Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PENGARUH JARAK PENGALIRAN, PH, SUHU,

TEKANAN, DAN KANDUNGAN BESI TERHADAP KONSENTRASI


SISA KLORIN DAN KOLONI COLIFORM
PADA SUMBER AIR WENDIT PDAM KOTA MALANG

Anggun Sugiarti1, Emma Yuliani2, Linda Prasetyorini2


1
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2
Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
1
anggun.sugiarti@yahoo.com

ABSTRAK

Untuk menjaga kualitas air perpipaan keberadaan sisa klor sangat diperlukan dalam
suatu sistem jaringan distribusi. Pemberian klorin ini dilakukan karena dapat mengurangi
resiko tumbuhnya mikroba dan risiko terjadinya kontaminasi. Sisa klorin pada sistem
jaringan distribusi harus dijaga pada konsentrasi 0,2-0,5 mg/l.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik yang dilakukan secara
cross sectional, dengan variabel bebas jarak pengaliran, pH, suhu, tekanan, dan kandungan
besi dan variabel terikat sisa klorin dan koloni coliform. Sampel penelitian diambil secara
acak pada pelanggan PDAM Kota Malang. Pengaruh tersebut masing-masing dianalisis
dengan uji regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 17.0.
Setelah dianalisis didapatkan pengaruh jarak pengaliran dan suhu terhadap koloni
coliform dengan R= 0,726 (kuat) pada jarak 0 km hingga 6 km; serta pengaruh jarak
pengaliran, pH, dan tekanan terhadap koloni coliform R= 0,301 (rendah) pada jarak 8 km
hingga 20 km. Sedangkan pengaruh jarak pengaliran dan suhu terhadap sisa klorin sebesar
R= 0,272 (rendah) pada jarak 0 km hingga 6 km; dan pengaruh jarak pengaliran, pH, dan
tekanan terhadap sisa klorin R= 0,364 (rendah) pada jarak 8 km hingga 20 km.
Dengan menganalisis risiko dampak lingkungan dan kesehatan didapatkan
kandungan klorin yang ada tidak dapat menimbulkan dampak di kemudian hari (asumsi
usia manusia kurang lebih 70 tahun) atau dikatakan aman dengan nilai tingkat risiko non
karsinogenik sebesar 7,472x10-2. Saran lebih lanjut agar pihak PDAM Kota Malang
mengadakan pos-pos klorinasi pada jarak tertentu untuk menjaga agar sisa klorin tetap ada
pada jaringan distribusi.

Kata Kunci : Sisa Klorin, Koloni Coliform, Pengaruh


ABSTRACT

To maintain the quality of piped water, the presence of residual chlorine in a


distribution network system is very necessary. Provision of chlorine is applied because it
can reduce the risk of microbial growth and contamination. Chlorine residual in the
distribution system network must be maintained at a concentration of 0.2-0.5 mg / l.
This research was conducted observational analytic with cross-sectional. The
independent variables are distribution distances, pH, temperature, pressure, and iron
content, while the dependent variables are residual chlorine and coliform colonies.
Samples were taken at customer PDAM Malang randomly. The effect of variables was
analyzed with multiple linear regression of SPSS 17.0.
The analysis of chlorine residual and coliform colonies effect showed that
distribution distance and temperature on coliform colonies with R= 0.726 (strong) at a
distance of 0 km to 6 km; and the effect of distribution distance, pH, and pressure on the
coliform colonies with R= 0.301 (low) at a distance of 8 km to 20 km . While distribution
distance and temperature influence the chlorine residual with R= 0.272 (low) at a distance
of 0 km to 6 km; and the effect of distribution distance, pH, and pressure on chlorine
residual with R = 0.364 (low) at a distance of 8 km to 20 km.
By analyzing the environmental impacts and health risks of chlorine content obtained
it will not have an impact in the future (assuming human age approximately 70 years), or
can be said secure with the value of non-carcinogenic risk level of 7.472 x10-2. Further
suggestion that PDAM Malang should held posts chlorination at a certain distance to keep
the chlorine residual remains in the distribution network.

Keywords: Residual Chlorine, Coliform Colonies, Effect


1. PENDAHULUAN saat kontaminasi di tengah jalan tidak ada
1.1 Latar Belakang bahan aktif yang bisa membunuhnya
Akibat penggunaan air minum yang sehingga kualitas air khususnya
tidak memenuhi syarat kesehatan, maka kandungan bakteri coli sebagai indikator
tiap tahunnya di Indonesia diperkirakan mikrobiologis dapat berubah.
lebih dari 3,5 juta anak di bawah Penelitian ini dilakukan melalui
usia tiga tahun terserang penyakit analisa regresi pengaruh jarak, pH, suhu,
saluran pencernaan dan diare, dengan tekanan, dan kandungan besi terhadap
jumlah kematian 3 % atau 105.000 jiwa. sisa klorin dan koloni coliform dalam
Senyawa kimia berbahaya yang jaringan distribusi air minum. Jaringan
terlarut dalam air dapat berakibat fatal distribusi yang ditinjau adalah jaringan
terhadap kesehatan jika kadar senyawa distribusi ZAMP yang dikelola oleh
tersebut sangat berlebih atau hanya PDAM Kota Malang. Kalibrasi dilakukan
sedikit berlebih dalam air. Dalam terhadap parameter kebutuhan air dan
penggunaan jangka panjang akan terjadi koefisien laju kehilangan klorin akibat
penimbunan zat-zat tersebut dan pipe wall reaction (kw) dengan
menimbulkan efek merugikan kesehatan menggunakan data pengukuran debit air
(Raini dkk, 2001). dan konsentrasi sisa klorin di lapangan.
Dalam rangka meningkatkan Parameter yang terkalibrasi digunakan
derajat kesehatan masyarakat, perlu sebagai dasar perencanaan perbaikan dan
dilaksanakan pengawasan kualitas air pengembangan ZAMP.
minum yang dikonsumsi oleh
masyarakat, sehingga masyarakat 1.3 Tujuan dan Manfaat
terhindar dari gangguan kesehatan yang Tujuan yang dicapai dalam
tidak diinginkan. Standar kualitas air penelitian ini adalah
minum di Indonesia telah ditetapkan 1. Mengetahui proses desinfeksi dengan
melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI menggunakan proses klorinasi untuk
Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 mencapai Zona Air Minum Prima
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. (ZAMP).
Disinfeksi dengan klorinasi 2. Menganalisis kadar sisa klorin sesuai
dilakukan untuk mengatasi permasalahan dengan Peraturan Menteri Kesehatan
kualitas air. Berdasarkan latar belakang RI Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010
di atas maka analisa pengaruh jarak tentang Persyaratan Kualitas Air
pengaliran, pH, suhu, tekanan, dan Minum .
kandungan besi terhadap sisa klorin dan 3. Melakukan analisis pengaruh jarak
koloni coliform perlu dilakukan. pengaliran jarak pengaliran, tekanan,
pH, suhu, dan kandungan besi
1.2 Identifikasi Masalah terhadap sisa klorin dan koloni
Jauhnya jarak yang ditempuh air coliform.
minum daalam jaringan pipa PDAM 4. Memahami efek yang terjadi apabila
untuk sampai ke pelanggan akan sisa klorin melebihi ambang batas dan
berpengaruh pada kualitas air distribusi, mengetahui apakah kandungan klorin
karena terjadinya kontaminasi selama yang ada dapat menimbulkan dampak
proses pendistribusian. Untuk di kemudian hari (asumsi usia manusia
menghindari adanya pencemaran kuman, kurang lebih 70 tahun).
zat organik dan organisme patogen Manfaat dari penelitian ini adalah
lainnya pada pasca pengolahan sebagai gambaran bagi PDAM Kota
dibutuhkan sisa klorin yang jaraknya Malang dalam upaya pemenuhan
cukup jauh dari instalasi. Akibatnya pada kebutuhan air minum. Selain itu juga
dapat membantu mewujudkan kali lebih kuat daripada OCl,
peningkatan kualitas air yang secara keaktifannya tergantung pH dan suhu.
teknis dalam program Zona Air Minum Kualitas desinfektan dari asam hipoklorit
Prima (ZAMP) yaitu air bisa langsung akan memikat pada pH yang rendah yaitu
diminum dari kran tanpa harus melalui dibawah 7,5 (Enry, 1989). Pada pH
proses direbus dengan Pilot Project. sampai dengan 6,7 pada umumnya 90%
klorin akan membentuk HOCl (Sterrit,
2. TINJAUAN MASALAH 1994).
2.1 Disinfeksi Klorinasi 2.2.2 Transport Lingkungan Klorin
2.1.1 Klorinasi Tujuan dari analisis lingkungan
Klorinasi merupakan salah satu transportasi adalah untuk memperkirakan
bentuk pengolahan air yang bertujuan konsentrasi kontaminan dalam
untuk membunuh kuman dan kompartemen ini. Untuk mengukur waktu
mengoksidasi bahan-bahan kimia dalam tempuh dari sumber menuju pelanggan
air. Klorinasi (chlorination) adalah proses adalah t=x/u, dimana kecepatan aliran
pemberian klorin ke dalam air yang telah dihitung dengan u = Q/A.
menjalani proses filtrasi dan merupakan u = kecepatan aliran (m/s)
langkah yang maju dalam proses Q = Debit aliran (m3/s)
purifikasi air. Bentuk bentuk klorin di A = Luas Area (m2)
pasaran: sehingga waktu tempuh didapat dari jarak
a. Liquid/gas Cl dari sumber menuju reservoir dibagi
b. Ca(OCl)2 dengan kecepatan aliran.
c. NaOCl Dalam aliran perpipaan pada
Di dalam air, klorin akan bereaksi PDAM termasuk aliran semi-infinite.
dengan air akan menghasilkan Asam Dalam jangka waktu yang lama, maka

Hipoklorit (HOCL) dengan reaksi nilai   = 1, sehingga nilai
sebagai berikut:
konsentrasi kontaminan didapatkan:
Cl2 (g)+ (H2O) HOCl+ H+ + Cl- (1)  
HOCl adalah asam lemah:
,  =     
 
HOCl H+ + OCl- (2) C(x,t)= Konsentrasi Kontaminan (mg/m3)
Ca(OCL)2 + 2(H2O) 2 HOCL S0 = Emisi Dasar (g/s)
+Ca(OH)2 (3) Q = Debit Aliran (m3/s)
Reaksi (1) yaitu reaksi gas klor k = Degradasi Dasar Konstan (s-1)
dengan air, akan mengakibatkan pH air x = Jarak (m)
akan menurun karena dihasilkan ion H+, u =Kecepatan (m/s)
sebaliknya reaksi (3) yaitu reaksi kaporit
dengan air, pH air akan naik karena 2.2 Standar Kualitas Air Minum
dihasilkan Ca(OH)2 yang bersifat basa Di Indonesia persyaratan kualitas
(alkalis). air minum berpedoman pada Permenkes
HOCl dan OCl- adalah klor aktif RI 736/Menkes/PER/VI/2010 tentang
atau disebut klor bebas. HOCl merupakan Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air
sisa klor bebas yang paling efektif Minum dan Permenkes RI Nomor
sebagai desinfektan dibandingkan dengan 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang
OCl- sebagai bentuk klor bebas yang Persyaratan Kualitas Air Minum.
kedua. Sedangkan Cl- merupakan klor Peraturan tersebut merupakan pedoman
yang tidak aktif. untuk masyarakat luas dengan mengingat
Cl2, HOCl, dan OCl merupakan sisa bahwa air yang memenuhi syarat
klor aktif yang bersifat toksik bagi kesehatan mempunyai peranan penting
kuman. Daya bunuh HOCl terhadap dalam rangka pemeliharaan,
golongan coliform kurang lebih 80-100
perlindungan, dan mempertinggi derajat harus dimiliki oleh data adalah bahwa
kesehatan masyarakat. data tersebut harus terdistribusi secara
Pada prinsipnya peraturan tersebut normal. Maksud data terdistribusi secara
memuat persyaratan kualitas air minum normal adalah bahwa data akan
yang meliputi persyaratan fisik, kimia, mengikuti bentuk distribusi normal
mikrobiologi dan persyaratan radio aktif. (Santosa&Ashari, 2005:231).
Khususnya untuk persyaratan Uji-parametrik (parametric test)
mikrobiologis parameter yang digunakan pada distribusi normal dilakukan dengan
adalah Coliform tinja dan Total Coliform, tahapan sebagai berikut :
dalam 100 ml air angka Coliform 1) Menentukan deviasi standar dari
tinjanya harus nol. Demikian pula untuk perbedaan nilai rata-rata hitung :
'
Total Coliform, dimana jumlah per 100 %! %" 
ml air juga harus nol. Sedangkan untuk !" = $ + $
&' &
sisa klorin memiliki standard antara 0,3
hingga 0,5 mg/l. Keterangan :
!" = deviasi standar dari perbedaan
2.3 Uji Statistik rata-rata hitung ()! : )" .
2.3.1 Uji Korelasi Pearson ! = varian sampel pertama
Derajat hubungan antar variabel
" = varian sampel kedua
yang saling berpengaruh diketahui 2) Menentukan deviasi standar dari
dengan menghitung koefisien korelasi (r), perbedaan nilai rata-rata hitung :
'
sedangkan r2 adalah koefisien ,'  , 
determinasi atau koefisien penentu.  = $ $
%'-
   
 =
         
Keterangan :
Dalam hal ini, uji korelasi juga
 = variate standar normal dari
terdapat uji hipotesis. Uji tersebut untuk
distribusi normal.
.,! = rata-rata hitung sampel pertama
mengetahui apakah 2 variabel tidak
.," = rata-rata hitung sampel kedua.
independen atau independen. Berikut ini
kodisinya:
3) Keputusan :
Ho = = 0 (x dan y independen)
Membandingkan variant standar
Hi = 0 (x dan y dependen)
normal (t) dengan variant standar normal
Menurut Sugiyono (2007), untuk
pada tabel (2.2) yaitu nilai tc, dengan
menginterpretasikan keeratan hubungan
aturan keputusan :
antar variabel, maka digunakan pedoman
a) Jika nilai t < tc maka hiputesis nol
sebagai berikut ini:
(H0) diterima.
Tabel 2.1 Pedoman untuk mengukur
b) Jika nilai > tc maka hipotesis nol (H0)
keeratan antar variabel
tidak diterima atau ditolak atau dengan
Interval Tingkat Hubungan
kata lain menerima hipotesis alternatif
0,00 - 0,199 Sangat rendah (H1).
0,20 - 0,399 Rendah Tabel. 2.2 Nilai tc untuk Pengujian
0,40 - 0,599 Sedang Distribusi Normal
0,60 - 0,799 Kuat DK () 0.1 0.05 0.01 0.015 0.002
0,80 - 1,000 Sangat Kuat Uji satu 1.28 1.645 2.33 2.58 2.88
Sumber: (Sugiyono, 2007) sisi
2.3.2 Uji Normalitas Uji dua 1.645 1.96 2.58 2.81 3.08
Uji Normalitas adalah pengujian sisi
Sumber: Soewarno 1995
tentang kenormalan distribusi data.
Penggunaan uji normalitas karena pada 2.3.3 Uji Kestabilan Varian (Uji F)
analisis statistik parametik, asumsi yang Untuk menguji nilai rata-rata pada
analisis varian yang menguji perbedaan
nilai varian setiap populasi dapat mengukur pengaruh antara lebih dari satu
digunakan Uji F. Untuk setiap variabel prediktor (variabel bebas)
kelompok data menggunakan persamaan, terhadap variabel terikat.
'0' 1 -'
/ = Rumus regresi linear berganda
0 1' -' sebagai berikut:
Keterangan: Y = a + b1X1+b2X2++bnXn
2! = jumlah data kelompok 1 Nilai SEY pada model regresi
2" = jumlah data kelompok 2 linear digunakan untuk mengukur
3! = Standar deviasi 1 <
dispersi data Y disekitar garis regresi Y
3" = Standar deviasi 2 atas X, yang dapat dihitung dengan
Dengan melihat derajat kebebasan rumus:
yaitu dk1= n1-1 dan dk2= n2-1 dan derajat '
1 , 
@-' @  
kepercayaan () sebesar 5%, maka 3=> = ? A
!
diperoleh F tabel. Setelah itu 2.3.6 Penentuan R Square
membandingkan F perhitungan dengan F Adjusted R Square adalah nilai R
tabel. Jika F hitung < F tabel maka varian Square yang telah disesuaikan, nilai ini
kedua kelompok berbeda atau dengan selalu lebih kecil dari R Square dan
kata lain dapat dikatakan bahwa pada angka ini bisa memiliki harga negatif.
peluang 96% nilai variannya stabil. Menurut Santoso (2001) bahwa untuk
2.3.4 Uji Kestabilan Nilai Rata-Rata regresi dengan lebih dari dua variabel
(Uji T) bebas digunakan Adjusted R2 sebagai
Untuk menguji dua set sampel data koefisien determinasi. Adapun bentuk
apakah berasal dari populasi yang sama persamaan R2 secara umum dapat
atau tidak dapat menggunakan pengujian dirumuskan sebagai berikut ini:
distribusi-t, yang juga merupakan uji C ' 6 C  66 C1 1@
B" = ' 
parametik (parametic test) seperti
distribusi normal. Pengujian distribusi-t 2.3.7 Pengujian Titik Potong
dapat dilakukan dengan persamaan Dari persamaan regresi Y < = E! X +
sebagai berikut: G! , dalam hal ini nilai a1 adalah koefisien
|,' , |
= '
regresi atau koefisien arah, dan nilai b1
' '
6 $
%$
adalah titik potong garis regresi. Kedua
5' 5
' para meter tersebut perlu diuji apakah
&' '  6&   
=$ $ nilainya = 0 atau tidak melalui titik asal
&' 6& " nol. Uji statistik dengan menggunkan uji-
3! " , 3" = varian sampel set ke 1 dan ke 2
"
t dapat digunakan untuk menguji nilai b1.
78 = 9! + 9" 2 = derajat kebebasan C I
t = ' J
Keputusan : K
! , 
Apabila t terhitung lebih besar dari nilai 3G = 3=> " L + 1
"
, 
N
kritis tc, pada derajat kebebasan () @M' '  

tertentu, maka kedua sampel yang diuji Interval kepercayaan nilai b1 untuk
tidak berasal dari populasi yang sama. O = 95 % dengan derajat kebebsan n2,
Apabila t terhitung lebih kecil dari tc G! O 3G < G! + G! + O 3G
maka kedua sampel berasal dari populasi 2.3.8 Pengujian Koefisien Regresi
yang sama. Dari persamaan regresi Y = a1X +
2.3.5 Regresi Linear Berganda b1, maka bagi para hidrologi parameter a1
Analisis regresi linier berganda jauh lebih penting dalam analisa data jika
adalah hubungan secara linear antara dibandingkan dengan parameter b1.
variabel dependen (Y) dengan beberapa Apabila nilai a1 = 0, maka garis
variabel independen (X). Analisis regresi regresinya akan mendatar dan variabel X
linear berganda digunakan untuk dan Y adalah variabel bebas.
Pertambahan atau pengurangan nilai X
o
tidak merubah nilai Y, oleh karena itu menurut persamaan: Bn =
perlu dilakukan pengujian apakah nilai a1 cdf
= 0 atau tidak. Metode statistik uji-t dapat Risiko kesehatan dinyatakan ada
digunakan untuk melakukan pengujian. dan perlu dikendalikan jika RQ>1. Jika
T U
t = ' J RQ1, risiko tidak perlu dikendalikan
V tetapi perlu dipertahankan agar nilai
JWX
3E = ' numerik RQ tidak melebihi 1.
Y1 [  
@M' Z'  Z \
Perkiraan nilai a1 dapat 3. METODOLOGI PENELITIAN
menggunakan interval kepercayaan: 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
a! t S`  < a! < a! + t S`  Tempat penelitian dilaksanakan di
nilai t umumnya 95 % dan derajat PDAM Kota Malang mulai dari sumber
kebebasan = n-2. air wendit (titik 0 km) hingga Sukun (titik
20 km). Waktu penelitian dilaksanakan
2.4 Analisis Resiko Kesehatan mulai saat pembuatan proposal penelitian
Lingkungan (ARKL) yaitu pada bulan September 2013 sampai
2.4.1 Analisis Pemajanan dengan pengumpulan data baik data
Analisis pemajanan, atau exposure primer maupun sekunder yaitu bulan
assessment yang disebut juga penilaian Januari sampai Maret 2014.
kontak, bertujuan untuk mengenali jalur-
jalur pajanan risk agent agar jumlah 3.2 Alat dan Bahan Penelitian
asupan yang diterima individu dalam Alat dan bahan yang digunakan
populasi berisiko bisa dihitung. Berikut dalam penelitian antara lain:
ini persamaannya: 1. Botol steril volume 250 ml sebanyak
bcde fg
a= 60 buah
hi jklm 2. Alat-alat tulis (spidol, lem,kertas)
I = asupan (intake),mg/kg.hari 3. Pengukuran waktu (arloji atau
C = konsentrasi risk agent, mg/M3 stopwatch)
untuk medium udara, mg/L untuk 4. Comparator Hellige dan tablet DPD
air minum, mg/kg untuk makanan (Diethyl Phenylene Diamene)
atau pangan 5. Erlenmeyer 100 ml
R = laju asupan atau konsumsi, M3/jam 6. Spectrometer
untuk inhalasi, L/hari untuk air 7. Tabung reaksi, tabung durham, cawan
minum, g/hari untuk makanan petri, pipet ukur 1 dan 10 mL, blue tip,
fE = Frekuensi pajanan, hari/tahun mikropipet, vorteks, gelas obyek dan
Dt = Durasi pajanan, tahun (real time gelas penutup, bunsen burner,
atau proyeksi 30 tahun untuk nilai inkubator 37Cdan 44,5C, serta
default residensial) media petrifilm.
Wb = Berat badan, kg
tavg= Periode waktu rata-rata (70 3.3 Rancang Bangun Penelitian
tahun365 hari/tahun) Penelitian ini merupakan peneltian
2.4.2 Karakterisasi Risiko observasional analitik dengan
Karakteristik risiko kesehatan menggunakan metode survei dan
dinyatakan sebagai Risk Quotient (RQ, pemeriksaan laboratorium. Sedangkan
Tingkat Risiko) untuk efek-efek menurut waktunya adalah penelitian
nonkarsinogenik (EPA 1986) dan Excess cross secsion, dimana pengambilan
Cancer Risk (ECR) untuk efek-efek sampel dan pengamatan dilakukan pada
karsinogenik (EPA 2005). RQ dihitung waktu tertentu yang menggambarkan
dengan membagi asupan nonkarsinogenik keadaan saat itu.
(Ink) risk agent dengan RfD atau RfC-nya
Titik-titik yang diambil dalam dipilih kandungan klor aktif sebesar
penelitian ini adalah titik (kontrol) 99%)
berjarak: 0 km dari tendon atau kran - Pembubuhan kaporit 3 mg/l Ca(OCl)2
pertama di lokasi PDAM Kota Malang, sebagai klor aktif = 3 x 99/100 = 2,97
kemudian diteruskan pada titik I berjarak: mg/l Cl2
2 km, titik II berjarak: 4 km, titik III - Sisa klor bebas = 0,5 mg/l Cl2
berjarak: 6 km, titik IV berjarak: 8 km, - DPK / DPC = Klor aktif sisa klor
titik V berjarak: 10 km, titik VI berjarak: bebas = (3 x 99/100 0,5) = 2,47 mg/l
12 km, titik VII berjarak: 14 km, titik Cl2
VIII berjarak: 16 km, titik IX berjarak: 18 maka nilai pembubuhan kaporit sebesar
km, titik X berjarak: 20 km dari tendon 2,47 mg/l.
air yang merupakan titik terjauh dari Untuk klor yang diinjeksi dari hasil
pipa distribusi. pengujian labroratorium gr/m3 atau mg/l.
Variabel dalam penelitian ini Volume aliran air yang akan didisinfeksi
adalah jarak pengaliran, ph, suhu, dalam m3/jam. Jumlah klor yang perlu
tekanan, dan kandungan besi sebagai diinjeksi dihitung dalam gr/jam. Klor
variabel bebas serta kadar sisa klorin dan yang perlu dibubuhkan pada uji coba =
koloni coliform sebagai variabel terikat. 39,06 gr/m3 dengan aliran air = 1,6
m3/jam, maka jumlah klor yang diinjeksi
3.4 Tahapan Penelitian = klorin uji coba x aliran air = 39,06
1. Klorinasi dalam pembentukan Zona gr/m3 x 1,6 m3/jam = 62,5 gr/jam klor.
Air Minum Prima (ZAMP). Dalam Kapasitas tabung 1 kg/jam maka
proses tersebut dilakukan DPK (Daya pemberian gas klor 62,5 gr/jam habis
Pengikat Klor) dan penentuan dosis dipakai selama 16 hari.
gas klor. 4.1.2 Penentuan Perkiraan Konsentrasi
2. Analisa kelayakan kadar sisa klorin Klorin pada Distribusi PDAM
dan koloni coliform dengan Sampel air yang diambil untuk
membandingakn sisa klorin dan koloni penelitian pada golongan pelanggan non
coliform apakah sesuai dengan niaga dengan kriteria: rumah tangga A2
Peraturan Menteri Kesehatan RI (persil rumah tangga dengan lebar jalan
Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010. 8-10 m), A3 (persil rumah tangga dengan
3. Analisa pengaruh jarak pengaliran, pH, lebar jalan 4-8 m), dan A4 (persil rumah
suhu, tekanan, dan kandungan besi tangga dengan lebar jalan < 4 m).
terhadap sisa klorin dan koloni Untuk mengukur waktu tempuh
coliform dengan memperhatikan nilai dari sumber menuju pelanggan,
R (korelasi). Q (Debit Aliran) = 1,6 m3/jam
4. Analisa Resiko Kesehatan dan
A (Luas Area) = 110 km2 = 110x106 m2
Lingkungan (ARKL) dengan
menghitung nilai RQ (tingkat risiko U (Kecepatan Aliran) = Q/A = 4,4x10-4
non karsinogenik). / 110x106 = 4,04 m/s
Jarak Pengaliran (L)= 20 km = 20x103 m
4. HASIL DAN PEMBAHASAN waktu tempuh (t) = L / U = 20x103/ 4,04
4.1 Klorinasi dalam ZAMP = 4950 s
4.1.1 Penentuan Dosis Klor Dalam aliran perpipaan pada
Menghitung dosis gas klor dengan PDAM termasuk aliran semi-infinite dan
perhitungan sebagai berikut: dalam persamaan emisi didapatkan:
- Menentukan kadar klor aktif sesuai   
dengan tata cara perencanaan unit paket
,  =       
  
instalasi pengolahan air SNI DT-91- Nilai k = 0 dan S0 (gas emisi) sebesar
0002-2007 (untuk jenis gas klor maka 3,52x10-6 g/s maka:
p,qr/t 

,  =   4.2 Peraturan Menteri Kesehatan RI


u,u!p-v  Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010

= 0,074   tentang Persyaratan Kualitas Air

Sedangkan dalam jangka waktu Minum

yang lama, maka nilai   = 1, dan
Dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor
k = 5x10-4 sehingga nilai konsentrasi 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang
kontaminan didapatkan: Persyaratan Kualitas Air Minum telah
 

,  =       
diatur kadar sisa klorin, koloni coliform,
jarak pengaliran, pH, suhu, dan
= 0,074   0,124 10q  kandungan besi yang sesuai dengan
Jika jarak pengaliran 0 m maka nilai standar.
konsentrasi kontaminan sebesar 0,800 Hasil penelitian menunjukkan
mg/m3 selanjutnya perhitungan bahwa terjadi penurunan kadar sisa klorin
ditabelkan pada Tabel 4.1, pada setiap kelompok jarak pengaliran,
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Nilai dimana pada jarak pengaliran 0 km
Konsentrasi Klorin sampai 6 km rata-rata kadar sisa klorin
Konsentrasi Klorin 0,258 mg/l, sedangkan pada jarak sampai
Jarak (m)
(mg/m3)
20 km rata-rata kadar sisa klorinnya
0 0,800 0,075 mg/l. Untuk koloni coliform pada
2000 0,624 jarak pengaliran 0 km sampai 6 km
4000 0,487 terjadi peningkatan jumlah terutama
6000 0,380 mulai dari jarak pengaliran 4 km,
8000 0,297
sedangkan pada jarak pengaliran 8 km
sampai 20 km terjadi peningkatan jumlah
10000 0,232
terutama mulai dari jarak pengaliran 18
12000 0,181 km.
14000 0,141 Berikut ini grafik hasil penelitian
16000 0,110 peningkatan koloni coliform dan
18000 0,086 penurunan sisa klorin:
20000 0,067
Sumber: Hasil Perhitungan

