= x 100%
200 . 032 . 191
800 . 023 . 95
= x 100%
= 0,49% / 36 bulan
= 0,0138%
Dengan melihat perhitungan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
tidak menerapkan nilai waktu uang. Seharusnya pembayaran angsuran setiap
bulan sebesar Rp. 7.946.000 merupakan pembayaran angsuran kewajiban pokok
dan pembayaran beban bunga pada prosentase tertentu atas sisa kewajiban yang
harus dipenuhi. J adi seharusnya perusahaan menghitung beban bunga berdasarkan
metode anuitas yang memperhatikan nilai waktu uang.
Dalam PSAK N0.30 pasagraf 5.1.2, dinyatakan bahwa:
Tingkat diskonto yang ditentukan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran
sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa
guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha
Berdasarkan keterangan dari PSAK diatas jelas bahwa tingkat bunga yang
ditetapkan harus didiskontokan untuk mengubah nilai uang dimasa yang akan
datang menjadi nilai sekarang dengan metode anuitas.
Rumus anuitas adalah sebagai berikut:
=
i
i
F P
n
) 1 (
1
1
Keterangan:
P : Nilai Pembayaran (Nilai Kontrak Neto)
F : Besarnya angsuran pembayaran sewa tiap periode
i : Tingkat bunga tiap periode
n : J umlah periode pembayaran sewa
Maka berdasarkan variabel-variabel diatas, tingkat bunga yang berlaku
pada perusahaan dapat dihitung. P (nilai pembayaran) sebesar Rp. 191.032.200
diperoleh dari harga perolehan dikurangi dengan simpanan jaminan (Rp
254.709.600 Rp. 63.677.400). F (angsuran pembayaran sewa) sebesar Rp.
7.946.000, jumlah periode pembayaran sewa (n) 3 tahun atau 36 bulan, jika semua
variabel tersebut dimasukkan dalam rumus diatas maka perhitungannya sebagai
berikut:
=
i
i
F P
n
) 1 (
1
1
191.032.200 =7.946.000
i
i
36
) 1 (
1
1
000 . 946 . 7
200 . 032 . 191
=
i
i
36
) 1 (
1
1
24.04130 =
i
i
36
) 1 (
1
1
Setelah itu kita melihat Tabel 4, dimana n =36, nilai 24.04130 terletak antara 2%
dan 3%. Nilai tersebut diinterpolasikan agar lebih mendekati 24.04539.
Interpolasi =2% +
83225 . 21 48884 . 25
04130 . 24 48884 . 25
x 1%
=2% +
656589 . 3
447538 . 1
x 1%
=2% +0.3958712%
=2.39%
Kemudian nilai 2.39% dimasukkan kembali dalam rumus apakah nilai atau tingkat
bunga 2.39% mendekati angsuran pemabayaran sewa Rp. 7.946.000
=
i
i
F P
n
) 1 (
1
1
( )
( ) 1 1
1
+
+
=
n
n
i
i i P
F
( )
( ) 1 0239 . 0 1
0239 . 0 1 0239 . 0 200 . 032 . 191
36
36
+
+
= F
F = 7.972.123 (terlalu besar)
Kemudian diuji dengan tingkat bunga yang lebih kecil yaitu 2.37% dengan
cara yang sama seperti yang diatas dan hasilnya Rp 7.947.257 dan selisih sebesar
Rp 1.257 disebabkan hasil pembulatan dan dianggap tidak material. Dengan
demikian tingkat bunga sewa guna usaha yang seharusnya ditetapkan oleh
perusahaan sebesar 2.37%.
=
i
i
F P
n
) 1 (
1
1
( )
( ) 1 1
1
+
+
=
n
n
i
i i P
F
( )
( ) 1 0237 . 0 1
0237 . 0 1 0237 . 0 200 . 032 . 191
36
36
+
+
= F
F =7.947.257
F = 7.946.000 (dibulatkan).
Sesuai dengan usulan penulis berarti tingkat bunga yang digunakan sekarang
adalah tingkat bunga atas dasar anuitas, oleh karena itu perlu diadakan koreksi
atas perlakuan beban bunga, karena beban bunga berkaitan erat dengan kewajiban
sewa guna usaha yang dibayarkan oleh perusahaan maka akan dibahas pada sub
bab selanjutnya.
