Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI

PERMASALAHAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI KALIMAS SURABAYA





Anggota Kelompok :
1. Fangga Ratama Camada 115040201111074
2. Anam Prasetiyo 115040201111224
3. Bagas Septya Pradana 115040201111043
4. Iffatur Rokhmaniyah 115040200111034
5. Filiyah 115040200111076
6. Serlly Hardianita 115040200111186
7. Nanik Yuliana 115040200111059
8. Ayu Aisah 115040201111221
9. Amelia Anggraini 105040200111113
10. Fina Lutfiyanah 105040201111090
Kelas : D

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

I. KONDISI UMUM DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KALIMAS
SURABAYA SERTA PERMASALAHAN YANG TERJADI
Wilayah Sungai Kali Brantas mempunyai luas cacthment area sebesar 14.103 km2 yang
secara administratif melintasi 15 Kabupaten/Kota dengan total panjang sungai + 320 km. Jumlah
curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm/tahun dan dari jumlah tersebut sekitar 85% jatuh pada
musim hujan. Potensi air permukaan per tahun rata-rata 11,7 milyar m3. Potensi yang
termanfaatkan sebesar 2,6 - 3 milyar m3/tahun.
Penduduk yang tinggal di wilayah sungai Kali Brantas mencapai 15,5 juta orang (2004)
atau 42,8% dari penduduk Jawa Timur dan mempunyai kepadatan ratarata 989 orang/km2 atau
1,5 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata Jawa Timur. WS Kali Brantas mempunyai peran
yang cukup besar dalam menunjang propinsi Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional.
Pada tahun 1994 - 1997, propinsi Jawa Timur memberikan kontribusi lebih dari 2 juta ton
beras/tahun atau sebesar 25% dari stok pangan nasional. Pengembangan Wilayah sungai Kali
Brantas dimulai tahun 1961 yang dilakukan dengan pendekatan yang terencana, terpadu,
menyeluruh, berkesinambungan dan berwawasan lingkungan serta dengan sistem pengelolaan
terpadu berlandaskan pengertian bahwa WS merupakan satu kesatuan hidrologis (satu sungai,
satu rencana, satu manajemen terpadu atau one river, one plan, one integrated management).
Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Brantas berbentuk trapesium dengan jumlah sub DAS
sebanyak 32 buah. Morfologi sungai Kali Brantas mulai sungai di pegunungan, sungai di daerah
transisi, sampai sungai di pedataran atau daerah pasang surut, mempunyai perubahan morfologi.
Morfologi sungai di daerah pegunungan memiliki tebing sungai yang tinggi dengan kemiringan
dasar sungai besar (curam), untuk daerah transisi/tengah mempunyai kemiringan dasar agak
lebar dengan tebing sungai agak rendah, sedangkan di daerah pedataran mempunyai kemiringan
dasar yang landai serta tebing sungai yang rendah.
Kali Brantas yang mengalir dari sumbernya menuju ke selatan kemudian ke barat dan ke
utara menuju selat Madura, merupakan salah satu sumber air terbesar di Jawa Timur. Kali
Brantas di bagian hilir terpecah menjadi dua sungai membentuk suatu delta yang dikenal sebagai
Delta Brantas. Dua sungai tersebut adalah Kali Porong di sebelah selatan dan Kali Surabaya di
sebelah utara. Untuk keperluan irigasi Delta Brantas telah di bangun dua saluran utama yaitu
saluran Porong di sebelah selatan dan saluran Mangetan di sebelah utara.
Kali Surabaya merupakan sumber air yang cukup penting bagi kota Surabaya dan
sekitarnya. Air dari Kali Surabaya digunakan untuk berbagai keperluan seperti irigasi, air
minum, air industri dan penggelontoran. Kali Surabaya di daerah Wonokromo kembali terpecah
