Anda di halaman 1dari 18

BAB I

FAAL KERJA

1.1 Landasan Teori

Ilmu faal kerja atau fisiologi kerja adalah ilmu faal yang dikhususkanuntuk
manusia yang bekerja. Secara fisiologis, bekerja adalah hasil kerja samadalam
koordinasi yang sebaik-baiknya dari saraf pusat dan perifer, panca dria(mata,
telinga, peraba, perasa, dan lain-lain), serta otot dan rangka (kedua yangterakhir ini
adalah pelaku utama perbuatan). Bekerja mungkin dikelompokanmenjadi kerja
otak (mental), dan kerja otot (fisik). Dalam faal kerja, perhatianutama difokuskan
kepada kerja fisik atau otot. Untuk bekerja pertukaran !atdalam organ tubuh yang
diperlukan sebagai sumber energi dan transportasi sisametabolisme yang harus
dibuang, jelas sangat penting peran peredaran darah kedan dari susunan saraf serta
otot-otot dan rangka (muskulo-skeletal) dan jugaorgan-organ lainnya. Selain
jantung dan sistem peredaran darah, paru dan
alat pernafasan lainnya, sistem gastro-
intestinal (mulut, esofagus, usus, hati, danlainnya) juga memainkan fungsi masing
-
masing dalam mendukung danmenunjang kelancaran berlangsungnya akti"itas da
n rangkaian kegiatandilakukannya pekerjaan. Untuk kelangsungan pelaksanaan pe
kerjaan, semuaorgan terkait dan juga seluruh sistem yang beroperasi fisiologis
dalam tubuh harus berada pada kondisi optimal (bila mungkin prima)

Mekanisme bekerja fisik diperlihatkan oleh gambar 1.7

1
Mula-mula koordinasi antara susunan saraf pusat, indera, otot dan organ-organ
tubuh tidak mudah diwujudkan dan pada stadium tersebut untuk berlangsungnya
koordinasi yang baik diperlukan biaya yang cukup intensif. Kenyataan ini terlihat
pada tenaga kerja baru yang mulai bekerja dan sedang menjalani latihan
keterampilan atau permagangan. Tidak jarang ditemukan keadaan betapa seorang
tenaga kerja yang tidak terlatih menghadapi kesulitan untuk bekerja dengan benar,
sekalipun prosedur kerja sebenarnya sangat sederhana. Melalui pendidikan dan
pelatihan koordinasi yang baik dapat dibina dan diciptakan: pelatihan keterampilan
yang tepat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan termasuk gerakan yang
dilakukan berlangsung sebagai suatu refleks, sehingga bekerja merupakan suatu
proses yang berlangsung secara otomatis dengan penuh kemudahan serta
pencapaian kualitas hasil kerja yang baik. Semakin pendek waktu yang diperlukan
bagi siklus yang bersifat refleks dalam bekerja atau kiat cepatnya otomatis
pekerjaan yang dilakukan menunjukkan semakin baiknya koordinasi berfungsinya
organ-organ tubuh dalam dalam memberikan dukungan kepada pelaksanaan kerja
serta merupakan peluang bagi pencapaian hasil kerja yang baik sebagai
konsekuensi semakin baiknya keterampilan tenaga kerja.

Untuk pekerjaan fisik, otot adalah bagian tubuh terpenting bagi pelaksanaan
aktivitas kerja. Otot bekerja dengan mekanisme kontraksi (mengerut) dan melemas.

2
Kekuatan bekerjanya suatu otot ditentukan oleh jumlah dan kualitas serat yang
menyusunnya, daya kontraksi dan cepatnya berkontraksi serta melemas. Pada
waktu otot kontraksi dalam (mengerut), darah yang berada antara serat-serat otot
atau diluar pembuluh darah otot terjepit sehingga peredaran darah terhambat, jadi
pertukaran zat terganggu dan hal demikian menjadi salah satu penyebab dari
timbulnya kelelahan otot. Maka dari itu, kerutan yang selalu diselingi pelemasan,
sebagaimana biasanya disebut kontraksi otot dinamis, sangat tepat dipakai sebagai
prinsip pelaksanaan bekerjanya otot pada setiap pekerjaan yang berkaitan dengan
dilaksanakannya kegiatan dan proses pekerjaan.

1.2 DATA

Uji faal kerja merupakan salah satu cara untuk melakukan pengukuran waktu
waktu. Dimana cara ini dilalukan langsung ditempat berlangsungnya pekerjaan dan
pengamatannya dilakukan pada saat tertentu dan secara bergantian. Semakin
banyak pengujian yang dilakukan makan akan semakin kuat dasar untuk
menetapkan kesimpulan. Pengujian – pengujian dilakukan untuk mengetahui apa
yang terjadi ditempat kerja yang bersangkutan. Agar kesimpulan yang diambil
tepat, maka diperlukan teknik tertentu secara statistic yang dikenal dengan sampling
untuk menduga faal kerja. Perhitungan kerja menggunakan stopwatch.

1.3 ANALISA
 Menghitung Waktu Siklus
Waktu siklus adalah penyusuaian satu satuan produksi mulai dari bahan
baku mulai proses ditempat kerja yang bersangkutan. Berikut adalah rumus
untuk menghitus waktu siklus :

Xi = Jumlah waktu penyelesaian yang teramati


N = Jumlah pengamatan yang dilakukan

3
 Gambar Faal Kerja

 Prosedur Pelaksanaan
1. Setiap perwakilan dari masing-masing kelompok diminta maju
kedepan untuk mengambil undian yang berisi lokasi tempat dimana
akan mengambil data.
2. Operator mengamati 2 orang dengan kriteria yang sedang diambil
data.
3. Satu orang bertgas memegang stopwatch yang akan digunakan saat
pengambilan data
4. Pengamatan dilakukan bergantian dalam sebuah kelompok dan
dilakukan dalam 1 kali pengamatan, jika kurang maka dilakukan 2,
3, 4, kali.

4
 Perhitungan
Analisa waktu kelelahan mengayuh dalam sepeda statis (Denyut nadi)

No. Nama Waktu 2 menit

1. Azis 140

2. Raju 137

3. Tegar 141

Total dari rata-ratanya ialah : 418

WB = WN x Rata-Rata
10

WB = Rata-Rata = WN = 418 = 41.8


10 10

WB = 41.8 x 418 = 1.747,24


10

5
BAB II

PETA KERJA

2.1 Landasan Teori


Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas. Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah atau
kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari masuk ke pabrik sampai akhirnya
menjadi produk jadi, baik produk lengkap maupun bagian dari produk lengkap.

Lambang-lambang yang digunakan dalam Peta Kerja Keseluruhan adalah:

Macam-macam Peta Kerja Keseluruhan yaitu;

1. Peta Proses Operasi

Suatu peta proses operasi menggambarkan langkah-


langkahoperasi dan pemeriksaan yang dialami oleh bahan dalam urutannya
sejak awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun sebagai bagian setengah
jadi. Peta ini memuat informasi tentang: waktu yang dihabiskan, material yang
digunakan, dan tempat atau alat mesin yang dipakai. Sesuai dengan

6
relevansinya, pada akhir keseluruhan proses dinyatakan
keberadaan penyimpanan

2. Peta Aliran Proses

Peta aliran proses adalah suatu diagram yang menunjukkan urutan-urutan


dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang
terjadi selama satu proses atau prosedur berlangsung. Di dalamnya dimuat
informasi-informasi yang diperlukan untuk analisis seperti waktu yang
dibutuhkan dan jarak perpindahan yang terjadi. Waktu biasanya dinyatakan
dalam jam atau menit sementara jarak perpindahan basanya dinyatakan
dalam meter

3. Peta Proses Regu Kerja

Peta Proses Regu Kerja merupakan kumpulan dari beberapa Peta Aliran
Proses dimana tiap Peta Aliran Proses tersebut menunjukkan suatu seri kerja
dari seorang operator. Peta Proses Regu Kerja digunakan untuk menunjukkan
beberapa aktivitas dari sekelompok orang yang bekerja bersama-sama dalam
suatu proses, dimana aktivitas yang satu saling bergantungan dengan aktivitas
lainnya. Sehingga, dalam Peta Proses Regu Kerja banyak dijumpai proses
menunggu (D), yang menunjukkan bahwa suatu aktivitas sedang menuggu
aktivitas lainnya.

