Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No.

2 Tahun 2012 : 299-304 ISSN 0216-468X

Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara


Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah

Francisca Gayuh Utami Dewi


Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang
Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145, Indonesia
E-mail: franciscadewi@ub.ac.id

Abstact
Natural ventilation should be regarded to maintain room air condition with respect to health and
satisfaction of people in the room. Outside air flow into the room, so air exchanges occur.
Principally natural air exchange is caused by the different between pressure inside and outside
the room, as a result of thermal and velocity factors.The study is conducted experimentally. The
influence of air velocity and direction of air to the room air condition are studied by observation
on a model placed in a wind tunnel. The model was scaled 1 : 10 to the prototype. The study
was conducted using velocity of flow air variation (1 m/s, 2 m/s, 3 m/s, 4 m/s, 5 m/s, 6 m/s and 7
m/s) and the angle direction of flow (0o, 10o and 15o). The result of the study shows that velocity
and direction of air flow determine air condition in the room indicated by air circulation, heat
energy exhausted by the circulated air, and ventilation coefficient. The higher heat absorption
was occurred for velocity of 7 m/s and direction of flow 15 o, 10o and 0o subsequently.

Keywords: natural ventilation, air flow velocity, direction of flow.


ventilasi akan menyebabkan kurangnya
PENDAHULUAN oksigen di dalam ruangan yang berarti
kadar karbon dioksida yang bersifat racun
Latar Belakang bagi penghuninya meningkat. Sistem
Udara merupakan elemen yang sangat sirkulasi udara yang banyak digunakan oleh
penting bagi kehidupan manusia, tanpa masyarakat adalah ventilasi alami. Dengan
udara manusia tidak dapat bertahan hidup ventilasi alami, pemasukkan dan
karena manusia butuh bernafas. Sekali pengeluaran udara berjalan secara alamiah
bernafas, manusia memerlukan menghirup tanpa menggunakan bantuan alat mekanis,
kemudian menghembuskan 0,5 liter udara. sehingga banyak tergantung pada
Umumnya manusia bernafas 20 kali setiap kecepatan angin, dan perbedaan tekanan
menit, ini berarti udara yang dibutuhkan udara serta temperatur di luar dan di dalam
sebanyak 10 liter setiap menitnya. Pada ruangan.
saat manusia bernafas ada udara segar Sistem ventilasi alami tersebut harus
yang masuk dan ada udara yang mampu mengkondisikan parameter udara
dikeluarkan dari paru-paru. Komposisi gas- dalam ruangan sesuai dengan yang
gas yang ada dalam udara segar yang dikehendaki penghuni, sementara kondisi
dihirup saat bernafas terdiri dari 79,01% udara luar sangat mempengaruhi hasil
Nitrogen, 20,95% Oksigen dan 0,04% sistem pengkondisian yang dimaksudkan.
Karbondioksida. Sedangkan pada saat Parameter di dalam ruangan yang
manusia menghembuskan udara keluar, mempengaruhi desain sistem adalah
udara yang dihembuskan tersebut memiliki jumlah sumber panas dan penguapan,
komposisi 74,6% Nitrogen, 16,4% Oksigen jumlah dan kelakuan penghuni, luas lantai,
dan 4,0% Karbondioksida [1]. volume ruangan dan lubang laluan ventilasi.
Di sisi lain manusia menghabiskan hampir Parameter udara dalam ruangan yang
90% waktunya di dalam ruangan, baik itu di diperhatikan adalah distribusi suhu,
dalam ruangan kantor ataupun rumah. kelembaban dan kecepatan udara.
Adanya sistem ventilasi pada ruangan akan Kecepatan udara yang dipilih berhubungan
memudahkan pergerakan udara, dari luar erat dengan jumlah sirkulasi udara dalam
ruangan masuk ke dalam ruangan, memenuhi kenyamanan penghuni.
sehingga ada pergantian udara. Kurangnya Sedangkan parameter udara luar yang