menjadi dua yaitu Kali Mas yang membelah kota Surabaya serta Kali Wonokromo.
Sebagai salah satu sumber air minum, maka Kali Mas diharapkan memenuhi standar
mutu kualitas air baku kelas B. Tetapi masalah utama yang timbul adalah rendahnya kualitas air
Kali Mas diantaranya tingkat COD yang tinggi mencapai rata-rata 20 mg/l melebihi ambang
batas kelas B ( 10 mg/l ). Hal ini disebabkan banyaknya industri di sepanjang sungai yang
menbuang limbahnya ke Kali Mas, padatnya pemukiman penduduk, terbatasnya debit pada
musim kemarau dan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan sungai.
Prosentasi terbesar kontribusi pencemar berasal dari limbah industri. Sekitar 70 buah industri
berlokasi di daerah aliran Kali Mas dan sekitar 40 buah diantaranya dianggap potensial sebagai
sumber pencemaran.
Kali Mas merupakan sumber air yang sangat penting bagi kota Surabaya dan daerah di
sepanjang Kali tersebut. Di musim hujan, banjir dari DAS Kali Surabaya sangat besar sehingga
memasuki di Surabaya sungai ini di pecah menjadi dua untuk menghindari banjir di Surabaya.
Sugai utama menuju ke utara dengan nama Kali Mas dan sungai yang mengalirkan banjir menuju
ke pantai timur dinamakan Kali Wonokromo. Sesuai dengan peruntukanya, menurut SK
Gubernur Kepala Daerah Jawa Timur N0.413 Th. 1997, Kali Mas salah satu sumber air minum,
di harapkan memenuhi standar mutu kwalitas air baku kelas B. Tetapi air ini mengandung
kontaminan alami yang berasal dari erosi dan suspense pada tanah dan sedimen, padatnya
industri di sepanjang sungai yang membuang air limbahnya ke Kali Mas, padatnya permukiman
penduduk, serta kurangnya kesadaran mastyarakat dalam menjaga kebersihan sungai
menyebabkan kualitas air baku melebihi ambang batas yang telah di tentukan. Terutama pada
musim kemarau dimana debit air terbatas, bendungan di hulu dapat mencapai debit terendah
sebesar 4 m/s selama 1 bulan, kondisi ini menyebabkan semakin menurunnya kapasitas
purifikasi dan pengenceran di Kali Mas.
II. PROFIL MASALAH DAS KALIMAS
KOMPONEN DAS MASALAH KEGIATAN
UTAMA /
SEKTOR
LOKASI
DI DAS
STAKEHOLDERS*
Konservasi
biodiversitas dan
ekowisata
Akan di buat
wisata
penelusuran kota
dengan
menggunakan
perahu/kapal
kecil
Sungai
Kalimas
Surabaya
Pemerintah dan
instansi terkait
Konservasi tanah dan
air
Air keruh dan
adanya
sedimentasi
Sungai
Kalimas
Surabaya
Pemerintah dan
masyarakat
Tataguna lahan Banyak bangunan
baru di sekitar
sungai
Sungai
Kalimas
Surabaya
Pemerintah dan
instansi terkait
Pertanaman Kurangnya jenis
tanaman di sekitar
sungai
Menanami
tanaman dengan
jenis sedikit
Sungai
Kalimas
Surabaya
Pemerintah dan
masyarakat
Kualitas air Air sungai keruh
akibat
pembuangan
limbah cair
Pinggiran sungai
terdapat pabrik
dan rumah
warga
Sungai
Kalimas
Surabaya
Masyarakat setempat ,
juga pihak dari
perusahaan, dan
pemerintah.
Ketersediaan air Kurang tercukupi
air bersih
Saluran air
mengalir air
yang keruh
Sungai
Kalimas
Surabaya
Pemerintah ,
masyarakat, dan
instansi terkait
Ternak dan Perikanan Variasi ikan yang
sedikit dan
ketersediaan terus
di ambil
Banyak
pemancing dan
nelayan
Sungai
Kalimas
Surabaya
Pemerintah,
masyarakat, dan
instansi terkait
Institusi / Kelembagaan Pemerintah
kurang
pengawasan dan
juga permudahan
perijinan institusi
dalam
pembangunan
proyek.
Sungai
Kalimas
Surabaya
Pemerintah dan
instansi terkait
Sosekbud Kebudayaan
masyarakat
setempat berubah
tidak mencintai
lingkungan
Sungai
Kalimas
Surabaya
Masyarakat dan
pemerintah



