5.1 Pendahuluan
Usaha melestarikan lingkungan dari pengaruh dampak pembangunan adalah salah satu
usaha yang perlu dijalankan. Pengelolaan lingkungan yang baik dapat mencegah
kerusakan lingkungan akibat suatu proyek pembangunan. Pengelolaan yang baik
menjaga ekosistem dengan mencegah berlangsungnya pembangunan, sebab
pembangunan itu perlu untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Jadi, yang penting
disini adalah membangun dengan berdasarkan wawasan lingkungan bukan membangun
yang berwawasan ekonomi semata (Imam Supardi).
Tujuan secara umum Amdal adalah menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan
serta menekan pencemaran, sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin.
Dengan demikian Amdal diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
pelaksanaan rencana kegiatan yang mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup..
Sebagai tindak lanjut untuk mewujudkan lingkungan hidup yang sehat, serasi dan
berfungsi sebagai daya dukung penghidupan, maka setelah dilakukan analisis dampak
lingkungan dan penyusunan dokumen RKL, maka di lengkapi dengan dokumen
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Jenis dampak penting penting yang dipanatau dipanatau meliputi meliputi komponen
komponen geofisika-kimia, geofisika-kimia, sosial ekonomi dan budaya, kesehatan
masyarakat dan transportasi. Pemantauan dilakukan meliputi dampak yang diprakirakan
akan terjadi pada tahapan kegiatan pembangunan pembangunan Apartemen yaitu pada
tahap prakonstruksi, konstruksi, dan operasional. Di samping itu juga akan dipantau
beberapa dampak yang tergolong pada kategori “dampak lainnya”.
Pada aspek fisika kimia antara lain pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya
penurunan kualitas udara, berupa kebisingan, penurunan kualitas air sebagai akibat
pembuangan limbah cair dan padat serta tumpahan bahan bakar dari kendaraan
bermotor dan lain-lain.
Pada aspek biologi antara lain pemantauan terhadap penurunan fitoplankton (flora
akuatik) dan fauna akuatik. Sedangkan pada aspek sosekbud antara lain diarahkan pada
kemungkinan terjadinya penularan penyakit, keramaian lalu lintas, kamtibmas dan lain
lain.
Penentuan Dampak Penting yang ditetapkan oleh Kepala Bapendal No. 056 Tahun
1994, dimana tingkat pentingnya dampak ditentukan oleh faktor-faktor:
Selanjutnya dokumen RKL dan RPL ini dipakai pula sebagai dasar untuk pelaksanaan
pengelolaan lingkungan (KL) dan pelaksanaan pemantauan lingkungan (PL), selama
masa pra konstruksi, konstruksi maupun pada pasca konstruksi.
Tujuan pemantauan ini adalah untuk mengetahui dampak yang diperkirakan akan terjadi
selama berlangsungnya kegiatan. Di samping itu juga bertujuan mengetahui hasil dari
kegiatan pengelolaan lingkungan.
Adapun kegunaan pemantauan lingkungan adalah sebagai bahan informasi atau umpan
balik dalam rangka pengelolaan lingkungan proyek maupun instansi lain yang terkait.
Kegunaan lain yang dapat diperoleh adalah sebagai bahan evaluasi atas pengelolaan
lingkungan yang telah dilakukan dan selanjutnya dipergunakan untuk bahan
pertimbangan pengelolaan lingkungan berikutnya.
1. Lingkup RPL.
2. Pendekatan RPL.
3. Rencana pelaksanaan RPL.
4. Daftar pustaka dan lampiran.
AMDAL merupakan bagian dari studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Sesuai dengan PP No. 27/1999 maka AMDAL merupakan syarat yang harus dipenuhi
untuk mendapatkan ijin melakukan usaha dan/atau kegiatan. Oleh karenanya AMDAL
harus disusun segera setelah jelas alternatif lokasi usaha dan/atau kegiatannya serta
alternatif teknologi yang akan digunakan.
