Anda di halaman 1dari 3

Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah Lindi

Pada TPA Supit Urang kota Malang, Instalasi Pengolahan Limbah (IPL)
lindi utama yang diusulkan adalah kolam stabilisasi secara alamiah, dilanjutkan
dengan kolam aerasi secara mekanis dan lahan sanitasi berupa kolam filtrasi
sorpsi. TPA supit urang menggunakan pipa pengumpulan lindi yang berfungsi
sebagai pengumpul aliran air hujan pada saat lahan belum beroperasi (masih
kosong) untuk kemudian dialirkan menuju sungai. Jika lahan sudah beroperasi
maka pipa pembuangan ke sungai ditutup, kemudian lindi dialirkan menuju
instalasi pengolahan lindi. Unit instalasi pengolahan lindi disajikan dalam gambar
berikut:

Limbah air lindi yang dibuang dari TPA akan dialirkan ke dua kolam
penampung dengan debit rencana (volume maksimal penampungan/batas
pembuangan air limbah) masing-masing sebesar 19,56 m3/hari. Ambang batas air
limbah yang dibuang ini mempengaruhi kualitas olahan dari limbah tersebut.
Dasar penentuan ambang batas air limbah yang dibuang disesuaikan dengan batas
ambang kualitas air berdasar Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.3 tahun
1991. Adapun baku mutu kualitas air limbah yang berlaku di Indonesia disajikan
pada Tabel berikut:
Limbah lindi dari kolam penampung lanjut distabilisasi selama 20 hari.
Kolam stabilisasi ini berguna untuk menurunkan kadar BOD (Biological Oxygen
Demand). Namun untuk kadar BOD yang masih tinggi digunakan kolam fakultatif
yaitu kolam stabilisasi yang memiliki zona aerobik, fakultatif (transisi antara
aerobik dan anaerobik), dan zona anaerobik. Dari hasil penelitian pada TPA Supit
Urang, kandungan BOD =3968,29 mg/liter dan kandungan COD =8960 mg/liter.
Efisiensi pengolahan BOD dan COD adalah sebesar 50 - 85% dengan konstanta
laju penyisihan 0,1 hari.
Penurunkan kadar BOD dan COD yang masih terdapat dalam limbah
selanjutnya dilakukan dalam kolam aerasi. Kolam aerasi mempunyai aerator yang
berfungsi untuk mensuplai oksigen yang diperlukan untuk menurunkan kadar
BOD dan COD. Kebutuhan oksigen yang disuplai oleh aerator adalah 43,2 kg/jam
dengan tenaga sebesar 25 kw/jam. Efisiensi konversi pengolahan limbah lindi
pada kolam aerasi adalah sebegai berikut:
- Efisiensi konversi BOD : 75 90%
- Efisiensi konversi COD : 65 90%
Waktu kontak yang diperlukan untuk penurunan kadar BOD dan COD dalam
kolam aerasi adalah 15 hari.
Limbah lindi selanjutnya diolah dalam kolam maturasi. Sinar Matahari
sangat berperan di kolam maturasi ini dikarenakan sinar matahari dapat
membasmi bakteri yang terdapat pada kolam maturasi. Di kolam maturasi ini
terjadi simbiosis antara bakteri dan algae. Bakteri dan algae diharapkan mati
sebelum dibuang ke sungai agar tidak mencemari kualitas sungai. Dari hasil
pengolahan kolam maturasi didapat kadar BOD =88,18 mg/liter dan COD
=298,67 mg/liter. Nilai ini menunjukkan angka yang lebih kecil dari baku mutu
golongan III yaitu BOD = 150 mg/liter dan COD = 300 mg/liter.
Pengolahan limbah lindi selanjutnya adalah pada kolam filtrasi. Metode
yang digunakan pada kolam filtrasi adalah metode Rapid Infiltrated Plant. Metode
ini mempunyai prinsip kerja dengan cara meresapkan cairan lindi pada suatu lahan
yang ditanami tumbuhan tertentu. Tumbuhan yang digunakan adalah rumput gajah
atau tanaman yang tahan dengan air limbah. Tahap yang terakhir adalah tahap
resirkulasi. Tahap ini dilakukan guna mengurangi beban organik serta menambah
efisiensi. Resirkulasi ini dilakukan ke dalam timbunan sampah dengan cara
pemompaan lansung pada masa sampah yang tidak dioperasikan atau pada
susunan kerikil pada pipa biogas. Resirkulasi menggunakan pompa submersible
dengan debit 30 m3/menit dan tenaga motor sebesar 0,5 kw (efisiensi 65%).

Anda mungkin juga menyukai