299
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 2 Tahun 2012 : 299-304 ISSN 0216-468X

mempengaruhi sistem adalah suhu, a. Ventilasi Horizontal Aliran udara


kelembaban, arah dan kecepatan. terjadi bila terdapat perbedaan suhu
Pengkondisian kelembaban udara adalah udara luar da n dalam ruangan, atau
sangat sulit dilakukan untuk sistem sirkulasi antar ruang dalam bangunan. Ada
alamiah, sehingga pada sistem sirkulasi dua macam penempatan lubang
alamiah parameter yang diperhatikan ventilasi untuk pengarahan aliran
adalah distribusi suhu dan kecepatan udara udara dari lubang masuk ke lubang
dalam ruangan. Pada akhirnya jumlah keluar, yaitu:
udara yang disirkulasikan apakah - Ventilasi silang (cross ventilation)
memenuhi kebutuhan minimal dalam yaitu lubang ventilasi terdapat pada
mengatasi bangkitan kalor dan keperluan dua sisi ruangan.
pernafasan bagi penghuni. Pada - Ventilasi satu sisi (single sided
penelitian ini, udara di dalam suatu ruangan ventilation) yaitu lubang ventilasi
dikondisikan dengan mengatur kecepatan hanya pada satu sisi ruangan.
udara yang melewati ventilasi. Alat yang
digunakan adalah wind tunnel yang pada
lorongnya diberi sekat dengan sudut
tertentu, dan suatu ruangan yang
dimodelkan dengan skala 1 : 10, yang
didalamnya terdapat lampu untuk
membangkitkan kalor yang setara dengan
panas yang dilepaskan penghuni ruangan, Gambar 1. Ventilasi silang dan
ditempatkan menempel pada lorong wind ventilasi satu sisi [3]
tunnel. Fungsi dari sekat tersebut adalah
untuk mengatur arah aliran udara yang b. Ventilasi vertikal
melewati ventilasi. Kemudian udara Aliran udara terjadi karena perbedaan
dialirkan melewati saluran wind tunnel berat jenis lapisan-lapisan udara luar
sehingga sebagian akan masuk melalui dan dalam bangunan. Udara dengan
lubang ventilasi dan bersikulasi di dalam berat jenis rendah mengalir ke atas,
ruangan. sedang udara dingin dengan berat
jenis tinggi mengalir ke bawah (efek
Tinjauan Pustaka cerobong).
Ventilasi udara didefinisikan sebagai
bukaan atau lubang udara dimana terjadi
pemasukkan dan pengeluaran udara dalam
ruangan. Ventilasi dibutuhkan untuk
menurunkan konsentrasi kontaminan dalam
udara dengan memasukkan udara segar
dan mengeluarkan udara terkontaminan.
Ventilasi juga memberikan penyegaran Gambar 2. Ventilasi vertikal
udara pada suhu dan kelembaban tertentu
untuk kenyamanan [2]. 2. Ventilasi Mekanis Pada ventilasi
Ada dua cara membangun sistem ventilasi, mekanis pergantian udara terjadi
yaitu dengan ventilasi alamiah melalui dengan bantuan alat mekanik seperti
bukaan seperti jendela, atau dengan kipas angin (fan) dan penyedot udara
ventilasi mekanis yang menggunakan alat (blower). Cara ini digunakan apabila
mekanik untuk mengontrol jumlah udara cara alamiah tidak mencukupi,
yang mengalir masuk dan keluar ruangan. misalnya karena ukuran ruangan yang
luas.
1. Ventilasi Alamiah Pada ventilasi
alamiah pemasukkan dan pengeluaran
udara dalam ruangan terjadi karena
adanya perbedaan tekanan udara luar (1)
dan dalam.

300
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 2 Tahun 2012 : 299-304 ISSN 0216-468X

dengan: p = tekanan fluida


(N/m2) v = kecepatan fluida
(m/s) ρ = massa jenis fluida (3) dengan: Re = bilangan Reynold L =
(kg/m3) g = percepatan gravitasi panjang karakteristik (m) υ = viskositas
(m/s2) h = ketinggian (m) kinematik (m2/s)
µ = viskositas dinamik (kg m/s)
Pipa pitot (pitot tube) digunakan
untuk mengukur kecepatan fluida di suatu Untuk mendesain sistem ventilasi alamiah
titik pada fluida tersebut. Pipa pitot membutuhkan identifikasi arah angin dan
merupakan pipa terbuka kecil dimana posisi bukaan pada bangunan.
permukaannya bersentuhan langsung Parameter penting dalam mendesain
dengan aliran fluida. ventilasi alamiah adalah jumlah udara yang
disirkulasikan masuk dan keluar ruangan.
Udara yang bersirkulasi tersebut
dibutuhkan untuk memindahkan panas dari
suatu ruangan yang ditempati. Metode yang
dapat digunakan untuk memperkirakan
jumlah udara yang disirkulasikan adalah
pembangkitan panas atau penyerapan
panas, dengan persamaan:
Gambar 3 Pipa pitot [2]

Untuk mengukur kecepatan fluida


seperti pada gambar 2.3, persamaan
(4)
Bernoulli dapat diaplikasikan pada titik 1
dengan: H = pembangkitan panas atau
dan 2.
penyerapan panas (W) Q = jumlah
udara yang disirkulasikan
(l/s)
cp = kapasitas panas jenis (J/kg K)
v1 = 0 dan h1 = h2, maka: ρ = berat jenis udara (kg/m3) Ti =
temperatur udara ruangan (K)
To = temperatur udara luar (K)

Jumlah udara yang disirkulasikan


dapat dinyatakan sebagai perubahan udara
per jam atau air change rate dengan
persamaan sebagai berikut:

atau
(5)
(2)
dengan: dengan:
c = konstanta pipa pitot (0,85) Q = volume aliran udara (m3/h)
K = koefisien ventilasi A
Aliran fluida mengalami perubahan = luas ventilasi (m2)
pola aliran dari laminer kemudian transisi V = kecepatan udara (m/h)
hingga pada akhirnya menjadi turbulen.
Kondisi aliran laminer atau turbulen dapat Koefisien ventilasi tergantung pada sudut
ditentukan oleh besarnya bilangan Reynold angin dan ukuran ventilasi, berkisar 0,4
yang dirumuskan dalam persamaan berikut: untuk angin dengan sudut datang 45o
kemudian naik menjadi 0,8 untuk angin
yang dengan sudut 90o.

301
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 2 Tahun 2012 : 299-304 ISSN 0216-468X

METODE PENELITIAN 1. Mempersiapkan semua peralatan yang


diperlukan dan disusun sesuai dengan
Metode penelitian yang digunakan gambar instalasi yang direncanakan.
adalah penelitian eksperimental, dimana 2. Lampu dinyalakan tanpa adanya aliran
data diambil dari hasil pengamatan udara, catat kondisi awal dalam
dilapangan. Variabel yang digunakan dalam ruangan/model, waktu penyalaan hingga
penelitian ini: terdapat perbedaan suhu ruangan.
1. Variabel bebas 3. Blower dihidupkan hingga terdapat aliran
Dalam penelitian ini variabel bebasnya udara dalam wind tunnel, kemudian
adalah kecepatan udara, yaitu 1 m/s, 2 catat semua kondisi, lama pengamatan
m/s, 3 m/s, 4 m/s, 5 m/s, 6 m/s dan 7 sama dengan waktu untuk pengamatan
m/s. tanpa adanya aliran udara.
2. Variabel terikat 4. Ulangi untuk kecepatan dan sudut
Variabel terikat yang diamati adalah datang yang lain.
jumlah udara yang disirkulasikan, besar HASIL DAN PEMBAHASAN
energi yang diserap udara dan koefisien
ventilasi. Beban Ruangan
3. Variabel terkontrol
Variabel terkontrol penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
arah aliran udara dengan sudut 0o, 10o
dan 15o.
Susunan alat dalam penelitian ini adalah
seperti pada gambar 3.1 berikut:

Gambar 5. Hubungan antara beban


ruangan dan waktu

Pada gambar 5 diatas menunjukkan bahwa


kalor pembebanan merupakan grafik
kenaikan jumlah kalor yang diterima
ruangan dalam kurun waktu satu jam.
Gambar 4. Instalasi penelitian Jumlah kalor yang diterima ruangan
bertambah dengan bertambahnya waktu.
Keterangan gambar: Hal tersebut dikarenakan kalor yang
1 = saluran udara masuk model uji diterima ruangan merupakan perkalian dari
2 = model uji daya pemanasan dan waktu.
3 = saluran udara keluar model uji
4 = blower
T1 = temperatur udara sebelum masuk
model uji
T2 = temperatur udara dalam model uji
T3 = temperatur udara keluar model uji

Urutan pelaksanaan dalam


pengambilan data pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:

302
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 2 Tahun 2012 : 299-304 ISSN 0216-468X

Udara yang Disirkulasikan arah aliran udara bersudut 0 o, Q =


-0,098V2 + 3,61 V + 34,28
- Untuk arah aliran udara bersudut 10 o, Q
= -0,636V2 + 14,6 V + 20
- Untuk arah aliran udara bersudut 15o, Q
= -1,17V2 + 18,95 V + 17,71

Penyerapan Kalor
Dari grafik gambar 7 dapat dinyatakan
bahwa jumlah kalor yang diserap udara
yang disirkulasikan meningkat dengan
adanya peningkatan kecepatan dan arah
Gambar 6. Hubungan antara Jumlah Udara aliran udara. Hal ini dikarenakan kenaikan
yang Disirkulasikan terhadap Kecepatan jumlah udara yang disirkulasikan selalu
untuk Berbagai Arah Aliran Udara meningkat dengan adanya peningkatan
sudut arah aliran dan kecepatan aliran
Grafik pada gambar 6 menunjukkan bahwa udara. Sedangkan jumlah kalor yang
jumlah sirkulasi udara dalam ruangan diserap udara yang disirkulasikan
berubah dengan adanya perubahan merupakan perkalian dari jumlah udara
kecepatan aliran udara yang melintasi yang disirkulasikan, rapat massa udara,
model, semakin besar kecepatan aliran kapasitas panas jenis dan perbedaan
udara semakin besar pula jumlah udara suhu antara suhu udara yang ada dalam
yang disirkulasikan dalam ruangan. ruangan (volume model) dan suhu udara
Semakin besar kecepatan udara dalam dalam lorong wind tunnel.
lorong wind tunnel berarti udara memiliki
energi yang semakin besar sehingga lebih
mampu untuk membangkitkan sirkulasi
udara dalam ruangan. Di samping itu
menurut hukum Bernoulli semakin besar
kecepatan udara dalam lorong wind tunnel
menyebabkan tekanan udara dalam lorong
wind tunnel semakin kecil, dalam hal yang
demikian semakin menimbulkan perbedaan
tekanan udara dalam ruangan model dan
tekanan udara dalam lorong wind tunnel Gambar 7. Hubungan antara penyerapan
semakin besar yang selanjutnya kalor terhadap kecepatan udara untuk
mempengaruhi besarnya jumlah udara berbagai variasi arah aliran
yang disirkulasikan dalam ruangan. Dari
gambar tersebut juga dapat dinyatakan
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
bahwa semakin besar sudut arah udara
Jumlah kalor yang diserap udara yang
dalam lorong wind tunnel semakin besar
disirkulasikan H merupakan fungsi dari
jumlah udara yang disirkulasikan dalam
kecepatan aliran udara di luar model
ruangan. Hal ini disebabkan arah aliran
(ruangan) V yang dapat dirumuskan
udara dalam lorong wind tunnel dengan
sebagai berikut:
sudut yang lebih besar lebih mengarah ke
lubang laluan atau ventilasi, sehingga - Untuk arah aliran udara bersudut 0 o, H
mendorong udara yang ada dalam ruangan = -32,25V2 + 490 V + 16649
untuk bergerak menuju keluar. - Untuk arah aliran udara bersudut 10o, H
Selanjutnya dapat dinyatakan bahwa = -12,32V2 + 429,8 V + 16669
Jumlah udara yang disirkulasikan Q
merupakan fungsi dari kecepatan aliran - Untuk arah aliran udara bersudut 15o, H
udara di luar model (ruangan) V yang = -0,04219,85V2 + 569,2 V + 16654
dapat dihitung sebagai berikut: - Untuk

303
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 2 Tahun 2012 : 299-304 ISSN 0216-468X

Koefisien Ventilasi (ruangan) V yang dapat diformulasikan


sebagai berikut:
- Untuk arah aliran udara bersudut 0 o, K =
0,039V2 – 0,46 V + 1,96
- Untuk arah aliran udara bersudut 10o, K
= 0,029V2 – 0,386 V + 1,92
- Untuk arah aliran udara bersudut 15o, K
= 0,042V2 – 0,522 V + 1,937

KESIMPULAN
Gambar 8. Hubungan antara koefisien Dari pembahasan terhadap hasil
ventilasi terhadap kecepatan udara untuk penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa
berbagai variasi arah aliran udara kecepatan dan arah aliran udara
berpengaruh pada kondisi udara yang
Berdasarkan grafik gambar 8 dapat dinyatakan dengan adanya perubahan
dinyatakan bahwa perubahan kecepatan jumlah udara yang disirkulasikan,
udara dalam lorong mempengaruhi nilai kemampuan penyerapan kalor oleh udara
koefisien ventilasi, demikian juga besar dan koefisien ventilasi.
sudut arah aliran udara dalam lorong
- Sirkulasi udara maksimum (95
berpengaruh terhadap besarnya nilai
m3/jam) terjadi pada kecepatan 7 m/detik
koefisien ventilasi. Koefisien ventilasi
dan arah aliran dengan sudut 15o.
merupakan faktor koreksi dalam
menentukan jumlah udara yang dikeluarkan - Penyerapan kalor maksimum (169187 J)
dari dalam ruangan per jam bila dihitung terjadi pada kecepatan 7 m/detik dan
dengan mengkalikan ketiga parameter, arah aliran dengan sudut 15o.
yaitu, luas lubang laluan ventilasi udara, - Koefisien ventilasi maksimum (1,55)
kecepatan udara dalam lorong wind tunnel terjadi pada kecepatan 1 m/detik dan
dan waktu lamanya sirkulasi. Sedangkan arah aliran dengan sudut 15o.
jumlah udara yang disirkulasikan per jam
merupakan jumlah udara yang dari dalam
ruang keluar ruangan dikarenakan adanya
udara baru atau udara segar yang masuk
ruangan sehingga juga dapat dihitung DAFTAR PUSTAKA
dengan rumus luasan lubang ventilasi kali
kecepatan udara melalui penampang [1] Marieb, Elaine N; 2004: Human
luasan ventilasi kali waktu selama satu jam. Anatomy and Physiology; Sixth
Jadi koefisien ventilasi sebenarnya adalah Edition; Dorling Kindersley Publishing
merupakan perbandingan kecepatan antara Inc.: Delhi
kecepatan aliran udara melalui lubang [2] Moerdjoko; 2004: Kaitan Sistem
ventilasi terhadap kecepatan aliran udara Ventilasi Bangunan dengan
dalam lorong. Keberadaan Mikroorganisme Udara.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
koefisien ventilasi baik untuk arah aliran [3] ASHRAE Standard; 2003: Ventilation
udara yang sejajar dinding model atau for Acceptable Indoor Air Quality;
sudut arah aliran sebesar 0o, maupun arah American Society of Heating,
aliran udara yang menyudut, yaitu bersudut Refrigeration and Air Conditioning
10o dan 15o nilainya semakin menurun Engineers; GA: Atlanta.
mengecil dengan bertambahnya kecepatan
aliran udara dalam lorong wind tunnel.
Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa
koefisien ventilasi K merupakan fungsi dari
kecepatan aliran udara di luar model

304

Anda mungkin juga menyukai