Berkelanjutan memiliki arti yang cukup luas, yaitu kemampuan untuk melanjutkan
sesuatu yang didefinisikan tanpa batasan waktu. Berkelanjutan dapat dimaksudkan
dengan ketahanan, keseimbangan, keterkaitan. Lebih lanjut berkelanjutan dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk bertahan melanjutkan suatu perilaku yang
didefinisikan tanpa batas waktu. World Commission on Environment and Development
mendefinisikan berkelanjutan sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masa
kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri.
Lingkungan berkelanjutan dapat diartikan segala sesuatu yang berada di sekeliling
makhluk hidup yang mempengaruhi kehidupannya dengan kondisi yang terus terjaga
kelestariannya secara alami maupun dengan sentuhan tangan manusia tanpa batasan
waktu. Lingkungan berkelanjutan juga dapat diartikan sebagai bagaimana pemenuhan
kebutuhan sumber daya yang ada untuk generasi masa kini hingga masa depan tanpa
mengorbankan kesehatan ekosistem yang menyediakannya.
Menurut Pasal 18 ayat (1) UULH : “Pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat
nasional dilaksanakan secara terpadu oleh perangkat kelembagaan yang dipimpin
seorang Menteri dan yang diatur dengan peraturan perundang-undangan”. Ketentuan ini
mengandung arti, bahwa wewenang pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia harus
berada di tangan Menteri. Untuk lebih memahami latar belakang pengaturan ini perlu
ditelaah penjelasan mengenai Pasal 18 ayat (1).
Dengan demikian jelaslah bahwa ketentuan Pasal 18 ayat (1) UULH merupakan
jaminan bahwa wewenang pengelolaan lingkungan hidup di Negara Indonesia Berada di
tangan seorang Menteri,sedangkan menurut penjelasan Psal 18 UULH perangkat
kelembagaan tersebut merupakan wadah koordinasi. Dengan demikian, MENKLH
mempunyai tugas merumuskan kebijaksanaan, membuat perencanaan dan
mengkoordinasikan segala kegiatan di bidang kependudukan dan lingkungan hidup.
Dapatlah dimengerti betapa luasnya ruang lingkup tugas koordinatif yang dibebankan
kepada MENKLH. Hal ini memerlukan kerja sama yang serasi dan terpadu dengan
berbagai Departemen dan Lembaga Pemerintahan non departemen, terutama dalam
kaitannya dengan sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (2) UULH. Ketentuan ii jelas
mengakui bahwa wewenang pengelolaan lingkungan secara sektoral tersebar pada
berbagai departemen dan lembaga pemerintah non departemen, sesuai dengan bidang
tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Gambar 5.1 Diagram Alir proses Pembuatan Amdal
Kemudian dasar hukum lainnya dalam penyusunan Rencana pemantauan lingkungan
yang tergabung dalam penyusunan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan,
tercantum sebagai berikut :
Peraturan pemerintah Republik Indonesia no. 27 tahun 2012 tentang izin lingkungan,
bab 1 pasal 1. Peraturan pemerintah Republik Indonesia no. 27 tahun 2012 tentang izin
lingkungan, pasal 2 ayat 2. Peraturan pemerintah Republik Indonesia no. 27 tahun 2012
tentang izin lingkungan, pasal 2 ayat 2.
a. Pemantauan proyek konstruksi agar sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis
yang telah mengikuti Kaidah lingkungan.
b. Penerapan dan pelaksanaan uji coba operasional.
c. Penilaian hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan
untuk masukan bagi penyempurnaan pelaksanaan RKL dan RPL.
Sesuai dengan hasil telaahan dampak penting hipotetis, maka jenis dampak yang
diperkirakan timbul dan perlu dilakukan pengelolaan adalah sebagai berikut. Sesuai
dengan hasil telaahan dampak penting hipotetis, maka jenis dampak yang diperkirakan
timbul dan perlu dilakukan pengelolaan adalah sebagai berikut.