TABEL 4
TABEL NILAI SEKARANG ANUITAS
PVIVA
( )
( )
i
i
i
n
t
n
t
n
=
+
=
=
1
1
1
1
1
1
n 1% 2% 3% 4%
20 18.04555 16.31530 14.87747 13.59033
21 18.85698 17.01121 15.41502 14.02916
22 19.66037 17.65805 15.93692 14.45112
23 20.45582 18.29220 16.44361 14.85684
24 21.24338 18.91393 16.93554 15.24696
25 22.02315 19.52346 17.41315 15.62208
26 22.79520 20.12104 17.87684 15.98277
27 23.55960 20.70690 18.32703 16.32959
28 24.31644 21.28127 18.76411 16.66306
29 25.06578 21.84438 19.18845 16.98371
30 25.80770 22.39646 19.60044 17.29203
31 26.54228 22.93770 20.00043 17.58849
32 27.26958 23.46833 20.38877 17.87355
33 27.98969 23.98856 20.76579 18.14765
34 28.70266 24.49859 21.13184 18.41120
35 29.40858 24.99862 21.48722 18.66461
36 30.10750 25.48884 21.83225 18.90828
37 30.79950 25.96945 22.16724 19.14258
38 31.48466 26.44064 22.49246 19.36786
39 32.16303 26.90259 22.80822 19.58448
40 32.83468 27.35548 23.11477 19.79277
Sumber: J .Fred Weston dan Thomas E. Copeland; Manajemen Keuangan;
Binarupa Aksara, J akarta,1995
4.3.1.5 Pencatatan Kewajiban Sewa Guna Usaha
PT Nusantara dalam menyajikan kewajiban sewa guna usaha di neraca telah
memenuhi standar akuntansi yang berlaku dengan memisahkan antara perkiraan
kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Total kewajiban pada awal
masa sewa guna usaha adalah sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna
usaha ditambah nilai sisa (hak opsi). Hal ini sesuai dengan PSAK No.30 paragraf
5.1.1 yang menyatakan bahwa:
Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna usaha dialokasikan dan
dicatat sebagai angsuran pokok, kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga
berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa
guna usaha.
Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa perusahaan juga telah mengalokasikan
setiap pembayaran sewa guna usaha sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna
usaha dan beban bunga, tetapi beban bunga dihitung dengan nilai tetap sepanjang
periode demikian juga dengan kewajiban pokok (Tabel 1), padahal seharusnya saldo
kewajiban yang harus dibayar dan beban bunga semakin menurun selama periode
sewa guna usaha.
Dengan demikian perlu diadakan jurnal koreksi, karena tingkat bunga untuk
pembayaran pokok sewa guna usaha seharusnya menggunakan tingkat bunga atas
dasar anuitas. Skedul pembayaran sewa guna usaha pada tingkat bunga 2.37% dapat
dilihat pada Tabel 5.
J urnal yang seharusnya dicatat oleh perusahaan pada saat angsuran sewa guna
usaha sebagai berikut:
Angsuran pertama bulan Maret 2005
Kewajiban Sewa Guna Usaha.......................... Rp 3.418.537
Beban bunga...................................................... Rp 4.527.463
Bank....................................................................... Rp 7.946.000
(Untuk mencatat pembayaran angsuran sewa guna usaha)
Beban bunga sebesar Rp.4.527.463 diperoleh dari 2.37% x (254.709.600-
63.677400). Sedangkan untuk pembayaran kewajiban pokok sewa guna usaha
sebesar Rp. 3.418.537 diperoleh dari 7.946.000 - 4.527.463. Dari perhitungan
diatas tampak bahwa kewajiban sewa guna usaha yang dibayar lebih kecil dari
bunganya. Dengan demikian saldo kewajiban sewa guna usaha menjadi
Rp.251.091.063 (254.709.600 - 3.418.537).
Karena perusahaan mencatat sebagian beban bunganya sebagai kewajiban
sewa guna usaha maka perlu dibuat jurnal koreksi untuk mengakui pembayaran
kewajiban sewa guna usaha yang diakui dan dicatat sebagai beban bunga, yaitu
sebagai berikut:
Beban bunga.........................................Rp 1.887.913 (4.527.463 2.639.550)
Kewajiban Sewa Guna Usaha............................. Rp 1.887.913
(Untuk mencatat koreksi pembayaran sewa guna usaha yang harus dicatat sebagai
beban bunga).
Angsuran kedua bulan April 2005:
Kewajiban Sewa Guna Usaha......................... Rp.3.499.556
Beban bunga..................................................... Rp 4.446.444
Bank......................................................................... Rp 7.946.000
(Untuk mencatat pembayaran angsuran kedua sewa guna usaha)
Angsuran kedua dicatat dengan jurnal yang sama, hanya jumlah
pembayaran kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga berbeda. Beban bunga
sebesae 4.446.444 diperoleh dari 2.37% x 251.091.063 dan angsuran kewajiban
sewa guna usaha sebesar 3.499.556 diperoleh dari 7.946.000 4.446.444.
