Anda di halaman 1dari 43

YAYASAN PENDIDIKAN TIRTA DHARMA

PAMSI
Jl. Penjernihan II/27B, Pejompongan Jakarta 10210
Telp: (62-21) 5725790 - Fax: 5734024

PELATIHAN WATER QUALITY ANALYSIS
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM &
KOROSI (PAMKOR) Khlor
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN
AIR MINUM
Edisi: Maret 2011

Bagian 4 : Lembar Pegangan Halaman 1 dari 43
1 TUJUAN & TIPE DESINFEKSI
1.1 Tujuan proses desinfeksi :
adalah memusnahkan patogen dalam air yang akan digunakan oleh manusia/hewan.
Desinfeksi berdasarkan artinya, dibedakan dari sterilisasi dimana sterilisasi memusnahkan
seluruh mikroorganisme pada suatu media, sedangkan dengan desinfeksi masih ada
sejumlah mikroorganisme bertahan hidup dalam air, seperti virus tertentu dan organisme
berbentuk kista dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang cukup panjang dibawah
kondisi yang paling tidak cocok. Demikian halnya dengan klorinasi tidak selalu dapat
menjamin keamanan air minum.

Desinfeksi menggunakan klor/senyawa klor juga bermanfaat untuk mendesinfeksi tangki
penampung (reservoir air bersih), mengontrol rasa, bau ,algae dan lendir.

Pada tabel VI.I di bawah ini menggambarkan, pemusnahan patogen berlangsung pada
beberapa tahap dan unit proses pengolahan.

Tabel VI.I Pemusnahan Patogen dengan berbagai Proses Pengolahan

UNIT PROSES PERSEN
PENGHILANGAN

Ditampung/disimpan

Cukup besar
Sedimentasi 0 99
Koagulasi-Flokulasi Cukup besar
Filtrasi 0 99
Klorinasi 99



PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 2 dari 43

Syarat utama dari air minum bahwa harus bebas dari mikroorganisme yang dapat
menyebarkan sumber (penyakit). Berbagai proses pengolahan seperti disebutkan
dalam tabel VI.I di atas, dimaksudkan untuk memusnahkan patogen di dalam air
minum. Akan tetapi, proses-proses ini tidak menjamin bahwa air yang diproduksi
aman secara bakteriologis.

1.2 Tipe Desinfeksi

Selain klorinasi yang merupakan teknik desinfeksi paling umum dan
dominan dipakai, ada tipe lainnya yang mungkin dapat dipakai untuk
beberapa situasi. Akan dijelaskan dibawah ini beberapa tipe desinfeksi yaitu :
1.2.1 Cara Pemanasan

Pemanasan mungkin metode pertama yang digunakan untuk proses
desinfeksi, cara ini masih merupakan cara penanggulangan darurat yang baik
untuk air dengan jumlah yang kecil (sedikit). Prosesnya dengan
memanaskan air sampai mendidih, pendidihan ini digunakan untuk
mendesinfeksi air minum bila kualitas bakteriologis air minum tidak sesuai
dengan persyaratan kualitas air minum.
Cara ini tidak sesuai digunakan untuk skala besar, karena memerlukan
energi panas yang tinggi sehingga memerlukan biaya yang tinggi. Oleh
karena itu metode ini hanya sesuai untuk pemakaian air yang terbatas (misal
rumah tangga).
1.2.2 Cara Radiasi

Sinar matahari adalah suatu cara desinfeksi alami, radiasi dengan sinar ultra
violet yang ditimbulkan sinar matahari dan disebut juga Desinfeksi UV.
Radiasi dengan sinar UV dapat pula dihasilkan dari lampu yang dirancang
khusus untuk proses desinfeksi. Oleh karena itu biaya untuk metode ini
relatif mahal, sehingga penggunaannya terbatas, secara umum digunakan
untuk proses desinfeksi air minum kemasan.
Ada hal penting yang harus diperhatikan jika metode ini digunakan, yaitu
masalah kekeruhan air merupakan gangguan pada pemakaian sinar UV.
Sinar UV yang telah diserap oleh air, akan dipancarkan lagi oleh partikel-
partikel penyebab kekeruhan, sehingga daya pemusnahan mikroorganisme
oleh sinar UV turun secara drastis.



PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 3 dari 43

Penyinaran UV (200 280 nm)

Keunggulan : Desinfektan kuat dan bersih dapat dimanfaatkan oleh sistem
penyediaan air skala kecil, tidak menyebabkan hasil
sampingan.

Kelemahan : Jika air keruh penetrasi sinar UV ke dalam air berjalan
lambat, tidak memberikan manfaat apabila terjadi re-
kontaminasi.
1.2.3 Cara Kimiawi

Zat-zat kimia yang digunakan sebagai desinfektan adalah:
1.2.3.1 B r o m

Jika brom dibubuhkan ke dalam air, maka akan terbentuk sisa yang
sama efektif seperti desinfektan klor, tetapi tidak stabil.Tidak biasa
digunakan untuk proses desinfeksi pada sistem penyediaan air
minum, karena mahal (pemakaian bisa 2 atau 3 kali lebih besar
dibandingkan dengan konsentrasi klor/senyawa klor yang
diperlukan) dan uap brom yang berbahaya bila terhirup. Brom
menguap pada temperatur kamar berpenetrasi dan mengeluarkan
bau yang melemaskan jika terhirup, selain itu uapnya beriritasi ke
dalam mata, hidung dan tenggorokan.
1.2.3.2 I o d i n

Iodin seperti juga brom penggunaannya lebih mahal dibandingkan
dengan klor, walupun ia sebagai desinfektan yang efektif dan dapat
digunakan untuk keadaan darurat (misal waktu berkemah).
Iodin tidak direkomendasikan untuk digunakan sebagai desinfektan
pada sistem penyediaan air bersih skala besar, dihubungkan dengan
efek kesehatan jika digunakan untuk jangka panjang. Iodin
digunakan secara besar-besaran pada bidang obat-obatan
1.2.3.3 O z o n

Ozon (O
3
) merupakan zat yang memiliki daya oksidasi, oleh
karena itu ozon digunakan dalam pengolahan air selainsebagai
desinfektan juga untuk mengontrol warna, rasa dan bau.

PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 4 dari 43

O
3
merupakan gas tidak stabil, akan lenyap dalam beberapa menit,
tidak meninggalkan sisa desinfektan selama air berada dalam
sistem, hal ini merupakan kesulitan untuk mengontrol dosis ozon
yang digunakan.Hal ini diatasi dengan pemeriksaan bakteriologis
yaitu terhadap sampel sebelum dan sesudah pembubuhan Ozon.

Pembuatan ozon memerlukan pesawat khusus (ozonisator) yang
memerlukan energi yang besar, sehingga biaya investasi dan
operasi relatif besar, sehingga Ozonisasi menjadi lebih mahal untuk
digunakan. Walaupun demikian ada keuntungan jika Ozon
digunakan untuk mengolah air berwarna alami (mengandung zat
humus), karena pemakaian Ozon sebagai pengganti klor/senyawa
klor lebih aman dihubungkan dengan pembentukan halogen
terklorinasi ( haloform) yang dikenal dengan trihalometan
(THMs).


Keunggulan : Oksidan kuat khususnya digunakan untuk
menghilangkan Fe dan Mn, biasanya digunakan
untuk pengolahan air minum dengan misi komersial
dan air dalam kemasan botol (Aqua, dll).

Kelemahan : Stabil di dalam jaringan pipa; terbentuk produk
samping (seperti Bromat, asam hidrokarbonat), lalu
air yang telah di-ozon harus difilter menggunakan
filter karbon aktif terlebih dahulu sebelum
diozonisasi.
1.2.3.4 Klor dan Senyawa Klor

Klorinasi dengan biayanya yang rendah, sangat fleksibel dan sudah
dikenal secara luas, alternatif yang masih terus digunakan untuk
proses desinfeksi air minum.
Gas Klor (Klorin), Cl
2
dan senyawa klor seperti Kalsium
hipoklorit (Kaporit), Ca(OCl)
2
merupakan bubuk (powder) dan
Sodium hipoklorit , NaOCl, berupa cairan, adalah desinfektan
yang biasa digunakan pada pengolahan air minum. Kaporit adalah
yang paling banyak digunakan karena penggunaan secara teknis
lebih mudah (bila dibandingkan dengan gas klor) dan daya
desinfeksinya lebih besar/kuat (bila dibandingkan dengan sodium
hipoklorit).

PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 5 dari 43

Berikut ini spesifikasi dari klor dan senyawa klor :

Gas Klor [ Cl
2
] atau gas Klorin

Bentuk yang tersedia : Gas cair dikemas dalam tabung alumunium
bertekanan dengan kapasitas 50 70 kg.
Karakteristik : Gas hijau/kuning yang lebih berat dari pada
udara (2,5 kali) , SANGAT KOROSIF ,
BERBAHAYA bila bocor, sangat mudah
digunakan bila dari tabung
Konsentrasi (% berat) : 99 100 %
Sistem pembubuhan : Selang dosing gas, khusus Cl2 (hydroejector /
sistem bypass)

Kalsium hipoklorit (Kaporit)

Nama lain : Perchloron / HTH (high-test-hypochlorite)
Formula : Ca(OCl)
2

Bentuk yang tersedia : Bubuk, butiran atau granulat dalam barrel
atau drum,
Karakteristik : Putih (kekuningan), non-higroskopik,
KOROSIF,
nonbasa, stabil
Konsentrasi : 800 900 kg/m
3

Kadar khlor aktif : 60 70 % umumnya 60% BUBUK 60
65% BUBUK 65

Kaporit / Chlorinated lime

Formula : CaO
2
Ca(OCl)
2
.3H
2
O
Bentuk yang tersedia : Bubuk (powder) dalam drum = 45 - 135 kg
Karakteristik : Putih, berbau, higroskopik, SANGAT
KOROSIF,
basa, bereaksi terhadap cahaya dan logam
(Cu)
Konsentrasi : 720 800 kg/m
3

Kadar khlor aktif : 25 37 %
Sistem pembubuhan : 1 % larutan atau 1% larutan Khlorine aktif
(30 g/l)


PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 6 dari 43

Sodium (natrium) hiplokorit / Pemutih klorin Eau de J avel
[NaOCl]

Bentuk yang tersedia : Larutan/campuran cair (10 15 %) kontainer
20 50 l liter ( untuk rumah tangga
tersedia kontainer lebih kecil )
Karakteristik : Sedikit berbau, kehijauan, KOROSIF
Kadar khlor aktif : 12 15 % klor tersedia
Sistem pembubuhan : Diencerkan menjadi 0.5 1 % larutan.
Hindari dari cahaya matahari dan logam.


Klorin alternatif

Selain Khor sebagai desinfektan (gas Cl
2
, bubuk pemutih, Kalsium
hipoklorit, Polimer), tersedia desinfektan lain sebagai alternatif.

Tri-Chloro-isocyanurate / Neoklor, POLIMER [ (ClNOC)
3
]

Bentuk yang tersedia : Butiran/tablet putih, sedikit berbau,
tersedia dalam beberapa ukuran
Karakteristik : Stabil (di udara kering), Tingkat Korosi
rendah, sangat efektif, mudah digunakan,
stabil terhadap sinar matahari
Kadar khlor aktif : 90 % klor tersedia
Sistem pembubuhan : Langsung dalam bentuk tablet atau bubuk

ClO
2
(Klor-dioksida)

Keunggulan : Tidak terbentuk senyawa THM, oksidan yang sangat
efektif untuk air terpolusi (mengandung zat organik).

Kelemahan : Tidak dapat ditempatkan dalam botol (disiapkan di
lapangan) mengakibatkan bahaya Hasil/Produk
Sampingan (ClO
3
-
); memerlukan instrumen khusus
dan perawatan untuk beberapa fungsi; tidak
digunakan untuk khlorinasi pengamanan di jaringan
pipa plastik.




PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 7 dari 43

NH
2
Cl, NHCl
2
(Mono, Di-khoramin atau Klor terikat (bonded
Chlorine)

Keunggulan : Tidak terbentuk produk samping, tidak ada bau klor,
desinfeksi akhir hanya menyebabkan sedikit reaksi;
sangat baik untuk destruksi biofilm di pipa pada
jangka waktu yang panjang (pembersihan pipa).

Kelemahan : Disinfektan lemah, agar menjadi efektif
membutuhkan nilai CT sangat besar (> 1000), tidak
dapat dikemas didalam botol (disiapkan di lapangan
reaksi antara gas ammoniak (NH
3
) dan gas klor
(Cl
2
) dengan rasio : 1/4 1/3 (berdasarkan berat).

Tablet klor dan Larutan Pemutih

Khlor mengandung senyawa yang dapat dibubuhkan dalam
bentuk larutan atau tablet, tersedia di banyak negara.

Zat-zat tersebut cukup baik untuk mendesinfeksi sejumlah kecil
air, tetapi biayanya mahal. Setelah zat tersebut dibubuhkan dalam
jumlah yang telah ditentukan, air harus diaduk dan dibiarkan
selama 30 menit sebelum dikonsumsikan. Jika air keruh,
diperlukan untuk meningkatkan dosis bahan kimia.

H
2
O
2
(perhydrole dengan atau tanpa ion perak)

Keunggulan : Daya oksidasi sangat kuat dan tanpa membentuk
produk samping yang berbahaya, biasanya
diaplikasikan sebagai larutan untuk proses
desinfeksi pada sistem penyediaan air skala
kecil.

Kelemahan : Tidak stabil (contoh: cepat rusak dengan adanya
logam, khususnya Mn atau pada saat dipanaskan
dalam air dengan pH > 7); sulit untuk disimpan
dan dosis pemakaian sulit dijaga/ditetapkan;
desinfeksi terakhir hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan aditifnya yaitu ion perak.

PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 8 dari 43

2 METODE KLORINASI
2.1 Pengertian Klorinasi

Klorinasi adalah pembubuhan klor/senyawa klor ke dalam air.
Klor/senyawa klor merupakan zat yang sudah dikenal baik sebagai
desinfektan maupun sebagai oksidator. Ada beberapa tambahan keuntungan
dalam penggunaan klor/senyawa klor selain sebagai desinfektan, juga
digunakan pada bagian lain dari proses pengolahan air, seperti untuk proses
oksidasi zat-zat seperti pereduksi/reduktor seperti besi dan mangan terlarut,
nitrit serta zat organik yang merupakan zat pengganggu proses koagulasi.
Disamping itu klor/senyawa klor bermanfaat untuk mendesinfeksi tangki
penampung (reservoir air bersih), mengontrol pertumbuhan algae pada bak-
bak sedimentasi, filtrasi dan menghambat pertumbuhan lendir di dalam pipa.

2.2 Reaksi Klor/Senyawa klor dalam air

Reaksi klor/senyawa klor dalam air ditunjukkan oleh reaksi berikut :

Cl
2
+ H
2
O HOCl + H
+
+ Cl

1)
Gas klor (klorin) Asam hipoklorit ion klorida


HOCl OCl

+ H
+
2)
Ion hipoklorit

Ca(OCl)
2
+ 2H
2
O 2HOCl + Ca(OH)
2
3)
Kaporit kapur hidrat

HOCl OCl

+ H
+
2)

Reaksi 1) yaitu reaksi gas klor dengan air, akan mengakibatkan pH air akan
turun karena dihasilkan ion H
+
, sebaliknya reaksi 3) yaitu reaksi kaporit
dengan air, pH air akan naik karena dihasilkan Ca(OH)
2
yang bersifat basa
(alkalis).

HOCl dan OCl

adalah merupakan klor aktif atau biasa disebut klor bebas.


HOCl merupakan sisa klor bebas yang paling efektif sebagai desinfektan
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 9 dari 43

dibandingkan dengan OCl

sebagai bentuk klor bebas yang kedua. Sedangkan
Cl

adalah merupakan klor tidak aktif.



Untuk mengerti reaksi klor/senyawa klor dalam air alam dengan
membandingkan reaksi klor dalam air murni (aquadest). Jumlah sisa klor bebas
berhubungan langsung dengan dosis atau jumlah klor yang dibubuhkan. Hal ini
digambarkan pada gambar 1 (a,b,c) berikut ini.



Gambar VI.1. Tiga kasus grafik klorinasi

Keterangan gambar :
a. Air murni (tanpa gangguan)
b. Air yang mengandung zat pereduksi
c. Air yang mengandung zat pereduksi serta
1. NH
3
dengan konsentrasi rendah
2. NH
3
dengan konsentrasi tinggi

Gambar VI.1. a. menunjukkan bahwa klor/senyawa klor yang dibubuhkan
sebesar x mg/l, akan menghasilkan sisa klor bebas sebesar x mg/l, dengan kata
lain tidak ada klor yang dikonsumsi atau bereaksi dengan senyawa lain, karena
klor bereaksi dengan air murni.

Gambar VI.1. b. menunjukkan bahwa klor/senyawa klor yang dibubuhkan
digunakan untuk reaksi klor/senyawa klor dengan zat-zat pereduksi
menghasilkan penurunan sisa klor bebas dan dihasilkan senyawa klor terikat .

Gambar VI.1. c. menunjukkan bahwa klor yang dibubuhkan akan bereaksi
disamping dengan zat-zat pereduksi juga zat lain seperti ammoniak
menghasilkan senyawa kloramin dan dengan zat organik menghasilkan
senyawa klor organik, dimana senyawa-senyawa ini kerupakan klor tersedia
terikat , suatu senyawa yang mempunyai daya desinfeksi walaupun tidak
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 10 dari 43

seefektif sisa klor bebas. Dengan demikian klor terikat terbagi menjadi klor
terikat yang tidak aktif (klor yang bersenyawa dengan Fe
2+
, Mn
2+
, NO
2

dan
zat pereduksi lainnya), sedangkan senyawa kloramin merupakan senyawa klor
terikat yang aktif. Pembentukan senyawa kloramin memberikan kurva
yang berbeda (1 dan 2), tergantung dari konsentrasi ammoniak yang
terkandung di dalam air. Hal ini mempengaruhi sisa klor bebas dalam air.

Jumlah klor tersedia bebas (Cl
2
, HOCl, COl

) dan klor tersedia terikat disebut


jumlah klor tersedia.
Sebagai sisa klor terikat yang utama adalah monokloramin. Ammoniak di
dalam air akan bereaksi dengan khlor atau asam hipoklorit dan membentuk
monokloramin, dikloramin atau trikloramin tergantung dari pH, perbandingan
konsentrasi pereaksi, dan suhu. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :

NH
3
+ HOCI NH
2
Cl + H
2
O pH > 7 (4)
ammoniak monokloramin

NH
2
Cl + HOCI NHCl
2
+ H
2
O 4 < pH < 6 (5)
dikloramin

NHCl
2
+ HOCI NCl
3
+ H
2
O pH < 3 (6)
trikloramin

Bila pH larutan > 7, terbentuk monokloramin (reaksi 4), dan sekaligus sedikit
dikloramin. Antara 4 < pH < 6 dikloramin terutama terbentuk (reaksi 5).
Kloramin juga terbentuk sebagai hasil reaksi antara klor dan salah satu jenis
amin organis ( NH
2
) seperti protein.

Reaksi (4) berlangsung cepat sedangkan reaksi-reaksi lainnya agak lambat
sehingga faktor waktu kontak menjadi penting.
Bila cukup banyak NH
3
dalam larutan maka NH
2
Cl cukup stabil. Namun bila
kelebihan klor, NH
2
Cl pecah hingga terbentuk gas N
2
(lepas ke udara)

; dengan
reaksi berikut:

NHCl
2
+ HOCI N
2
+ 3 HCl + H
2
O (7)





PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 11 dari 43

Keefektifan berbagai sisa klor dapat dilihat pada tabel VI.2. berikut ini :

Tabel VI.2. Perkiraan Keefektifan Berbagai Tipe Sisa Klor

T I P E

RUMUS
KIMIA
PERKIRAAN
KEEFEKTIFAN
DIBANDINGKAN
DENGAN HOCl
Asam hipoklorit HOCl 1
Ion hipoklorit OCl 1 / 100
Trikloramin
NCl
3

*
Dikloramin
NHCl
2

1 / 80
Monokloramin
NH
2
Cl
1 / 150
* Tidak ada perkiraan nilai, mungkin lebih efektif dibandingkan
dengan dikloramin.

Secara lengkap reaksi klor/senyawa klor bereaksi dengan air beserta
komponen-komponen dalam air ditunjukkan oleh gambar VI.2. , berikut ini.

0,5
D
0,4
C
0,3 B

0,2

0,1 A

0 ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0


A B C
Destruksi klor oleh Pembentukan senyawa Destruksi klor dan
senyawa
Reduktor klor organik dan kloramin klor organik

D
Pembentukan klor bebas & senyawa
klor organik yang tidak terurai

Gambar VI.2. Reaksi klor dalam air
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 12 dari 43

2.3 Metode Klorinasi

Ada lima metode klorinasi yang berbeda yaitu:
2.3.1 Preklorinasi

Preklorimanasi adalah tahap pertama desinfeksi yang bertujuan untuk
mempertahankan kandungan sisa klor sebesar 0,2 0,4 mg/l pada seluruh uni
pengolahan dalam suatu sistem (bersamaan dengan oksidasi).
2.3.2 Titik retak klorinasi (Break point chlorination, BPC)

BPC adalah kebutuhan klor dengan waktu kontak yang pasti (tertentu) untuk
mendapatkan sisa klor yang tersedia cukup efektif untuk desinfeksi. BPC
terutama digunakan dalam kasus dimana air mepunyai kualitas yang tidak
baik (mengoksidasi Fe
2+
dan Mn
2+
, menghilangkan rasa, mencegah
pertumbuhan bakteri dalam filter, memperpanjang waktu penyaringan dan
mencegah tumbuhnya algae).

BPC secara tidak langsung, menyatakan oksidasi zat organik secara lengkap.



Waktu kontak
= 2 menit

= 2
jam



B C E


D
F
A

Gambar VI.3. Grafik Klorinasi dengan Titik Retak Klorinasi ( BPC )


PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 13 dari 43


Uraian gambar VI.3. secara lengkap adalah sebagai berikut :

Daerah A merupakan daerah konsumsi klor untuk beberapa zat pereduksi.
Daerah B dan C terutama monokloramin terbentuk. yang merupakan
senyawa klor terikat yang aktif.
Daerah C dengan konsumsi klor, monokloramin yang ada dirubah menjadi
gas N
2
(reaksi 7).
Kebutuhan klor adalah jumlah klor yang perlu dibubuhkan untuk mencapai
titik retak (breakpoint) D.

Garis tebal pada absis merupakan jumlah klor yang perlu dibubuhkan, namun
demikian garis tebal sebelah kiri (daerah B dan C,) lebih baik dihindarkan
karena adanya kloramin dapat menyebabkan rasa farmase pada air dan kurang
efisien sebagai desinfektan.

Didaerah E yang sudah melewati breakpoint (titik retak D) hanya klor
tersedia bebas terbentuk karena pada titik tersebut semua zat amoniak sudah
dirubah menjadi gas N
2
yang keluar dari larutan sebagai gelembung; namun
sedikit kloramin tetap tertinggal.

merupakan kadar klor aktif yang dianjurkan oleh sumber literatur untuk
membasmi bakteri.

Kadar klor tersedia bebas, naik secara seimbang dengan banyaknya klor yang
dibubuhkan. Kadar klor aktif (residu) yang dibubuhkan sesudah titik D
tergantung dari :
Mutu bakteriologis air bersih yang diinginkan (sesudah klorinasi), jarak
yang harus ditempuh air bersih sampai ke konsumen (karena klor aktif sedikit
demi sedikit direduksi),
pH dan sebagainya.

2.3.3 Super klorinasi

Super klorinasi adalah pembubuhan klor berlebih. Setelah reaksi, kelebihan
klor harus dihilangkan dengan proses deklorinasi (misal adsorpsi dengan
karbon aktif). Pemakaian super klorinasi (termasuk BPC) sedapat mungkin
dihundari, karena pembentukan senyawa organik terklorinasi seperti haloform
dan biaya bahan kimia yang mahal. Kalau mungkin dengan alternatif langkah
purifikasi yang lain seperti untuk menghilangkan zat pengotor ( impurities )
misalnya dengan bio oksidasi.
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 14 dari 43

2.4 Post chlorination

Post chlorination adalah langkah terakhir desinfeksi setelah air diolah yang
bertujuan untuk mempertahankan sisa klor dalam jaringan distribusi
sebesar :
0,3 0,5 mg/lt Cl
2
. Kadang-kadang dikombinasikan dengan pembubuhan
NH
3
kloramin (lihat proses kloramin).

2.4.1 Proses kloramin

NH
3
dapat ditambahkan sebelum dan setelah pembubuhan klor. Pemakaian ini
bertujuan untuk pembentukan kloramin.

a. Sebelum pembubuhan klor :
Bertujuan untuk menghindari reaksi tertentu dari klor bebas dengan zat
organikseperti fenol.
Rasio NH
3
/Cl
2
berdasarkan berat adalah 1/4 1/3 untuk meyakinkan
bahwa hanya monoklorin yang terbentuk.

b. Setelah pembubuhan klor :
Bertujuan untuk menstabilkan sisa dalam jaringan distribusi.
Kloramin lebih stabil dibandingkan klor, walaupun daya desinfeksinya
kurang kuat. Stabilitas kloramin sangat kuat tergantung pada temperatur.
Sebelum proses kloramin langkah desinfeksi terpisah, harus dilaksanakan.

3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Desinfeksi
3.1 J enis Desinfektan yang digunakan

Setiap desinfektan mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing
baik dari segi teknis (pelarutan, pembubuhan dll.), maupun non teknis (seperti
harga dll. ). Jenis-jenis desinfektan telah diuraikan pada sub-bab sebelumnya,
sedangkan berikut ini adalah jenis desinfektan yang dominan digunakan oleh
Sistem penyediaan air di Indonesia, yaitu : Klor/senyawa klor dimana masing-
masing mempunyai karakteristik sebagai bahan pertimbangan untuk
pemakaian.


PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 15 dari 43

3.2 Dosis Desinfektan

Jumlah desinfektan yang dibutuhkan tergantung dari :
Jenis desinfektan
Daya desinfeksi
Metode desinfeksi yang digunakan , karena setiap metode mempunyai
sasaran masing-masing.
Kadar klor aktif jika senyawa klor yang digunakan sebagai
desinfektan.

3.3 Turbidity/Kekeruhan

Pada pengolahan air dimana proses desinfeksi dilakukan, turbidity air hasil
olahan harus lebih rendah dari 5 NTU, tetapiakan lebih baik jika kurang dari 1
NTU, karena partikel-partikel penyebab kekeruhan akan menghambat efisiensi
desinfektan, seperti diterangkan berikut ini :

Sebagian partikel partikel penyebab kekeruhan akan bertindak sebagai
perisai/pelindung bagi mikroorganisme walaupun ada sisa desinfektan yang
mampu untuk membunuh, tetapi mikroorganisme tetap dapat bertahan dan
tetap ada dalam air. Jika partikelpartikel penyebab kekeruhan tersebut adalah
zat organik maka akan ikut mengkonsumsi klor, sehingga akan mereduksi klor
bebas dalam air dan akan meningkatkan kebutuhan klor air tersebut ( Daya
pengikat klor air akan naik). Hal ini akan merupakan masalah jika terjadi pada
jaringan distribusi, karena tidak dapat menjamin keamanan air yang
didistribusikan.

3.4 Suhu dan Cahaya

Suhu air yang tinggi akan mempercepat proses desinfeksi. Sedangkan Suhu
dan cahaya yang kuat , mempengaruhi daya oksidasi klor.

