektrokoagulasi terhadap kekeruhan

(Vemi Ridantami dkk, 2016)

Gambar 1.2.4.2 Grafik hubungan antara Hal ini dikarenakan pada


kekeruhan dengan waktu (jam) (Gita Melisa, elektrokoagulasi terjadi oksidasi elektroda
2018) anoda, juga terbentuk hidrogen pada katoda,
ion alumunium yang terlepas berinteraksi
Nilai kekeruhan terjadi penurunan membentuk kompleks hidroksida yang dapat
kemudian meningkat kembali dapat mempengaruhi pH air limbah(Harif dkk,
disebabkan elektroda telah jenuh dan medan 2012). Ion hidroksil yang dihasilkan dari
magnet yang terjadi sudah sangat kecil maka elektroda katoda dan terlarut dalam air limbah
proses elektrokoagulasi sudah minimum. akan menyebabkan pH limbah meningkat
Dapat diduga sebagian besar kekeruhan seiring berjalannya waktu (Kobya dkk, 2015)
akibat flok Al(OH)3 yang akhirnya
mengendap pada bejana. 1.3. TUJUAN
1. Mampu mengetahui proses pengolahan
1.2.5 pH air limbah menggunakan metode
pH merupakan derajat keasaman suatu elektrokoagulasi
komponen. 2. Mengetahui faktor faktor yang
mempengaruhi pada proses pengolahan
limbah metode elektrokoagulasi
3. Mengetahui pengaruh besarnya volt pada
elektrokoagulasi

Gambar 1.2.5 pH scale

5
2. METODOLOGI sampling dan mengambil larutan tiap 10
2.1. ALAT DAN BAHAN menit, menganalisa kadar kekeruhan dan pH.
Alat yang digunakan adalah plat Terakhir mengakhiri percobaan dan menekan
aluminium, besi, seperangkat alat listrik tombol “OFF”.
(jepitan, kabel), power supply dengan merk
Universal AC-DC Adaptor, turbidimeter Mempersiapkan semua peralatan,
dengan merk HACH, seperangkat alat TSS, kelengkapan adaptor dan elektroda.
beaker glass dengan merk schott duran, labu
ukur 100 ml dengan merk iwaki, botol
semprot, bak penampung, pipet ukur 10 mL
merk iwaki, bulb pipet, kertas saring, pompa Mengisi bak penampung dengan air
vakum merk Krissbow, gelas ukur 50 ml limbah 2/3 volume bak.
merk witeg, pH meter, kuvet, desikator dan
neraca analitik merk Mettler. Bahan yang
digunakan adalah limbah tahu, aquades dan Mengukur pH dan turbiditylimbah awal.
tisu.

2.2. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Mempersiapkan semua peralatan, Menghubungkan elektroda dengan
kelengkapan adaptor dan elektroda. adaptor melalui kabel (kabel (+) dengan
2. Mengisi bak penampung dengan air elektroda (+).
limbah 2/3 volume bak.
3. Mengukur pH dan turbidity limbah awal.
4. Memasukkan elektroda kedalam bak Menyalakan adaptor tekan tombol “ON”.
hingga 90% tercelup.
5. Menghubungkan elektroda dengan
adaptor melalui kabel (kabel (+) dengan Menentukan besarnya tegangan dan arus
elektroda (+)).
listrik.
6. Menyalakan adaptor tekan tombol “ON”.
7. Menentukan besarnya tegangan dan arus
listrik. Mengamati proses elektrokoagulasi.
8. Mengamati proses elektrokoagulasi.
9. Melakukan sampling dan mengambil
larutan tiap 10 menit.
Melakukan sampling dan mengambil
10. Menganalisa kadar kekeruhan dan pH.
11. Mengakhiri percobaan dan menekan larutan tiap 10 menit.
tombol “OFF”.