Sehingga saldo kewajiban sewa guna usaha yang masih harus dibayar menjadi
Rp.247.791.507 ( 251.091.063 3.499.556).
Perusahaan telah mencatat angsuran kedua dengan jumah kewajiban sewa
guna usaha dan beban bunga yang sama dengan angsuran yang pertama, sehingga
harus dibuat jurnal koreksi sebagai berikut:
Beban bunga.................................. Rp 1.806.894 (4.446.444 2.639.550)
Kewajiban Sewa Guna Usaha.................................. Rp 1.806.894
(Untuk mencatat koreksi pembayaran sewa guna usaha yang harus dicatat sebagai
beban bunga).
. Untuk angsuran-angsuran berikutnya dicatat dengan cara yang sama, dan
jurnal koreksi yang perlu dibuat apabila jumlah pembayaran kewajiban sewa guna
usaha lebih besar dari beban bunga adalah:
Kewajiban Sewa Guna Usaha...................................xx
Beban bunga..................................................................xx
TABEL 5
SKEDUL ANGSURAN PEMBAYARAN SEWA GUNA USAHA
PADA TINGKAT BUNGA 2,37%
No Periode Keterangan
Pembayaran
Lease /
Bulan
Beban Pembayaran
Kewajiban
Bunga Pokok
Sewa Guna
Usaha
Saldo Awal 254,709,600
1 Maret 05 Pembayaran 7,946,000 4,527,463 3,418,537 251,291,063
2 April 05 Pembayaran 7,946,000 4,446,444 3,499,556 247,791,507
3 Mei 05 Pembayaran 7,946,000 4,363,504 3,582,496 244,209,011
4 J uni 05 Pembayaran 7,946,000 4,278,599 3,667,401 240,541,610
5 J uli 05 Pembayaran 7,946,000 4,191,682 3,754,318 236,787,292
6 Agt 05 Pembayaran 7,946,000 4,102,704 3,843,296 232,943,997
7 Sept 05 Pembayaran 7,946,000 4,011,618 3,934,382 229,009,615
8 Okt 05 Pembayaran 7,946,000 3,918,373 4,027,627 224,981,989
9 Nov 05 Pembayaran 7,946,000 3,822,919 4,123,081 220,858,907
10 Des 05 Pembayaran 7,946,000 3,725,202 4,220,798 216,638,109
79,460,000 41,388,509 38,071,491
11 J an 06 Pembayaran 7,946,000 3,625,169 4,320,831 212,317,278
12 Peb 06 Pembayaran 7,946,000 3,522,765 4,423,235 207,894,043
13 Maret 06 Pembayaran 7,946,000 3,417,934 4,528,066 203,365,977
14 April 06 Pembayaran 7,946,000 3,310,619 4,635,381 198,730,597
15 Mei 06 Pembayaran 7,946,000 3,200,761 4,745,239 193,985,357
16 J uni 06 Pembayaran 7,946,000 3,088,299 4,857,701 189,127,655
17 J uli 06 Pembayaran 7,946,000 2,973,171 4,972,829 184,154,826
18 Agt 06 Pembayaran 7,946,000 2,855,315 5,090,685 179,064,142
19 Sept 06 Pembayaran 7,946,000 2,734,666 5,211,334 173,852,808
20 Okt 06 Pembayaran 7,946,000 2,611,157 5,334,843 168,517,965
21 Nov 06 Pembayaran 7,946,000 2,484,721 5,461,279 163,056,686
22 Des 06 Pembayaran 7,946,000 2,355,289 5,590,711 157,465,975
95,352,000 36,179,866 59,172,134
23 J an07 Pembayaran 7,946,000 2,222,789 5,723,211 151,742,765
24 Peb 07 Pembayaran 7,946,000 2,087,149 5,858,851 145,883,914
25 Maret 07 Pembayaran 7,946,000 1,948,294 5,997,706 139,886,208
26 April 07 Pembayaran 7,946,000 1,806,149 6,139,851 133,746,357
27 Mei 07 Pembayaran 7,946,000 1,660,634 6,285,366 127,460,991
28 J uni 07 Pembayaran 7,946,000 1,511,671 6,434,329 121,026,662
29 J uli 07 Pembayaran 7,946,000 1,359,178 6,586,822 114,439,840
30 Agt 07 Pembayaran 7,946,000 1,203,070 6,742,930 107,696,910
31 Sept 07 Pembayaran 7,946,000 1,043,262 6,902,738 100,794,172
32 Okt 07 Pembayaran 7,946,000 879,667 7,066,333 93,727,840
33 Nov 07 Pembayaran 7,946,000 712,195 7,233,805 86,494,035
34 Des 07 Pembayaran 7,946,000 540,754 7,405,246 79,088,789
95,352,000 16,974,814 78,377,186
35 J an 08 Pembayaran 7,946,000 365,250 7,580,750 71,508,039
36 Peb 08 Pembayaran 7,946,000 185,586 7,760,414 63,675,736
37 Maret 08 Hak Opsi 63,677,400 1,664 63,675,736 0
79,569,400 552,500 79,016,900
349,733,400 95,023,880 254,709,600
Sumber : Data Diolah
Tabel 5 diatas menjelaskan tentang usulan penulis untuk menggunakan
metode anuitas dalam perhitungan beban bunga sewa guna usaha, dengan
demikian beban bunga akan semakin menurun seiring dengan menurunnya
kewajiban sewa guna usaha. Disamping itu besarnya kewajiban pokok sewa guna
usaha semakin besar dengan semakin mengecilnya beban bunga, hal ini
disebabkan karena besarnya bunga dihitung berdasarkan saldo kewajiban sewa
guna usaha yang semakin kecil sehingga beban bunga yang dicatat juga semakin
kecil. Tarif bunga yang ditetapkan sebesar 2,37% atas saldo kewajiban sewa guna
usaha yang harus dilunasi oleh perusahaan hingga periode sewa berakhir.
4.3.2.Usulan Pengungkapan dan Penyajian Transaksi Sewa Guna Usaha setelah
Dikoreksi dalam Laporan Keuangan Menurut PSAK No.30
Berdasarkan analisa dan dilakukan koreksi atas perlakuan akuntansi yang
diterapkan oleh perusahaan, maka usulan penyajian transaksi sewa guna usaha
yang lebih tepat berdasarkan standar akuntansi keuangan yang menggambarkan
suatu laporan keuangan yang wajar pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008
adalah sebagai berikut:
PT NUSANTARA
NERACA (Parsial)
31 Desember 2005
Aktiva Tetap Kewajiban J angka Pendek:
Peralatan SGU Rp 254.709.600 Hutang Sewa Guna
Akm. Depresiasi Usaha yang jatuh tempo
Peralatan SGU Rp (26.532.250) dalam 1 tahun Rp 59.172.134
Aktiva Lain-lain: Kewajiban J angka Panjang:
Simpanan J aminan Rp 63.677.400 Hutang Sewa Guna
Usaha setelah dikurangi
bagian yang jatuh
tempo dlm 1 tahun Rp 157.465.975
Sumber: (Usulan sesuai dengan PSAK)
Neraca diatas menjelaskan bahwa peralatan sewa guna usaha telah
dilaporkan secara terpisah dari peralatan milik perusahaan demikian halnya
dengan akumulasi depresiasi peralatan disajikan secara terpisah, sehingga
peralatan tersebut mempunyai nilai buku sebesar Rp 228.177.350. Untuk
simpanan jaminan dimasukkan dalam kelompok aktiva lain-lain sehingga aktiva
lancar perusahaan akan menampilakan jumlah yang sebenarnya. Sedangkan
kewajiban sewa guna usaha telah dilaporkan sebelumnya dengan benar oleh
perusahaan. Dan hal ini telah sesuai dengan PSAK.
PT NUSANTARA
LAPORAN LABA RUGI (Parsial)
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2005
Pendapatan:
Beban Usaha:
Beban Depresiasi Peralatan SGU Rp (26.532.250)
Pendapatan/Beban lain-lain:
Beban Bunga Rp (41.388.509)
Sumber : (Usulan sesuai dengan PSAK)
Laporan laba rugi PT Nusantara diatas menjelaskan tentang beban depresiasi
peralatan sewa guna usaha selama 10 bulan dari tanggal transaksi terhitung mulai
Maret sampai dengan Desember, sebesar Rp. 26.532.250. Untuk beban bunga
dihitung berdasarkan metode anuitas dengan tingkat bunga 2,37% sebesar Rp
41.388.509.
Catatan Laporan Keuangan:
1. Nilai peralatan dicatat dalam kelompok aktiva sewa guna usaha sebesar
Rp.254.709.600
2. Simpanan jaminan dicatat dalam kelompok aktiva lain-lain sampai pada
akhir masa sewa guna usaha sebesar Rp.63.677.400
3. Kewajiban sewa guna usaha dibedakan antara kewajiban sewa guna usaha
jangka pendek dan kewajiban jangka panjang sebagai berikut:
a. Kewajiban sewa guna usaha jangka pendek (yang akan jatuh
tempo) dihitung dari bulan J anuari s/d Desember 2006 : Rp
59.172.134
b. Kewajiban sewa guna usaha jangka panjang sebesar
Rp157.465.975 diperoleh dari :
Harga perolehan peralatan : Rp 254.709.600
Kewajiban SGU jangka pendek : Rp (59.172.134)
Pembayaran sewa selama tahun 2005 : Rp (38.071.491)
Kewajiban SGU jangka panjang : Rp 157.465.975
4. Beban bunga yang dibayar sampai pada tahun 2005 Rp.41.388.309
PT NUSANTARA
NERACA (Parsial)
31 Desember 2006
Aktiva Tetap Kewajiban J angka Pendek:
Peralatan SGU Rp 254.709.600 Hutang Sewa Guna
Akm. Depresiasi Usaha yang jatuh tempo
Peralatan SGU Rp (58.370.950) dalam 1 tahun Rp 78.377.186
Aktiva Lain-lain: Kewajiban J angka Panjang:
Simpanan J aminan Rp 63.677.400 Hutang Sewa Guna
Usaha setelah dikurangi
bagian yang jatuh
tempo dlm1 tahun Rp 79.088.789
Sumber: (Usulan sesuai dengan PSAK)
Neraca diatas menunjukkan nilai buku peralatan sewa guna usaha sebesar
Rp 196.338.650, sedangkan simpanan jaminan masih bernilai tetap sampai
perusahaan membeli peralatan tersebut pada akhir masa sewa guna usaha. Dan
untuk kewajiban sewa guna usaha dilaporkan dengan saldo yang semakin
menurun sesuai dengan pembayaran sewa yang dilakukan oleh perusahaan.
PT NUSANTARA
LAPORAN LABA RUGI (Parsial)
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2006
Pendapatan:
Beban Usaha:
Beban Depresiasi Peralatan Rp (31.838.700)
Pendapatan/Beban lain-lain:
Beban Bunga Rp (36.179.867)
Sumber: PT Nusantara (Usulan sesuai dengan PSAK)
Laporan laba rugi tersebut menjelaskan beban depresiasi peralatan sewa
guna usaha selama 1 tahun periode sewa sebesar Rp 31.878.700. Sedangkan
beban bunga tampak lebih kecil bila dibandingkan dengan neraca pada periode
sebelumnya, hal ini dikarenakan beban bunga dihitung dari persentase atas
kewajiban sewa guna usaha yang harus dibayar oleh perusahaan.
Catatan Laporan Keuangan:
1. Nilai peralatan sebesar Rp.254.709.600 dan akumulasi penyusutan
depresiasinya sampai tahun 2006 sebesar Rp.196.338.650
2. Simpanan jaminan tetap tampak dalam neraca sebesar Rp. 63.677.400
3. Kewajiban sewa guna usaha dibedakan antara kewajiban sewa guna usaha
jangka pendek dan kewajiban jangka panjang sebagai berikut:
a. Kewajiban sewa guna usaha jangka pendek (yang akan jatuh
tempo) dihitung dari bulan J anuari s/d Desember 2007 : Rp
78.377.186
b. Kewajiban sewa guna usaha jangka panjang sebesar
Rp157.465.975 diperoleh dari :
Kewajiban SGU jangka panjang tahun 2005 :Rp157.465.975
Kewajiban SGU jangka pendek tahun 2006 :Rp (78.377.186)
Kewajiban SGU jangka panjang :Rp 79.088.789
4. Beban bunga yang dibayar selama tahun 2006 : Rp. 36.179.867
PT NUSANTARA
NERACA (Parsial)
31 Desember 2007
Aktiva Tetap: Kewajiban J angka Pendek:
Peralatan SGU Rp 254.709.600 Hutang Sewa Guna
Akm. Depresiasi Usaha yang jatuh tempo
Peralatan SGU Rp (90.209.650) dalam 1 tahun Rp 79.088.789
Aktiva Lain-lain: Kewajiban J angka Panjang:
Simpanan J aminan Rp 63.677.400 Hutang Sewa Guna
Usaha setelah dikurangi
bagian yang jatuh
tempo dalam 1 tahun __
Sumber : (Usulan sesuai dengan PSAK)
Neraca diatas menunjukkan bahwa pada tahun ke tiga masa sewa, nilai
buku peralatan sewa guna usaha setelah dikurangi akumulasi depresiasi menjadi
Rp 196.338.650, dan simpanan jaminan masih bernilai tetap sampai periode sewa
berakhir. Sedangkan untuk kewajiban jangka pendek dilaporkan sebesar Rp.
79.088.789 karena masa sewa akan berakhir pada periode berikutnya sehingga
dengan sendirinya hutang sewa guna usaha jangka panjang akan bersaldo nol.