3.5 Kondisi dan J umlah Organisme

Kondisi dan jumlah organisme yang akan dimusnahkan mempengaruhi proses
desinfeksi dari beberapa faktor.


PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 16 dari 43

a. Tipe dan konsentrasi disinfektan yang dipergunakan.
b. Waktu yang dibutuhkan pengaruh desinfektan akan lebih baik jika
makin lama disinfektan berada dalam air.
c. Kondisi air jika air keruh mengandung partikel-partikel tertentu, seperti
koloid dan zat organic, akan menghambat proses desinfeksi.
d. pH air (keasaman / kebasaan) proses desinfeksi berjalan dengan baik
bila pH.
e. Campuran; campuran yang baik meyakinkan penyebaran disinfektan
merata
didalam air, dan dapat memperbaiki / mempercepat proses desinfeksi.

4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Desinfeksi
khususnya dengan cara khlorinasi:
4.1 Konsentrasi ( C ) dan Waktu Kontak ( T )

Keefektifan klor terutama tergantung pada konsentrasi C, (mg/l) dan waktu
kontak, T (menit). Pemusnahan organisme sering dihubungkan dengan
pembunuhan yang secara langsung dihubungkan dengan dua faktor sebagai
berikut :

Pembunuhan sebanding dengan :
C x T

Dimana nilai CT berbeda untuk tujuan yang berbeda, seperti terlihat pada
table berikut :

Tabel VI.3. Nilai CT untuk Tujuan yang berbeda

TUJUAN TINGKAT
DESINFEKSI, %
CT MINIMAL
Proses desinfeksi 99,9 3 4
Pemusnahan Protozoa (G Lamblia)

104 122
Pemusnahan Enterovirus 99,9 6 8
Pemusnahan Enterobacteria
(Coliform)
99,9 3 4
Pemusnahan virus/Bakteri
15
Pemusnahan virus/Bakteri/Kista,
Protozoa
131
Pencucian dinding bak & Reservoir

15.000
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 17 dari 43


Bila konsentrasi klor ( C ) dikurangi, maka waktu kontak ( T ) antara klor
dengan organisme harus di perpanjang untuk meyakinkan pemusnahan adalah
sama. Hal serupa jika konsentrasi klor ditambah , waktu kontak yang
diperlukan untuk pemusnahan dikurangi. Sisa klor terikat dimana mempunyai
daya desinfeksi yang kurang kuat, memerlukan waktu kontak yang lebih lama
dari yang dibutuhkan oleh sisa klor bebas. Oleh karena itu bila waktu kontak
antara titik pembubuhan klor dengan konsumsi air pendek ( misalnya 10 menit
), maka hanya sisa klor tersedia bebas yang efektif untuk desinfeksi Hal yang
penting mengetahui waktu kontak dan tipe sisa klor ( bebas atau terikat) yang
digunakan dan konsentrasi yang tepat harus diberikan. Gambar berikut
menunjukkan efisiensi klor bebas dan klor terikat dalam grafik Kosentrasi
senyawa klor Vs Waktu kontak untuk memusnahkan E Coli dengan efisiensi
pemusnahan 99 % pada 2 6
o
C.

Biasanya sisa klor minimum yang harus dipertahankan sebesar 0,3 mg/l, pada
titik paling jauh dari jaringan distribusi, dan waktu kontak yang dianjurkan
paling sedikit adalah 30 menit.

100

MONOKLORAMIN

1,0


ION HIPOKLORIT

0,1


ASAM HIPOKLORIT

0,01


0.001
10 100 1000


Gambar VI.3. Pemusnahan E Coli pada 2 6
o
C

PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 18 dari 43

Waktu kontak air dengan desinfektan yang dibubuhkan harus cukup, jika
digunakan klor/senyawa klor waktu kontak minimal 30 menit, sebelum air
digunakan, dengan mempertahankan sisa klor paling sedikit 0,3 0,5 mg/l Cl
2

setelah waktu kontak tersebut. Kecepatan pembentukan monokloramin
adalah relatif tinggi (sebesar 90 %), pada air dengan konsentrasi ammonia
yang biasa dijumpai, pH normal akan terjadi dalam 1 menit.

4.2 Temperatur

Pada temperatur air yang lebih rendah, daya bunuh cenderung lebih rendah,
walupun klor lebih stabil berada dalam air dingin. Klorinasi akan lebih efektif
pada temperatur yang lebih tinggi. Keefektifan sisa klor terikat akan lebih
besar pada temperatur lebih rendah dari temperatur untuk sisa klor bebas.

4.3 pH

pH air mempengaruhi aksi desinfeksi klor, karena pH menentukan rasio HOCl
terhadap OCl

. Ketergantungan pH juga terjadi terhadap keberadaan apakah


ion hipoklorit atau asam hipoklorit yang lebih banyak. Disosiasi dapat menuju
salah satu arah dan rasio dari ion-ion akan berubah sesuai perubahan pH
seperti terlihat pada gambar IV.4.3.a
Asam hipoklorit terurai sedikit pada pH rendah, yang dominan adalah sisa
HOCl. Dilain hal HOCl terurai hampir sempurna pada pH yang tingg,
menyebabkan OCl

sebagai sisa klor yang dominan. Penguraian yang sangat


dramatis terjadi pada pH antara 6,0 8,5 (lihat gambar). Jika pH air yang akan
diklorinasikan, lebih besar dari 7,5, tanpa pertimbangan rasio amonia-klor,
tidak akan terbentuk trikloramin yang menyebabkan masalah rasa dan bau.
Gambar VI.4. adalah ringkasan dari efek pH pada sisa klor terikat. Hal ini
sangat perlu untuk diketahui karena hubungan ini digunakan untuk
menentukan keefektifan desinfektan yang paling besar. Jika pH air dinaikkan
untuk mengontrol korosi, dosis klor juga harus dinaikkan untuk
mempertahankan kadar yang efektif.

PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 19 dari 43




Gambar VI. 4. Distribusi HOCl dan OCl
-
dalam air
pada nilai pH yang ditunjukkan
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 20 dari 43


pH
KLOR TERSEDIA KLOR TERSEDIA
BEBAS TERIKAT
10
Ion Hipoklorit OCl

NH
2
Cl Monokloramin
OCl


HOCl 8
HCl NH
2
Cl
HOCl &
6 NHCl
2


HCl
& 4
HOCl NCl
3
Nitrogen triklorida
(Trikloramin )
2
Asam Hipoklorit HOCl



Gambar VI.5. Efek pH terhadap Sisa Klor Bebas dan Klor Terikat

pH yang baik untuk proses desinfeksi dengan klor adalah < 8. Bila pH 7,5
tanpa memperhitungkan rasio klor/ammoniak, tidak ada trikloramin yang
terbentuk, seperti diketahui bahwa senyawa trikloramin ini menyebabkan rasa
dan bau yang tidak enak pada air yang diklorinasi.

4.4 Zat-zat dalam air

Klor bereaksi sebagai desinfektan yang efektif jika hanya kontak dengan
organisme yang akan dimusnahkannya. Kekeruhan yang disebabkan partikel-
partikel kotoran kecil dan suspensi zat pengotor (impurities) lainnya yang ada
dalam air, akan menghalangi kontak dan melindungi patogen terhadap daya
desinfeksi. Oleh karena itu agar klorinasi berjalan efektif, kekeruhan harus
dihilangkan sedemikian rupa dengan metode pengolahan seperti koagulasi,
flokulasi dan filtrasi.

Klor bereaksi dengan zat-zat lain seperti zat Organik dan ammonia. Oleh
karena senyawa-senyawa tersebut merupakan bentuk sisa klor terikat yang
kurang efektif, maka konsentrasinya merupakan Organik yang penting dalam
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 21 dari 43

menentukan dosis klor/senyawa klor. Titik retak klorinasi (BPC) harus
dilakukan untuk meyakinkan pembentukkan klor bebas dan mengetahui
konsumsi klor oleh zat lain. Kelalaian melakukan penentuan BPC, akan
membiarkan patogen bertahan hidup dan akan menimbulkan masalah-masalah
bau, rasa yang serius.

4.5 Produk Samping (By product) Desinfeksi dengan Klor/
Senyawa klor

Reaksi klor dengan Zat Organik :

Sebagian besar zat organik yang terdapat dalam berbagai jenis air adalah
berupa zat humus. Konsentrasi asam humus dan asam flufik kadang-kadang
relatif beasr. Zat humus di dalam air menyebabkan warna kuning (warna
sejati) yang dikenal dengan air gambut yang dapat dipulihkan (dipudarkan)
oleh oksidasi sebagian, sebagai contoh menjenuhkan ikatan rangkap dalam
suatu molekul, seperti ditunjukkan reaksi :

C = C + HOCl C C
I I
ikatan rangkap Cl OH

Selain itu asam humus dan asam flufik mengandung grup Keto yang dapat
menyebabkan terbentuknya haloform setelah bereaksi dengan klor/senyawa
klor, seperti terlihat pada reaksi di bawah ini :

CH
3
CCl
3

C = O + 3HOCl C = O + 3H
2
O
R R
CCl
3
Cl
C = O + OH

C = O + CHCl
3

R R Kloroform

Dengan cara ini senyawa haloform seperti kloroform (CHCl
3
);
monobromodiklorometan (CHCl
2
Br); dibromomonoklorometan (CHClBr
2
)
dan bromoform (CHBr
3
) dengan kondisi tertentu dapat terbentuk, sebagai
produk samping klorinasi yang dikenal dengan THMs (trihalomethanes),
dimana senyawa ini dikatagorikan karsinogenik (penyebab kanker). Oleh
karena itu reaksi haloform tidak diinginkan terjadi.


PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 22 dari 43

Pembentukan haloform dipengaruhi oleh :
Konsentrasi zat-zat organik konsentrasi yang tinggi menaikkan
kandungan haloform
pH pH lebih tinggi, reaksi haloform lebih baik.
Dosis klor lebih tinggi menyebabkan kemungkinan haloform terbentuk
lebih besar.

Tri halometan merupakan produk samping desinfeksi.

1) Klor terlarut/Hipoklorit dapat bereaksi dengan ZAT ORGANIK (karbon
organik, C org.) dalam air yang didesinfeksi dengan klor, sehingga
menjadi senyawa organik terkhlorinasi, seperti THM, chlorophenoles.

PRECURSON + DESINFEKTAN PRODUK SAMPINGAN
C organik instalasi/mis.: Cl
2
, HOCl THM (Pengolahan limbah)
OCl



Chlorophenoles (IPAL)

2) THM Tri-Halo-Methane (Hal)
3
-CH

Hal (Halogen) = F

, Cl

, Br

, J

paling sering: KHLOROFORM, CHCl
3
( > 50% THM)

jarang: Bromodichloromethane,
Bromoform Chlorophenoles,
Chloro-acetic acids

MONITORING precursors:
mengukur secara regular program (PAMKOR)-CO
2
dan DO-uptake-24
jam (program KHLOR) di air baku.
Jika ada alarm THM (walaupun Fe, Mn < 0.5 mg/l), perhatikan
pengolahan air baku atau pilih sumber air baku lain (Alarm THM program
KHLOR pada > 0.49 mg/l).
Jika THM masih muncul, berarti THM dikandung oleh air. Jika THM
tidak muncul di display, masih ada kemungkinan THM terkandung dalam
air.


PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 23 dari 43

Tabel VI.4. Senyawa & Konsentrasi yang umumnya menjadi
hasil sampingan desinfeksi khlorin pada air minum
Nama Senyawa Konsetrasi
( g/l)
Nilai dari Guideline
WHO ( g/l)
Trihalomethanes,
THMs

Asam Haloasetat

Halo-asetonitril

Senyawa Halokarbonil
1 100

1 100

1 10

< 1
460

150

90

10
4.6 Mencegah Terjadinya Pembentukan THM selama Proses
Khlorinasi
Menggunakan ClO
2
(bukan Cl
2
) atau Ozon ( O
3
) sebagai desinfektan dan
untuk menghancurkan precursor.
Kelemahan : Lebih mahal; perawatannya lebih sulit (membutuhkan
pengamanan dengan klorinasi tambahan).

Untuk menghilangkan precursor dengan menyaring air menggunakan filter
karbon aktif (GAC = granular activated carbon) dilakukan sebelum proses
klorinasi.
Kelemahan : Mahal karena, membutuhkan : instalasi yang khusus, logistik
tambahan .

Proteksi sumber air baku dan daerah tangkapannya seaman mungkin dari
berbagai macam polutan (buangan sampah, ekstensifikasi budi daya
tanaman, perumahan atau bangunan pabrik)

Hindari menggunakan air berwarna atau keruh sebagai air baku. Jika tidak
ada sumber air baku lain yang tersedia, bisa dicoba pengolahan dengan
koagulasi-flokulasi, sedimentasi dan filtrasi sebelum klorinasi dan dosis
klor/senyawa klor harus dikontrol dengan baik, atau gunakan jenis
desinfektan yang lain (seperti tercantum di atas).

Hindari penetrasi bocoran minyak dari pompa bensin kedalam daerah air
baku

Jaga kebersihan reservoir dan jaringan pipa (dengan klorinasi dan
pengecekan kebocoran secara teratur dan memperbaiki dengan segera jika
terjadi kebocoran).
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 24 dari 43

5 Penentukan Dosis Klor/Kaporit

a. Dengan menentukan Daya Pengikat Klor/Chlor (DPK/DPC)

1) Buat larutan kaporit 0,l % ( l ml = l mg ) dengan cara :

Timbang l gram kaporit, masukkan ke dalam labu ukur l000 ml
Larutkan dengan aquadest sampai kaporit larut sempurna
Tepatkan volumenya sampai tanda batas dengan aquadest, aduk
larutan.
Pindahkan larutan ke dalam botol plastik, diamkan larutan satu
hari sebelum digunakan.
Catatan : Gunakan bagian larutan kaporit yang beningnya saja
(endapan jangan diambil/terbawa).

2) Ambil air hasil saringan / air yang akan masuk ke reservoir dan telah
mengalami proses Stabilisasi / Netralisasi, sebanyak l liter, masukkan
ke dalam beaker glass.

3) Bubuhkan 3 ml larutan kaporit 0,l %, aduk rata dengan batang
pengaduk.

4) Tempatkan beaker glass di tempat yang terlindung cahaya dan
biarkan selama waktu kontak yang diinginkan (waktu kontak
disesuaikan dengan kebutuhan misalnya sesuai dengan waktu tinggal
di reservoir sesuai besarnya sisa klor yang diinginkan untuk air di
reservoir, atau waktu tinggal sampai konsumen terjauh untuk sisa klor
pada air di konsumen terjauh).

5) Uji sisa klor bebas selama waktu kontak yang dipilih misal a mg/l
Cl
2
.

6) Tentukan kadar klor aktif dalam kaporit misal s %.

7) Hitung dosis kaporit dengan perhitungan sebagai berikut :

Pembubuhan kaporit 3 mg/l Ca(OCl)
2
sebagai klor aktip =
3 x s / l00 = 3s / l00 mg/l Cl
2

Sisa klor bebas = a mg/l Cl
2

-------------------------------------
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 25 dari 43

DPK / DPC = ( 3s / l00 a ) mg/l Cl
2


Jika diinginkan sisa klor = b atau c mg/l, maka dosis kaporit (X )
adalah =
{ ( 3s / l00 a ) + b } l00/s mg/l Ca(OCl)
2
atau
{ ( 3s / l00 a ) + c } l00/s mg/l Ca(OCl)
2


Catatan : b = sisa klor bebas yang diinginkan direservoir
c = sisa klor bebas yang diinginkan di jaringan distribusi

Rumus :

(1) Penentuan dosis gas klor (kadar klor aktif = l00 % ), mg/l :


(DPK + sisa klor yang diinginkan)


(2) Penentuan dosis kaporit ( kadar klor aktif s % ), mg/L Ca(OCl)
2
:


(DPK + sisa klor yang diinginkan ) x l00/s


Keterangan :

Penentuan dosis dengan cara di atas tanpa mempertimbangkan kehilangan
sisa klor bebas di jaringan distribusi disebabkan konsumsi klor oleh
senyawa lain atau biofilm.

b. Dengan menggunakan Kalkulator PAMKOR lihat Prosedur Pamkor,
cara ini digunakan untuk menentukan dosis klor/senyawa klor (Kaporit atau
NaOCl) dengan mempertimbangkan konsumsi klor di jaringan distribusi.


PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 26 dari 43

6 Penentuan Debit pembubuhan

Dengan rumus :
Debit pembubuhan ( D ), l / menit = Q X l00/S l/d 60 l0

6



dimana : Q = debit instalasi ( l/dt )
X = dosis kaporit ( mg/l )
S = konsentrasi larutan ( % )
d = densitas ( kg/l )
60 = konversi dari detik ke menit
l0
6
= konversi dari mg ke kg

atau
Q X 60
Debit pembubuhan ( D ), l/menit = ------------------
C


dimana : C = konsentrasi larutan kaporit ( mg/ml )


b. Dengan menggunakan Kalkulator Pamkor lihat Pamkor
Khlor

PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 27 dari 43

7 Menentukan kebutuhan Desinfektan

Untuk menentukan konsentrasi klor dari awal kadang kala sangat sulit karena
sisa klor bebas tergantung dari penghilangan klor yang disebabkan oleh kualitas
air, dari suhu dan waktu. Jumlah air yang dibutuhkan harus ditentukan pada
pengujian di laboratorium. Berdasarkan itu bisa dihitung jumlah yang
dibutuhkan untuk pembubuhan (lihat PAMKOR Klor).
7.1 Gas Klor ( Cl
2
)

Klor yang dibubuhkan dari hasil pengujian laboratorium gr/m
3
atau mg/lt.
Volume aliran air yang akan di desinfeksi dalam m
3
/jam.
Jumlah klor yang perlu dibubuhkan dan yang akan dihitung dalam gr/jam.

Contoh untuk menghitung :
Klor yang perlu dibubuhkan yang ditentukan pada uji coba = 0,3 gr/m
3
.
Aliran air = 600 m
3
/jam.
Jumlah klor yang dibubuhkan = 0,3 gr/m
3
x 600 m
3
/jam = 180 gr/jam klor.

7.2 Natrium hipoklorit ( NaOCl )

Klor yang dibubuhkan dari hasil pengujian laboratorium gr/m
3
atau mg/lt.
Volume aliran air yang akan di desinfeksi dalam m
3
/jam.
Klor aktif dari senyawa desinfektan dalam gr/lt.
Jumlah Natrium hipoklorit yang perlu dibubuhkan dan yang akan dihitung
dalam lt/jam.

