ABSTRAK
Untuk menjaga kualitas air perpipaan keberadaan sisa klor sangat diperlukan dalam
suatu sistem jaringan distribusi. Pemberian klorin ini dilakukan karena dapat mengurangi
resiko tumbuhnya mikroba dan risiko terjadinya kontaminasi. Sisa klorin pada sistem
jaringan distribusi harus dijaga pada konsentrasi 0,2-0,5 mg/l.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik yang dilakukan secara
cross sectional, dengan variabel bebas jarak pengaliran, pH, suhu, tekanan, dan kandungan
besi dan variabel terikat sisa klorin dan koloni coliform. Sampel penelitian diambil secara
acak pada pelanggan PDAM Kota Malang. Pengaruh tersebut masing-masing dianalisis
dengan uji regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 17.0.
Setelah dianalisis didapatkan pengaruh jarak pengaliran dan suhu terhadap koloni
coliform dengan R= 0,726 (kuat) pada jarak 0 km hingga 6 km; serta pengaruh jarak
pengaliran, pH, dan tekanan terhadap koloni coliform R= 0,301 (rendah) pada jarak 8 km
hingga 20 km. Sedangkan pengaruh jarak pengaliran dan suhu terhadap sisa klorin sebesar
R= 0,272 (rendah) pada jarak 0 km hingga 6 km; dan pengaruh jarak pengaliran, pH, dan
tekanan terhadap sisa klorin R= 0,364 (rendah) pada jarak 8 km hingga 20 km.
Dengan menganalisis risiko dampak lingkungan dan kesehatan didapatkan
kandungan klorin yang ada tidak dapat menimbulkan dampak di kemudian hari (asumsi
usia manusia kurang lebih 70 tahun) atau dikatakan aman dengan nilai tingkat risiko non
karsinogenik sebesar 7,472x10-2. Saran lebih lanjut agar pihak PDAM Kota Malang
mengadakan pos-pos klorinasi pada jarak tertentu untuk menjaga agar sisa klorin tetap ada
pada jaringan distribusi.
tertentu, maka kedua sampel yang diuji Interval kepercayaan nilai b1 untuk
tidak berasal dari populasi yang sama. O = 95 % dengan derajat kebebsan n2,
Apabila t terhitung lebih kecil dari tc G! O 3G < G! + G! + O 3G
maka kedua sampel berasal dari populasi 2.3.8 Pengujian Koefisien Regresi
yang sama. Dari persamaan regresi Y = a1X +
2.3.5 Regresi Linear Berganda b1, maka bagi para hidrologi parameter a1
Analisis regresi linier berganda jauh lebih penting dalam analisa data jika
adalah hubungan secara linear antara dibandingkan dengan parameter b1.
variabel dependen (Y) dengan beberapa Apabila nilai a1 = 0, maka garis
variabel independen (X). Analisis regresi regresinya akan mendatar dan variabel X
linear berganda digunakan untuk dan Y adalah variabel bebas.
Pertambahan atau pengurangan nilai X
o
tidak merubah nilai Y, oleh karena itu menurut persamaan: Bn =
perlu dilakukan pengujian apakah nilai a1 cdf
= 0 atau tidak. Metode statistik uji-t dapat Risiko kesehatan dinyatakan ada
digunakan untuk melakukan pengujian. dan perlu dikendalikan jika RQ>1. Jika
T U
t = ' J RQ1, risiko tidak perlu dikendalikan
V tetapi perlu dipertahankan agar nilai
JWX
3E = ' numerik RQ tidak melebihi 1.
Y1 [
@M'Z' Z \
Perkiraan nilai a1 dapat 3. METODOLOGI PENELITIAN
menggunakan interval kepercayaan: 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
a! t S` < a! < a! + t S` Tempat penelitian dilaksanakan di
nilai t umumnya 95 % dan derajat PDAM Kota Malang mulai dari sumber
kebebasan = n-2. air wendit (titik 0 km) hingga Sukun (titik
20 km). Waktu penelitian dilaksanakan
2.4 Analisis Resiko Kesehatan mulai saat pembuatan proposal penelitian
Lingkungan (ARKL) yaitu pada bulan September 2013 sampai
2.4.1 Analisis Pemajanan dengan pengumpulan data baik data
Analisis pemajanan, atau exposure primer maupun sekunder yaitu bulan
assessment yang disebut juga penilaian Januari sampai Maret 2014.
kontak, bertujuan untuk mengenali jalur-
jalur pajanan risk agent agar jumlah 3.2 Alat dan Bahan Penelitian
asupan yang diterima individu dalam Alat dan bahan yang digunakan
populasi berisiko bisa dihitung. Berikut dalam penelitian antara lain:
ini persamaannya: 1. Botol steril volume 250 ml sebanyak
bcde fg
a= 60 buah
hi jklm 2. Alat-alat tulis (spidol, lem,kertas)
I = asupan (intake),mg/kg.hari 3. Pengukuran waktu (arloji atau
C = konsentrasi risk agent, mg/M3 stopwatch)
untuk medium udara, mg/L untuk 4. Comparator Hellige dan tablet DPD
air minum, mg/kg untuk makanan (Diethyl Phenylene Diamene)
atau pangan 5. Erlenmeyer 100 ml
R = laju asupan atau konsumsi, M3/jam 6. Spectrometer
untuk inhalasi, L/hari untuk air 7. Tabung reaksi, tabung durham, cawan
minum, g/hari untuk makanan petri, pipet ukur 1 dan 10 mL, blue tip,
fE = Frekuensi pajanan, hari/tahun mikropipet, vorteks, gelas obyek dan
Dt = Durasi pajanan, tahun (real time gelas penutup, bunsen burner,
atau proyeksi 30 tahun untuk nilai inkubator 37Cdan 44,5C, serta
default residensial) media petrifilm.
Wb = Berat badan, kg
tavg= Periode waktu rata-rata (70 3.3 Rancang Bangun Penelitian
tahun365 hari/tahun) Penelitian ini merupakan peneltian
2.4.2 Karakterisasi Risiko observasional analitik dengan
Karakteristik risiko kesehatan menggunakan metode survei dan
dinyatakan sebagai Risk Quotient (RQ, pemeriksaan laboratorium. Sedangkan
Tingkat Risiko) untuk efek-efek menurut waktunya adalah penelitian
nonkarsinogenik (EPA 1986) dan Excess cross secsion, dimana pengambilan
Cancer Risk (ECR) untuk efek-efek sampel dan pengamatan dilakukan pada
karsinogenik (EPA 2005). RQ dihitung waktu tertentu yang menggambarkan
dengan membagi asupan nonkarsinogenik keadaan saat itu.
(Ink) risk agent dengan RfD atau RfC-nya
Titik-titik yang diambil dalam dipilih kandungan klor aktif sebesar
penelitian ini adalah titik (kontrol) 99%)
berjarak: 0 km dari tendon atau kran - Pembubuhan kaporit 3 mg/l Ca(OCl)2
pertama di lokasi PDAM Kota Malang, sebagai klor aktif = 3 x 99/100 = 2,97
kemudian diteruskan pada titik I berjarak: mg/l Cl2
2 km, titik II berjarak: 4 km, titik III - Sisa klor bebas = 0,5 mg/l Cl2
berjarak: 6 km, titik IV berjarak: 8 km, - DPK / DPC = Klor aktif sisa klor
titik V berjarak: 10 km, titik VI berjarak: bebas = (3 x 99/100 0,5) = 2,47 mg/l
12 km, titik VII berjarak: 14 km, titik Cl2
VIII berjarak: 16 km, titik IX berjarak: 18 maka nilai pembubuhan kaporit sebesar
km, titik X berjarak: 20 km dari tendon 2,47 mg/l.
air yang merupakan titik terjauh dari Untuk klor yang diinjeksi dari hasil
pipa distribusi. pengujian labroratorium gr/m3 atau mg/l.