PT NUSANTARA
LAPORAN LABA RUGI (Parsial)
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2007
Pendapatan:
Beban Usaha:
Beban Depresiasi Peralatan (31.838.700)
Pendapatan/Beban lain-lain:
Beban Bunga (16.974.814)
Sumber: (Usulan sesuai dengan PSAK)
Pelaporan beban depresiasi peralatan dan beban bunga masih sama dengan
laporan laba rugi periode sebelumnya, dalam artian bahwa perusahaan tetap
melaporkan beban depresiasi peralatan sewa guna sesuai dengan taksiran masa
manfaatnya dan beban bunga yang semakin menurun.
Catatan Laporan Keuangan:
1. Nilai buku peralatan pada tahun 2007 sebesar Rp.164.499.950 diperoleh
dari Rp.254.709.600 dikurangi akumulasi penyusutan depresiasinya
sebesar Rp.90.209.650
2. Simpanan jaminan dicatat sejumlah Rp. 63.677.400
3. Kewajiban sewa guna usaha jangka pendek sebesar Rp.79.088.789,
sehingga kewajiban sewa guna usaha jangka panjang akan bersaldo nol
pada tahun 2007
4. Beban bunga yang dibayar selama tahun 2006 : Rp. 16.974.814
PT NUSANTARA
NERACA (Parsial)
29 Pebruari 2008
Aktiva Tetap:
Peralatan SGU Rp 153.193.500
Akm. Depresiasi
peralatan __
Sumber: (Usulan sesuai dengan PSAK)
Kewajiban sewa guna usaha telah dilunasi seluruhnya, sehingga pada akhir
masa sewa guna usaha perusahaan melaporkan peralatan sewa guna usaha yang
dibeli sebesar nilai buku peralatan. Akumulasi depresiasi bersaldo nol karena
masih akan dihitung pada bulan Maret periode selanjutnya. Peralatan dibeli
dengan menggunakan simpanan jaminan, oleh karena itu pada neraca per 29
Pebruari 2008 simpanan jaminan bersaldo nol.
PT NUSANTARA
LAPORAN LABA RUGI
Untuk Tahun yang Berakhir pada 29 Pebruari 2008
Pendapatan:
Beban Usaha:
Beban Depresiasi Peralatan __
Pendapatan/Beban lain-lain:
Beban Bunga Rp (552.500)
Sumber: PT Nusantara (Usulan sesuai dengan PSAK)
Karena beban penyusutan masih akan dihitung pada bulan Maret, maka
beban depresiasi peralatan belum dilaporkan pada laporan laba rugi perusahaan
tahun 2008. Sedangkan beban bunga sebesar Rp 552.500 merupakan beban bunga
sewa guna usaha bulan J anuari dan Pebruari pada saat masa sewa guna usaha
berakhir.
Catatan Laporan Keuangan
1. Pada akhir masa sewa guna usaha, perusahaan menggunakan hak opsinya
untuk membeli peralatan sebesar simpanan jaminan yaitu Rp.63.677.400
dan peralatan dicatat dalam kelompok aktiva tetap sebesar nilai bukunya
yaitu Rp 153.193.500 (254.709.600 90.209.650 5.306.450)
2. Beban depresiasi peralatan akan mulai dihitung pada bulan Maret 2008
selama sisa taksiran umur ekonomisnya
3. Perusahaan telah melunasi seluruh kewajibannya pada akhir tahun 2008
4. Beban bunga yang telah dibayar sampai tahun 2008 (J anuari s/d Pebruari)
sebesar Rp.552.500 ( 365.250 +185.586+1.664)
Dari uraian-uraian diatas, maka dapat diperbandingkan perlakuan akuntansi
sewa guna usaha yang diterapkan oleh perusahaan dengan perlakuan akuntansi
menurut PSAK No.30. Untuk lebih jelasnya perbedaan-perbedaan financial yang
terjadi dan berkaitan dengan transaksi sewa guna usaha seperti terlihat pada Tabel
6 dab Tabel 7 berikut:
TABEL 6
PENGARUH TRANSAKSI SEWA GUNA USAHA
PADA NERACA
Tanggal
Sebelum Penyesuaian Sesudah Penyesuaian
Nilai Buku
Aktiva Sewa
Guna Usaha
Saldo Kewajiban
Sewa Guna
Usaha
Nilai Buku
Aktiva Sewa
Guna Usaha
Saldo Kewajiban
Sewa Guna
Usaha
22/02/05 254,709,600 254,709,600 254,709,600 254,709,600
31/12/05 228,177,350 201,645,100 228,177,350 216,638,109
31/12/06 196,338,650 137,967,700 196,338,650 157,465,975
31/12/07 164,499,950 74,290,300 164,499,950 79,088,789
28/02/08 153,193,500 0 153,193,500 0
Tabel diatas menunjukkan perbedaan dari perlakuan transaksi sewa guna
usaha setelah dikoreksi, untuk nilai buku transaksi sewa guna usaha tampak tidak
terdapat perbedaan setelah dilakukan koreksi dan penyesuaian. Akan tetapi
terdapat perbedaan yang cukup material pada kewajiban sewa guna usaha selama
periode leasing, hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembayaran
angsuran sewa guna usaha dengan jumlah pokok kewajiban dan beban bunga
yang tetap sepanjang periode sewa guna usaha. Sedangkan penulis mengusulkan
untuk mencatat pokok pembayaran sewa dan beban bunga terhitung dari
persentase atas saldo kewajiban sewa guna usaha yang harus dilunasi.
TABEL 7
PENGARUH TRANSAKSI SEWA GUNA USAHA
PADA LAPORAN LABA RUGI
Tanggal
Sebelum Penyesuaian Sesudah Penyesuaian
Beban Depresiasi
Aktiva Sewa Guna
Usaha
Beban
Bunga
Beban Depresiasi
Aktiva Sewa Guna
Usaha
Beban
Bunga
2005 26.532.250 26.395.500 26.532.250 41.388.509
2006 31.838.700 31.674.600 31.838.700 36.179.867
2007 31.838.700 31.674.600 31.838.700 16.974.814
2008 5.306.450 5.279.100 5.306.450 552.500
Tabel 7 menggambarkan akibat dari perbedaan besarnya tarif bunga yang
ditanggung oleh perusahaan dengan usulan penulis, perusahaan menetapkan beban
bunga tetap selama periode sewa sedangkan penulis mengusulkan untuk
menghitung beban bunga dengan menggunakan metode anuitas. Oleh karena itu
penulis mengusulkan untuk mendiskontokan tingkat bunga agar nilai uang dimasa
yang akan datang dijadikan pada masa sekarang, sehingga beban bunga akan
semakin menurun seiring dengan mengecilnya saldo kewajiban sewa guna usaha.
Dari tabel sesudah penyesuaian tampak beban bunga yang semakin kecil
sepanjang periode sewa, hal ini berarti membuka peluang perusahaan untuk
mendapatkan laba yang lebih tinggi pada periode berikutnya.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh PT Nusantara atas aktiva yang
diperoleh melalui kegiatan pembiayaan sewa guna usaha adalah dengan
menggunakan metode capital lease dan didepresiasi dengan metode garis
lurus atau straight line method.
2. Saat memperoleh peralatan pada awal masa sewa guna usaha, dalam
penyajiannya di neraca, perusahaan memasukkan perkiraan peralatan pada
kelompok aktiva tetap, dan tidak memisahkan dalam perkiraan tersendiri
dengan aktiva tetap lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa posisi keuangan
perusahaan kurang tepat dan tidak memberikan gambaran yang jelas mengenai
aktiva sewa guna usaha.
3. Pada saat dilakukan pembebanan biaya depresiasi, perusahaan tidak
memisahkan pada perkiraan tersendiri atas akumulasi depresiasi peralatan
sewa guna usaha dan dikelompokkan dalam aktiva tetap perusahaan.
4. Saat perusahaan membayar uang muka sebagai simpanan jaminan, perusahaan
telah mencatatnya pada kelompok aktiva lancar, sehingga di neraca jumlah
aktiva lancar lebih besar dari yang sebenarnya.
5. Pencatatan atas biaya bunga yang dibayar oleh perusahaan selama masa sewa
guna usaha ditentukan atas dasar nilai yang tetap untuk setiap periode yang
diperhitungkan terhadap jumlah pembayaran sewa minimum dalam tahun
yang bersangkutan. Pembebanan biaya bunga dengan tingkat bunga tetap
mengabaikan adanya time value of money yaitu nilai uang pada saat
sekarang lebih tinggi daripada masa yang akan datang dan perlakuan ini
menyimpang dari prinsip matching.
6. Pencatatan atas kewajiban berkaitan dengan transaksi sewa guna usaha telah
dipisahkan oleh perusahan antara kewajiban yang akan jatuh tempo atau
kewajiban jangka pendek dengan kewajiban jangka panjang. J umlah
kewajiban sewa guna usaha yang dicatat setiap periode adalah sama yang
dihitung dari selisih antara pembayaran angsuran dikurangi biaya bunga.