Pada tahap ini pekerjaan telah dilakukan dan dampak yang terjadi pada aspek
sosekbud.
a. Sumber dan Karakteristik Dampak
Dampak yang terjadi adalah hilangnya pemilikan tanah dan penerimaan
pendapatan sebagai akibat kegiatan jual beli lahan dari pemilik pertama ke
pemrakarsa. Sifat dampak pada pemilikan tanah ini adalah positif sedangkan
dampak terhadap pendapatan adalah negatif. Dampak lain yang terjadi adalah
berubahnya status penggunaan tanah sebagai akibat langsung pengalihan fungsi
lahan dari sawah menjadi lahan proyek/Bangunan.
b. Metode Pemantau dan Tolok Ukur Dampak
Pemantauan dapat langsung dilakukan dengan wawancara dan observasi
langsung ke masyarakat. Tolak ukur dampaknya adalah :
- Untuk pendapatan, jumlah penerimaan dan penggunaan hasil jual beli.
- Untuk hak pemilikan tanah adalah sertifikat tanda bukti pemilikan.
- Untuk status penggunaan tanah, fungsi lahan yang ditetapkan saat jual beli.
c. Waktu Pemantauan
Waktu yang dibutuhkan adalah saat jual beli dilakukan sampai dengan
Pemrakarsa mulai beroperasi, dengan frekuensi 1 kali menjelang pengoperasian
Bangunan Gedung/Proyek.
Dampak penting yang timbul pada tahap ini disebabkan oleh kegiatan konsultasi
public diantaranya :
a. Perijinan (legalitas usaha)
b. Pembebasan tanah (pemindahan hak)
c. Studi kelayakan (sejauh mana kelayakan usaha yang akan didirikan dan
pendekatan ke masyarakat untuk mengetahui persepsinya terhadap proyek yang
akan dibangun)
d. Pematangan lahan.
e. Dampak yang akan timbul segi sosial ekonomi dan budaya (contoh tanah
pertanian jadi gedung bertingkat.
Kegiatan konstruksi yang rutin dengan jangka waktu yang cukup lama akan
menyebabkan terjadinya persepsi yang berbeda dikalangan masyarakat.
Beberapa hal yang dapat merubah persepsi masyarakat adalah mengenai terbukanya
kesempatan kerja dan berusaha; perubahan komponen fisik dan kimia; kesehatan
masyarakat; dan transportasi akibat dari kegiatan konstruksi. Sehingga kontraktor
melakukan beberapa upaya untuk menjaga dan menjalin hubungan masyarakat
sekitar dengan baik seperti dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat secara
terbuka, menjalin hubungan serta komunikasi yang baik dengan pemimpin
formal/non formal, dan melakukan kegiatan kepedulian sosial terhadap masyarakat
sekitar. Pemantauan terhadap perubahan persepsi masyarakat dilakukan dengan
pengumpulan data persepsi masyarakat secara langsung atau melakukan wawancara
maupun pengamatan melalui kuesioner.
Dampak yang timbul pada tahap ini disebabkan oleh kegiatan pembangunan
Apartemen , dimana dalam kegiatan tersebut terdapat recruitment tenaga kerja
konstruksi, mobilitas peralatan dan material, basecamp, pembangunan kontruksi
gedung.
Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan untuk aspek biologi (plankton, benthos dan nekton)
sama dengan lokasi pemantauan pada parameter kualitas air.
Adapun matriks pengamatan yang dapat dimasukan dalam tabel yakni merupakan
dampak yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut meliputi :
3) Tahap Operasi
Dampak penting yang timbul pada tahap ini disebabkan oleh operasional
Apartemen. Evaluasi pasca proyek ditujukan : untuk menilai dan pengupayakan
peningkatan daya guna dan hasil guna dari prasarana yang telah dibangun dan
dioperasikan. Evaluasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan dimaksudkan untuk
memantapkan SOP (standard operation procedure) dengan mengacu pada
pengalaman yang didapat dilapangan selama kegiatan proyek berlangsung. Kegiatan
tersebut akan memunculkan dampak, dampak, meliputi: