Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Tanpa adanya air, manusia

tidak akan bisa bertahan hidup lama. Selain berguna untuk manusia, air pun diperlukan oleh
makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk menunjang
kehidupan. Jumlah air di bumi tidak akan berkurang. Namun penyediaan jumlah air bersih
adalah suatu masalah yang serius saat ini. Kepadatan penduduk merupakan salah satu penyebab
berkurangnya jumlah air bersih. Selain itu, kepadatan penduduk akan berbanding lurus dengan
jumlah pemukiman masyarakat. Apabila jumlah penduduk banyak maka jumlah pemukiman
masyarakat pun juga banyak. Tak heran pada era seperti ini, terdapat banyaknya bangunanbangunan vertical seperti gedung perkantoran, apartemen dan rumah susun. Hal ini disebabkan
oleh kurangnya ketersediaan lahan terbuka hijau dan daerah resapan. Sehingga pembangunan
vertical merupakan solusi yang terbaik karena kurangnya ketersediaan lahan terbuka hijau.
Namun dalam pelaksanaannya pembangunan gedung bertingkat tidak semudah
pembangunan gedung tidak bertingkat. Hal itu dikarenakan adanya beberapa kendala pada saat
pembangunan gedung bertingkat. Salah satu kendala yang timbul dalam perencanaan konstruksi
gedung bertingkat adalah cara pengaliran air bersih mulai dari lantai yang terbawah sampai lantai
atas, sehingga diperlukan sistem plambing atau sistem perpipaan untuk mengatasi masalah
tersebut. Selain kebutuhan akan air bersih, hal terpenting dalam perencanaan adalah
menyediakan sistem plambing yang lain, seperti sistem plambing untuk air bungan, fire hydrant
dan lain-lainnya sesuai kebutuhan.
Pada gedung bertingkat sangat dibutukan perencanaan sistem plambing yang baik dan
teliti. Terdapat bebarapa hal penting dalam mengerjakan sistem plambing, yaitu perencanaan,
pelaksanaan dan pemeliharaan. Ketiga hal tersebut saling berkaitan sehingga bila terjadi
kesalahan baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan maupun pemeliharaan akan berdampak
buruk pada kesehatan lingkungan dan kesehatan manusia. Perencanaan yang teliti secara tidak
langsung akan mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi karena apabila gedung atau
bangunan sudah jadi perbaikan akan menjadi lebih sulit.

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa instalasi sistem plambing tidak mudah
sebagaimana tampak yang dari luar. Oleh karena itu banyak negara yang telah menetapkan
undang-undang, peraturan, pedoman pelaksanaan, standart dan lain-lainnya yang menyangkut
peralatan dan instalasi plambing.
1.2.

Maksud dan Tujuan


Perencanaan dan perancangan sistem plambing dimaksudkan untuk menyediakan

kebutuhan air bersih di dalam gedung bertingkat serta untuk menyalurkan air buangan hasil
aktivitas manusia. Selain itu dengan adanya sistem plambing secara tidak langsung juga dapat
meningkatkan taraf hidup yang lebih baik lagi kepada manusia terutama dalam kualitas
lingkungan dan penyediaan fasilitas terhadap kebutuhan air bersih.
Tujuan yang akan dicapai dalam perencanaan dan perancangan sistem plambing di dalam
gedung bertingkat adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan air bersih yang memenuhi kualitas, kuantitas dan kontinuitas ke
tempat - tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup
2. Membuang air buangan atau air kotor hasil aktivitas manusia dengan sistem yang
aman

sehingga

tidak

menimbulkan

membahayakan kesehatan manusia


3. Untuk menyediakan penyaluran jaringan

pencemaran

lingkungan

dan

tidak

air hujan sehingga air hujan dapat

dikelola dengan baik


4. Penyediaan fire protection system, salah satu yang ada di dalamnya adalah fire
hydrant sehingga gedung tersebut memenuhi kriteria safety building
Sehingga bangunan atau gedung bertingkat menjadi layak untuk ditempati dengan
memenuhi standar kesehatan dengan fasilitas penyediaan dan penyaluran air dan syarat
lingkungan yang menyangkut segi etika dan estetika.

1.3.

Ruang Lingkup
Batasan atau ruang lingkup dalam tugas perencanaan sistem plambing ini adalah

perencanaan bangunan berlantai 5 (lima) dengan perpipaan dan perlengkapan yang meliputi :

1. Perencanaan jaringan air bersih yang mencakup perhitungan kebutuhan air,


pembuatan jalur dan isometri jaringan pipa air bersish, perhitungan dimensi pipa,
reservoir dan pompa
2. Perencanaan air buangan yang mencakup pembuatan jalur dan isometric jraingan pipa
air buangan, perhitungan dimensi pipa, system pengolahan sederhana (septic tank dan
resapan)
3. Perencanaan system pemadam kebakaran y ang mencakup penentuan system (post
hidran, sprinkler dll), serta perencanaan pompa dan reservoir.
4. Perencanaan jaringan air hujan yang mencakup pembuatan jalur dan isometric
jaringan air hujan, perhitungan dimensi pipa dan sumur resapan
5. Perhitungan BOQ (Bill of Quantity)
6. Perhitungan RAB (Rencana Anggaran Biaya)

Dalam laporan ini, juga disertakan beberapa gambar untuk mempermudah pemahaman
yaitu diantaranya:
1. Gambar denah
2. Isometri perpipaan (air bersih, air buangan dan pemadam kebakaran)
3. Jalur system (air bersih, air buangan, fire hydrant dan air hujan)
4. Gambar detail perencanaan

BAB II
KRITERIA PERENCANAAN
2.1

Sistem Plambing Untuk Air Bersih

2.1.1. Penyediaan Air Bersih


Tujuan terpenting dari penyediaan air adalah menyediakan air bersih. Penyediaan
air minum dengan kualitas yang tetap baik merupakan prioritas utama. Banyak negara
telah menetapkan standar kualitas untuk tujuan ini. Untuk gedung-gedung yang dibangun
di daerah yang tidak tersedia fasilitas penyediaan air minum untuk umum, air baku
haruslah diolah dalam gedung atau dalam instalasi pengolahan agar dicapai standar
kualitas air yang berlaku. (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).
2.1.2. Pencegahan Pencemaran Air Bersih
Pencemaran adalah suatu kejadian yang dapat dengan mudah terjadi di bagian
manapun dalam penyediaan air bersih. Sistem penyediaan air bersih meliputi beberapa
peralatan seperti tangki air bawah tanah, tangki air di atas atap, pompa-pompa,
perpipaan,dsb. Dalam peralatan-peralatan ini air bersih harus dialirkan ke tempat -tempat
yang dituju tanpa mengalami pencemaran. Pencegahan pencemaran lebih ditekankan
pada sistem penyediaan air bersih dan ini adalah faktor terpenting ditinjau dari segi
kesehatan.
Hal-hal yang dapat menyebabkan pencemaran antara lain, masukya kotoran, tikus
dan serangga ke dalam tangki air, terjadinya karat dan rusaknya bahan tangki dan pipa ,
terhubungnya pipa air bersih dengan pipa lainnya, tercampurnya air bersih dengan air
dari jenis kualitas lainnya, aliran-balik (backflow) air dari jenis kualitas lain ke dalam
pipa air bersih.
Dari contoh-contoh diatas dapat diketahui bahwa pencemaran dapat dengan
mudah terjadi, tetapi juga sebenarnya tidaklah selalu sulit mencegahnya. Beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran, antara lain :
a) Larangan hubungan pintas
Hubungan pintas (accross connection) adalah hubungan fisik antara dua sistem
pipa yang berbeda, satu sistem pipa untuk air bersih dan satu sistem pipa lainnya berisi
air yang tidak diketahui atau rajukan kualitasnya, di mana air akan dapat mengalir dari
satu sistem ke sistem lainnya. Demikian pula sistem perpipaan air bersih dan
4

peralatannya tidak boleh dihubungkan dengan sistem perpipaan lainnya. Sistem


perpipaan air bersih dan peralatannya tidak boleh terendam dalam air kotor atau bahan
lain yang tercemar.
a) Pencegahan aliran-balik
Aliran balik (bakflow) adalah aliran air atau aliran lain, zat atau campuran, ke
dalam sistem perpipaan air bersih yang berasal dari sumber lain yang bukan untuk air
bersih. Aliran balik tidak dapat dipisahkan dari hubungan pintas dan ini disebabkan oleh
terjadinya efek siphon-balik (back siphonge). Dengan kata lain, sistem perpipaan air
bersih yang dapat menimbulkan efek siphon-balik dapat juga disebut mempunyai
hubungan pintas. Efek siphon-balik adalah terjadinya aliran masuk ke dalam pipa air
bersih dari air bekas, air tercemar, dari peralatan saniter atau tangki, disebabkan oleh
timbulnya tekanan negatif dalam pipa.
Peralatan-peralatan berikut ini dapat menimbulkan efek siphon-balik yaitu :
Berbagai macam peralatan untuk menyimpan air (tangki air, tangki ekspansi,kolam
renang, kolam lainnya).