Variabel dalam penelitian ini Volume aliran air yang akan didisinfeksi
adalah jarak pengaliran, ph, suhu, dalam m3/jam. Jumlah klor yang perlu
tekanan, dan kandungan besi sebagai diinjeksi dihitung dalam gr/jam. Klor
variabel bebas serta kadar sisa klorin dan yang perlu dibubuhkan pada uji coba =
koloni coliform sebagai variabel terikat. 39,06 gr/m3 dengan aliran air = 1,6
m3/jam, maka jumlah klor yang diinjeksi
3.4 Tahapan Penelitian = klorin uji coba x aliran air = 39,06
1. Klorinasi dalam pembentukan Zona gr/m3 x 1,6 m3/jam = 62,5 gr/jam klor.
Air Minum Prima (ZAMP). Dalam Kapasitas tabung 1 kg/jam maka
proses tersebut dilakukan DPK (Daya pemberian gas klor 62,5 gr/jam habis
Pengikat Klor) dan penentuan dosis dipakai selama 16 hari.
gas klor. 4.1.2 Penentuan Perkiraan Konsentrasi
2. Analisa kelayakan kadar sisa klorin Klorin pada Distribusi PDAM
dan koloni coliform dengan Sampel air yang diambil untuk
membandingakn sisa klorin dan koloni penelitian pada golongan pelanggan non
coliform apakah sesuai dengan niaga dengan kriteria: rumah tangga A2
Peraturan Menteri Kesehatan RI (persil rumah tangga dengan lebar jalan
Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010. 8-10 m), A3 (persil rumah tangga dengan
3. Analisa pengaruh jarak pengaliran, pH, lebar jalan 4-8 m), dan A4 (persil rumah
suhu, tekanan, dan kandungan besi tangga dengan lebar jalan < 4 m).
terhadap sisa klorin dan koloni Untuk mengukur waktu tempuh
coliform dengan memperhatikan nilai dari sumber menuju pelanggan,
R (korelasi). Q (Debit Aliran) = 1,6 m3/jam
4. Analisa Resiko Kesehatan dan
A (Luas Area) = 110 km2 = 110x106 m2
Lingkungan (ARKL) dengan
menghitung nilai RQ (tingkat risiko U (Kecepatan Aliran) = Q/A = 4,4x10-4
non karsinogenik). / 110x106 = 4,04 m/s
Jarak Pengaliran (L)= 20 km = 20x103 m
4. HASIL DAN PEMBAHASAN waktu tempuh (t) = L / U = 20x103/ 4,04
4.1 Klorinasi dalam ZAMP = 4950 s
4.1.1 Penentuan Dosis Klor Dalam aliran perpipaan pada
Menghitung dosis gas klor dengan PDAM termasuk aliran semi-infinite dan
perhitungan sebagai berikut: dalam persamaan emisi didapatkan:
- Menentukan kadar klor aktif sesuai
dengan tata cara perencanaan unit paket
, =
instalasi pengolahan air SNI DT-91- Nilai k = 0 dan S0 (gas emisi) sebesar
0002-2007 (untuk jenis gas klor maka 3,52x10-6 g/s maka:
p,qr/t
, =
diatur kadar sisa klorin, koloni coliform,
jarak pengaliran, pH, suhu, dan
= 0,074 0,12410q kandungan besi yang sesuai dengan
Jika jarak pengaliran 0 m maka nilai standar.