Dalam praktikum pengolahan limbah Menganalisa kadar kekeruhan dan pH.


metode elektrokoagulasi hal pertama yang
harus dilakukan adalah mempersiapkan
semua peralatan, kelengkapan adaptor dan Mengakhiri percobaan dan menekan
elektroda, kemudian mengisi bak
tombol “OFF”.
penampung dengan air limbah 2/3 volume Gambar 2.2 Skema percobaan
bak. Setelah semua siap lalu mengukur pH
dan turbidity limbah awal dan memasukkan
elektroda kedalam bak hingga 90% tercelup.
Setelah itu menghubungkan elektroda
dengan adaptor melalui kabel (kabel (+)
dengan elektroda (+)) lalu menyalakan
adaptor tekan tombol “ON”. Kemudian
menentukan besarnya tegangan dan arus
listrik dan mengamati proses
elektrokoagulasi. Setelah itu melakukan

6
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL
 Kelompok 1  Kelompok 2

Tabel 3.1 Hasil percobaan I


PERCOBAAN 1

Waktu Tegangan 4,5 V Kuat Arus


(menit) 2A
Turbidity (NTU) pH sampel
0 886 4
10 856 4
20 815 4
30 626 4
40 626 4
50 600 4
60 595 4
70 580 4
80 563 4
90 553 4
100 532 4
110 499 4
120 490 4

Tabel 3.1 Hasil percobaan II 1.1. PEMBAHASAN


PERCOBAAN 2 - Pembahasan kelompok 1
Percobaan pertama dilakukan oleh
Waktu Tegangan 6 V Kuat Arus kelompok 1. Percobaan ini menggunakan
(menit) 2A limbah cair tahu. Volume limbah cair tahu
Turbidity (NTU) pH sampel yang digunakan sebanyak 3/4 dari volume
0 533 4 bak yang digunakan. Parameter yang diukur
yaitu Turbiditas atau kekeruhan dan pH.
10 431 4 Pada kelompok ini tidak dilakukan
20 322 5 pengukuran nilai Total Suspenden Solid
30 681 5 (TSS) dikarenakan oven yang digunakan
untuk analisa TSS terjadi kerusakan. Alat
40 757 5 elektrokoagulasi terbuat dari dua buah
50 730 5 komponen, yaitu reaktor elektrokoagulasi
dan plat elektoda.
60 692 5
70 670 5 Turbiditas atau kekeruhan dapat
80 622 5 ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan
anorganik dan organik yang dihasilkan.
90 624 5 Berdasarkan gambar 1.2 dapat diketahui
100 623 5 bahwa besar tegangan mempengaruhi nilai
110 542 5 dari turbiditas atau kekeruhan pada limbah.
Pada tegangan 4,5 V nilai turbiditas semakin
120 581 5 lama semakin turun. Nilai kekeruhan limbah
sebelum mengalami proses elektrokoagulasi
yaitu sebesar 886 NTU, sedangkan nilai
kekeruhan sesudah proses elektrokoagulasi
sebesar 490 NTU. Pada elektroda anoda
akan mengalami reaksi oksidasi terhadap