120 titik 1
Jumlah Koloni Coliform

100 titik 2
titik 3
80
titik 4
60 titik 5
40 titik 6
titik 7
20
titik 8
0
titik 9
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
titik 10
Jarak (m)
Gambar 4.1 Peningkatan Jumlah Koloni Coliform setiap 100 ml
Sumber: Hasil Penelitian
0.6
Titik 1
0.5 Titik 2
Titik 3
Sisa Klorin (mg/l)
0.4 Titik 4
Titik 5
0.3
Titik 6
0.2 Titik 7
Titik 8
0.1 Titik 9
Titik 10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Jarak (m)
Gambar 4.2 Penurunan Kadar Sisa Klorin
Sumber: Hasil Penelitian
Ditemukannya koloni coliform Berdasarkan pengamatan di
dapat disebabkan oleh penurunan sisa lapangan bahwa kebocoran pipa
klorin. Hal tersebut dikarenakan banyak distribusi banyak terjadi di sepanjang
kemungkinan antara lain adanya jarak pengaliran, kemudian pipa
kebocoran-kebocoran pipa distribusi, distribusi berdampingan dengan saluran
adanya penyambungan pipa yang kurang atau roil-riol kota, serta kondisi rumah
sempurna, perbaikan pipa atau pelanggan yang tidak semua dilengkapi
penggantian pipa baik yang dilakukan dengan saluran pembuangan air limbah.
oleh pihak PDAM ataupun oleh
pelanggan, serta usia pipa yang sudah 4.3 Uji Statistika
tua. Disamping itu penurunan sisa klorin Dari uji regresi linier dengan dua
juga dipengaruhi oleh peningkatan variabel Y1 yaitu koloni coliform dan Y2
jumlah kandungan besi karena pipa merupakan sisa klorin maka didapatkan
distribusi berjenis cast iron, ductile iron, beberapa persamaan diantaranya:
dan Galvanized Iron.
Tabel 4.2 Tabel Persamaan Regresi Linier Berganda
No. Jarak R Persamaan Keterangan
Y1= Coliform
1. 0 km 6 km 0,726 Y1= 4,136-0,388X1+0,012X2 X1= Jarak
X2= Suhu
Y1= Coliform
Y1= -70,621+6,233X1- X1= Jarak
2. 8 km 20 km 0,301
17,590X2+15,488X3 X2= pH
X3= tekanan
Y1= Sisa Klorin
3. 0 km 6 km 0,272 Y2= -0,070-0,005X1+0,012X2 X1= Jarak
X2= Suhu
Y1= Sisa Klorin
Y2= -93,283+6,223X1- X1= Jarak
4. 8 km 20 km 0,364
17,590X2+15,488X3 X2= pH
X3= tekanan
Sumber: Hasil Perhitungan
4.4 Analisa Risiko Kesehatan dan (ZAMP) dilakukan melalui penentuan
Lingkungan (ARKL) dosis klor, penentuan perkiraan sisa
4.4.1 Analisis Pajanan klor, pembubuhan klorin dengan
Konsentrasi sisa klorin maksimum sistem injeksi, serta pemantauan sisa
yang dihasilkan (C) sebesar 0,5 mg/l. klor dan koloni coliform.
Nilai laju konsumsi atau banyaknya 2. Kadar sisa klorin dan koloni coliform
volume air yang masuk setiap jamnya (R) belum sepenuhnya sesuai dengan
untuk dewasa dalam pemukiman sebesar Peraturan Menteri Kesehatan RI
2 lt/hr. Lamanya atau jumlah hari Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010
terjadinya pajanan setiap tahunnya (fE) tentang Persyaratan Kualitas Air
pada pemukiman sebesar 350 hari/tahun. Minum dengan rata-rata sisa klorin
Lamanya atau jumlah tahun terjadinya sebesar 0,12 mg/L dan koloni coliform
pajanan (Dt) pada pemukiman sebesar 30 sebesar 16,51, hanya pada DMA
tahun. Berat badan manusia (Wb) di (District Meter Area) Wendit IL,
Indonesia sebesar 55 Kg. Periode waktu Wendit IIC, dan Mojo IIIA yang
rata-rata hari diasumsikan (tavg) 70 tahun memenuhi standar sisa klorin dan
x 365 hari/tahun. Maka tingkat resiko koloni coliform. Sedangkan pada
untuk menghitung asupan klorin dari air DMA lain masih belum memenuhi.
minum (I) yaitu, 3. Setelah dianalisis menggunakan SPSS