konsentrasi kontaminan sebesar 0,800 Hasil penelitian menunjukkan
mg/m3 selanjutnya perhitungan bahwa terjadi penurunan kadar sisa klorin
ditabelkan pada Tabel 4.1, pada setiap kelompok jarak pengaliran,
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Nilai dimana pada jarak pengaliran 0 km
Konsentrasi Klorin sampai 6 km rata-rata kadar sisa klorin
Konsentrasi Klorin 0,258 mg/l, sedangkan pada jarak sampai
Jarak (m)
(mg/m3)
20 km rata-rata kadar sisa klorinnya
0 0,800 0,075 mg/l. Untuk koloni coliform pada
2000 0,624 jarak pengaliran 0 km sampai 6 km
4000 0,487 terjadi peningkatan jumlah terutama
6000 0,380 mulai dari jarak pengaliran 4 km,
8000 0,297
sedangkan pada jarak pengaliran 8 km
sampai 20 km terjadi peningkatan jumlah
10000 0,232
terutama mulai dari jarak pengaliran 18
12000 0,181 km.
14000 0,141 Berikut ini grafik hasil penelitian
16000 0,110 peningkatan koloni coliform dan
18000 0,086 penurunan sisa klorin:
20000 0,067
Sumber: Hasil Perhitungan
120 titik 1
Jumlah Koloni Coliform
100 titik 2
titik 3
80
titik 4
60 titik 5
40 titik 6
titik 7
20
titik 8
0
titik 9
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
titik 10
Jarak (m)
Gambar 4.1 Peningkatan Jumlah Koloni Coliform setiap 100 ml
Sumber: Hasil Penelitian
0.6
Titik 1
0.5 Titik 2
Titik 3
Sisa Klorin (mg/l)
0.4 Titik 4
Titik 5
0.3
Titik 6
0.2 Titik 7
Titik 8
0.1 Titik 9
Titik 10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Jarak (m)
Gambar 4.2 Penurunan Kadar Sisa Klorin
Sumber: Hasil Penelitian
Ditemukannya koloni coliform Berdasarkan pengamatan di
dapat disebabkan oleh penurunan sisa lapangan bahwa kebocoran pipa
klorin. Hal tersebut dikarenakan banyak distribusi banyak terjadi di sepanjang
kemungkinan antara lain adanya jarak pengaliran, kemudian pipa
kebocoran-kebocoran pipa distribusi, distribusi berdampingan dengan saluran
adanya penyambungan pipa yang kurang atau roil-riol kota, serta kondisi rumah
sempurna, perbaikan pipa atau pelanggan yang tidak semua dilengkapi
penggantian pipa baik yang dilakukan dengan saluran pembuangan air limbah.
oleh pihak PDAM ataupun oleh
pelanggan, serta usia pipa yang sudah 4.3 Uji Statistika
tua. Disamping itu penurunan sisa klorin Dari uji regresi linier dengan dua
juga dipengaruhi oleh peningkatan variabel Y1 yaitu koloni coliform dan Y2
jumlah kandungan besi karena pipa merupakan sisa klorin maka didapatkan
distribusi berjenis cast iron, ductile iron, beberapa persamaan diantaranya:
dan Galvanized Iron.
Tabel 4.2 Tabel Persamaan Regresi Linier Berganda
No. Jarak R Persamaan Keterangan
Y1= Coliform
1. 0 km 6 km 0,726 Y1= 4,136-0,388X1+0,012X2 X1= Jarak
X2= Suhu
Y1= Coliform
Y1= -70,621+6,233X1- X1= Jarak
2. 8 km 20 km 0,301
17,590X2+15,488X3 X2= pH
X3= tekanan
Y1= Sisa Klorin
3. 0 km 6 km 0,272 Y2= -0,070-0,005X1+0,012X2 X1= Jarak
X2= Suhu
Y1= Sisa Klorin
Y2= -93,283+6,223X1- X1= Jarak
4. 8 km 20 km 0,364
17,590X2+15,488X3 X2= pH
X3= tekanan
Sumber: Hasil Perhitungan
4.4 Analisa Risiko Kesehatan dan (ZAMP) dilakukan melalui penentuan
Lingkungan (ARKL) dosis klor, penentuan perkiraan sisa
4.4.1 Analisis Pajanan klor, pembubuhan klorin dengan
Konsentrasi sisa klorin maksimum sistem injeksi, serta pemantauan sisa
yang dihasilkan (C) sebesar 0,5 mg/l. klor dan koloni coliform.