4. Diagram Aliran

Diagram Aliran merupakan suatu gambaran menurut skala, dari susunan


lantai dan gedung yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi
dalam Peta Aliran Proses. Aktivitas yang berarti pergerakan suatu material atau
orang dari suatu tempat ke tempat berikutnya dinyatakan oleh garis aliran dalam
diagram tersebut. Arah aliran digambarkan oleh anak panah kecil pada garis
aliran tersebut.

7
2.2 Data
1. Pembongkaran Karburator
2. Lepaskanlah sekrup-sekrup yang mengikat mangkuk pelampung dengan
badan karburator
3. Setelah sekrup terlepas, kemudian lepaskanlah mangkuk pelampung
4. Lepaskan pin, pelampung (float) dan katup jarum (needle valve).
5. Periksa kondisi pelampung (float) terhadap perubahan bentuk atau
terjadinya kerusakan.
6. Periksa dudukan dari katup jarum (needle valve) dari keausan, kerusakan
dan dari kemungkinan penyumbatan.
7. Periksa ujung katup jarum (needle valve), apakah terdapat karusakan atau
keausan ataupun terdapat kotoran yang menempel sehingga membuat katup
jarum tidak dapat menutup rapat
8. Periksa cara kerja dari katup jarum.
9. Lepaskan komponen-komponen berikut ini :
 Main jet (Spuyer utama)
 Needle jet holder
 Needle jet (Katup jarum)
 Slow jet (Spuyer lambat)
 Sekrup penahan skep (Sekrup gas)
10. Putarkan sekrup udara (Sekrup setelan udara) ke arah dalam sampai sekrup
udara mencapai dudukannya dan catatlah jumlah putarannya.
11. Lepaskan sekrup udara beserta dengan pegasnya.
12. Perhatikan masing-masing jet dari kemungkinan keausan atau kerusakan
dan jika perlu lakukan langkah penggantian.
13. Bersihkan karburator dan tiupkan setiap saluran udara dan bahan bakar yang
ada pada badan karburator dengan menggunakan udara bertekanan.
14. Pemasangan Karburator
15. Pasang berikut ini;
 Sekrup penahan skep (Sekrup gas)
 Slow jet (Spuyer lambat)

8
 Needle jet (Katup lambat)
 Main jet (Spuyer utama)
16. Cek kembali komponen yang sudah terpasang, pastikan terpasang dengan
benar.
17. Pasang sekrup udara dan kembalikan pada posisi semula seperti pada
langkah pelepasan.
18. Lakukan prosedur penyetelan sekrup pencampur udara jika sekrup udara
diganti baru
19. Pasang pelampung dan katup jarum pada badan karburator kemudian
pasang pin pelampung melalui badan karburator dan pelampung.
20. Ukur tinggi dari pelampung dengan menggunakan alat pengukur tinggi
pelampung (float level gauge).
21. Pelampung tidak dapat disetel, maka gantilah pelampung secara
keseluruhan, jika saat melakukan pemeriksaan diperleh tinggi pelampung
yang tidak sesuai dengan spesifikasi.
22. Pasangkan cincin-o yang baru pada mangkok pelampung.
23. Pasangkan mangkok pelampung
24. Pasangkankan dan kencangkan sekrup-sekrup pengikat mangkok
pelampung dengan badan karburator.
25. Cek dan pastikan semua komponen terpasang dengan benar.

9
2.3 Analisa
Pada pembongkaran dan pemasangan karburator memiliki beberapa tahapan
peta proses antara lain operasi, transportasi, inspeksi. Saat tahapan operasi yaitu
pelepasan komponen-komponen yang ada pada karburator dan juga saat
pemasangan kembali. Saat tahapan transportasi yaitu pengambilan komponen-
komponen untuk digabungkan menjadi satu. Dan tahapan inspeksi adalah saat
komponen sudah terpasang lalu dicek atau diperiksa sebelum ke pemasangan
komponen selanjutnya.