7
anion (ion negatif) membentuk Al3+ dan Percobaan dilakukan dengan
mengikatOH- membentuk senyawa Al(OH)3 menggunakan limbah cair tahu dan tegangan
yang dapat mengikat polutan, sedangkan 6 V, 7,5 V dan 9 V. Proses elektrokoagulasi
pada katoda akan menghasilkan gas hidrogen dilakukan selama 60 menit, 80 menit, 120
yang berfungsi akan mengangkan flok yang menit dan dilakukan sampling setiap 10
terbentuk ke atas permukaan, flok yang menit.
terbentuk semakin lama akan bertambah
besar dan akhirnya mengendap ke dasar bak Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa
elektokoagulasi (Achmad C dkk, 2017). besar nilai turbidity semakin lama
Tetapi pada percobaan dengan tegangan 6 V mengalami penurunan. Semakin lama waktu
nilai turbiditas tidak stabil. Nilai turbiditas proses yang digunakan akan semakin kecil
setelah proses elektrokoagulasi lebih besar nilai turbidity yang dihasilkan. Percobaan
dibandingkan nilai turbiditas sebelum proses dilakukan tiga kali dengan variabel besar
elektrokoagulasi. Penyimpangan pada tegangan dan waktu proses elektrokoagulasi.
peercobaan disebabkan karena beberapa Nilai turbidity pada tegangan 6 V, 10 menit
faktor seperti kerja alat turbidimeter yang awal sebesar 832 NTU dan pada menit ke 60
sudah tidak effisien sehingga nilai yang mengalami penurunan dengan nilai 412 NTU
didaptkan kurang tepat atau kurang lamanya dengan limbah tahu, pada tegangan 7,5 V
waktu untuk pengendapan. Dengan waktu dengan menggunakan yang sama, dari grafik
yang sama, tegangan 4,5 V lebih effisien dapat dilihat bahwa nilai turbidity
menurunkan nilai turbiditas dibandingkan mengalami penurunan dari angka 618,4 NTU
tegangan 6 V. Menurut Eka dkk (2012), jika sampai 403,2 NTU dan waktu proses 80
selama proses elektrokoagulasi tegangan menit, sedangkan percobaan ketiga dengan
yang diberikan semakin besar, maka semakin parameter tegangan 9 V dan waktu proses
lama waktu yang diperlukan untuk yang digunakan yaitu 120 menit. Nilai
pengendapan karena flok yang terbentuk turbidity yang diperoleh dari 522,4 NTU
akan semakin banyak. mengalami penurunan sampai 315,2 NTU.
Hasil ini telah sesuai dengan literatur bahwa
Berdasarkan Gambar 3.2.2 dapat nilai turbidity akan semakin berkurang jika
diketahui bahwa pada percobaan dengan waktu proses yang digunakan semakin lama
tegangan 4,5 V nilai pH tidak mengalami Hal ini disebabkan oleh terjadinya
perubahan yaitu 4, sedangkan dengan peningkatan pembentukan Al(OH)3 yang
tegangan 6 V mengalami perubahan nilai pH merupakan senyawa koagulan yang berperan
dari 4 menjadi 5. Perubahan mulai terjadi sebagai bahan penggumpal dan penyerap
pada menit ke-20. berbagai polutan baik organik maupun
Menurut Achmad C dkk, peningkatan anorganik yang terdapat dalam air limbah,
nilai pH yang terjadi disebabkan karena pada sehingga membentuk senyawa kompleks
proses elektrokoagulasi terjadi akumulasi dengan berat molekul yang lebih besar dan
OH- dan menyebutkan katoda pada proses mudah diendapkan (Sutanto, dkk. 2011).
elektrokoagulasi menghasilkan ion OH- yang
akan menyebabkankenaikanpH. Parameter yang diuji selanjutnya yaitu
- Pembahasan kelompok 2 pH disetiap percobaan dan dihasil grafik
Percobaan dilakukan dengan sebagai berikut:
menggunakan limbah cair yaitu berupa
limbah tahu. Proses pengolahan limbah cair
yang digunakan yaitu elektrokoagulasi. Alat Dari grafik diatas pH yang dihasilkan
elektrokoagulasi terbuat dari dua komponen, stabil dari awal sampai akhir diangka 3 dan
yaitu reaktor elektrokoagulasi dan plat 4. Parameter pH merupakan salah satu
elektroda. Plat elektroda terdiri dari kontaminan air penting yang tergolong
alumunium dan besi. Percobaan dilakukan dalam kategori kontaminan kimiawi. Dari
dua kali dengan menggunakan variabel percobaan pertam dengan tegangan 6 V
tegangan dan waktu proses yang digunakan. diperoleh pH limbah konstan diangka 3
Parameter yang diuji dalam percobaan ini begitu pula pada percobaan kedua dengan
adalah turbidity, pH dan TSS. menggunakan tegangan 7,5 V menggunakan