III. ANALISIS PENYEBAB MASALAH SERTA SOLUSI DARI MASALAH
Pendirian bangunan disepanjang daerah aliran sungai, yang dampaknya menimbulkan
pencemaran oleh aktifitas pembuangan limbah cair ke sungai
Kali Mas atau biasa di sebut kali surabaya merupakan subdas bagian hilir dari Sungai
Brantas yang secara langsung membelah kawasan kota Surabaya. Karena keadaannya yang
membelah surabaya, kali mas ini menjadi sumber utama bagi beberapa instansi untuk
memanfaatkannya antara lain PDAM Surabaya dan beberapa industri di sepanjang Kali Surabaya
ini. Mengingat fungsi dan peranan yang penting, perlu dilakukan usaha untuk menjaga air kali
mas ini dari pencemaran. Pada tahun 2000 yang lalu, Perum Jasa Tirta melakukan kajian
terhadap kualitas dan tingkat pencemaran air kali mas ini. Hasil yang didapat, menunjukkan
sumber pencemaran terbesar berasal dari limbah cair domestik dengan kontribusi 87%,
sedangkan sisanya berasal dari limbah cair industri. Sementara data yang dipaparkan oleh BLH
(Badan Lingkungan Hidup) tahun 2010, menjelaskan kandungan COD (chemical oxygen
demand) yang ada pada kali mas sebesar 20ppm yang normalnya 10ppm, kandungan BOD
(biochemical oxygen demand) normalnya 2ppm sedangkan dikali mas 5ppm serta kandungan
DO berada dibawah angka 4 yang harusnya diatasnya. Data lain yang disampaikan BTKL (Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan) Jatim menyebutkan kandungan deterjen air di Kali Mas kini
mencapai 1,52 mg/liter dan zat kimia lain, seperti timbal (Pb) sebesar 3,005 ppm, dan logam
berat (Hg) sebesar 0,518 ppm. Jika dibandingkan dengan standar WHO yakni 2,0 ppm (Pb) dan
0,5 ppm (Hg), maka tingkat pencemaran air di Kali Mas Surabaya sudah melebihi ambang batas
Melihat permasalahan yang tinggi terkait pencemaran limbah domestik dan industri yang
terjadi di kali mas, perlu dilakukan upaya pengendalian yang bersifat objektif. Beberapa
pengendalian yang dapat dilakukan diantaranya, penerapan peraturan pemerintah terkait
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang dilakukan tegas dan nyata
terhadap pelanggaran (pembuangan limbah kesungai, ijin mendirikan bangunan sekitar aliran
sungai dan sebagainya) yang terjadi dilapangan. Langkah yang tidak kalah pentinyan perlu
adanya sinergitas diantara Pemerintah Kota Surabaya dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur
guna memperbaiki kualitas air sungai (terutama Kali Surabaya) agar kualitas air yang menjadi
pasokan bahan baku air PDAM. Beberapa pilihan pemecahan masalah yang dapat dilakukan dan
menjadi bahan pertimbangan diantaranya: Ada political will yang baik dari Pemerintah Daerah
setempat untuk memulai merancang program Kali Bersih dengan segala sumber daya yang
mampu digunakan; Menganggarkan dana yang relatif besar untuk mengawali program; Program
ini tidak hanya menitik beratkan pada sisi fisiknya saja oleh karena itu handaknya dirancang dan
dipersiapkan aspek sosialnya. Aspek sosial ini berupa penyuluhan dan pendekatan pada
masyarakat sehingga kesadaran untuk membersihkan sungai dan menjaganya supaya tetap
bersih.
Pemasaran sosial dan menggerakkan kesadaran serta inisiatif warga sampai di
Pemerintahan tingkat Kelurahan dan diteruskan oleh RW/RT ini cukup penting diupayakan.
Secara historis sungai memiliki peranan yang penting karena terdapat kaitan yang erat antara
masyarakat dengan sungai. Akan tetapi terdapat bias pada pemahaman akan manfaat sungai itu
sendiri. Sungai memang digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, akan tetapi juga
dipakai sebagai tempat membuang barang yang sudah tidak dibutuhkan lagi. Prilaku masyarakat
yang seperti inilah yang memerlukan waktu yang panjang untuk mengubahnya. Dalam
mengubah prilaku ini diperlukan usaha untuk menyertakan masyarakat sekitar sungai pada
khususnya dan Surabaya pada umumnya; Menyediakan berbagai peralatan yang memadai untuk
pelaksanaan program; Menyediakan bahan terbuka yang dapat digunakan untuk kegiatan
ekonomi produktif dan wisata sungai; Menjalin hubungan dengan pihak industriawan dan swasta
untuk mendukung program kebersihan sungai; Menjalin hubungan dengan pihak akademisi dan
lembaga swadaya masyarakat, khususnya yang berkecimpung di bidang penyehatan lingkungan
dan teknik bangunan air; Kondisi alam mendukung dalam arti sungainya tidak begitu curam dan
badan sungai yang sejajar dengan tanah disekitarnya; Agar tidak terjadi tumpang tindih antar
bagian dalam pelaksanaan di lapangan, maka instansi terkait di dalamnya hendaknya tidak terlalu
banyak, dan tugas serta kewenangan yang dibebankan tertulis dengan jelas.