5.2. Saran
Agar perusahaan dapat mengungkapkan dan menyajikan laporan keuangan
yang wajar, maka penulis memberikan beberapa saran yang diusulkan mengenai
perlakuan akuntansi atas transaksi sewa guna usaha aktiva tetap yang lebih tepat
sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku, saran-saran tersebut
antara lain:
1. Saat memperoleh peralatan sewa guna usaha seharusnya perusahaan mencatat
transaksi tersebut dalam perkiraan terpisah dengan aktiva tetap lainnya, dan
dimasukkan dalam kelompok aktiva sewa guna usaha. Demikian juga halnya
dengan perkiraan akumulasi depresiasi peralatan seharusnya dicatat dalam
perkiraan tersendiri dan sebagai pengurang dari aktiva sewa guna usaha.
2. Saat membayar simpanan jaminan, seharusnya perusahaan mencatat dalam
kelompok aktiva lain-lain dan bukan pada aktiva lancar karena sifat
penggunaan dananya yang terbatas dan digunakan untuk memperoleh aktiva
tetap. Perkiraan ini akan ditutup pada akhir masa sewa guna usaha yang
ditandai dengan pembelian aktiva tersebut oleh perusahaan.
3. Tingkat bunga yang ditetapkan seharusnya didiskontokan untuk mengubah
nilai uang dimasa yang akan datang menjadi nilai uang sekarang dengan
metode anuitas.
4. Saat kewajiban sewa guna usaha dilunasi seharusnya perusahaan mencatat
berdasarkan selisih dari pembayaran angsuran tiap periode dikurangi dengan
biaya bunga yang dihitung berdasarkan pada tingkat bunga tetap terhadap
saldo kewajiban sewa guna usaha yang akan dibayar.
5. Pada akhir masa sewa guna usaha, jika perusahaan menggunakan hak opsinya
untuk membeli peralatan sewa guna usaha, maka seharusnya saldo peralatan
sewa guna usaha diamortisasi selama umur ekonomisnya, dan dilaporkan pada
neraca sebesar nilai bukunya.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian yang dilakukan penulis adalah :
1. Periode masa sewa guna usaha perusahaan relatif singkat yaitu selama tiga
tahun, sehingga penulis kesulitan untuk memperoleh transaksi sewa guna
usaha yang memiliki periode sewa yang lebih panjang hal ini disebabkan
karena dalam beberapa tahun terakhir perusahaan hanya melakukan satu jenis
transaksi sewa guna usaha.
2. Karena perusahaan telah memutuskan untuk menggunakan tarif bunga flat
atau tetap sepanjang periode sewa, maka penulis belum bisa memastikan
apakah penentuan tarif bunga sewa dengan menggunakan metode anuitas yang
diusulkan, akan lebih menguntungkan dalam perolehan laba perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, Donald. R dan C. William Emory, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis,
J ilid I, Erlangga, J akarta.
Hadi Darmadji. Stevanus, dan Yuliawati Tan, 2003, Akuntansi Lanjutan,
Bayumedia, J akarta.
Hanafi, Mamduh, 2002, Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba
Empat, J akarta.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta.
J usup, Haryono Al. 2001, Dasar-dasar Akuntansi, J ilid II. Edisi Keenam,
Cetakan Kedua, STIE, YKPN, Yogyakarta.
Kieso, Donald. E dan J ery J . Weygandt, 2002, Akuntansi Intermediate,
Terjemahan Emil Salim, J ilid III, Edisi Kesepuluh, Erlangga, J akarta.
Mirhani, Siti, 2003, Akuntansi Aktiva Leasing, USU, Sumatra Utara.
Nasution. Manahan, 2003, Akuntansi Guna Usaha (Leasing) Menurut
Pernyataan SAK No.30, USU, Sumatra Utara.
Philip E. Fess, C. Rollin Niswonger dan Carl. S. Warent, 2001, Prinsip-Prinsip
Akuntansi, Terjemahan Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan, J ilid I, Edisi
19, Erlangga, J akarta.
Samudra Widiyana, 2003, Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Dan
Pengaruhnya Terhadap Kewajaran Laporan Keuangan, Skripsi (S1),
Akuntansi, Ekonomi, Brawijaya
Sofyan Safri, Harahap, 1999, Akuntansi Aktiva Tetap, Akuntansi Pajak,
Akuntansi, Revaluasi, Leasing, PT Raja Grafindo Persada, J akarta.
Thomas, R. Dycman, Roland E. Dukes, dan Charles J . Davis, 2001, Akuntansi
Intermediate, Terjemahan Herman Wibowo, Jilid II, Edisi Ketiga, IKAPI,
Erlangga, J akarta.
Umar, Husein, 2000, Riset Akuntansi, Cetakan Ketiga, Gramedia Pustaka
Utama, J akarta
Weston, J . Fred dan Thomas E. Copeland, 1995, Manajemen Keuangan,
Tejemahan J aka Wasana dan Kibrandoko, J ilid I, Edisi Kesembilan,
Binarupa Aksara, J akarta.