8
limbah tahu. Sedangkan pada percobaan tegangan. Dimana variabel yang digunakan
ketiga dengan waktu proses yang semakin adalah tegangan 4,5 V , tegangan 6 V,
lama yaitu 120 menit dan tegangan 9 V pH tegangan 7,5 V, dan tegangan 9V. Ketika
limbah tahu yang dihasilkan ada pada angka dialirkan arus DC pada proses ini, akan
4. Pada proses elektrokoagulasi yang terjadi terjadi perbedaan potensial di antara
semakin banyak ion OH- yang dihasilkan elektroda katoda dan anoda sehingga akan
melalui reduksi air pada katoda maka nilai terjadi reaksi oksidasi pada logam yang
pH dari limbah cair akan semakin meningkat menghasilkan ion hidrogen (H+) dan gas
(Gameissa, 2012). oksigen. Sementara itu, air tereduksi pada
katoda yang menghasilkan ion hidroksil
Uji parameter yang ketiga adalah nilai (OH-) dan gas hidrogen.
TSS (Total Suspended Solid) dari setiap
percobaan. Hasil yang diperoleh sesuai Volume limbah yang digunakan
grafik seperti berikut: sebanyak 3,4 L untuk proses
elektrokoagulasi ini. Limbah yang digunakan
Dari grafik diatas dapat diketahui pada adalah limbah tahu untuk semua percobaan.
percobaan pertama dengan menggunakan Sedangkan elektroda yang digunakan adalah
limbah tahu, besar tegangan 6 V serta waktu Al dan Fe.
proses 60 menit diperoleh hasil bahwa TSS
mengalami penurunan dari angka 400 ppm
ke 200 ppm, sedangkan pada percobaan Hasil praktikum sebagian besar tidak
kedua dengan tegangan 7,5 V dan waktu sesuai dengan teori dimana elektrokoagulasi
proses 80 menit diperoleh hasil yang tidak mampu menurunkan TSS tetapi sebagian
stabil. Artinya nilai TSS mengalami besar tegangan TSS nya naik. Sedangkan
kenaikan dan penurunan, yaitu pada menit meningkatnya konsentrasi TSS pada
20 TSS mengalami kenaikan yang besar praktikum disebabkan karena banyaknya
dengan nilai 800 ppm dan turun dimenit 40 flok yang terbentuk dan terflotasi ke atas.
dengan angka 200 ppm. Hal ini disebabkan Flok-flok tersebut ikut terbawa pada saat
karena jika tegangan yang digunakan pengukuran. Selama proses elektrokoagulasi,
semakin tinggi maka flok yang terbentuk jika tegangan yang diberikan semakin besar,
akan semakain banyak, dan pada percobaan maka semakin lama waktu yang diperlukan
ini endapan yang dihasilkan masih tertahan untuk pengendapan karena flok yang
dibagian bawah. Pada percobaan ketiga terbentuk akan semakin banyak.
dengan limbah yang sama dengan percobaan
kedua dan pertama dengan tegangan 9 V dan Hal tersebut sesuai dengan teori dimana
waktu proses 120 menit menghasilkan grafik kekeruhan sewaktu-waktu dapat naik
dimana nilai TSS yang dihasilkan semakin dikarenakan elektroda telah jenuh dan medan
turun. Hasil dari percobaan terakhir telah magnet yang terjadi sudah sangat kecil maka
sesuai dengan literatur. proses elektrokoagulasi sudah minimum.
Dapat diduga sebagian besar kekeruhan
Dari hasil uji tiga parameter diatas akibat flok Al(OH)3 yang akhirnya
diperoleh bahwa hasil yang mendekati mengendap pada bejana.
standar dimana memiliki pH mendekati
netral dan nilai TSS serta turbidity rendah
adalah percobaan pertama dengan
menggunakan tegangan 6 V dan waktu
proses 60 menit. Pada tegangan 4,5 V pdan 6 V pH
konstan. Pada tegangan 7,5 pH turun lalu
- Pembahasan kelompok 3 naik. Sedangkan pada pH 9 pH naik lalu
konstan. Hal ini tidak sesuai dengan teori
Pada proses elektrokoagulasi tidak ada dimana semakin lama waktu makan pH akan
bahan kimia yang ditambahkan dalam semakin naik.
proses. Sehigga pada kelompok 3 yang
digunakan sebagai variabelnya adalah - Pembahasan kelompok 4

9
Pada percobaan selanjutnya yaitu dari Semakin pekat atau keruh suatu limbah cair
kelompok 4 dengan variabel yang digunakan yang dibuang ke lingkungan maka kualitas
tegangan 9V dan 6V. Sampel limbah yang limbah dan keamanannya terhadap
digunakan yaitu limbah tahu dengan pH awal lingkungan semakin buruk. Proses
4. Analisa yang digunakan sama dengan elektrokoagulasi selain berpengaruh terhadap
percobaan sebelumnya yaitu turbidity dan penurunan nilai TSS, juga berpengaruh
TSS. terhadap nilai kekeruhan dari limbah yang
digunakan (Gameissa et al. 2012). Pada hasil
Analisa pertama yaitu uji TSS, Total percobaan dapat dilihat pada tegangan 9V
Suspended Solid (TSS) adalah residu dari terjadi kenaikan dan penurunan nilai
padatan total yang tertahan oleh saringan kekeruhan. Nilai kekeruhan terjadi
dengan ukuran partikel maksimal 2 penurunan kemudian meningkat kembali
mikrometer atau lebih besar dari ukuran dapat disebabkan elektroda telah jenuh dan
koloid (Isnani 2010). Parameter TSS medan magnet yang terjadi sudah sangat
merupakan faktor penting untuk pengolahan kecil maka proses elektrokoagulasi sudah
dan sebagai standar acuan keberhasilan minimum. Penurunan massa elektroda
sistem pengolahan. Pada percobaan yang dipengaruhi oleh besarnya arus listrik dan
dilakukan kelompok 4 analisa TSS lamanya waktu elektrokoagulasi. Massa plat
percobaan pertama 9V tidak dilakukan hal dapat dihitung dengan rumus Hukum
ini dikarenakan alat pendukung (oven) Faraday, yaitu jumlah reaksi kimia oleh
analisa sedang dalam proses perbaikan. Dari aliran arus adalah proporsional terhadap
data percobaan kedua pada tegangan 6V TSS jumlah listrik yang mengalir. Sehingga
yang didapatkan mengalami naik turun. Hal semakin lama limbah berkontak dengan
ini disebabkan karena kurang konstannya elektroda maka akan semakin kecil nilai
massa kertas saring yang digunakan dalam kekeruhan dari air limbah, hal ini berbanding
analisa, sehingga massa dari kertas masih terbalik dengan hasil percobaan tegangan
dipengaruhi oleh lingkungan. Meningkatnya 6V. Semakin lama pengujian nilai kekeruhan
konsentrasi TSS pada menit ke 20 dan 60 dari sampel tegangan 6V semakin naik nilai
bisa disebabkan karena banyaknya flok yang kekeruhannya. Kesalahan ini terjadi karena
terbentuk dan terflotasi ke atas. Flok-flok kuvet yang digunakan kurang bersih
tersebut ikut terbawa pada saat sehingga nilai kekeruhannya semakin naik.
pengukuran.Semakin lama waktu kontak dan Faktor lain yang menyebabkan kesalahan
semakin tinggi nilai beda tegangan maka dapat diduga sebagian besar kekeruhan
nilai TSS juga semakin tinggi. Hal ini karena akibat flok Fe(OH)2 yang akhirnya
salah satu faktor yang mempengaruhi proses mengendap dalam bejana.
elektrokoagulasi adalah dengan adanya arus
listrik dan lama waktu tinggal dalam reaktor Parameter pH atau disebut kadar
menyebabkan ion-ion yang dilepaskan oleh keasaman mengindikasikan kebasaan dari
elektroda aluminium menghasilkan suatu larutan. Semakin banyak ion OH- dan
aluminium hidroksida yang mampu gas hidrogen yang dihasilkan melalui reaksi
meningkatkan bahan-bahan organik seperti reduksi molekul air (H2O) pada katoda maka
tanin membentuk flok-flok dan mampu nilai pH atau kebasaan dari limbah cair yang
menggumpalkan padatan tersuspensi dalam diolah akan semakin meningkat.Nilai pH
limbah sehingga kadar TSS dalam limbah sekitar katoda semakin tinggi selama proses
semakin kecil. elektrolisis berlangsung.. Pada percobaan
dengan tegangan 6V terjadi kenaikan pH
Kekeruhan atau turbiditas air disebabkan yaitu dengan pH awal 4 naik hingga pH 6.
oleh kontaminan biologis, senyawa Sedangkan pada tegangan 9V tidak terjadi
makromolekul, senyawa anorganik tak larut perbahan pH.
dan partikel tersuspensi atau koloid (oksida
alumunium, besi, dan silika) BAB IV
(Holisaturrahmah dan Suprapto 2013).
Kekeruhan atau turbidity digunakan untuk PENUTUP
menyatakan derajat kegelapan di dalam air.

10
4.1 KESIMPULAN menggunakan tanaman Cattail. Jakarta:
1. Pengolahan limbah cair dengan metode Universitas Indonesia.
elektrokoagulasi yaitu pengolahan air
secara elektrokimia di mana pada anoda Husin. 2013. Pengolahan limbah cair industri
terjadi pelepasan koagulan aktif berupa ion tahu dengan biofiltrasi anaerob dalam
logam (biasanya alumunium atau besi), reaktor fixed-bed.
sedangkan pada katoda terjadi reaksi (http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
elektrolisis berupa pelepasan gas hidrogen. Undergraduate- 14065-3306100063-
2. Faktor - faktor yang mempengaruhi proses presentationpdf.pdf, diakses 7 Februari
elektrokoagulasi antara lain yaitu tegangan, 2016).
pH, dan waktu.
3. Semakin besar volt yang digunakan maka Puteri. 2012. Degradasi senyawa organik
semakin besar juga nilai TSS dan limbah cair tahu dalam Anaerobic
kekeruhan yang turun, tetapi membutuhkan Baffled Reactor. Tesis Program Magister,
waktu yang lama juga. Teknik Lingkungan ITS (diakses 15
4. Proses elektrokoagulasi yang paling efektif Februari 2016).
bekerja pada limbah air limbah tahu
dengan tegangan 6 V, mampu menurunkan Rittman dan McCarty.2014. Kelemahan
nilai turbiditas dari 832 NTU menjadi 412 Pengolahan Limbah Cair Tahu dengan
NTU, nilai TSS turun dari 400 ppm Metode Biofiltrasi.
menjadi 200 ppm dan pH naik menjadi 4 (http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
yang sebelumnya memiliki nilai pH 3. Undergraduate-14065- 3306100063-
presentationpdf.pdf, diakses 7 Februari
4.2 SARAN 2016).
Metode elektrokoagulasi untuk
Nurhasni, et al. 2012.Rekasi Elektrolisis pada
pengolahan limbah cair di laboratotium
Proses Elektrokoagulasi. Jakarta:
pengolahan air limbah ini disarankan perlu
Program Studi Kimia FST UIN Syarif
penelitian lebih lanjut mengenai efisiensi alat
Hidayatullah.
turbidimeter dan oven untuk analisa TSS dan
perlunya penilitian dalam skala besar. Yusnimar et al. 2010.Penggunaan Teknologi
Elektrokoagulasi. Jurnal Purifikasi, 10:2, 141-
154.

Samosir.2009. Karakteristik Polutan yang


DAFTAR PUSTAKA
Mempengaruhi Proses Elektrokoagulasi.
Purwaningsih, Indah: Pengolahan Limbah Water Science Technology, 32, 127-134.
Cair Industri Batik CV. Batik Indah
Kamilul. 2008. Kelebihan dan Kekurangan
Raradjonggrang Yogyakarta Dengan
Metode Elektrokoagulasi. Skripsi
Metode Elektrokoagulasi Ditinjau dari
Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan
Parameter COD dan Warna.Tugas Akhir
Kimia FPMIPA UPI. Bandung: Tidak
Jurusan Teknik Lingungan Fakultas
Diterbitkan.
Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta. Ruhmawati, T., dkk. 2017. Penurunan kadar
2008 total suspended solid (TSS) air limbah
pabrik tahu dengan metode fitoremediasi.
BPPT. 2014. Penurunan Kandungan BOD,
Jurnal Permukiman Vol. 12 No. 1: 25-32
COD, dan TSS. (http://jtk.bppt.
ac.id/index.php/djtk/article/viewFile/12/5
Mahfut. 2013. Analisis Kualitas Limbah Cair
4/44/96/95, diakses 14 Februari 2016).
Pada Kolam Anaerob IV di Instalasi
Septiawan. 2013. Pengolahan limbah cair Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT.
tahu sistem Constructed Wetland Perkebunan Nusantara VII (Persero)
UnitGovernment: Jurnal Ilmu

11
Pemerintahan Volume 8, Nomor 1, elektrokoagulasi. Yogyakarta : STTN-
Januari 2015 (9-15) ISSN 1979-5645 Batan

Matahelumual, B.C. 2012. Kondisi air tanah Harif, T., Khai, M., Adin, A.,
untuk irigasi di Kabupaten Sumbawa Electrocoagulation versus Chemical
Barat. Jurnal Lingkungan dan Bencana Coagulation: Coagulation/flocculation
Geologi, 3 (1) : 21-30. mechanisms and resulting floc
characteristics, Water Research 46,
Isnani MN, Puspasari F, Setyaningsih L, 2012, pp 3177-3188
Rianti I. 2010. Pengaruh Waktu pada
Elektrokoagulasi berelektroda Multiplate Kobya, M., Demirbas, E., “Evaluations of
Fe-Al terhadap Limbah Cair Industri Operating parameters on Treatment of
Tahu ditinjau dari Nilai BOD dan TSS. can manufacturing wastewater by
[Proposal]. Surakarta: Universitas Electrocoagulation”, Journal of Water
Sebelas Maret. Process Engineering 64, 2015, Turkey

Idral Amri, dkk. 2018. Pengaruh pola dan Achmad C, dkk. 2017.Variasi Jumlah
jarak elektroda pada proses Elektroda dan Besar Tegangan dalam
elektrokoagulasi limbah cair industri Menurunkan Kandungan COD dan TSS
tahu. Riau : Teknik Kimia Universitas Limbah Cair Tekstil dengan Metode
Riau Elektrokoagulasi, Jurnal Teknik
Lingkungan Vol.3 No.1, Institutut
Samosir A. 2009. Pengaruh Tawas dan Teknologi Adhi Tama: Surabaya
Diatomea (Diatomaceous Earth) dalam
Proses Pengolahan Air Gambut dengan Eka W, dkk. 2012.Penerapan Metode
Metode Elektrokoagulasi. [Skripsi]. Elektrokoagulasi dalam Pengolahan Air
Medan: Universitas Sumatera Utara. Limbah Industri Penyamakan Kulit,
Seminar Ilmiah Nasional: Bandung
Holisaturrahmah, Suprapto. 2013.
Pengurangan Turbiditas pada Air Laut Sutanto, dkk. 2011. Penurunan Kadar Logam
menggunakan Metode Elektrokoagulasi. Berat dan Kekeruhan Air Limbah
Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2(2) Menggunakan Proses Elektrokoagulasi.
Jurnal Ilmiah Elite Elektro Vol.2.
Gameissa MW. 2012. Proses Koagulasi dan Politeknik Negeri Jakarta. Depok
Flokulasi secara Kimia dan Elektrik
untuk Pengolahan Limbah Cair [Skripsi].
Bogor: Institut Pertanian Bogor. LAMPIRAN
Gameissa MW, Suprihatin, Indrasti NS. 2012. - ANALISIS DATA
Pengolahan Tersier Limbah Cair
Industri Pangan dengan Teknik  Kelompok 1
Elektrokoagulasi menggunakan Contoh perhitungan:
Elektroda Stainless Steel. E-jurnal - Turbidity = Hasil turbidity x faktor
Agroindustri Indonesia; 2012 Jul; Bogor; pengencer
Bogor (ID). 1(1), 31-37. = 88,6 (mg) x 10
= 886 NTU
Gita Melisa Yolanda. 2015. Pengolahan
limbah cair laboratorium dengan proses  Kelompok 2
elektrokoagulasi. Bogor : IPB Contoh perhitungan:
- Turbidity = Hasil turbidity x faktor
Vemi Ridantami, dkk. 2016. Pengaruh
pengencer
tegangan dan waktu pada
= 104 x 8
pengolahanlimbah radioaktif uranium
= 832 NTU
dan torium denganproses Isi (mg) x 1000
- TSS = x 1000
V sampel (mL)

12
0,02 (mg) x 1000
= x 1000
50 (mL)
 Kelompok 4
= 400 ppm
Contoh perhitungan:
 Kelompok 3 - Turbidity = Hasil turbidity x faktor
Contoh perhitungan: pengencer
- Turbidity = Hasil turbidity x faktor = 16,2 x 10
pengencer = 162 NTU
= 17,675 x 4 Isi (mg) x 1000
- TSS = x 1000
= 70,7 NTU V sampel (mL)
Isi (mg) x 1000 0,01
- TSS = x 1000 (mg) x 1000
V sampel (mL) = x 1000
0,002 (mg) x 1000 50 (mL)
= x 1000 = 200 ppm
35 (mL)
= 571,4286 ppm
GAMBAR ALAT

(Penjepit buaya dan power supply) (Beaker glass)

(Neraca analitik) (Desikator)

(Kompresor)

(corong buchner)

13
(Oven)

(O

(Plat
)

(Turbidimeter)

14

Anda mungkin juga menyukai