IV. ANALISIS KUNCI ELEMEN LFA, PENENTUAN MATRIK GOAL, TUJUAN
DAN KELUARAN KEGIATAN
Narrative Summary (NS) Objectively
Verifiable
Indicators (OVI)
Means of
Verification (MOV)
Assumptions
Goal:
Mengurangi beban pencemaran
di Kali Mas (parameter BOD,
COD)
1. Membuat skala
prioritas beban
pencemaran yang
akan diturunkan
2. Meningkatkan
kualitas air
3. Meningkatkan
ketersediaan air
bersih bagi
masyarakat
1. Survei terhadap
masyarakat
2. Analisis air sungai
1. Debit air normal
dan kualitas air
baik.
Purpose / Objective:
1. Pemeliharaan kualitas dan
fungsi lingkungan hidup
serta pengelolaan Sumber
Daya Alam
2. Meningkatkan kesejahteraan
hidup masyarakat.
3. Pengaturan tata ruang di
sekitar daerah ruang yang
lebih teratur.
1. Meningkatkan
keaktifan
masyarakat dalam
kegiatan
pemeliharaan
lingkungan serta
pengelolaan
sumber daya alam.
2. 80% kesejahteraan
masyarakat
meningkat.
3. 50% bangunan
yang melanggar
izin pembanguan
dan pendirian
bangunan
ditertibkan.
1. Survei lapang
2. Pemberdayaan
masyarakat
1. Kesadaran
masyarakat akan
pentingnya kali
bersih meningkat
2. Tata ruang
wilayah lebih
teratur
Output:
1. Mengurangi atau
menghindarkan timbulnya
polutan
2. Mengurangi resiko kesehatan
3. Memajukan pengembagan
1. Mengurangi
polutan di sungai
kali mas sebesar
80%
2. Meningkatkan
taraf kesehatan
1. Survei terhadap
masyarakat
2. Survei lapang
1. Akses
penggunaan
teknologi yang
semestinya
2. Tersedianya
sumber kali
teknologi pengurangan pada
sumbernya
4. Menghindarkan pembersihan
yang mahal di masa
mendatang
5. Konservasi tanah dan air
masyarakat
sebesar 80%
3. Meningkatkan
lapangan
pekerjaan sebesar
50% dengan
pengembangan
dan kemajuan
teknologi.
4. Mengurangi biaya
pembersihan air
sungai kalimas
yang
membutuhkan
biaya yang besar.
bersih
Activities:
1. Pemantauan Kualitas Air
DAS Brantas yang dilakukan
setiap bulan
2. Pembinaan/Sosialisasi/Work
shop Pengendalian
Pencemaran Air terhadap
industri, pengawas, dan
masyarakat
3. Pengawasan terhadap
industri