10
BAB III

WAKTU BAKU

3.1 Landasan Teori

Pada dasarnya pengukuran waktu (motion study) adalah suatu teknik untuk
mencatat, mempelajari dan menganalisa tentang beberapa gerakan bagian
badandari pekerja (operator) pada saat menyelesaikan pekerjaan. Dalam dunia
industri, waktu kerja merupakan salahsatu faktor penting yang perlu diperhatikan
dalam suatu sistem produksi. Waktu kerja berperan penting dalam penentuan
produktivitas kerja serta dapat menjadi tolak ukur untuk menentukan metode kerja
yang lebih baik dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Untuk mengkomunikasikan
hasil dari pengukuran tersebut di butuhkan Peta Kerja. Peta Kerja adalah salah satu
alat yang sistematis dan jelas untuk mengkomunikasikan lantai produksi secara luas
guna menganalisa proseskerja dari tahap awal sampai tahap yang terakhir. Melalui
peta-peta kerja ini jugakita bisa mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan
untuk memperbaikisuatu metode kerja seperti, jumlah benda yang harus dibuat,
waktu operasi mesin,kapasitas mesin, bahan-bahan khusus yang harus disediakan
dan alat-alat khusus yang harus disediakan.

Penelitian pengukuran waktu kerja ini dilakukan untuk mengetahui atau


menganalisa gerakan-gerakan pada saat proses perakitan, sehingga di dapatkan
waktu tertentu dalam proses perakitan dari awal hingga akhir. Dari waktu yang telah
di dapatkan maka kita bisa menganalisa seberapa berpengaruhnya gerakan-gerakan
pada proses perakitan terhadap waktu yang telah didapatkan. Sehingga gerakan-
gerakan yang kurang efisien bisa diminimalisir dan kita bisa dapatkan waktu
optimal untuk merakit benda tersebut. Peneliti melakukan penelitian di
Laboraturium Rekayasa Sistem Kerja &Ergonomi (RSK&E) dengan melakukan
perakitan tamiya. Peneliti melakukan penelitian terhadap waktu baku menggunakan
metode pengukuran waktu kerja langsung yaitu jam henti (Stopwatch) yang
kemudian data tersebut diolah dengan menggunakanAC (Assembly Chart) dan PPM
(Peta Pekerja dan Mesin).

11
3.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang praktikum yang telah di paparkan sebelumnya,maka


dalam praktikum terdapat rumusan masalah yang merupakan titik tolak penting
dalam praktikum ini, yaitu sebagai berikut:

Bagaimana urutan proses kerja yang perlu dilakukan pada proses perakitan
tamiya?

3.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dibahas, maka dalam laporan ini


memiliki beberapa tujuan praktikum yang merupakan hal yang ingin dicapai
dari pelaksanaan praktikum ini, yaitu sebagai berikut:

Menentukan urutan proses kerja yang dilakukan pada proses perakitan tamiya
dan yang informasinya didapatkan dari peta kerja.

Menentukan waktu baku dengan menggunakan metode jam henti (Stopwatch).

3.4 Data
Proses pemasangan tamiya
1. Pemasangan ban dangan velg (4).
2. Pemasangan dinamo dengan cover dinamo.
3. Pemasangan dinamo dengan sasis.
4. Pemasangan ban belankang dengan as roda dan gear dinamo pada sasis.
5. Pemasangan as 4WD.
6. Pemasangan penutup gear dinamo.
7. Pemasangan ban depan dengan as roda dan gear depan pada sasis.
8. Pemasangan element on/off.
9. Pemasangan penutup depan.
10. Pemasangan pengunci baterai.
11. Pemasangan roller depan dan belakang.
12. Pemasangan body utama pada sasis.

12
3.5 Analisa

No. Elemen Deskripsi Elemen Kerja Waktu (Detik)


1. Pemasangan ban dengan velg (4) 6.00
2. Pemasangan dinamo dengan cover dinamo 4.00
3. Pemasangan dinamo dengan chasis 7.54
Pemasangan ban belakang dengan as roda dan
4. 5.36
gear dinamo pada chasis
5. Pemasangan as 4 WD 2.02
6. Pemasangan penutup gear dinamo 1.50

13
Pemasangan ban depan dengan as roda dan gear
7. 4.54
depan pada chasis
8. Pemasangan elemen ON/OFF 2.14
9. Pemasangan penutup depan 1.45
10. Pemasangan pengunci baterai 1.50
11. Pemasangan roller depan dan belakang 2.62
12. Pemasangan body utama pada chasis 2.73
Total Waktu (Detik) = 43.40

14
BAB IV

ANTROPOMETRI

4.1 Landasan Teori

Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus


mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear, serta, isi dan juga meliputi
daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh. Secara
devinitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan
ukuran dimensi tubuh manusia meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan
aspek lain dari gerakan tubuh manusia, menurut Stevenson (1989) antropometri
adalah suatu kumpulan data numeric yang berhubungan dengan karakteristik fisik
tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut
untuk penanganan masalah desain.

Salah satu pembatas kinerja tenaga kerja. Guna mengatasi keadaan tersebut
diperlukan data antropometri tenaga kerja sebagai acuan dasar desain sarana
prasarana kerja. Antropometri sebagai salah satu disiplin ilmu yang digunakan
dalam ergonomi memegang peran utama dalam rancang bangun sarana dan
prasarana kerja.

Antropometri dapat dibagi menjadi:

1. Antripometri Statis
Antropometri statis merupakan ukuran tubuh dan karakteristik tubuh dalam
keadaan diam (statis) untuk posisi yang telah ditentukan atau standar
Contoh: Tinggi Badan, Lebar bahu
2. Antropometri Dinamis
Antropometri dinamis adalah ukuran tubuh atau karakteristik tubuh dalam
keadaan bergerak, atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin
terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatan.
Contoh: Putaran sudut tangan, sudut putaran pergelangan kaki.

15
4.2 Data

Data antropometri adalah data-data dari hasil pengukuran yang digunakan


sebagai data untuk perancangan peralatan. Mengingat bahwa keadaan dan ciri dapat
membedakan satu dengan yang lainnya, maka dalam perancangan yang digunakan
data antropometri terdapat tiga prinsip yang harus diperhatikan yaitu
(Wignjosoebroto, 2003):

1. Prinsip perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim (minimum atau


maksimum)

Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang akan di
rancang tersebut dapat di pakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar
orang-orang yang akan memakainya.
Contohnya: Ketinggian kontrol maksimum digunakan tinggi jangkauan keatas
dari orang pendek, ketinggian pintu di sesuaikan dengan orang yang tinggi
dan lain-lain.

2. Prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan

Prinsip digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas tersebut dapat
menampung atau bisa dipakai dengan enak dan nyaman oleh semua orang yang
mungkin memerlukannya. Biasanya rancangan ini memerlukan biaya lebih
mahal tetapi memiliki fungsi yang lebih tinggi.
Contohnya: Kursi kemudi yang bisa di atur maju-mundur dan kemiringan
sandarannya, tinggi kursi sekretaris atau tinggi permukaan mejanya.

3. Prinsip peracangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata para pemakainya.

Prinsip ini hanya di gunakan apabila perancangan berdasarkan harga ekstrim


tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika menggunakan prinsip
perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip berdasarkan harga ekstrim
tidak mungkin dilaksanakan bila lebih banyak rugi dari pada untungnya, ini
berarti hanya sebagian kecil dari orang-orang yang merasa enak dan nyaman
ketika menggunakan fasilitas tersebut.

16
Kenyataan menunjukan bahwa terdapat perbedaan atribut/ukuran fisik antara
satu manusia dengan manusia yang lain. Perbedaan antara satu populasi dengan
populasi yang lain dikarenakan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi data
antropometri, yaitu :

 Umur
 Jenis kelamin
 Ras dan suku bangsa
 Jenis pekerjaan

Dalam rangka untuk mendapatkan suatu rancangan yang optimum dari


suatu ruang dan fasilitas akomodasi maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah
faktor- seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi statis
maupun dinamis selain itu juga harus didapatkan data-data yang sesuai dengan
tubuh manusia. Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika
diaplikasika pada data perorangan. Akan tetapi semakin banyak jumlah manusia
yang diukur dimensi tubuhnya, maka akan semakin kelihatan betapa besar
variansinya antara tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh
maupun segmennya.

17
4.3 Analisa
Penguji : Taufik Abdul Azis

Tinggi Badan 171 cm


Tinggi Betis 52 cm
Panjang Paha 49 cm
Panjang Badan 65 cm
Lebar Bahu 45 cm
Total = 382

WB = WN x Rata-Rata
10
WN = Rata-Rata = 382 = 38.2
10 10
WB = 38,2 x 382 = 1459,24
10

18

Anda mungkin juga menyukai