Anda di halaman 1dari 13

PERAN AMDAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN TERKAIT

PEMBANGUNAN KONSTRUKSI

DISUSUN OLEH : RIZKY NUR RAMADAN (3336190047)


JURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

1. Pendahuluan

Perkembangan umat manusia telah membawa perubahan yang begitu signifikan pada
lingkungan. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya kebutuhan manusia dalam waktu
yang singkat sehingga memicu pemanfaatan lahan yang jauh lebih besar. Hal ini
diakibatkan adanya pemanfaatan lahan secara terus menerus yang telah menggeser
keseimbangan ekologi lingkungan. Fakta bahwa pemanfaatan lahan tidak bisa dilakukan
tanpa adanya perubahan struktur lingkungan itu sendiri, maka perlu adanya upaya
preventif dalam menjaga keseimbangan lingkungan itu sendiri. Hal ini bertujuan untuk
menjaga keberlangsungan hidup manusia pula. Maka dari itu, setiap adanya
pemanfaatan lahan, baik berupa konstruksi bangunan maupun pembukaan lahan baru,
wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL.

Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) pertama kali dicetuskan berdasarkan


atas ketentuan yang tercantum dalam pasal 16 Undang-undang No. 4 tahun 1982
tentang ketentuan-ketentuan pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sebagai penjabaran
pasal 16 tersebut, diundangkan suatu Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 tahun 1986
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pada tanggal 5 Juni 1986.
Peraturan Pemerintah No. 29/1986 tersebut berlaku efektif pada tanggal 5 Juni 1987
yang mulai selang satu tahun setelah ditetapkan.

AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. (Mukono,
2005)

1
Dasar hukum AMDAL adalah PP No. 27/1999 yang didukung oleh paket Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 17/2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL.

Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagaimana diatur


dalam Pasal 1 angka (11) Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kajian mengenai dampak penting suatu
usaha dan / atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Hal ini sejalan dengan pengertian Amdal yang tertuang pada Pasal 1 angka (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.

Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain
sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. (Rustandi, 1985 : 48)

AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup,
dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal-hal
yang dikaji dalam proses Amdal : aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial -
budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu
rencanausaha dan/atau kegiatan. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup di satu
sisi merupakan bagian studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha
dan/ataukegiatan, di sisi lain merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan
izin melakukan usaha dan/atau kegiatan.

Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih jelas dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif maupundampak positif yang akan
timbul dari usaha dan/atau kegiatan, sehingga dapat dipersiapkan langkah untuk
menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.Untuk mengukur
atau menentukan dampak besar dan penting tersebut di antaranya digunakan kriteria.
Kriteria dampak besar dan penting menurut Pasal 22 angka (2) Undang undang Nomor
32 Tahun 2009, adalah :

2
1) besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau
kegiatan;
2) luas wilayah penyebaran dampak;
3) intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4) banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
5) sifat kumulatif dampak;
6) berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
7) kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat diketahui bahwa perkembangan pembangunan di


Indonesia khususnya di bidang konstruksi harus dikendalikan. Hal ini juga berkaitan
dengan tujuan dan sasaran AMDAL yakni untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan
pembangunan dapat berjalan secara berkesinambungan tanpa merusak lingkungan
hidup. Dengan melalui studi AMDAL diharapkan usaha dan/atau kegiatan
pembangunan dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efisien,
meminimumkan dampak negatip dan memaksimalkan dampak positip terhadap
lingkungan hidup.

VillarinhoRosa and Haddad (2013) mengemukakan bahwa konsep pembangunan


berkelanjutan memiliki makna meningkatkan kualitas hidup, yakni masyarakat dapat
hidup di lingkungan yang sehat dengan keberlanjutan perbaikan keadaan sosial,
ekonomis serta isu-isu lingkungan bagi generasi saat ini dan yang akan datang.

Pada waktu yang lampau, kebutuhan manusia akan sumber alam belum begitu besar
karena jumlah manusianya sendiri masih relatif sedikit, di samping itu intensitas
kegiatannya juga tidak besar. Pada saat itu perubahan pada lingkungan oleh aktifitas
manusia masih dalam kemampuan alam untuk memulihkan diri secara alami.

Aktifitas manusia yang semakin besar menimbulkan perubahan lingkungan yang besar
pula. Sehingga manusia perlu merencanakan setiap kemungkinan perubahan yang akan
terjadi pada lingkungan sehingga tidak merugikan manusia. Manusia perlu
memperkirakan dan mengantisipasi apa yang akan terjadi akibat adanya kegiatan oleh
manusia itu sendiri.

3
Konsep Amdal merupakan bagian dari ilmu ekologi pembangunan yang mempelajari
hubungan timbal balik atau interaksi antara pembangunan dan lingkungan. (Santosa,
Taufik Imam, 2009)

2. Amdal sebagai Instrumen Perlindungan Lingkungan Hidup

Dalam rangka melaksanakan pembangunan berkelanjutan, lingkungan hidup perlu


dijaga keserasian hubungan antara berbagai kegiatan. Di Indonesia, tata kehidupan yang
berwawasan lingkungan sebenarnya telah diamanatkan dalam GBHN tahun 1973, Bab
III butir 10 menyebutkan bahwa :

“Dalam pelaksanaan pembangunan, sumber-sumber alam Indonesia harus dipergunakan


secara rasional. Penggalian sumber kekayaan alam tersebut harus diusahakan agar tidak
merusak tata lingkungan hidup manusia, dilaksanakan dengan kebijaksanaan yang
menyeluruh dan dengan memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang.”

Dalam upaya menjaga lingkungan itulah digunakan Amdal sebagai salah satu
instrumennya. Hal ini tertuang dalam Pasal 22 angka (1) Undang Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 22 angka
(1) tersebut menentukan setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting
terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki Amdal.

Melaui AMDAL, dampak-dampak penting yang diperkirakan akan timbul dapat


diidentifikasi, dievaluasi dan diupayakan langkah-langkah penangananya, sehingga
AMDAL dapat menjadi pedoman bagi pemrakanrsa dan instansi/ lembaga yang terlibat
dan terkait dengan rencana tersebut, terutama dalam menentukan kebijaksanaan
pengeloalaan lingkungan hidup baik pada skala tapak proyek maupun skala regional.

Pelaksanaan Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan


Hidup dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis
Rencana Usaha dan Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Dampak
Lingkungan, di lapangan masih belum optimal. Salah satu faktornya adalah masih
lemahnya pemahaman pengusaha dan masyarakat terdapat keberadaan AMDAL
termasuk kurangnya kesadaran atas manfaat yang bisa dipetik dari AMDAL serta
kelemahan-kelemahan yang didapat jika tidak melaksanakan AMDAL.

4
Agar supaya pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan rencana usaha
dan/atau kegiatan.

Berdasarkan PP No. 27/1999 suatu ijin untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan baru
akan diberikan bila hasil dari studi AMDAL menyatakan bahwa rencana usaha dan/atau
kegiatan tersebut layak lingkungan. Ketentuan dalam RKL/RPL menjadi bagian dari
ketentuan ijin. Pasal 22 PP No. 27/1999 mengatur bahwa instansi yang bertanggung
jawab (Menteri Lingkungan Hidup atau Gubernur) memberikan keputusan layak atau
tidak lingkungan apabila sesuai dengan hasil penilaian Komisi. Keputusan tersebut
harus diikuti oleh instansi yang berwenang menerbitkan ijin usaha.

Apabila ada pejabat yang berwenang menerbitkan ijin usaha tidak mengikuti keputusan
tersebut, maka pejabat yang berwenang tersebut dapat menjadi obyek gugatan tata usaha
negara di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

Sudah saatnya sistem hukum kita memberikan ancaman sanksi tidak hanya kepada
masyarakat umum, tetapi harus berlaku pula bagi pejabat yang tidak melaksanakan
Undang -undang seperti sanksi disiplin ataupun sanksi pidana.

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup juga merupakan salah satu alat bagi
pengambil keputusan untuk mempertimbangkan akibat yang mungkin ditimbulkan oleh
suatu rencana usaha dan atau kegiatan terhadap lingkungan hidup guna mempersiapkan
langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.

Penanggulangan dampak negatif dan pengembangan dampak positif itu merupakan


konsekwensi dan kewajiban setiap orang untuk memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan
lingkungan.

Implementasi pembangunan berkelanjutan di Indonesia belum sejalan dengan komitmen


politik yang ada.Di era Orde Baru, lingkungan lebih banyak diperlakukan sebagai asset
dalam menopang pertumbuhan ekonomi. Dalam perkembangannya kemudian bahkan
lingkungan dipandang sebaga komoditas yang bersifat monopolistik sebagai hasil
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Tidak mengherankan jika kerusakan lingkungan

5
dan pencemaran terus meningkat dalam intensitasnya maupun keragamannya. (Hadi,
Sudharto, 2005)

AMDAL merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana atau usaha dan atau
kegiatan, dimana usaha dan kegiatan tersebut merpeluang menimbulkan dampak besar
dan dampak penting terhadap lingkungan diantaranya:

1) Pengubahan bentuk alam dan bentang alam;


2) Eksploitasi sumber daya alam ;
3) Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
pencemaran, dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam
dalam pemanfaatanya;
4) Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan dan lingkungan sosial budaya;
5) Proses kegiatan yang hasilnya mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi;
6) Introduksi jenis tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
7) Pembuatan dan penggunaan bahan hayati/nonhayati;
8) Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup;
9) Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi, dan/atau mempengatuhi pertahanan negara.

(Raharjo, 2014)

Menurut Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 23 angka(1) usaha dan/atau
kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup mempunyai kriteria :

a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;


b. eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan
c. kegiatan yang secara dapat menimbulkan dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta
pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan social dan budaya;

6
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
h. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan negara;
dan/atau
i. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.

Tujuan secara umum Amdal adalah menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan
serta menekan pencemaran, sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin.
Dengan demikian Amdal diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
pelaksanaan rencana kegiatan yang mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup.

3. Amdal sebagai Instrumen dalam Perencanaan Konstruksi

Lu, Wu and Hsiung (2010) mengemukakan bahwa tujuan untuk mengantisipasi


pembangunan yang rapat di perkotaan, struktur bawah tanah, seperti penggalian ke
dalam tanah dan saluran air bawah tanah telah dilakukan untuk perluasan ruang bawah
tanah. Pengetahuan dan pengalaman para insinyur dapat mengurangi atau menghindari
kehancuran struktur bawah tanah melalui sistem informasi bangunan serta kajian
analisis mengenai dampak lingkungan.

Hal ini mengisyaratkan bahwa AMDAL harus dapat dijadikan sebagai salah satu
instrument untuk mitigasi bencana serta pelengkap bagi kelayakan teknis (soil
investigastion dan rancangan struktur bangunan tinggi) pembangunan Gedung tinggi di
Kota Bandung. Li (2008) mengemukakan bahwa Environmental Impact Assessment
(EIA) atau AMDAL adalah suatu proses yang awalnya dimulai di Amerika Serikat pada
akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an, telah diadopsi secara luas di seluruh dunia.
Model EIA digunakan oleh negara-negara maju menyebarkan prinsip-prinsip dasar dan
kesepakatan pendekatan yang sama untuk masalah-masalah pembangunan yang mirip.

Proses pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia harus diselenggarakan


berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai

7
dengan amanah Pasal 33 angka (4) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Pemanfaatan sumber daya alam masih menjadi modal dasar pembangunan
di Indonesia saat ini dan masih diandalkan di masa yang akan datang. Oleh karena itu,
pengunaan sumber daya alam tersebut harus dilakukan secara bijak.Pemanfaatan
sumber daya alam tersebut hendaknya dilandasi oleh tiga pilar pembangunan
berkelanjutan, yaitu menguntungkan secara ekonomi (economicallyviable), diterima
secara sosial (socially acceptable), dan ramah lingkungan(environmentallysound).
Proses pembangunan yang diselenggarakan dengan cara tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupan generasi masa kini dan yang akan
datang.

Faktanya pembangunan yang tidak terkendali hanya mengakomodasi prinsip politik dan
ekonomis saja, lebih banyak menafikkan prinsip-prinsip ekologis. Ini terlihat pada
tinginya tingkat pencemaran dan degradasi lingkungan yang tidak dapat dipertahankan.
Selain itu bencana alam dari gempa tektonik, gempa vulkanik, banjir dan longsor
menambah daftar panjang kerusakan lingkungan. Fakta menunjukkan produk AMDAL
hanya menjadi dokumen yang disimpan di perpustakaan saja tanpa sangsi jika indicator-
indikator ANDAL, RKL dan RPL dilanggar.

Amdal sebagai instrumen dalam perencanaan pembangunan disebutkan dalam Pasal 4


angka (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2009 tentang Izin Lingkungan. Amdal
disusun oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu Usaha dan/atau Kegiatan.
Amdal merupakan instrumen untuk merencanakan tindakan preventif terhadap
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang mungkin ditimbulkan dari aktivitas
pembangunan.

Mengingat fungsinya sebagai salah satu instrumen dalam perencanaan Usaha dan/atau
Kegiatan, penyusunan Amdal tidak dilakukan setelah Usaha dan/atau Kegiatan
dilaksanakan.Penyusunan Amdal yang dimaksud dalam ayat ini dilakukan pada tahap
studi kelayakan atau desain detail rekayasa.

Identifikasi Dampak pelaksanaan proyek terhadap kegiatan konstruksi fisik yang


diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup, memerlukan

8
data dan informasi mengenai berbagai komponen kegiatan proyek yang berpotensi
menimbulkan dampak penting serta komponen lingkungan disekitar lokasi kegiatan
yang berpotensi terkena dampak akibat kegiatan. Penelaahan terhadap kedua hal
tersebut menjadi sangat penting karena ketepatan dan ketelitian Analisis Dampak
Lingkungan sepenuhnya tergantung dari kelengkapan dan kedalaman data dan informasi
yang diperoleh.

Dengan melakukan analisis dampak lingkungan dapat diperkirakan dan dievaluasi jenis,
besaran atau intensitas serta tingkat pentingnya dampak yang terjadi. Intensitas dampak
dapat diperkirakan atau dihitung besarnya denan memakai berbagai metode yang sesuai
untuk komponen lingkungan tertentu, seperti metode statistik, matematik, metode
survey, experimental, analogi ataupun professional judgement. Sedangkan tingkat
pentingnya dampak dapat mengacu pada Pedoman Penentuan Dampak Penting yang
ditetapkan oleh Kepala Bapendal No. 056 Tahun 1994, dimana tingkat pentingnya
dampak ditentukan oleh faktor-faktor, antara lain :

a. Jumlah penduduk yang akan terkena dampak.


b. Luas wilayah sebaran dampak.
c. Lamanya dampak berlangsung.
d. Intensitas dampak.
e. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak.
f. Sifat kumulatif dampak.
g. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

Perencanaan teknis dimaksudkan untuk menyiapkan gambar-gambar teknis, syarat dan


spesifikasi teknis kegiatan, sehingga dapat menggambarkan produk yang akan
dihasilkan, didasarkan atas kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam studi kelayakan.
Untuk mewujudkan suatu perencanaan teknis yang berwawasan lingkungan, maka
perumusan RKL dan RPL harus dijabarkan dalam gambar-gambar teknis dan spesifikasi
teknis tersebut, serta perlu dituangkan dalam dokumen kontrak, sehingga mengikat
pelaksana proyek.

9
Evaluasi dan Tinjauan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan
Lingkungan hanya dilakukan pada macam kegiatan yang menimbulkan dampak/lebih
penting/sangat penting terhadap komponen lingkungan. Prakiraan Dampak, maka
macam kegiatan yang akan menimbulkan dampak pada komponen lingkungan adalah
mencakup 3 tahap, yaitu tahap Pra Konstruksi, Tahap Konstruksi dan Pasca Konstruksi
(tahap operasional)

Amdal merupakan bagian dari sistem perencanaan, Amdal seharusnya dapat


memberikan landasan bagi pengelolaan lingkungan. Sebagai “scientific prediction”,
Amdal memberikan gambaran yang jelas secara ilmiah tentang analisis kegiatan dan
dampak yang mungkin akan timbul oleh sebuah kegiatan. Amdal seharusnya
ditempatkan pada posisi yang strategis dalam upaya memberikan perlindungan preventif
dalam perizinan suatu kegiatan yang berwawasan lingkungan. (Santosa, Taufik Imam,
2009 : 5)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan hidup dimasukkan ke dalam proses


perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan, maka pengambil keputusan akan
memperoleh pandangan yang lebih luas dan mendalam mengenai berbagai aspek usaha
dan/atau kegiatan tersebut, sehingga dapat diambil keputusan yang optimal dari
berbagai alternatif yang tersedia. Keputusan yang optimal tersebut dapat diartikan
sebagai keputusan yang berwawasan lingkungan, karena telah memperhatikan aspek
positif dan negatif suatu kegiatan usaha. Pembangunan suatu wilayah merupakan hal
tidak dapat dihindarkan. Sebagai upaya agar pembangunan tersebut mengikuti konsep
pembangunan berkelanjutan dan mengikuti konsep daya dukung terhadap lingkungan
maka diperlukan suatu perencanaan yang matang. Salah satu bahan yang dapat
digunakan sebagai bahan perencanaan adalah hasil analisis mengenai dampak
lingkungan hidup.

Semua kegiatan dan/atau usaha yang wajib AMDAL, diwajibkan bagi pemrakarsa untuk
mengumumkan terlebih dulu kepada masyarakat sebelum pemrakarsa menyusun
AMDAL yaitu pelaksanaan Kepka Bapedal No. 8/2000 tentang Keterlibatan
Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam proses AMDAL. Dalam jangka waktu 30
hari sejak diumumkan, masyarakat berhak memberikan saran, pendapat, dan tanggapan.

10
Dalam proses pembuatan AMDAL, maka peran masyarakat tetap diperlukan, untuk
memberikan pertimbangan, saran, pendapat dan tanggapan dalam pelaksanaan studi
AMDAL. Pada proses penilaian AMDAL oleh Komisi Penilai AMDAL maka saran,
pendapat, dan tanggapan masyarakat akan menjadi dasar pertimbangan penetapan
kelayakan lingkungan dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

Di Amerika Serikat AMDAL merupakan keharusan untuk rencana kebijaksanaan dan


undang-undang yang diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan (National Enviromental Policy Act, 1969). Di dalam Undang Undang
Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, hal ini
tidak dinyatakan secara eksplisit, namun istilah rencana yang tertera dalam Pasal 16
Undang Undang itu dapat juga diinterpretasikan sebagai kegiatan perumusan undang-
undang dan kebijakan. Metode untuk melakukan Amdal bagi perencanaan
kebijaksanaan dan undang undang atau produk hukum lainnya belum banyak
berkembang.Metode yang banyak berkembang ialah Amdal untuk proyek.

Peranan Amdal dalam perencanaan masih terbatas pada perencanaan proyek.Inipun


masih terbatas pada proyek yang bersifat fisik, misalnya pembangunan bendungan, jalan
raya, pelabuhan dan pabrik.Proyek yang bersifat non fisik umumnya masih diabaikan.
Padahal proyek non fisik pun dapat berdampak besar dan penting. (Soemarwoto, Otto,
2007 : 56)

Analisis mengenai dampak lingkungan telah banyak dilakukan di Indonesia dan Negara
lain. Pengalaman menunjukkan, Amdal tidak selalu memberikan hasil yang kita
harapkan sebagai alat perencanaan. Bahkan tidak jarang terjadi, Amdal hanyalah
merupakan dokumen formal saja, yaitu sekedar untuk memenuhi ketentuan dalam
undang undang.Setelah laporan Amdal didiskusikan dan disetujui, laporan tersebut
tersebut disimpan dan tidak digunakan lagi. Laporan tersebut tidak mempunyai
pengaruh terhadap perencanaan dan pelaksanaan proyek selanjutnya.Hal ini terjadi juga
di Negara yang telah maju, bahkan di Amerika Serikat yang merupakan negara pelopor
Amdal.