Contoh untuk menghitung :

Klor yang perlu dibubuhkan yang ditentukan pada uji coba = 0,3 gr/m
3

Aliran air = 200 m
3
/jam.
Klor aktif didalam natrium hipoklorida = 150 gr / lt
Jumlah yang perlu dibubuhkan = (0,3 gr/m
3
* 200 m
3
/jam) / 150 gr/lt = 0,40
lt/jam Natrium hipoklorida.
7.3 Kalsium hipoklorit/Kaporit [(CaOCl)
2
]

Klor yang dibubuhkan dari hasil pengujian laboratorium gr/m
3
atau mg/lt.
Volume aliran air yang akan di desinfeksi dalam m
3
/jam.
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 28 dari 43

Klor aktif dari senyawa desinfektan dalam gr/lt.
Jumlah Kalsium hipoklorida yang perlu dibubuhkan dan yang akan dihitung
dalam lt/jam.

Contoh untuk menghitung :

Klor yang perlu dibubuhkan yang ditentukan pada uji coba = 0,3 gr/m
3
.
Aliran air = 500 m
3
/jam.
Klor aktif didalam natrium hipoklorit = 10 gr/lt (misal)
(1 kg Kalsium hipoklorit + 70 lt air = larutan 1 % jika dalam 1 kg kaporit ada
700 gr klor aktif, 1 kg Kalsium hipo klorida + 60 lt air = larutan 1 % jika
dalam 1 kg kaporit ada 600 gr klor aktif.)
Jumlah yang perlu dibubuhkan = (0,3 gr/m
3
x 500 m
3
/jam) / 10 gr/lt = 15
lt/jam Kalsium hipoklorit.

8 Aplikasi Desinfeksi di Lapangan
8.1 Desinfeksi Tangki / Bak penampung (Reservoir) dan Pipa
baru
8.1.1 Desinfeksi Tangki Baru

Semua tangki/bak dan reservoir yang baru harus didesinfeksi sebelum tangki /
bak / reservoir tersebut difungsikan. Hal yang sama berlaku jika tangki / bak /
reservoir tidak difungsikan, karena diperbaiki atau dibersihkan, lakukan
desinfeksi sebelum mereka difungsikan kembali. Sebelum proses desinfeksi
dilakukan, bersihkan dasar tangki/bak/reservoir dengan cara menyikat,
menggosok untuk menghilangkan seluruh kotoran dan material yang terlepas.

Ada beberapa cara desinfeksi tangki seperti diterangkan berikut ini

a. Cara 1 digunakan untuk mendesinfeksi tangki / bak / reservoir diuraikan
sebagai berikut :

Isi tangki/bak/reservoir sampai penuh (sampai pelimpah dengan
air bersih.
Bubuhkan khlor dengan dosis 50 mg/L. Larutan khlor
dibubuhkan dengan cara memasukkannya ke dalam air sesegera
mungkin bersamaan dengan operasi pengisian
tangki/bak/reservoir dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa
larutan khlor tercampur baik dengan air dan kontak dengan air
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 29 dari 43

diseluruh permukaannya. Jika tangki/bak/reservoir sudah terisi
penuh, biarkan dalam keadaan demikian setidak-tidaknya selama
24 jam, tetapi tidak boleh kurang dari 6 jam.

Keluarkan air melalui saluran pembuangan, kemudian cuci tangki
/ bak reservoir dengan air bersih.

Isi kembali tangki/bak/reservoir untuk dapat difungsikan kembali
secara reguler.

b. Cara 2 Cara ini cukup memuaskan dan praktis untuk kondisi pedesaan,
yaitu pembubuhan secara langsung larutan klor dengan konsentrasi /
dosis yang tinggi (200 mg/L) ke bagian dalam permukaan tangki /
bak / reservoir. Bagian permukaan harus dibiarkan kontak dengan
larutan tersebut selama paling sedikit 30 menit, sebelum
tangki/bak/reservoir dicuci dengan air bersih. Keluarkan air dengan
jalan dipompa, isi kembali tangki / bak / reservoir dengan air bersih.

c. Cara 3 cara ini digunakan apabila cara yang lainnya tidak dapat
digunakan, tidak dilakukan pembubuhan klor dari atas permukaan
dinding, tetapi air yang mengandung 50 mg/L klor dimasukkan ke
dalam tangki, sejumlah volume air yang sama jika tangki penuh,
hingga sisa klor dalam air 2 mg/L. Biarkan air yang mengandung 50
mg/L klor di dalam tangki, selama 24 jam, sebelum tangki diisi
kembali dengan air bersih. Pengisian kembali tangki dengan cara
mengisi tangki tersebut adalah tanpa mengeluarkan terlebih dahulu
air yang mengandung klor tadi, sehingga sisa klor pada akhirnya
tidak terlalu tinggi.

8.2 Desinfeksi Pipa Distribusi (pipa primer dan pipa sekunder)

Desinfeksi dilakukan terhadap pipa dengan kondisi sebagai berikut :

a. Pipa distribusi yang terkontaminasi pipa yang belum dipasang, biasanya
terkontaminasi selama keberadaannya/diletakkan di tanah, tanpa tidakan
pencegahan. Oleh karena itu , pipa-pipa tersebut harus didesinfeksi sebelum
digunakan.

b. Sistem distribusi terkontaminasi pada kejadian pecahnya pipa, banjir,
maka diperlukan desinfeksi. Setiap sistem perpipaan harus dibersihkan
dengan cara digosok/dilap dan digelontor untuk menghilangkan seluruh
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 30 dari 43

zat-zat asing. Segera sebelum digunakan material-material packing dan
joint harus dibersihkan dan didesinfeksi dengan merendamnya di dalam
larutan yang mengandung khlor 50 mg/L, selama paling sedikit 30 menit.

8.3 Desinfeksi pada Sistem Penyediaan air di Pedesaan

Cara-cara praktis penggunaan larutan klor untuk proses desinfeksi pada sistem
penyediaan air di pedesaan, adalah dengan menggelontor setiap tempat yang
akan didesinfeksi, lakukan cara-cara berikut :

Katup pengambilan air ditutup dan biarkan bagian tersebut mengalir
sampai kering.

Kemudian tutup katup atau bagian pengeluaran hidran dan bagian ini
terisolasi dari sisa air yang masih ada di dalam sistem.

Bubuhkan larutan desinfektan melalui corong atau pipa/selang karet ke
dalam hidran atau lubang yang khusus dibuat untuk keperluan ini, pada
bagian yang terbesar dari sistem perpipaan. Bilamana katup udara dipasang
pada tempat yang sama, maka katup untuk mengeluarkan udara tersebut,
dapat digunakan sebagai titik pembubuhan.

Larutan dituangkan perlahan-lahan sampai bagian tersebut terisi penuh.

Pengawasan harus dilakukan, untuk memastikan bahwa udara yang
terperangkap di dalam pipa dibiarkan keluar. Jika tidak tersedia katup udara
atau orifice, maka satu atau lebih sambungan pelayanan diputuskan untuk
membiarkan udara keluar.

8.4 Desinfeksi pada Keadaan Darurat di PDAM

Langkah-langkah jangka panjang sebagai persyaratan untuk menyediakan air
yang sehat, dibantu dengan kesehatan pribadi dan pendidikan kesehatan ,
akan banyak membantu terhadap proteksi dan promosi kesehatan
masyarakat. Walaupun bencana alam seperti : topan , gempa bumi dan banjir
terjadi, kadang-kadang menyebabkan gangguan menyeluruh pada penyediaan
air bersih.

Situasi yang demikian disebut langkah-langkah yang tersedia untuk
menyediakan air yang aman, pada keadaan darurat. Bilamana tidak ada
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 31 dari 43

langkah tunggal yang tepat untuk segala situasi, berikut ini mungkin
bermanfaat untuk memastikan menyediakan air yang aman, tergantung pada
kondisi lokal dan sumber-sumber yang memadai.

Bila sistem penyediaan air yang reguler tercemar karena bencana alam ,
prioritas utama harus diberikan dengan cara mengembalikan sistem untuk
beroperasi. Tindakan secara simultan untuk membantu melalui situasi untuk
mencari dengan seksama kemungkinan sumber air termasuk dalam jarak
area yang tercemar. Air dari sistem penyediaan secara individu ( sumur
pribadi) dan sumber air lainnya yang disuplai melalui tangki ke pelanggan.

Setelah banjir, bilamana sistem distribusi masih terjangkit/terkontaminasi,
maka tekanan di dalam pipa harus dinaikkan untuk menjaga pencemaran air
akibat masuknya polutan ke dalam pipa. Sebagai langkah tambahan,
khlorinasi air di instalasi secara temporer ditingkatkan. Dianjurkan pemakaian
dosis klor yang tinggi, hanya pada keadaan yang ekstrim , atau bilamana
dilakukan pembersihan pipa baru.


9 PEMANTAUAN PROSES DESINFEKSI
9.1 Pemantauan Sisa klor :

Karena proses desinfeksi ini penting dalam menjaga kualitas air secara
higienis pada sistem penyediaan air bersih, perlu hal-hal seperti diterangkan di
bawah ini :

a. Pengawasan sisa klor bebas :

Pengawasan sisa klor bebas dilakukan di : Reservoir , jaringan distribusi
dan Konsumen (terdekat, menengah dan terjauh), dengan frekuensi
sebagai berikut :

(1) Pemantauan di Instalasi pada air yang keluar dari reservoir,
dilakukan setiap jam, sehingga jika terjadi perubahan nilai sisa klor
yang drastis, dapat segera diambil tindakan dan dicari penyebabnya.

(2) Pemantauan di Konsumen biasanya dilakukan pada konsumen
terdekat, sedang dan terjauh (diutamakan pada daerah terjauh) dari
instalasi, atau jika ada sistem penggabungan distribusi air bersih ,
lakukan pengukuran sisa klor sebelum dan sesudah penggabungan air.
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 32 dari 43

Di konsumen dilakukan setiap hari berdasarkan pembagian
zona/wilayah.

(3) Di jaringan distribusi dilakukan setiap hari berdasarkan pembagian
zona/ wilayah.

b. Pengawasan sisa klor total dan klor bebas :

(1) Pengawasan cara ini dilakukan apabila diperkirakan ada perbedaan
yang menyolok pada nilai sisa klor bebas yang diukur secara rutin,
terutama di jaringan distribusi dan di konsumen, setelah dicek bahwa
tidak ada masalah pada sistem pembubuhan larutan kaporit.

(2) Bandingkan besarnya sisa klor bebas dengan sisa klor total nilai
sisa klor bebas dan sisa klor total seharusnya relatif sama atau jika ada
perbedaan, maka perbedaan tersebut tidak terlalu besar. Jika terjadi
perbedaan yang menyolok, berindikasi ada kontaminasi di jaringan
pipa lakukan pengelontoran pipa ( lihat SOP Pengelontoran Pipa
atau SOP lain yang terkait.


c. Pengawasan sisa klor bebas melalui pengukuran ORP :

(1) Pengawasan sisa klor bebas dengan cara mengukur ORP dilakukan :
Di jaringan distribusi dilakukan setiap hari berdasarkan pembagian
zona/wilayah.
Di konsumen dilakukan setiap hari berdasarkan pembagian
zona/wilayah.

(2) Pengukuran ORP dilakukan, untuk memperkirakan besarnya sisa klor
bebas pada air yang sama melalui kurva hubungan antara Nilai ORP
vs Sisa klor bebas (Kurva yang dipakai untuk alat yang digunakan
pada saat pembuatan kurva, dan kurva harus dicek secara periodik).

9.2 Pemantauan Proses Desinfeksi melalui Uji Mikrobiologi:

Selain pemeriksaan sisa klor untuk pemantauan proses desinfeksi dapat
dilakukan pemeriksaan parameter Mikrobiologi melalui uji Coliform Total
yang dilakukan secara bersamaan atau terhadap contoh air yang sama yang
digunakan untuk memeriksa sisa klor., sehingga hasil dapat dievaluasi dengan
lebih teliti dan kedua parameter saling menunjang satu dengan lainnya.
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 33 dari 43

10 Sisa Klor Yang Dapat Ditoleransi

(1) Terhadap UMUR TANAMAN (SPERMATOPHYTA)

< 1 mg/l Sisa Khlor bebas (umur panjang)
1-2 mg/l Sisa Khlor bebas (umur pendek)

(2) IKAN (DEWASA)
< 0.3 mg/l Sisa Khlor bebas

IKAN, UDANG (BUDI DAYA PERIKANAN)
< 0.1 < 0.1 MG/L Sisa Khlor Bebas

(3) MANUSIA
BELUM DIKETAHUI BATASANNYA, tetapi biasanya < 5 mg/l Sisa
Khlor Bebas
Mengenai: bau kaporit, lihat point ..
Seperti dimuat dalam peraturan, haruslah < 0,4 mg/l, lihat point

11 PENANGANAN BAHAN KIMIA DESINFEKTAN
11.1 Penyimpanan dan Penanganan Gas Klor
11.1.1 Tempat penyimpanan gas klor :

(1) Tangki/tabung berbentuk silinder dengan total berat berkisar
antara 110 130 kg. Berat gas klor sendiri adalah 68 kg.
Ukuran silinder : Diameter = 27 cm
Tinggi = 142 cm

(2) Ton container merupakan tangki/tabung gas klor yang
berukuran besar yaitu dengan :
diameter = 76 cm
tinggi = 203 cm
berat kotor = 1700 kg
berat gas klor = 910 kg




PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 34 dari 43

11.1.2 Prosedur Pengamanan

Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pengangkutan,
penyimpanan dan masalah lainnya dalam penanganan gas klor.

(1) Pada saat pengangkutan dari pabrik tidak boleh jatuh atau
terbentur keras dengan benda lain.
(2) Gunakan alat yang mudah untuk mengangkut silinder sampai
tempat penyimpanan, misalnya hand truck yang dilengkapi
dengan rantai pengikat silinder, untuk menghindari
kemungkinan terjatuh atau goyang.
(3) Pada saat pengangkatan silinder ke atas hand truck, perlu
diperhatikan jangan sampai memegang Protective hood
yang berfungsi sebagai pelindung katup dari kerusakkan.
(4) Untuk mengirim gas klor dalam tabung baja harus
diperhatikan beberapa faktor keamanan pada proses
transportasi. (catatan: PERLU adanya peraturan tentang
tranportasi bahan berbahaya melalui darat atau transpotasi
udara).
(5) Pada pengiriman gas klor harus disertakan :
a. Surat yang menjelaskan tentang :
Isi dari tabung gas klor
Berapa kg berat bersih isinya
b. Keterangan tentang bahan berbahan sesuai dengan daftar
bahan berbahaya
(6) Pada saat pengiriman maupun saat digunakan posisi Ton
container harus diletakkan secara horizontal dan
penangannya dilakukan secara mekanik dengan
menggunakan derek karena berat. Meletakannya harus
diganjal supaya tidak goyang.
(7) Silinder boleh disimpan di dalam atau di luar ruangan, jika
disimpan di dalam ruangan, maka ruangan harus tahan api
dan memiliki ventilasi yang cukup.
(8) Semua ruangan untuk menyimpan klor harus didisain sesuai
dengan peraturan keamanan yang berlaku.
(9) Jika gas klor disimpan lama tidak akan menurun efisiensinya.
Tetapi harus diperhatikan tabung gasnya perlu diperiksa
sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia, (catatan:
perlu adanya peraturan kalibrasi tabung) dan harus
dicantumkan pada tabung tanggal pemeriksaan ulang
kemampuan tabung menyimpan gas.
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 35 dari 43

(10) Apabila disimpan di luar ruangan, tempat penyimpanan harus
terlindung dari kemungkinan terjadinya genangan air.
(11) Pada saat pengiriman maupun saat digunakan posisi Ton
container harus diletakkan secara horizontal dan
penangannya dilakukan secara mekanik dengan
menggunakan derek karena berat. Meletakannya harus
diganjal supaya tidak goyang.
(12) Simpan tabung/tangki gas tempat kering yang terpisah (jauh
dari pompa, mesin, panel listrik) dan sinar matahari dari luar
serta sumber panas lainnya, karena :KLOR ADALAH
KOROSIF.
(13) Simpan botol gas khlorine (dan drum / kontainer khlorine
bubuk) di suatu tempat terbuka dimana kebocoran gas dapat
keluar tanpa merusak mesin, melukai manusia atau binatang
peliharaan/ternak.
(14) Letakkan masker pelindung gas khlorine ditempat yang
mudah dijangkau, tapi agak jauh dari tempat penyimpanan
Cl
2,
karena sifat gas klor : GAS KLOR SANGAT
BERBAHAYA APABILA TERKENA MATA.
(15) Jaga tabung/tangki gas klor selalu tertutup, dan tidak terjatuh
pada saat mempersiapkan untuk pembubuhan, karena sifat
gas klor: KLOR DAPAT MERUSAK TABUNG DAN
KONTAINER TEMPAT PENYIMPANANNYA.
(16) Periksa secara seksama tabung gas atau drum / kontainer
bubuk termasuk bagian bawah dan katup apakah terjadi
korosi dan/atau kebocoran, dan harus diingat :
J ANGAN TAKUT TERHADAP GAS KLOR TETAP
TENANG SAAT BERHUBUNGAN DENGAN
TABUNG/TANGKI GAS DAN I KUTI PETUNJ UK
SUPPLIER/PABRIK DENGAN BENAR.
(17) Jika terjadi kebocoran tabung gas klor, harus diingat bahwa:
GAS KLOR BERAT DAN MENGALIR SEPERTI
AIR, jadi jangan jongkok dan secepatnya keluar dari
ruangan atau jauhi lokasi kebocoran.
11.1.3 Efek Gas Klor terhadap Manusia

Tabel di bawah ini menunjukkan konsentrasi gas klor yang dapat
memberikan efek fisiologis terhadap manusia.



PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 36 dari 43


Tabel VI.4. Konsentrasi Klor dalam Hubungannya
dengan Efek Fisiologis Terhadap Manusia

K A S U S ppm

Konsentrasi klor di udara dalam batas yang tidak
membahayakan selama 8 jam kerja

1
B a u yang jelas 3,5
Menyebabkan iritasi (mata, hidung, tenggorokan) 15
Menyebabkan batuk 30
Perolehan maksimum dalam jangka pendek 40
Perolehan yang berbahaya walaupun dalam jangka pendek 40 60
Fatal secara cepat 1000

11.2 Cara Penyimpanan Dan Penanganan Natrium hipoklorit
(NaOCl)

Hal-hal yang harus diperhatikan :

Natrium hipoklorit harus dilindungi dari sinar terutama dari sinar
matahari secara langsung.

Transpotasi dan penyimpan dalam bak plastik atau balon dari kaca
berwarna coklat atau dari batu.

Sebaiknya disimpan dengan suhu yang serendah mungkin
(dibawah 15
o
C).

Natrium hipoklorit waktu kadaluarsanya terbatas, bila suhu
penyimpanan semakin tinggi maka semakin cepat efisiensinya
turun (lihat tabel dibawah ini).

Jumlah dosing harus disesuaikan dengan kebutuhan secara rutin.

Untuk desinfektan bentuk cair ( NaOCl), hindari larutan ini tumpah
di area persiapan larutan atau pembubuhan, karena lantai menjadi
licin.



PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 37 dari 43

Tabel VI.5. Angka Penurunan Efisiensi Natrium hipoklorit
berdasarkan Perbedaan Suhu

Temperatur (
o
C) 10 15 20 25 30 35
Kehilangan kadar klor aktif
(gr/l ) per hari
0,1 0,4 1,1 2,0 3,2 5,6










Gambar VI.8. Kehilangan Kadar klor aktif dalam Natrium hipoklorit
berdasarkan waktu dan suhu

11.2.1 Cara Penyimpanan Dan Penanganan Kalsium Hipoklorit
(Kaporit)

Hal-hal yang harus diperhatikan :

Kalsium hipoklorit harus disimpan dengan kondisi kering dan suhu
dibawah 15
o
C.

Semua zat yang mudah terbakar tidak boleh disimpan dekat dengan
kalsium hipoklorit.

Jaga tabung/kontainer bubuk kaporit selalu tertutup, dan tidak
terjatuh pada saat mempersiapkan dosing larutan.

Kaporit harus disimpan dalam ruangan yang kering (tidak lembab),
sehingga kaporit yang berada di dalam wadah, tetap dalam bentuk
bubuk yang benar-benar kering.

Kaporit biasanya tersimpan didalam kaleng / tong terbuat dari
plastik. Pertahankan wadah selalu tertutup rapat selama penyimpanan
(terutama bila isinya sudah terpakai sebagian), jangan ada
kontaminasi dari luar yang dapat menyebabkan bentuk dan sifat
desinfektan berubah, seperti kadar klor aktif menjadi berkurang.
hari
klor
aktif
gr/l
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 38 dari 43

Bubuk menjadi basah bahkan berubah menjadi cair atau berubah
warna.

Jika disimpan secara teratur kehilangan efisiensi kalsium hipoklorit
sangat kecil.

Hindari kalsium hipoklorit dari panas dan cahaya secara langsung,
untuk mempertahankan keaktifannya.

Periksa keadaan desinfektan sebelum digunakan baik secara visual,
maupun dengan memeriksa kadar klor aktif secara laboratoris.

Pakai masker bila bekerja dengan desinfektan bentuk bubuk, harus
diketahui bahwa larutan desinfektan seperti larutan senyawa klor
(Kaporit) pada konsentrasi yang relatif besar menimbulkan iritasi
hidung tenggorokan bila terhirup , juga terhadap mata.

12 Nilai C
n
x T

Definisi: Konsentrasi x waktu mg/l sisa khlor x menit waktu
pembukaan/exposure
n = eksponen pelarutan, sama dengan 1 untuk 0.2 < sisa khlor < 2 mg/l,
dan C
n
T = CT

INDEKS PEMBUKAAN/EXPOSURE signifikan (nilai CT) yang menunjukan
desinfeksi efektif dengan Khlorin:

Tipe Kuman

Tingkat desinfeksi (%) CT (minimal)
Protozoa (G.
Lamblia)
99.9 104 122
Enterovirus 99.99 6 8
Enterobacteria
(coliform)
99.99 3 4

syarat: CT > 15 (virus/bakteri)
atau CT > 131 (virus/bakteria/kista protozoa mayor)

ATURAN:
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 39 dari 43

(1) DOSIS kedalam INLET/PIPA MASUKAN air baku kedalam reservoir
BUKAN kedalam pipa keluaran yang ke jaringan distribusi INLET
MIXING
(2) Nilai CT harus diverifikasi DIDALAM RESERVOIR, yaitu pada kondisi
konsentrasi sisa khlor x waktu retensi reservoir
(3) Desinfeksi pada RESERVOIR: 1 x / tahun
CT = 13021. EXPOSURE: 24 jam
(10 mg/l, 24 jam). (Pergunakan Program Pamkor Khlor untuk menghitung)
(4) Desinfeksi Utama RESERVOIR BARU atau instalasi PIPA: hanya SEKALI
yaitu pada saat instalasi mulai beroperasi:
30-50 mg/l sisa khlor/12 jam, dengan CT = 19470. (Pergunakan Program
Pamkor Khlor untuk menghitung).

Ukur sisa khlor setelah 24 jam dan larutkan menggunakan air yang tidak
dikhlorinasi untuk didistribusi ke konsumen.
Sosialisasikan melalui media massa kepada semua pelanggan bahwa konsentrasi
sisa khlor akan meningkat sementara waktu.


13 Pengukuran Oksigen Terlarut sebagai Dasar
Estimasi CHLORINE UPTAKE (Cl
2
-ABS)

(1) Definisi: Perhitungan jumlah Khlor (Asam Hipoklorit, Hipoklorit) yang
berkurang, SESAAT setelah klorinasi dilakukan. Khlor yang telah
berkurang, tidak ada manfaat/kontribusinya lagi terhadap konsentrasi sisa
khlor. Unit: ml/l Cl
2.
Ukur menggunakan program KHLOR (lihat gambar
mengenai penetapan dosis khususnya THM).

(2) Penghitungan Cl
2
-ABS (program KHLOR). Metoda ini adalah metode
perkiraan, untuk mendapatkan gambaran tentang Cl2 - ABS.

PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 40 dari 43



Hasilnya dimasukkan kedalam program PAMKOR KHLOR.

Jika tidak, kocok dalam botol yang lebih besar terlebih
dahulu (sehingga tercampur dengan udara, lalu baru
dimasukkan kedalamnya).
Tanpa turbulensi
mg/l harus >> 2 mg

OXI
92
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 41 dari 43

Biofilm




HOCl, OCl
-
Asam Hipoklorit, Hipoklorit

Cl
-
Khlorida

Biofilm (Bakteri, Jamur, Protozoa, Cacing)




R < < 5 sisa khlor bebas akan cepat habis


Untuk merencanakan khlorinasi (misalnya untuk sistem perpipaan yang sudah
lama tidak didesinfeksi, Cl2 < 0,2 mg/l), biofilm/lumut harus dibuang dulu,
dengan cara:
pipa
Scaling (pembentukan kerak)/
tekanan rendah
{HOCl}
Cl2 {OCl
-
}

Cl
-

Org C
Org C
PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 42 dari 43

(a) Desinfeksi pipa dengan dialirkan Cl2 konsentrasi tinggi
(b) Konsentrasi Cl2 yang lebih tinggi (1 mg/l) untuk beberapa bulan, sampai
nilai R meningkat.

Penetapan Dosis
Air Baku



DOSIS KHLOR


Khlor Bebas

Terikat
(Cl
2
- Amine -
Senyawa khloramin)



ICU (Immediate Cl
2
Uptake = Cl2 yang bereaksi sesaat setelah khlorinasi)


THM Decay/rusak


0.5 mg/l



kehilangan khlor dalam pipa

Pipa: Biofilm





> 0.2 mg/l


KONSUMEN

KHLOR TOTAL



Sisa Khlor Bebas


Sisa Khlor
Bebas


PELATIHAN WATER QUALITY
Modul :

PENGAMANAN AIR MINUM & KOROSI
(PAMKOR) - KHLOR
Kode: WQ 001

DESINFEKSI & PENGAMANAN AIR
MINUM
Edisi: Maret 2003

Bagian 4 :
Lembar Pegangan
Halaman 43 dari 43

14 Potensial Redoks & Desinfeksi

(1) Hipotesis dasar: (Jika ada Cl
2
)
Bukan molekul Cl
2
, HOCl atau ClO
-

Pathogenik/kuman indikator tidak aktif tetapi potensial redoks meningkat
yang oleh karenanya (atau lainnya) menyebabkan oksidasi kuat terjadi
pada air yang diolah.

(2) Aturan:
pH 68 & ORP > > 300 (vs. SCE) sisa khlor bebas
Cl2 > 0.1 mg/l (berlaku untuk kebanyakan air yang terpolusi secara
alamiah)
Dosis Cl2 sampai ORP (pH ~ 7) >> 300 mV, tidak hanya sampai
konsentrasi sisa khlor terverifikasi; lihat (3)

(3) Sisa khlor bebas & ORP (dua contoh dari PDAM di Bali)

mg/l sisa khlor bebas ORP (Legian) ORP (botol)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
< 0.1

650

590
490

290
640
580

470
380
280

dimana: pH ~ 7: ORP (3 min), HANNA ORP Tester, 26
0
C
Legian: air bawah tanah LEGIAN-KUTA
Botol : air yang dijual secara botolan (contoh: AQUA, dll)

Anda mungkin juga menyukai