Nilai laju konsumsi atau banyaknya 2. Kadar sisa klorin dan koloni coliform
volume air yang masuk setiap jamnya (R) belum sepenuhnya sesuai dengan
untuk dewasa dalam pemukiman sebesar Peraturan Menteri Kesehatan RI
2 lt/hr. Lamanya atau jumlah hari Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010
terjadinya pajanan setiap tahunnya (fE) tentang Persyaratan Kualitas Air
pada pemukiman sebesar 350 hari/tahun. Minum dengan rata-rata sisa klorin
Lamanya atau jumlah tahun terjadinya sebesar 0,12 mg/L dan koloni coliform
pajanan (Dt) pada pemukiman sebesar 30 sebesar 16,51, hanya pada DMA
tahun. Berat badan manusia (Wb) di (District Meter Area) Wendit IL,
Indonesia sebesar 55 Kg. Periode waktu Wendit IIC, dan Mojo IIIA yang
rata-rata hari diasumsikan (tavg) 70 tahun memenuhi standar sisa klorin dan
x 365 hari/tahun. Maka tingkat resiko koloni coliform. Sedangkan pada
untuk menghitung asupan klorin dari air DMA lain masih belum memenuhi.
minum (I) yaitu, 3. Setelah dianalisis menggunakan SPSS
Bz{ |j 0,5235030 17.0 dan perhitungan manual
a = =
}C T~r 55 70365 didapatkan pengaruh jarak pengaliran
dan suhu terhadap koloni coliform
= 7,47210q /
dengan R= 0,726 (kuat) pada jarak 0
4.4.2 Karakterisasi Risiko km hingga 6 km serta pengaruh jarak
Tingkat risiko untuk efek non pengaliran, pH, dan tekanan terhadap
karsinogenik dinyatakan dalam notasi koloni coliform R= 0,301 (rendah)
Risk Quotien (RQ). Untuk melakukan pada jarak 8 km hingga 20 km.
karakteristik risiko untuk efek non Sedangkan pengaruh jarak pengaliran
karsinogenik dilakukan perhitungan dan suhu terhadap sisa klorin sebesar
dengan membandingkan atau membagi R= 0,272 (rendah) pada jarak 0 km
intake dengan RfC atau RfD. hingga 6 km dan pengaruh jarak
Berikut ini perhitungan tingkat pengaliran, pH, dan tekanan terhadap
risiko non karsinogenik (RQ) sisa klorin R= 0,364 (rendah) pada
a jarak 8 km hingga 20 km.
Bn =
Bz| 4. Efek yang terjadi apabila sisa klorin
7,47210q
melebihi ambang batas adalah terjadi
= gangguan pernafasan berupa
110! reaktivitas bronchial
= 7,47210"
(hyperresponsiveness), inflamasi,
RQ 1 maka tingkat risiko dikatakan
batuk-batuk, susah bernafas, sesak
aman.
nafas, dan berkurangnya fungsi paru,
serta efek yang akan muncul pada gas
5. PENUTUP
klorin yang terlepas dari larutan
5.1 Kesimpulan
hipoklorit terhirup (inhalasi) adalah
Berdasarkan rumusan masalah dan
iritasi pada rongga hidung dan sakit
hasil analisis yang telah dilakukan maka
tenggorokan. Sedangkan kandungan
didapatkan kesimpulan sebagai berikut,
klorin yang ada tidak dapat
1. Proses desinfeksi dengan
menimbulkan dampak di kemudian
menggunakan proses klorinasi untuk
hari (asumsi usia manusia kurang
mencapai Zona Air Minum Prima
lebih 70 tahun) atau dikatakan aman Washington DC:Risk Assessment
dengan nilai tingkat risiko non Forum, US Environmental
karsinogenik sebesar 7,472x10-2. Protection Agency.
Linsey, Ray K dan Joseph B. Franzini.
4.2 Saran 1991. Teknik Sumber Daya Air.
Adapun saran yang dapat dijadikan Terjemahan Ir. Djoko Sasongko, M.
sebagai bahan pertimbangan dalam Sc. Erlangga. Jakarta.
penelitian ini maupun penelitian- Montarcih, L., dan Soetopo, W. 2009.
penelitian lain yang berhubungan: Statistika Terapan untuk Teknik
1. Bagi masyarakat Kota Malang Pengairan. CV. Citra Malang.
mengetahui adanya kebocoran pipa Malang.
sambungan pelanggan dan menjaga air PDAM Kota Malang. 2012. Laporan
dari kontaminasi limbah rumah tangga Tahunan.
sehingga air tidak mengandung bakteri PDAM Kota Malang. 2012. Analisa
dan sisa klorin sesuai dengan standar. Dampak Lingkungan Sumber
2. Bagi pihak PDAM Kota Malang Wendit
adalah mendirikan pos klorinasi agar Riduwan, Kuncoro E. A. K. 2010. Cara
sisa klorin dan koloni coliform sesuai Menggunakan dan Memaknai Path
standar, melakukan pemantauan Analysis (Analisis Jalur). Alfabeta.
terhadap sisa klorin untuk mencapai Bandung
Zona Air Minum Prima (ZAMP), serta RI, Permenkes. 2010. Persyaratan
menjaga distribusi perpipaan dari Kualitas Air Minum Nomor:
kebocoran-kebocoran pipa agar air 492/Menkes/PER/IV/2010 Jakarta.
tidak terkontaminasi. RI, Permenkes. 2010. Tata Laksana
Pengawasan Kualitas Air Minum
DAFTAR PUSTAKA Nomor: 736/Menkes/PER/VI/2010
Alaerts,G. dan .S. Santika. 1987. Metode Jakarta.
Penelitian Air. Usaha Nasional. Soesanto, W. 2008. Biostatistik Dengan
Surabaya. Komputer (SPSS 16 for Windows).
Anonim. 2005. Guideline for Carcinogen Duatujuh. Surabaya
Risk Assessment (EPA/630/P- Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi
03/001B). Washington DC: Risk Metode Statistik untuk Analisa
Assessment Forum, US Data, Jilid 2. Nova. Bandung
Environmental Protection Agency. Steel, Ernest W. 1960. Water Supply and
AWWA. 1971. Water Quality and Sewerage (4th Edition) Mc., Growl
Treatment. Mc-Graw-Hill Book Hill Book. Company
Company. New York. CONNIE Sutrisno, C. 1987. Teknik
CHAERIYA. 2005. Penyediaan Air
Dad.2000.Bacterial Chemistry and Bersih. PT Bina
Physiology. John Wiley & Sons, Angkasa. Jakarta.
Inc., New York, p. 426. Sutrisno, C.T. dan Eni Suciastuti. 2006.
Direktorat Jenderal PPM & PLP, Teknologi Penyediaan Air Bersih.
Depkes.1996. Pedoman Teknis Rineka Cipta. Jakarta.
Sanitasi (Penyehatan) Pengelolaan Volk, W. A dan M. F. Wheeler. 1988.
Makanan Di Rumah Sakit, Jakarta. Mikrobiologi Dasar. Editor
Ditjen Cipta Karya. 2010. Petunjuk Soenartono Adisoemarto. Erlangga.
Teknis Pelaksanaan Prasarana Air Jakarta.
Minum Sederhana
EPA. 1986. Guidelines for the Health
Risk Assessment of Chemical
Mixtures, EPA/630/R-98/002,.