4. Pembangunan Berwawasan Lingkungan

11
Berdasarkan pengalaman penerapan PP No. 29/1986 tersebut dilakukan deregulasi dan
untuk mencapai efisiensi maka PP No. 29/1986 diganti dengan PP No. 51/1993 yang
diundangkan pada tanggal 23 Oktober 1993. Perubahan tersebut mengandung suatu cara
untuk mempersingkat lamanya penyusunan AMDAL dengan mengintrodusir penetapan
usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL dengan keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup. Dengan demikian tidak diperlukan lagi pembuatan Penyajian
Informasi Lingkungan (PIL). Perubahan tersebut mengandung pula keharusan
pembuatan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL), dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dibuat sekaligus yang berarti
waktu pembuatan dokumen dapat diperpendek. Dalam perubahan tersebut diintrodusir
pula pembuatan dokumen Upaya Pengelo laan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) bagi kegiatan yang tidak wajib AMDAL. Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL) ditetapkan
oleh Menteri Sektoral yang berdasarkan format yang di tentukan oleh Menter i Negara
Lingkungan Hidup. Demikian pula wewenang menyusun AMDAL disederhanakan dan
dihapuskannya dewan kualifikasi dan ujian negara.

Dengan ditetapkannya Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup (UU PLH), maka PP No. 51/1993 perlu diganti dengan PP No.
27/1999 yang diundangkan pada tanggal 7 Mei 1999, yang efektif berlaku 18 bulan
kemudian. Perubahan besar yang terdapat dalam PP No. 27/1999 adalah di hapuskannya
semua Komisi AMDAL Pusat dan diganti dengan satu Komisi Penilai Pusat yang ada di
Kementerian Lingkungan Hidup. Di daerah yaitu propinsi, mempunyai Komisi Penilai
Daerah. Apabila penilaian tersebut tidak layak lingkungan maka instansi yang
berwenang boleh menolak permohohan ijin yang diajukan oleh pemrakarsa. Suatu hal
yang lebih ditekankan dalam PP No. 27/1999 adalah keterbukaan informasi dan peran
masyarakat.

Implementasi AMDAL sangat perlu disosialisasikan tidak hanya kepada masyarakat


namun perlu juga pada para calon investor agar dapat mengetahui perihal AMDAL di
Indonesia. Karena proses pembangunan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara ekonomi, sosial dan budaya. Dengan implementasi AMDAL yang

12
sesuai dengan aturan yang ada, maka diharapkan akan berdampak positip pada
pembangunan yangberwawasan lingkungan dan berkelanjutan ( sustainable
development).

Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem terdiri dari berbagai daerah,
masing-masing sebagai subsistemyang meliputi aspek sosial budaya, ekonomi dan fisik,
dengan corak ragam yang berbeda antara subsistem yang satu dengan yang lain, dan
dengan daya dukung lingkungan yang berlainan. Pembinaan dan pengembangan yang
didasarkan pada keadaan daya dukung lingkungan akan meningkatkan keselarasan dan
keseimbangan subsistem yasng berarti juga menigkatkan ketahanan subsistem. (Husein,
Harun M, 1993; 48)
Mengacu pada The World Commission on Enveronmental andDevelopmentmenyatakan
bahwa pembangunan berwawasan lingkungan adalah proses pembangunan yang dapat
memenuhi kebutuhan generasi masa sekarang tanpa mengesampingkan atau
mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya.

Pembangunan berkelanjutan yang dikonsep oleh Stren, While, dan Whitney (Schroder,
Meinhard, 1996 :16) sebagai suatu interaksi antara tiga sistem : Sistem biologis dan
sumber daya , sistem ekonomi dan sistem sosial, yang dikenal dengan konsep trilogi
keberlanjutan; ekologi-ekonomi,sosial. Konsep keberlanjutan tersebut menjadi
semangkin sulit dilaksanakan terutama di negara berkembang.

Menurut Hariyadi sebagaimana dikutip oleh (Endria, Zul, 2003) pembangunan


berwawasan lingkungan memerlukan tatanan agar sumber daya alam dapat secara
berlanjut menunjang pembangunan, pada masa kini dan masa mendatang, generasi demi
generasi dan khususnya dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

Prinsip pembangunan berkelanjutan mencakup pemikiran aspek lingkungan hidup


sedini mungkin dan pada setiap tahapan pembangunan yang memperhitungkan daya
dukung lingkungan dan pembangunan dibawah nilai ambang batas.

13

Anda mungkin juga menyukai