Peralatan yang dapat menampung air (bak cuci tangan, bak cuci dapur)

Beberapa peralatan khusus (peralatan dapur, kedokteran, mesin cuci).


Pencegahan aliran balik dapat dilakukan dengan menyediakan celah udara atau

memasang penahan aliran-balik.


a.

Celah udara merupakan suatu ruang bebas yang berisi udara bebas, antara
bagian terendah dari lubang pipa atau keran yang akan mengisi air ke dalam
tangki atau peralatan plambing lainnya, dengan muka air meluap melalui bibir

b.

tangki atau peralatan plambing tersebut.


Peralatan pemecah vakum bertekanan, mencegah efek siphon-balik dengan
secara otomatis memasukkan udara ke dalam pipa penyediaan air apabila
pemecah vakum bertekanan di dalam sistem pipa tersebut.

Pemecah vakum bertekanan terdiri dari dua jenis :


5

1. Pemecah vakum tekanan atmosfer


Jenis ini dipasang pada alat-alat yang mengalami tekanan hanya apabila
ada aliran air. Pemecah vakum dipasang pada sisi yang tidak mendapat

2.

tekanan air terus-menerus, artinya pada sisi katup (down stream).


Pemecah vakum tekanan positif
Jenis ini dipasang pada sisi yang bertekanan air terus-menerus. Pada
pemecah vakum jenis tekanan positif ini, piring katup selalu dalam
keadaan bertekanan pada dudukannya, sehingga timbul keraguan apakah

c.

katup terseut dapat dengan mudah membuka saat terjadi tekanan negatif.
Pencegahan pukulan air.
Bila aliran air dalam pipa di hentikan secara mendadak oleh keran atau
katup, tekanan air pada sisi atas (up stream) akan meningkat dengan tajam dan
menimbulkan gelombang tekanan yang akan merambat dengan kecepatan
tertentu dan kemudian dapat dipantulkan kembali ke tempat semula. Gejala ini
menimbulkan kenaikan tekanan yang sangat tajam sehingga menyerupai suatu
pukulan dan dinamakan gejala pukulan air (water pressure).
Pukulan mengakibatkan berbagai kesulitas seperti kerusakan pada
peralatan plambing, getaran pada sistem pipa, patahnya pipa, kebocoran dan
suara berisik. Artinya dapat mengurangi umur kerja peralatan dan sistem pipa.
Kekuatan tekanan pukulan air bergantung pada jangka waktu untuk
menutup keran atau katup tersebut. Besarnya tekanan pukulan air ini sebanding
dengan kecepatan aliran air sebelum katup menutup. Karena itu kecepatan ini
harus dapat dikurangi sebelum katup menutup rapat.
Pukulan air dapat terjadi dalam keadaan berikut ini :
Tempat-tempat dimana katup ditutup atau dibuka mendadak.
Keadaan di mana tekanan air di dalam pipa selalu tinggi.

Keadaan di mana kecepatan air di dalam pipa selalu tinggi.


Keadaan di mana banyak jalur ke atas dan ke bawah dalam sistem
pipa
Keadaan di mana banyak belokan dibandingkan jalur lurus.

Gejala pukulan air dapat dicegah dengan cara-cara sebagai berikut :


1. Menghindarkan tekanan kerja yang terlalu tinggi.
2. Menghindarkan kecepatan aliran yang terlalu tinggi
3. Memasang rongga udara atau alat pencegah pukulan air.
6

4. Menggunakan dua katup-bola-pelampung pada tangki air. (Soufyan


M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).
2.2 Sistem Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih yang sering digunakan dapat dikelompokkan
menjadi 4 bagian, antara lain :
1. Sistem Sambungan Langsung
Yaitu sistem di mana pipa distribusi dalam gedung (bangunan) disambung
langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih (misalnya, pipa utama di bawah jalan
dari perusahaan air minum). Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan
dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat
diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah, karena terbatasnya
tekanan dalam pipa dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut.
Gambar 1 Sistem Sambungan Langsung

2. Sistem Tangki Atap


Sistem tangki atap digunakan sebagai pengganti apabila sistem sambungan
langsung oleh berbagai alasan yang tidak dapat diterapkan. Sistem tangki atap adalah
suatu sistem di mana air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada
tangki terendah bangunan atau bawah muka tanah), kemudian dipompakan ke suatu
7

tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan.
Dari tangki ini air di distribusikan ke seluruh bangunan.
Sistem tangki atap seringkali diterapkan karena berbagai alasan :
Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing hampir
tidak berarti. Perubahan tekanan yang terjadi ini hanyalah akibat perubahan muka air
dalam tangkai atap.
Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara otomatis dengan cara
yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya kesulitan.
Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan misalnya, tangki tekan.
Tekanan pada pipa utama penyediaan air bersih mencukupi tetapi tidak mampu
menyuplai kebutuhan maksimum.
Untuk bangunan yang cukup besar, sebaiknya disediakan pompa cadangan untuk
menyediakan atau menaikkan air ke tangki atap. Pompa cadangan ini dalam keadaan
normal biasanya dijalankan bergantian dengan pompa utama, untuk menjaga agar kalau
ada kerusakan atau kesulitasn dapat segera diketahui.

Gambar 2
Sistem Tangki Atap
3. Sis
te
m Tangki Tekan
Yaitu sistem dimana air yang disimpan dalam tangki tertutup berada dalam
keadaan terkompresi. Prinsip kerja sistem ini adalah air yang telah ditampung ke dalam
8

tangki bawah (seperti halnya pada sistem tangki atap), dipompakan ke dalam suatu tangki
tertutup sehingga udara di dalamnya berkompresi. Air dari tangki tersebut dialirkan ke
dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatis yang dapat menutup
atau membuka saklar motor listrik penggerak pompa, pompa berhenti bekerja kalau
tekanan tangki telah mencapai suatu batas maksimum yang ditetapkan pula. Daerah
fruktuasi tekanan ini biasanya ditetapkan antara 1,0 sampai 1,5 kg/cm3.
Kelebihan-kelebihan sistem tangki tekan antara lain :
1.

Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak terlalu menyolok


dibandingkan dengan tangki atap.

2.

Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama


pompa-pompa lainnya.

3.

Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di
atas menara.
Sedangkan kekurangannya adalah :
1.

Daerah fruktuasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm3 sehingga dapat menimbulkan fruktuasi
aliran air yang cukup berarti pada alat plambing.

2.

Sistem tangki tekan merupakan sistem pengaturan otomatik bukan sebagai sistem
penyimpan air.

3.

Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki tekan relatif sedikit sehingga
dapat menyebabkan keausan pada saklar yang cepat.

Gambar 3
9

Sistem Tangki Tekan

4. Sistem Tanpa Tangki


Yaitu sistem di mana air langsung dipompakan ke sistem distribusi bangunan dan pompa
menghisap air langsung dari pipa utama penyediaan air minum. Sistem ini dilarang karena dapat
memperoleh dan mempengaruhi distribusi air selanjutnya.
Dalam pemilihan sistem penyediaan air bersih, banyak hal yang harus diperhatikan seperti
penggunaan bahan, jenis gedung, kuantitas pemakaian air, segi estetika, tekanan air pada sistem
penyediaan air bersih kota, tinggi bangunan dan lain-lainnya. (Soufyan M.Noerbambang dan
Takeo Morimura, 2000)
2.3 Laju Aliran Air
Pemakaian air oleh masyarakat bertambah besar seiring dengan kemajuan masyarakat
tersebut, sehingga pemakaian air seringkali dipakai sebagai salah satu tolak ukur tinggirendahnya kemajuan suatu masyarakat.
Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk sesuatu bangunan, kapasitas peralatan
dan ukuran pipa-pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air yang harus disediakan kepada
bangunan tersebut. Jumlah dan laju aliran air tersebut seharusnya diperoleh dari penelitian
keadaan sesungguhnya dan kemudian dibuat angka-angka peramalan yang sedapat mungkin
mendekati keadaan sesungguhnya setelah bangunan digunakan. Tidak ada angka-angka jumlah
dan laju aliran air yang berlaku atau telah disetujui oleh seluruh bangsa di dunia. Walaupun
demikian, beberapa ahli telah mencoba menyusun angka-angka yang dapat dipakai sebagai
patokan, sebagaimana tercantum dalam tabel berrikut ini
Tabel 1 Pemakaian air rata-rata per orang setiap hari
Pemakaian air rataNo

Jenis Gedung

rata sehari
(liter)

Jangka waktu

Perbandingan

pemakaian ai

luas lantai

rata-rata sehari
(jam)

efektif / total
(%)

Keterangan

10

Perumahan Mewah

Rumah biasa

Apartment

Asrama

Rumah sakit

Sekolah dasar

SLTP

SLTA dan lebih


tinggi

Rumah-toko

10

Gedung kantor

250

8-10

42-45

Setiap penghuni

160-250

8-10

50-53

Setiap penghuni

200-250

120
Mewah > 1000
Menengah 500-1000
Umum 350-500

8-10

45-50

45-48

40

58-60

Guru 100 liter

50

58-60

Guru 100 liter

80

Guru / dosen 100 liter

100-200

Penghuninya 160 liter

100

60-70

Setiap pegawai
Pemakaian air hanya

ada, department

Pabrik / Industri

pasien)
Pasien luar 8 liter
Staf / pegawai 120 liter
Keluarga pasien 160 liter

8-10

55-60

store)

12

Bujangan
(Setiap tempat tidur

Toserba (toko serba


11

Mewah 250 liter


Menengah 180 liter
Bujangan 120 liter

untuk kakus, belum


termasuk untuk bagian
restorantnya
Per orang, setiap giliran

Buruh pria : 60
Buruh wanita : 100

(kalau kerja lebih dari 8


jam sehari)
Setiap penumpang yang

13

Stasiun / Terminal

15

tiba maupun yang


berangkat
11

14

Restoran

30

Untuk penghuni 160 liter


Untuk penghuni 160 liter
Pelayan 100 liter
70 % dari jumlah tamu

15

Restoran umum

15

membutuhkan 15
liter/orang untuk cuci
tangan, kakus,dsb.
Kalau digunakan siang
dan malam, pemakaian
air dihitung per

16

Gedung pertunjukan

30

penonton. Jam
pemakaian air dalam
table adalah untuk satu
kali pertunjukkan
Kalau digunakan siang
dan malam, pemakaian
air dihitung per

17

Gedung bioskop

10

penonton. Jam
pemakaian air dalam
table adalah untuk satu
kali pertunjukkan
Pedagang besar 30

18

Toko pengecer

40

liter/tamu
150 liter / staf atau 5
liter per hari setiap m2
luas lantai
Untuk setiap tamu,untuk

19

20

Hotel / Penginapan

Gedung peribadatan

250-300

10

10

120-150 liter;
penginapan 200 liter
Didasarkan jumlah
Jemaah per hari

12

Untuk setiap pembaca

21

Perpustakaan

25

22

Bar

30

Setiap tamu

23

Perkumpulan social

30

Setiap tamu

24

Kelab malam

120-350

Setiap tempat duduk

150-200

Setiap tamu

100-200

Setiap staf

25
26

Gedung
perkumpulan
Laboratorium

yang tinggal

(Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000)


2.4 Rumus untuk memperkirakan laju aliran air
Sebagai akibat adanya gesekan air terhadap dinding pipa, maka timbul tekanan terhadap
aliran yang biasanya disebut kerugian gesek. Kerugian gesek ini dapat dinyatakan dengan
rumus Darcy-Weisbach sebagai berikut :
l
v2
h = () ( d ) ( 2 g )
dimana :
h
l
d
v
g

: Kerugian gesek pipa lurus


: Panjang pipa lurus
: Diameter dalam
: Kecepatan rata-rata aliran air
: Percepatan gravitasi 9,8

(m)
(m)
(m)
(m/detik)
(m/det/det)

h
Kerugian gesek untuk setiap satuan panjang pipa ( l )disebut gradient hidrolik,
dinyatakan dengan i ; dan kalau laju aliran air dinyatakan dengan Q maka secara
eksperimentil diperoleh hubungan berikut ini yang dikenal sebagai rumus HazenWilliams:
2,63
0,54
Q = (1,67) (c) ( d
)( i
) (10000)

dimana :
13

Q
c
d
i

: Laju aliran air


(liter / menit)
: Koefisisen kecepatan aliran
: Diameter dalam pipa
(m)
: Gradien hidrolik
(m/m)

(Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000)


2.5 Cara Penentuan Air Bersih
Dalam penentuan air bersih terdapat 3 cara yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut :
1. Berdasarkan jumlah penghuni
Jika jumlah penghuni tidak diketahui, dapat diperkirakan berdasarkan luas lantai
efektif, serta menetapkan kepadatan hunian, misalnya 5 sampai 10 m2 per orang.
Dengan memilih standar pemakaian air per orang sehari berdasarkan jenis
penggunaan gedung, jumlah pemakaian air per hari seluruh gedung dpat diketahui.
Pemakaian air rata-rata dapat pula dihitung dengan membaginya untuk 24 jam pada
waktu-waktu tertentu pemakaian air ini akan melebihi pemakaian air rata-rata dan
yang tertinggi dinamakan pemakaian air jam puncak; laju aliran air pada jam puncak
inilah yang digunakan untuk menentukan ukuran pipa dinas maupun pipa utama (dari
tangki atap), pompa penyedian air.

Qh =

Qd
T

dimana :
Qh

: Pemakaian air rata-rata (m3/jam)

Qd

: Pemakaian air rata-rata sehari (m3)

: Jangka waktu pemakaian (jam)

Pemakaian air jam puncak dinyatakan sebagai berikut :


Qh max = (c1) (Qh)
Dimana konstanta c1 biasanya berkisar antara 1,5 sampai 2,0 bergantung kepada
lokasi, sifat penggunaan gedung, dsb. Sedangkan pemakaian air pada menit-menit
puncak dapat dinyatakan sebagai berikut :
14

Qm max = (c2) (Qh/60)


Dimana konstanta C2 berkisar antara 3,0 sampai 4,0.
2. Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
Sebagai contoh dapat ditinjau sebuah gedung aparteman untuk 50 keluarga,
dimana untuk 30 keluarga disediakan satu kamar tidur dan untuk 20 keluarga
disediakan dua kamar tidur.perlengkapan untuk setiap keluarga disediakan satu kloset
duduk dengan bak penggelontor, satu bak mandi (bath tub), satu bak cuci tangan, dan
satu bak cuci dapur. Untuk penggunaan bersama seluruh penghuni gedung disediakan
8 bak cuci pakaian (termasuk mesin cuci listrik).
3. Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing
Untuk cara ini setiap alat plambing ditetapkan satu unit beban (lampiran tabel).
Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan besarnya laju aliran air, kemudian dengan
kurva hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran dapat diketahui
debit air yang dibutuhkan.
Rumus yang digunakan :

Jumlah unit beban alat plambing = jumlah alat plambing x unit beban alat

plambing. (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000)


2.6 Sistem Plambing Air Bersih
2.6.1 Persyaratan Umum
Alat-alat plambing yang dipasang sebaiknya memenuhi persyaratan standar yang diacu
dan standar produk lain yang terkait di luar acuan normatif dapat dilihat pada lampiran E.
Alat plambing yang memenuhi persyaratan standar pada Lampiran E melalui pengujian
oleh laboratotium uji terakreditasi dapat memperoleh sertifikat SNI untuk alat plambing
tersebut. (SNI 8153 : 2015)
2.6.2

Perlengkapan alat plambing

Dalam merencanakan suatu sistem perpipaan dalam gedung, perlu diketahui


perlengkapan alat plambing. Beberapa perlengkapan alat plambing terdiri dari :

Gate Valve, berfungsi apabila terjadi kerusakan / perawatan pada pipa cabang
tidak perlu mematikan seluruh instalasi.

Check Valve, sebagai katup aliran searah berfungsi untuk mencegah pukulan
air.
15

Globe Valve, berfungsi untuk mengatur dan membatasi laju aliran pada pipa
cabang.

Flush Valve, disebut juga katup gelontor yang bisa digunakan pada kloset atau
peturasan. (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000)

2.6.3

Peralatan Saniter

Peralatan saniter seperti kloset/kakus, peturasan dan bak cuci tangan, umumnya dibuat
dari bahan porselen atau keramik. Bahan ini cukup populer karena biaya pembuatannya
cukup murah dan ditinjau dari segi sanitasi sangat baik. Bahan lain yang cukup banyak
digunakan di Indonesia adalah teraso, walaupun untuk membersihkannya lebih sulit
daripada bahan porselen. Adapun jenis peralatan saniter adalah sebagai berikut :
1. Kloset
Kloset dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
Kloset umum
Kloset yang diperuntukkan untuk semua norang yang dalam kondisi normal,

dengan ukuran dan spesifikasi tertentu untuk manusia normal secara fisik.
Kloset anak-anak
Kloset yang diperuntukkan bagi anak-anak, dengan ukuran anak dan

spesifikasi tertentu.
Kloset difabel
Kloset yang diperuntukkan bagi orang yang mempunyai kebutuhan khusus

dengan spesifikasi dan ukuran tertentu


Kloset duduk dan jongkok
Kloset yang digunakan untuk keperluan umum sesuai kebiasaan dan standar
yang berlaku. (SNI 8153 : 2015)

16

Gambar 4 Macam-macam Kloset


Selain itu, kloset dibagi dalam beberapa golongan menurut konstruksinya yaitu :
a) Tipe Tipe wash-out
Tipe ini adalah yang paling tua dari jenis kolset duduk. Kotoran tidak jatuh
ke dalam air yang merupakan sekat, melainkan pada suatu permukaan
penampang yang agak luas dan sedikit berair, sehingga seringkali pada waktu
penggelontoran tidak bersih bettul. Akibatnya sering menimbulkan bau yang
tidak sedap.
b) Tipe wash-down
Tipe ini memiliki konstruksi sedemikian hingga kotoran jatuh langusng atau
tidak langsung ke dalam air sekat, sehingga bau yang timbul akibat sisa
kotoran kurang dibandingkan dengan tipe wash-out
c) Tipe siphon
Tipe ini mempunyai konstruksi jalannya air buangan yang lebih rumit
dibandingkan tipe wash-down, untuk sedikit menunda aliran buangan
tersebut sehingga timbul efek siphon. Jumlah air yang ditahan dalam
mangkuk sebagai sekat lebih banyak, juga muka airnya lebih tinggi,
disbanding tipe wash-down. Oleh karena itu bau lebih berkurang lagi pada
tipe ini
d) Tipe siphon-jet
17

Tipe ini dibuat agar menimbulkan efek siphon yang lebih kuat, dengan
memancarkan air dalam sekat melalui suatu lubang kecil searah aliran air
buangan.

Dibandingkan

dengan

tipe

siphon,

tipe

siphon-jet

akan

menggunakan air penggelontor lebih banyak.


e) Tipe blow-out
Tipe ini sebenarnya dirancang untuk menggelontor dengan cepat air kotor
dalam mangkuk kloset, tetapi akibatnya membutuhkan air dengan tekanan
sampai 1 kg/cm2, dan menimbulkan suara berisik. (Soufyan M.Noerbambang
dan Takeo Morimura, 2000)
2. Peturasan
Ditinjau dari segi konstruksinya, peturasan dapat dibagi seperti kloset. Yang
paling banyak diguanakn

dari tipe wash-down. Untuk tempat-tempat umum,

sering dipasang peturasan berbentuk mirip Talang yang terbuat dari porselen,
plastik atau baja bahan karat, dan harus memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Dalamnya talang 15 cm atau lebih
2. Pipa pembuangan ukuran 40 mm atau lebih dan dilengkapi dengan saringan
3. Pipa penggelontor harus diberi dengan lubang-lubang untuk menyiram bidang
belakang tulang dengan lapisan air
4. Laju aliran air penggelontor dapat ditentukan dengan menganggap setiap 45
cm panjang talang ekivalen dengan satu peturasan biasa.
3. Keran air
Keran air ada beberapa macam :
Keran air yang dapat dengan mudah dibuka dan ditutup yang digunakan untuk

berbagai keperluan
Keran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup sendiri, misalnya untuk cuci

tangan
Keran air yang laju alirannya diatur oleh ketinggian muka air, yaitu keran atau

katup pelampung
4. Perangkap
Suatu peralatan yang berfungsi sebagai penyekat atau mencegah masuknya
gas-gas yang berbau atau beracun akibat pipa pembuangan yang tidak selalu
terisi air. (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000)
5. Bidet
Penerapan bidet harus sesuai dengan standar berlaku. Pasokan air untuk
bidet

harus dilindungi oleh perangkap udara atau sesuai ketentuan yang

berlaku.
18

6. Urinal
Urinal harus memiliki pemakaian air pembilas rata-rata tidak melebihi 4 liter.
Yang perlu diperhatikan tentang urinal :
1. Jenis urinal palung harus memenuhi syarat persyaratan penggelontoran
2. Jenis urinal yang ditetapkan harus dilengkapi pancuran air. (SNI 8153 :
2015)

Gambar 5
Macam-macam Kloset
2.6.4

Penempatan Alat Plambing


a. Penerangan dan ventilasi untuk tempat alat plambing

Alat plambing hanya boleh ditempatkan di dalam ruangan yang diberi


penerangan dan ventilasi sesuai dengan peraturan yang berlaku, kecuali
pancaran air minum dan bak cuci tangan tunggal;

Kloset, urinal, bak mandi, bak air mandi, dan shower hanya boleh
ditempatkan di dalam

ruangan

yang

mempunyai ventilasi

yang

berhubungan langsung dengan udara luar. Sistem ventilasi mekanis dapat


digunakan untuk mengeluarkan udara dari ruangan tersebut ke udara luar;

Alat plambing yang menerima buangan tidak langsung boleh ditempatkan


di dalam ruangan
yang baik,

yang

bilamana

mempunyai

penggunaan

alat

penerangan
plambing

dan

ventilasi

tersebut

tidak

menimbulkan gangguan. Alat plambing tersebut tidak boleh ditempatkan


di dalam ruang penyimpanan, gudang atau ruang tertutup tidak
berventilasi.
b. Penempatan kloset, bak mandi, bak air mandi, dan urinal

Kloset, urinal, bak mandi, dan shower di dalam bangunan gedung selain
rumah tinggal untuk satu atau dua keluarga harus ditempatkan di dalam
19

kamar mandi atau toilet, yang dilengkapi dengan lantai rapat air dan
diteruskan pada dinding sekurang-kurangnya setinggi 15 cm di atas muka
lantai kecuali pada pintu;

Kloset, urinal, bak mandi, dan shower tidak boleh ditempatkan pada lantai
yang terletak langsung di atas tempat pembuatan, pengepakan, persiapan,
penyimpanan, dan peragaan makanan.

c. Penempatan dengan adanya jendela, pintu, dan jalan ke luar ruangan

Alat plambing dan perlengkapannya harus ditempatkan sedemikian


rupa, sehingga tidak mengganggu jendela, pintu atau jalan ke luar ruangan

d. Pemasangan alat plambing


Pada pemasangan alat plambing harus diperhatikan jarak penmpatannya

sehingga mudah digunakan, dibersihkan, dan diperbaiki.


Pipa air minum dan pipa pembuangan suatu alat plambing lebih baik
dihubungkan ke masing-masing pipa dalam dinding terdekat dari pada
menembus lantai. Alat plambing yang mempunyai sambungan

dengan

paking atau gasket jenis


Sambungan geser yang tersembunyi harus dilengkapi sedemikian rupa

dengan
Ruang panel, sehingga sambungan geser mudah dicapai untuk diperbaiki;
Alat plambing harus dipasang mendatar sejajar dengan dinding yang
berdekatan.

e. Penutupan

Bila alat plambing dipasang menempel pada dinding atau lantai,


makabagian pipa yang menempel pada dinding atau lantai harus ditutup
rapat terhadap rembesan.

f. Pengaman dan penunjang kloset serta urinal yang menempel pada


dinding

Kloset dan urinal jenis menempel pada dinding harus dipasang kuat serta
aman pada dinding tersebut dan dilengkapi dengan penunjang yang tahan
lama serta tersembunyi, sehingga tidak ada tegangan yang diteruskan ke
sambungan pipa.
20

2.6.5

Sistem Pipa
Pada dasarnya ada dua sistem pipa penyediaan air dalam gedung, yaitu sistem

pengaliran ke atas dan sistem pengaliran ke bawah. Dalam sistem pengaliran ke atas, pipa
utama dipasang dari tangki atas ke tangki bawah sampai langit-langit terbawah dari
gedung. Kemudian bercabang-cabang tegak ke atas untuk melayani lantai-lantai di
atasnya. Sedangkan sistem pengaliran ke bawah. Pipa utama dari tangki atas dipasang
mendatar dalam langit-langit lantai teratas dari gedung dan dari pipa mendatar ini dibuat
cabang-cabang tegak ke bawah untuk melayani lantai dibawahnya.
Suatu sistem di mana digunakan pipa hantar dari pompa tangki air bawah ke
tangki atas terpisah dari pipa air untuk melayani lantai-lantai gedung, dinamakan sistem
dua pipa atau sistem pipa ganda. Kalau ke dua fungsi tersebut di atas dilayani oleh satu
pipa maka dinamakan sistem satu pipa atau sistem pipa tunggal.
Dalam sistem pipa ganda tekanan air pada peralatan plambing tidak banyak
berubah, karena hanya terpengaruh oleh tinggi rendahnya muka air dalam tangki atas.
Sedangkan dalam sistem pipa tunggal, tekanan air pada peralatan plambing akan
bertambah pada waktu pompa bekerja mengisi tangki.
Dalam sistem ini ukuran pipa ditentukan oleh pengairan air dari tangki atas ke
peralatan plambing.
Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam perancangan sistem pipa :
1. Pipa harus dirancang dan dipasang sedemikian rupa sehingga udara maupun air dapat
dibuang atau dikeluarkan dengan mudah.
2. Pipa mendatar pada sistem pengaliran ke atas sebaiknya dibuat agak miring atas dan
sebaiknya pada sistem pengaliran ke bawah dengan kemiringan 1/300.
3. Perpipaan yang tidak merata, melengkung harus dihindarkan.
4. Harus dihindarkan membalikkan arah aliran. (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo
Morimura, 2000)
2.6.6

Jenis pipa yang digunakan

Pada sistem perpipaan penyediaan air bersih, jenis pipa yang digunakan :
1.

Cost Iron Pipe

21

Pipa jenis ini dibuat dari grey cost iron dan merapatkan logam yang kuat dan tahan
terhadap erosi, tidak mudah bocor, tidak menyerap air. Sedangkan kerugiannya adalah
berat.
2.

Galvanized Steel Pipe


Terbuat dari mild carbon. Keuntungannya adalah kuat, murah, tidak rusak akibat
pengangkutan kasar, serta tahan terhadap shock dan stress. Kerugiannya adalah proses
penyambungan agak lama sehingga ongkos buruh tinggi.

3.

PVC
Keuntungan dari pipa ini adalah tidak mempunyai sifat horosif, lebih ringan dan
mudah di potong, mudah di dapat dan harganya murah. Kerugiannya adalah mudah
pecah. (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000)

2.6.7

Pemasangan katup
Dari pipa utama (tegak ataupun mendatar) biasanya dibuat pipa-pipa cabang yang

melayani tiap lantai pada gedung bertingkat. Pada pipa-pipa cabang ini, sedekat mungkin
dengan pipa utamanya , hendaklah dipasang katup-katup pemisah agar kalau perlu
dilakukan perawatan/perbaikan pada cabang tersebut, maka tidak perlu instalasinya
seluruh gedung dimatikan.
Katup sorong (gate valve) banyak dipasang sebagai katup pemisah pipa cabang
dan kalau katup tersebut merangkap pula berfungsi untuk mengatur (membatasi) laju
aliran air pada pipa cabang tersebut biasanya dipasang katup bola (globe valve). (Soufyan
M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000)

22

Gambar 6 Lubang Pemeriksa di lantai (hand hole).


2.6.8

Tekanan air dan kecepatan alir


Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam

pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit terkena pancaran
air mempercepat kerusakan peralatan plambing dan menambah kemungkinan timbulnya
pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik berkisar dalam suatu daerah yang agak lebar
dan bergantung pada persyaratan pemakai atau alat yang harus dilayani.
Kecepatan aliran air yang terlampau tinggi akan dapat menambah kemungkinan
timbulnya pukulan air dan menimbulkan suatu suara berisik dan kadang-kadang
menyebabkan ausnya permukaan dalam pipa. (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo
Morimura, 2000).
2.6.9

Penentuan ukuran pipa


Ukuran pipa ditentukan berdasarkan laju aliran puncak. Di samping itu ada

tambahan pertimbangan lain yang didasarkan pada pengalaman perancang ataupun


kontraktor pelaksana. Dalam menentukan ukuran pipa perlu juga dipertimbangkan batas
kerugian gesek atau gradien hidraulit yang diizinkan. Demikian pula batas kecepatan
tertinggi yang biasanya 2 m/detik atau kurang. Ada dua macam metode penentuan ukuran
pipa :
Metode Kerugian gesek yang di izinkan
Kerugian gesek yang di izinkan , dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
(1000)( H H 1)
R=
( l+l )
dimana

: R = Kerugian gesek yang di izinkan (mm/ m)


H = Head Statik pada alat plambing (m)
H1= Head standard pada alat plambing (m)
l = Panjang pipa lurus (m)
l= Panjang ekuivalen perlengkapan pipa (m)

Dari Pustaka (2) yaitu HASS 206-1976, Plumbing Code, diperoleh rumus ini:
R=

(1000)( H H 1)
( K ) (L+l )
23

dimana

: H = Koefisien sistem pipa (besarnya 2-3)


L = Panjang pipa lurus, pipa utama (m)
l = Panjang pipa lurus, pipa cabang (m)

Untuk lantai ke (n), kerugian gesek yang dizinkan dapat dihitung dengan rumus :

Rn =
dimana : Rn

= Kerugian gesek di izinkan pada lantai ke (n)

Rn-1 = Kerugian gesek di izinkan pada lantai ke (n-1)


Rn-2 = Kerugian gesek di izinkan pada lantai ke (n-2)
Hn

= Head statistik pada alat plambing lantai ke (n)

H1n = Head statistik standard alat plambing pada lantai ke (n)


H

= Koefisien

Ln

= Panjang lurus pipa utama pada lantai ke (n)

Ln-1 = Panjang lurus pipa utama pada lantai ke (n -2) sampai lantai ke
(n-1)
Ln-2 = Panjang lurus pipa utama pada lantai ke (n-2) sampai lantai ke (n2)
Ln

= Panjang lurus pipa-pipa cabang pada lantai ke (n)

Metode menggunakan ekuivalensi tekanan pipa.


Metode ini di dasarkan pada konsep sirkit tertutup pipa pipa cabang yang
bermula dari suatu pipa pengumpul (header) dan kembali lagi, yang berarti
kerugian gesek dalam masing-masing pipa cabang tersebut sama.
Metode ini sangat praktis digunakan untuk menghitung secara kasar ukuran pipa
yang melayani jumlah alat plambing yang relatif kecil. Langkah-langkah
penentuan dimensi pipa dengan metode ini adalah :
1. Menentukan alat plambing yang digunakan.
2. Menentukan pipa air masuk alat plambing.
3. Menentukan nilai ekuivalen pipa.
4. Menjumlahkan nilai ekuivalen pipa.
24

5. Menentukan faktor pemakaian bersama untuk sejumlah alat plambing tertentu.


6. Mengalihkan jumlah ekuivalen dengan faktor pemakaian.
7. Mengoreksi diameter pipa sesuai dengan nilai ekuivalen yang baru.
8. Lihat pula laju aliran untuk tiap alat plambing.
9. Hitung nilai kecepatan, apakah memenuhi syarat yang di izinkan .
10. Jika ternyata kecepatannya tidak memenuhi syarat maka diameter pipa di ubah
sehingga memenuhi persyaratan yang diinginkan
(Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).
2.4.1

Ground Reservoar dan Roof Tank


Apabila tekanan dan pipa tidak cukup mensuplai air bersih untuk kebutuhan
gedung, ataupun tidak tercukupinya kebutuhan maksimum, maka dalam hal ini
dapat dilakukan penampungan air bersih telebih dahulu didalam tangki air
sebelum didistribusikan ke reservoir.
o Ground Reservoar
Rumus yang digunakan didalam medesain ground reservoar adalah :
VR = Qd Qs.T + Vf
dimana :
VR

: Volume ground reservoar (m3)

Qd

: Kebutuhan air per hari (m3/hari)

Qs

: Kapasitas air dinas (m3/jam)

: Rata-rata pemakain air per hari (jam/hari)

Vf

: Volume kebutuhan air untuk pemadam kebakaran (m3)

o Roof Tank
Roof tank digunakan untuk menampung air yang akan didistribusikan ke seluruh
gedung. Air dari ground reservoar dipompakan ke atas yang kemudian
didistribusikan keseluruh gedung.
Volume roof tank dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
VE = (Qp Q max) Tp Qpu x Tpu
Dimana :
25

VE

: Kapasitas efektif roof tank (lt)

Qp

: Kebutuhan puncak (lt/menit)

Q max : Kebutuhan jam puncak (lt/menit)

2.4.2

Qpu

: Kapasitas pompa pengisi (lt/menit)

Tp

: Jangka waktu kebutuhan puncak (menit)

Tpu

: Jangka waktu kerja pompa pengisi (menit)

Jenis pompa untuk air bersih


Jenis-jenis pompa penyediaan air yang banyak digunakan adalah :
1. Jenis putar.
Kelebihan jenis ini adalah :
Ukuran kecil dan ringan.
Dapat memompa terus-menerus tanpa gejolak
Konstruksi sederhana dan mudah dioperasikan

Dari jenis ini dapat dibagi menjadi 2 tipe pompa yaitu :


a). Pompa Sentrifugal
Komponen utama dari pompa sentrifugal adalah impeller (bagian yang
berputar) dan rumah pompa (stasioner). Pompa dengan Impeller tunggal
disebut pompa tingkat tunggal (Single Stage). Apabila beberapa Impeller
dipasang pada suatu poros dan air dialirkan dari Impeller pertama ke Impeller
berikutnya disebut dengan pompa tingkat banyak ( Multi Stage).
Gambar 7 Impeler Pompa Sentrifugal

b). Pompa diffuser atau pompa turbin


26

Pompa yang mempunyai diffuser atau sudut-sudut pengarah terpasang


pada rumahnya yang berfungsi mengarahkan aliran air keluar dari Impeller.
Dalam pompa ini terjadi juga tingkat tunggal atau tingkat banyak. Pompa
Submersibel adalah suatu pompa dengan konstruksi dimana bagian pompa
dan motor listriknya merupakan suatu satu kesatuan dan terbenam dalam air.
Kelebihan dan ciri-ciri pompa submersibel :
-

Tidak diperlukan suatu bangunan pelindung popma

Tidak berisik

Konstruksinya sederhana, karena tidak ada poros penyambung dan


bantalan perantara

Pompa dapat bekerja pada kecepatan putaran tinggi

Mudah dipasang

Harga relatif murah


Gambar 8 Pompa Difuser

2. Pompa Jenis Langkah Positif (Positive Displacement)


Pompa jenis ini terdiri dari :
a).

Pompa Torak
Yaitu jenis pompa yang mempunyai gerakan torak bolak-balik didalam
silinder yang akan menimbulkan tekanan positif atau negatif pada satu sisinya,
yang akan membuka katup keluar atau katup masuk, dan mengalirkan air
keluar kedalam pipa atau masuk kedalam silinder. Jumlah air yang dialirkan
sama dengan volume langkah dari torak tersebut.

b).

Pompa Tangan.
Prinsipnya sama dengan pompa torak, hanya konstruksinya yang dibuat
khusus agar mudah digerakkan dengan tangan dengan. Kemampuannya untuk
mengangkat air terbatas oleh kemampuan daya manusia.

3. Pompa Khusus
Pompa Vortex
27

Pompa yang mempunyai Impeller dengan kekuatan lekukan-lekukan yang


dipotong pinggirannya yang berputar dalam silinder (silindris). Ciri khas dari
karakteristik pipa ini adalah mampu memberikan tekanan yang tinggi pada
laju aliran yang tidak besar.
Pompa Gelembung Udara
Disebut juga air lift pomp karena air dalam suatu pipa terangkat oleh
gelembung-gelembung air sebagai akibat adanya perbedaan berat jenis dan
udara.
Pompa Jet
Disebut juga pompa injeksi yang merupakan suatu sistem yang teridiri dari
sebuah pompa sentrifugal dan suatu jet ejektor digunakan untuk memompa
sumur dengan muka airnya lebih dari 10 m dibawah muka tanah.
Pompa Bilah (Wing Pomp)
Pompa ini digerakkan tangan dan sering dipakai untuk perumahan. Pompa ini
mampu mengangkat air dengan kedalaman 60 m. Kelemahannya adalah
Impeller yang makin lama makin aus, sehingga efisiensinya menurun dan
kemampuannya mengangkat air berkurang. (Soufyan M.Noerbambang dan
Takeo Morimura, 2000).
2.5 Rumus Daya Efisiensi Pompa
Rumus Daya Efisiensi Pompa
Energi yang setara diterima oleh zat cair dari pompa per satuan waktu disebut daya
air (Whp = WAter Hourse Power), 1 hp = 746 watt.
Whp = 0,163.Q..H
P

atau

= Q.H.g.

dimana : Q = Kapasitas pompa (m3/menit)

= Massa jenis zat cair (m)

= Percepatan gravitasi = 9,81 m/det2

= Berat jenis zat cair

H = Total head pompa (m)


Head Total
Persamaan untuk menghitung head total adalah :
28

H = Hs + Hf +

Vd 2
g + Hp

Dimana :
H

: Head total

Hs

: Head statis (perbedaan tinggi muka air yang dipompa)

Hf

: Kerugian Head akibat gesekan pipa dan aksesorisnya

Vd2/g : Head kecepatan


Hp : Perbedaan head tekanan yang bekerja pada dua permukaan air.
2.6 Sistem Plambing untuk Air Buangan
2.6.1 Jenis air buangan
Air buangan atau sering juga disebut air limbah adalah semua cairan yang
dibuang,baik mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuhan, maupun yang
mengandung sisa-sisa proses dari industri.

Air buangan dapat dibagi menjadi empat golongan :


1. Air kotor
Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, toilet dan air buangan
yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat-alat plambing
lainnya.
2. Air bekas
Air buangan yang berasal dari alat-alat plambing seperti bath tub, bak cuci
tangan, bak dapur, dsb.
3. Air hujan
Air buangan yang berasal dari atap, halaman,dsb.
4. Air buangan khusus
Air buangan yang mengandung racun, gas atau bahan-bahan berbahaya
seperti yang berasal dari laboratorium, tempat pengobatan, rumah sakit,
rumah pemotongan hewan, air buangan yang mengandung bahan radio
2.6.2

aktif dari PLTN, air yang mengandung lemak dari restoran, dsb.
Klasifikasi sistem pembuangan air
Sistem pembuangan air kotor
Adalah sistem pembuangan melalui air kotor dari kloset, peturasan dan
lain- lain dalam gedung dikumpulkan dan dialirkan keluar.
29

Sistem pembuangan air bekas


Adalah sistem pembuagan dimana air bekas dalam gedung dikumpulkan

dan dialirkan keluar


Sistem pembuangan air hujan
Adalah sistem pembuangan dimana hanya air hujan dari atap gedung dan

tempat lainnya dikumpulkan dan dialirkan ke luar.


Sistem buangan air khusus
Ditinjau dari segi pencemaran lingkungan, sangat berbahaya apabila air
buangan khusus langsung dimasukkan ke dalam roil umum tanpa proses
pengamanan terlebih dahulu

2.6.3

Sistem penyaluran air buangan


Jenis sistem penyaluran air buangan
Sistem penyaluran air buangan yang digunakan dapat dikelompokan menjadi 3
bagian :
o Sistem pembuangan air kotor dan air bekas
Ada 2 macam dalam sistem ini :
Sistem campuran yaitu sistem pembuangan air kotor dan air bekas
dikumpulkan dan dialirkan kedalam saluran yang sama.
Sistem terpisah yaitu sistem pembuangan air kotor dikumpulkan dan
dialirkan secara terpisah. Bila tidak terdapat/tersedia riol umum, maka
sistem pembuangan air kotor terlebih dahulu disambungkan ke instalasi.

Sistem pembuangan air hujan


Seharusnya air hujan disalurkan melalui sistem pembuangan terpisah dari
sistem penyaluran air kotor dan air bekas, karena bila dicampur,
dikhawatirkan akan terjadi penyumbatan saluran, air hujan akan mengalir
balik dan masuk kedalam alat plambing terendah dalam sistem tersebut.
o Sistem gravitasi dan sistem bertekanan

Sistem gravitasi yaitu pengaliran air buangan diusahakan gravitasi


dengan mengtur letak dan kemiringan pipanya.

30

Sistem bertekanan yaitu sistem pengaliran dengan menggunakan


pemompaan yang bekerja secara otomatis dari bak penampung dimana
air buangan dikumpulkan menuju ke riol umum.
2.6.4

Debit Air Buangan

Debit air buangan berkaitan dengan debit air bersih yang dikonsumsi oleh setiap orang.
Disini dapat digunakan kriteria perencanaan dimana :
Q air buangan = 60 % - 80% Q air bersih

2.6.5

Sistem Plambing Air Buangan

1) Bagian pipa pembuangan


Bagian-bagian pembuangan dibedakan atas :
a. Pipa pembuangan alat plambing
Adalah pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap alat plambing
dengan pipa pembuangan lainnya dan biasanya dipasang tegak. Untuk
mencegah efek sifon pada air yang ada dalam perangkap, jarak tegak dari
ambang punuk perangkap sampai pipa pembuangan mendatar dibawahnya
harus tidak lebih dari 60 cm.
b. Pipa pembuangan cabang mendatar
Adalah semua pipa pembuangan mendatar yang menghubungkan pipa
pembuangan alat plambing dengan pipa tegak air buangan.
c. Pipa tegak air buangan
Adalah pipa tegak untuk mengalirkan air buangan dari cabang- cabang
mendatar.
d. Pipa tegak air kotor
Adalah pipa tegak untuk mengalirkan air kotor dari cabang-cabang mendatar.
e. Pipa atau saluran pembuangan gedung
Adalah pipa pembuangan dalam gedung, yang mengumpulkan air kotor, air
bekas dan air hujan dari pipa-pipa tegak air buangan.
f. Riol gedung
Adalah pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa-pipa pembuangan
gedung dengan instalasi pengolahan atau dengan riol umum.
2) Kemiringan pipa dan kecepatan aliran
Sitem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air buangan yang
biasanya mengandung bagian-bagian padat. Oleh karena itu, pipa pembuangan harus
mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup sesuai dengan banyaknya jenis air
buangan yang harus dialirkan.

Biasanya pipa dianggap tidak penuh berisi air


31

buangan, melainkan hanya tidak lebih dari

2
3

terhadap penampang pipa sehingga

bagian atas yang kosong cukup untuk mengalirkan udara. Untuk itu dibuat
kemiringan lebih besar atau sama dengan 1/diameter pipa.

Tabel 2 Kemiringan pipa pembuangan horizontal


Diameter pipa (mm)
75 atau kurang

Kemiringan minimum
1
50

100 atau kurang

1
100

Kemiringan pipa pembuangan dan riol gedung dapat dibuat lebih landai dari pada
ketentuan dari tabel diatas, dengan syarat kecepatannya lebih besar atau sama dengan
0,6 m/det. Dengan kemiringan yang lebih curam dari 1/50 cenderung menimbulkan efek
siphon yang akan menyeclut air penutup dalam perangkap pipa alat plambing. Oleh
karena itu untuk jalur yang panjang, ukuran pipa sebaiknya lebih besar atau sama
dengan 50 mm, agar tidak terjadi endapan kotoran dan kerak.
Kecepatan aliran air buangan dalam pipa berkisar antara 0,6 2 m/det. Apabila
kecepatan kurang dari 0,6 m/det, makam kotoran dalam air buangan dapat mengendap
dan akhirnya dapat menyumbat pipa. Sebaliknya bila terlalu cepat akan menimbulkan
turbulensi aliran yang dapat menimbulkan gejolak tekanan dalam pipa yang mungkin
dapat merusak fungsi air penutup dalam perangkap alat plambing.

3) Penentuan dimensi pipa.


Ada beberapa hal mengenai penentuan dimensi pipa yaitu :
Dimensi minimum pipa cabang mendatar
Pipa ini harus mempunyai dimensi yang sekurang-kurangnya sama dengan

diameter terbesar dari perangkap alat plambing yang dilayani.


Dimensi minimum pipa tegak
Pipa ini ukurannya sekurang-kurangnya sama dengan diameter terbesar pipa
cabang mendatar yang disambungkan kepipa tegak tersebut.
Pipa bawah tanah

32

Pipa yang ditanam didalam tanah atau dibawah lantai, minimum berdiameter

50 mm.
Interval cabang
Yaitu jarak pada pipa tegak antara 2 titik dimana cabang mendatar disambung
dengan pipa tegak tersebut. Jarak minimum 2,5 mm.

4) Bahan pelengkap sistem pembuangan


Fungsi dari bangunan pelengkap adalah untuk membantu operasi pemeliharaan
sistem plambing serta mempelancar jalannya sirkulasi air buangan sehingga tidak
terjadi kemacetan atau penyumbatan dari pipa pembuangan.
Bentuk bangunan pelengkap antara lain :
a.

Lubang pembersih
Kotoran dan kerak akan mengendap pada dasar dan dinding pipa pembuangan
setelah digunakan untuk jangka waktu lama. Disamping itu, kadang-kadang ada juga
benda-benda kecil yang sengaja ataupun tidak, jatuh dan masuk dalam pipa. Hal itu
akan menyebabkan tersumabtnya pipa sehingga perlu tindakan untuk pengamanan.
Untuk itu di dalam gedung dipasang lubang pembersih untuk membersihkan pipa
pembuangan gedung.
Lubang pembersih dapat dipasang pada :

Awal dari cabang mendatar pipa pembuangan air.

Pada belokan belokan pipa 45.

Bagian bawah pipa tegak atau didekatnya.


Khusus untuk gedung bertingkat setiap lantai 2 3 lantai.

Didekat sambungan pipa pembuangan gedung dengan riol gedung.

Di beberapa tempat pipa pembuangan yang ditanam dalam tanah (interval 5 8


m).
Gambar 9 Pemasangan Lubang Pembersih
pada Bagian Atas Pipa Tegak Pembuangan

33

b. Bak kontrol
Dipasang pada pipa-pipa yang ditanam didalam tanah pada setiap belokan,
pergantian diameter, percabangan atau ditempat-tempat yang mirip pemasangan
lubang pembersih. Ukuran bak kontrol harus sesuai dengan ukuran pipa dan lokasinya
yang mempunyai keliling yang luas, sehingga mudah untuk pembersihannya, penutup
bak kontrol harus rapat agar tidak membocorkan bau atau gas dari pipa pembuangan.
.

Perangkap
Karena alat plambing tidak terus menerus digunakan dan kemungkinan
pipa pembuang tidak selalu berisi air, maka hali ni dapat menyebabkan keluarnya gas
(berbau/beracun) melalui alat plambing yang dipasang tanpa perangkap, selain itu
perlu ditambahkan pipa vent yang berfungsi mengeluarkan gas-gas yang timbul
dalam pipa.
Gambar 10 Bagian Perangkap

Perangkap yang dilarang


Perangkap yang dilarang pemakaiannya adalah:
1. Perangkap yang penutupnya tergantung dari bagian yang bergerak;

34

Gambar 11 - Perangkap yang penutupnya tergantung dari bagian yang bergerak


2. Perangkap dengan ven punuk (s trap);

Gambar 12 - Perangkap dengan ven punuk


3. Perangkap jenis lonceng, kecuali apabila untuk dipasang pada ruang
pendingin atau bak penampung.

Gambar 13 - Perangkap jenis lonceng . (SNI 8153 : 2015)


d. Saringan (Floor drain)
Floor drain harus dilengkapi dengan saringan yang dapat diangkat. Luas lubang
saringan sekurang-kurangnya harus sama dengan (dua per tiga) dari luas
penampang saluran pembuangan yang dihubungkan dengan pengering lantai tersebut.
Letak floor drain harus selalu mudah dicapai. Selain itu , Perangkap floor drain harus
dari jenis penutup dalam. Air harus disediakan untuk mengisi kembali perangkap
pengering lantai apabila terjadi penguapan. Penyediaan air dapat dilakukan dengan
menempatkan kran atau dengan cara lain yang dibenarkan.
35

Gambar 14 Floor drain

e. Interceptor (penangkap)
Air buangan yang keluar dari alat plambing mungkin mengandung bahan yang
berbahaya yang dapat mengganggu atau menyumbat aliran dalam pipa, yang
mempengaruhi proses pengolahan air buangan atau mungkin mengandung barangbarang berharga yang jatuh pada lubang buangan alat plambing. Untuk mencegah
masuknya

bahan-bahan

tersebut

dipasang

suatu

penangkap.