Dokumentasi 1. Sub DAS Kalimas


Dokumentasi 2. Sub DAS Kalimas

V. AKSI UNTUK MANAJEMEN DAS KALIMAS
Nama Kegiatan : Pemantauan, Pembinaan, dan Pengawasan Kualitas Air DAS Brantas
(Kali Mas)
1. Latar Belakang Rasional
DAS (Daerah Aliran Sungai) menurut Asdak (1995) adalah daerah atau kawasan yang di
batasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan
ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke
sungai utama. Pada kegiatan ini, lokasi yang dijadikan sebagai daerah atau kawasan DAS untuk
percobaan perbaikan adalah Kali Mas atau biasa disebut kali surabaya yang merupaka subdas
bagian hilir sari sungai Brantas yang secara langsung membelah kawasan kota Surabaya.
Dengan predikat kota Surabaya sebagai salah satu kota metropolitan dengan segala
sesuatunya yang serba modern, tuntutan untuk memiliki kualitas air bersih terus meningkat.
Namun, hal tersebut tidak sebanding dengan keadaan dan kualitas kali-kali yang berada di
Surabaya termasuk salah satunya adalah Kali Mas. Berdasarakan fakta, Kali Mas memiliki
beberapa permasalahan yang mendukung penurunannya kualitas air yaitu melalui limbah cair
domestik degan kontribusi 87%, sedangkan sisanya berdasarkan dari limbah cair produksi.
Berdasarakan permasalahan dan penyebab permasalahan tersebut, maka dapat dilakukan
upaya pengendalian yang bersifat objektif. Upaya pengendalian tersebut yang dapat dilakukan
diantaranya, penerapan peraturan pemerintah terkait pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air yang dilakukan tegas dan nyata terhadap pelanggar yang terjadi di lapangan. Dan
juga peran serta dukungan aktif dari pemerintah Kota Surabaya dengan Pemerintah Provinsi
Jawa Timur guna memperbaiki kualitas air sungai agar menjadi lebih baik dan sehat yang secara
fungsinya digunakan sebagai pasokan bahan baku air PDAM.
2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dari kegiatan tersebut, maka tujuan yang akan dicapai yaitu
mengurangi beban dan atau tingkat pencemaran limbah domestik maupun limbah produksi.


3. Maksud kegiatan
Maksud dari kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan permasalahn dan solusi yang
diberikan adalah perbaikan kawasan Kali Mas dapat dijadikan objek wisata (misal : rafting) dan
pemanfaatan sumber air yang maksimal oleh warga sekitar.
4. Hasil Kegiatan
Ketika permasalahan yang ada pada Subdas Kali Mas terselesaikan akibat pelaksanaan
kegiatan-kegiatan yang rirencanakan, maka harapan besar yang akan dihasilkan adalah kondisi
kualitas Klai Mas yang baik dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat untuk
kebutuhan sehari-hari sehingga mempengaruhi kondisi perekonomian masyarakat itu sendiri.
Kemudian, saat kualitas air di Kali Mas membaik dan sehat maka kesehatan masayarakat sekitar
juga jauh dari serangan penyakit yang diakibatkan oleh pencemaran limbah yang ada di sungai.
5. Mekanisme dan Rancangan
5.1 Mekanisme Kegiatan
Dalam proses perbaikan DAS Brantas dibutuhkan tiga sektor utama yang menjadi poin
atau sasaran perbaikan, yaitu sektor kehutanan, sektor sumber daya air, dan sektor pertanian.
Dimana ketiga sektor tersebut perbaikan harus dimulai dari bagian hulu, bagian tengah, sampai
pada bagian hilir DAS Brantas. Pada Kali Mas ini yang berdada di bagian hilir, fokus perbaikan
yang dilakukan ada pada sektor sumberdaya air dan sektor pertanian.
5.2 Rancangan Kegiatan
Pada rancangan kegiatan ini, proses-proses yang akan dilakukan adalah perbaikan sektor
hulu yaitu hutan dengan cara konservasi dan reboisasi yang didasarkan pada APBN Kehutanan.
Dengan adanya konservasi dan reboisasu yang dilakukan, maka akan berdampak pada hasil
produksi kayu yang dapat memperbaiki keadaan perekonomian masyarakat di bagian hulu.
Kemudian untuk perbaikan sektor sumberdaya air di daerah hilir dilakukan dengan cara
penekanan tatanan atau cara pembuangan berbagai limbah domestik maupun limbah produksi ke
kawasan DAS Brantas khususnya di Kali Mas, Surabaya.

6. Sumberdaya yang Dibutuhkan
Untuk mendukung tercapainya tujuan dari kegitan tersebut perlu adanya peran-
peran aktif dari beberapa pihak yang terkait, yaitu :
Pemerintah : yang fungsinya adalah memberikan dukungan secara financial
maupun moral kepada lembaga dan maysarakat sekitar DAS
Organisasi yang bergerak pada pengembalian fungsi DAS : yang
memiliki fungsi untuk menarik secara langsung baik individu maupun
kelompok masyarakat untuk terjun pada kegiatan perbaikan fungsi DAS
Petani atau masyarakat : yang memliki fungsi penting dalam proses
aplikasi dari kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan.