B z{ |j 0,5 2 350 30 17.0 dan perhitungan manual
a = =
}C T~r 55 70 365 didapatkan pengaruh jarak pengaliran
dan suhu terhadap koloni coliform
= 7,472 10q /
 dengan R= 0,726 (kuat) pada jarak 0
4.4.2 Karakterisasi Risiko km hingga 6 km serta pengaruh jarak
Tingkat risiko untuk efek non pengaliran, pH, dan tekanan terhadap
karsinogenik dinyatakan dalam notasi koloni coliform R= 0,301 (rendah)
Risk Quotien (RQ). Untuk melakukan pada jarak 8 km hingga 20 km.
karakteristik risiko untuk efek non Sedangkan pengaruh jarak pengaliran
karsinogenik dilakukan perhitungan dan suhu terhadap sisa klorin sebesar
dengan membandingkan atau membagi R= 0,272 (rendah) pada jarak 0 km
intake dengan RfC atau RfD. hingga 6 km dan pengaruh jarak
Berikut ini perhitungan tingkat pengaliran, pH, dan tekanan terhadap
risiko non karsinogenik (RQ) sisa klorin R= 0,364 (rendah) pada
a jarak 8 km hingga 20 km.
Bn =
Bz| 4. Efek yang terjadi apabila sisa klorin
7,472 10q
melebihi ambang batas adalah terjadi
= gangguan pernafasan berupa
1 10! reaktivitas bronchial
= 7,472 10"
(hyperresponsiveness), inflamasi,
RQ 1 maka tingkat risiko dikatakan
batuk-batuk, susah bernafas, sesak
aman.
nafas, dan berkurangnya fungsi paru,
serta efek yang akan muncul pada gas
5. PENUTUP
klorin yang terlepas dari larutan
5.1 Kesimpulan
hipoklorit terhirup (inhalasi) adalah
Berdasarkan rumusan masalah dan
iritasi pada rongga hidung dan sakit
hasil analisis yang telah dilakukan maka
tenggorokan. Sedangkan kandungan
didapatkan kesimpulan sebagai berikut,
klorin yang ada tidak dapat
1. Proses desinfeksi dengan
menimbulkan dampak di kemudian
menggunakan proses klorinasi untuk
hari (asumsi usia manusia kurang
mencapai Zona Air Minum Prima
lebih 70 tahun) atau dikatakan aman Washington DC:Risk Assessment
dengan nilai tingkat risiko non Forum, US Environmental
karsinogenik sebesar 7,472x10-2. Protection Agency.
Linsey, Ray K dan Joseph B. Franzini.
4.2 Saran 1991. Teknik Sumber Daya Air.
Adapun saran yang dapat dijadikan Terjemahan Ir. Djoko Sasongko, M.
sebagai bahan pertimbangan dalam Sc. Erlangga. Jakarta.
penelitian ini maupun penelitian- Montarcih, L., dan Soetopo, W. 2009.
penelitian lain yang berhubungan: Statistika Terapan untuk Teknik
1. Bagi masyarakat Kota Malang Pengairan. CV. Citra Malang.
mengetahui adanya kebocoran pipa Malang.
sambungan pelanggan dan menjaga air PDAM Kota Malang. 2012. Laporan
dari kontaminasi limbah rumah tangga Tahunan.
sehingga air tidak mengandung bakteri PDAM Kota Malang. 2012. Analisa
dan sisa klorin sesuai dengan standar. Dampak Lingkungan Sumber
2. Bagi pihak PDAM Kota Malang Wendit
adalah mendirikan pos klorinasi agar Riduwan, Kuncoro E. A. K. 2010. Cara
sisa klorin dan koloni coliform sesuai Menggunakan dan Memaknai Path
standar, melakukan pemantauan Analysis (Analisis Jalur). Alfabeta.
terhadap sisa klorin untuk mencapai Bandung
Zona Air Minum Prima (ZAMP), serta RI, Permenkes. 2010. Persyaratan
menjaga distribusi perpipaan dari Kualitas Air Minum Nomor:
kebocoran-kebocoran pipa agar air 492/Menkes/PER/IV/2010 Jakarta.
tidak terkontaminasi. RI, Permenkes. 2010. Tata Laksana
Pengawasan Kualitas Air Minum
DAFTAR PUSTAKA Nomor: 736/Menkes/PER/VI/2010
Alaerts,G. dan .S. Santika. 1987. Metode Jakarta.
Penelitian Air. Usaha Nasional. Soesanto, W. 2008. Biostatistik Dengan
Surabaya. Komputer (SPSS 16 for Windows).
Anonim. 2005. Guideline for Carcinogen Duatujuh. Surabaya
Risk Assessment (EPA/630/P- Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi
03/001B). Washington DC: Risk Metode Statistik untuk Analisa
Assessment Forum, US Data, Jilid 2. Nova. Bandung
Environmental Protection Agency. Steel, Ernest W. 1960. Water Supply and
AWWA. 1971. Water Quality and Sewerage (4th Edition) Mc., Growl
Treatment. Mc-Graw-Hill Book Hill Book. Company
Company. New York. CONNIE Sutrisno, C. 1987. Teknik
CHAERIYA. 2005. Penyediaan Air
Dad.2000.Bacterial Chemistry and Bersih. PT Bina
Physiology. John Wiley & Sons, Angkasa. Jakarta.
Inc., New York, p. 426. Sutrisno, C.T. dan Eni Suciastuti. 2006.
Direktorat Jenderal PPM & PLP, Teknologi Penyediaan Air Bersih.
Depkes.1996. Pedoman Teknis Rineka Cipta. Jakarta.
Sanitasi (Penyehatan) Pengelolaan Volk, W. A dan M. F. Wheeler. 1988.
Makanan Di Rumah Sakit, Jakarta. Mikrobiologi Dasar. Editor
Ditjen Cipta Karya. 2010. Petunjuk Soenartono Adisoemarto. Erlangga.
Teknis Pelaksanaan Prasarana Air Jakarta.
Minum Sederhana
EPA. 1986. Guidelines for the Health
Risk Assessment of Chemical
Mixtures, EPA/630/R-98/002,.

Anda mungkin juga menyukai