7. Jadwal Pelaksanaan
Tahap 1 :
Kegiatan ini akan dimulai dengan melakukan reboisasi kawasan hulu dengan
menggunakan Dana Reboisasi dan melakukan konservasi yang berasal dari APBN Kehutanan.
Selanjutnya akan dilakukan konservasi lahan perbaikan kondisi hutan. Kemudian dari kegiatan
konservasi tersebut diperoleh hasil produksi kayu yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar sehingga dapat memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat.
Tahap 2 :
Kegiatan kedua adalah perbaikan pada sektor sumberdaya air yang didasari dari Dana
Sumberdaya Air yang mengarah pada pengelolaan sumberdaya air kemudian perbaikan sarana
sumberdaya air yang nantinya berdampak pada perbaikan tingkat fluktuasi air permukaan.
Selanjutnya akan berdampak pada intensitas terjadinya banjir dan kekeringan yang semakin kecil
dan memperbaiki sarana pengairan/irigasi pada sektor pertanian.
Tahap 3 :
Pada tahapan akhir ini, kegiatan pengelolaan pertanian yang bersumber dari APBN
Pertanian akan memperbaiki produksi pertanian dan meningkatkan jumlah pendapatan.


8. Keberlanjutan
Beberapa kegiatan yang telah direncanakan diatas akan dapat berlajut atau continoue
dengan melibatka peran aktif pemerintah sebagai pengawas proses maupun hasil (output) kegitan
tersebut. Kemudian, yang dimaksudkan dengan keberlanjutan adalah apa yang telah
direncanakan dapat terlaksanakan dengan optimal dan berkesinambungan serta tidak berhenti
saat kegiatan tersebut selesai dilaksanakan.
9. Penanggung Jawab

DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A. dan F. Agus. 2000. Pengembangan teknologi konservasi tanah pasca-
NWMCP. Prosiding Lokakarya Nasional Pembahasan Hasil Penelitian Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai. Alternatif Teknologi Konservasi Tanah. Sekretariat Tim Pengendali
Bantuan
Biro Pusat Statistik. 1981. Statistik Indonesia 1980/81. Biro Pusat Statistik. Jakarta. 125 hlm.
Biro Pusat Statistik. 1994. Statistik Indonesia 1994. Biro Pusat Statistik. Jakarta. 131 hlm.
Current, D., E. Lutz, and S.J. Scherr. 1995. The cost and benefits of agro-forestry to
farmers. The World Bank Research Observer 10(2): 151180.
Departemen Pertanian. 1987. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 175/Kpts/RC. 220/ 4/1987
Tentang Pedoman Pola Pembangunan Pertanian Di Daerah Aliran Sungai. Departemen
Pertanian, Jakarta. 15 hlm.
Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1985. Program pengelolaan DAS di
Indonesia. Makalah disampaikan pada Lokakarya Pengembangan Program Studi
Pengembangan DAS pada Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor. hlm 121.
DHV Consultants. 1990. Laporan Akhir Pengalaman Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Proyek
Kali Konto Fase Ke-3 dan Perpanjangan Fase ke-3. Jilid I. Departemen Kehutanan
Republik Indonesia dan Departemen Luar Negeri Kerajaan Belanda. 65 hlm.
Fagi, A.M., I.G. Ismail, U. Kusnadi, Suwardjo, dan A.S. Bagyo. 1988. Penelitian sistem usaha
tani di daerah aliran sungai. Risalah Lokakarya Penelitian Lahan Kering dan Konservasi.
Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air, Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
hlm. 114.
Hardianto, R., T. Hendarto, E. Masbula, dan N.L. Nurida. 1992. Status dan prospek
pengembangan sistem usaha tani konservasi di lahan kering berkapur DAS Brantas.
Prosiding Seminar Penelitian dan Pengembangan Sistem Usaha Tani Konservasi di Lahan
Kering DAS Jratunseluna dan Brantas. Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan, Tanah dan
Air, Badan Litbang Pertanian, Jakarta. hlm. 99120.

Anda mungkin juga menyukai