(Soufyan

M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000)


2.6.5.1 Air limbah dibawah taraf roil
1. Sebagian

air

limbah

dari

jaringan

air

limbah

yang

tidak

dapat

disalurkan secara gravitasi ke dalam riol, harus dibuang melalui jaringan air
limbah di bawah gedung dan dibuang ke dalam jaringan air limbah gedung
gravitasi dengan alat otomatis atau dengan cara lain yang dibenarkan

36

Gambar 15 Air limbah di bawah riol


2. Pemasangan pipa air limbah dan ven dari jaringan air limbah di bawah
gedung harus sama dengan pemasangan pada sistem gravitasi, kecuali apabila
jaringan air limbah tersebut menyalurkan air ke dalam sumuran yang rapat
udara dan berventilasi, pompa ejektor

atau

tangki

penerima,

yang

selanjutnya air limbah harus dibuang sesuai dengan cara yang dibenarkan;
3. Sumuran, pompa ejektor, dan tangki penerima yang hanya menerima air
limbah tidak perlu rapat udara dan tidak perlu dilengkapi dengan pipa ven;

Gambar 16 Sistem ejektor saluran air limbah


4. Dilarang mengalirkan air limbah ke dalam saluran pembuangan yang
dikhususkan untuk air hujan, membuang air limbah dari sistem plambing ke
dalam perairan umum, dan membuang buangan berbahaya dan beracun,
kecuali dilakukan sesuai dengan segala peraturan yang berlakuatau cara lain
yang dibenarkan;
5. Alat plambing dipasang pada taraf lantai yang lebih rendah daripada hulu
aliran air limbah umum atau pribadi harus dilindungi dengan katup aliran
balik. Cleanouts untuk saluran air yang melewati katup air limbah harus
37

secara jelas dapat diidentifikasi dan diberi label permanen yang menyatakan
"katup aliran hilir air limbah.
2.6.5.2 Penyaluran air limbah gravitasi
Dalam penerapan perlengkapan plambing, saluran air limbah harus disalurkan ke
saluran air limbah pribadi atau umum dengan sistem pembuangan secara gravitasi.

Gambar 17 Penyaluran air limbah secara gravitasi


2.6.5.3 Pompa air limbah
Pompa air limbah untuk menyalurkan air dari kloset atau urinal :

Kapasitas pengaliran harus tidak kurang dari 1,26 L/detik;


Pada unit hunian tunggal, pompa harus mempunyai diameter minimum 40 mm.
Dan pipa pelepas pada tiap ejektor atau pompa harus mempunyai katup dengan

diameter tidak kurang dari 2 inci (50 mm);


Pada unit hunian tunggal atau pada unit hunian tunggal lainnya ejektor atau pompa
harus mempunyai diameter minimum 50 mm. Dan pipa pelepas pada tiap ejektor
atau pompa harus mempunyai katup dan diameter tidak kurang dari 3 inci (80
mm).
2.6.5.4.

Buangan Pengganggu
38

1. Buangan bertemperatur tinggi


Buangan uap, pengurasan ketel uap, dan buangan jenis lainnya yang
0
bertemperatur tinggi, lebih dari 40 C, tidak boleh dibuang langsung ke saluran
pembuangan gedung, tetapi harus ditampung terlebih dahulu ke dalam bak
penampung.

Gambar 18 Bak penampung buangan bertemperatur tinggi


2. Buangan yang menyumbat
Air limbah yang dapat menimbulkan penyumbatan di dalam jaringan pembuangan
air limbah atau riol tidak boleh dibuang ke dalam jaringan tersebut, kecuali bila
jaringan tersebut dilengkapi dengan saringan penangkap atau perangkap alat
plambing dengan penangkap endapan atau lemak yang dibenarkan untuk
mengatasi buangan pengganggu.

39

Gambar 19 Contoh penangkap endapan

2.6.6 Ven untuk jaringan air limbah


Jaringan air limbah pada bangunan berlantai lebih dari satu harus dilengkapi dengan
ven yang memungkinkan adanya sirkulasi udara dalam semua pipa dan memungkinkan
keluar masuknya udara.
Jenis pipa ven terdiri dari :

Ven tunggal, pipa yang dipasang pada setiap alat plambing dan disambung pada vent
lainnya atau langsung terbuka keudara luar.

Ven lup, ven ini melayani dua atau lebih perangkap alat plambing dan disambungkan
pada pipa tegak.

Ven pipa tegak, pipa ini merupakan perpanjangan dari pipa tegak air buangan, diatas
cabang mendatar pipa air buangan tertinggi.

Ven bersama, adalah suatu pipa ven yang melayani perangkap dari dua alat plambing
yang dipasang bertolak belakang atau sejajar dan dipasang pada tempat dimana kedua
pipa pengering alat plambing tersebut disambungkan bersama.

Ven basah, adalah pipa ven yang juga menerima air buangan berasal dari alat
plambing selain kloset.

Ven pelepas, adalah pipa ven untuk melepas tekanan udara dalam pipa pembuangan.

Pipa ven balik, adalah bagian pipa ven tunggal yang membelok kebawah, setelah
bagian tegak keatas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat plambing, dan yang
kemudian disambungkan kepada pipa tegak ven setelah dipasang mendatar dibawah
lantai.

Pipa ven yoke, pipa ven ini suatu ven pelepas yang menghubungkan pipa tegak air
buangan kepada pipa tegak ven, untuk mencegah perubahan tekanan dalam pipa tegak
air buangan yang bersangkutan

2.6.7

Sistem Plambing Vent


40

a.

Persyaratan pipa vent


Kemiringan pipa
Dengan kemiringan pipa yang cukup agar air titik air yang terbentuk atau air yang
terbawa masuk kedalamnya dapat mengalir secara gravitasi kembali ke pipa
pembuangan.
Cabang pada pipa ven
Dalam membuat cabang pipa ven harus diusahakan agar udara tidak akan
terhalang oleh masuknya air kotor atau air bekas manapun. Pipa ven untuk cabang
mendatar pipa air buangan harus disambungkan kepada pipa cabang mendatar
tersebut pada bagiantertinggi dari penampang pipa cabang tersebut secara vertikal
; hanya dalam keadaan terpaksa boleh disambungkan dengan sudut tidak lebih
dari 45 terhadap vertikal.
Letak bagian mendatar pipa ven
Dari tempat sambungan pipa ven dengan cabang mendatar pipa air buangan, pipa
ven tersebut harus dibuat tegak sampai sekurang-kurangnya 150 mm diatas muka
air banjir alat plambing tertinggi.
Ujung pipa ven
Ujung pipa ven harus terbuka ke udara luar, tetapi harus dengan cara yang tidak
menimbulkan gangguan kesehatan. Berikut ini adalah persyaratan untuk
pembukaan ujung pipa tersebut :
f)

Ujung terbuka

Pipa ven yang menembus atap, ujung yang terbuka ke udara luar harus
berada sekurang-kurangnya 15 cm diatas bidang atap tersebut.
Kalau atap digunakan sebagai taman, ujung yang terbuka ke udara luar
harus berada sekurang-kurangnya 2 m diatas bidang atap tersebut.
Ujung pipa ven tidak boleh digunakan sebagai tiang bendera.
g) Lokasi ujung pipa ven
Seringkali ujung pipa ven terpaksa ditempatkan dekat pintu masuk, jendela,
lubang masuk udara ventilasi ruangan, dsb. Dalam hal demikian perlu
diperhatikan persyaratan berikut :

Ujung pipa ven tidak boleh berada langsung dibawah pintu


41

Konstruksi bagian pipa ven menembus atap harus sedemikian hingga tidak
mengganggu fungsinya.

Ujung pipa ven tidak boleh ditempatkan dibawah bagian atap yang
menjorok keluar karena gas-gas dari pipa pembuangan.

Dilingkungan tertentu perlu dipasang kawat saringan untuk mencegah


masuknya daun-daun kecil atau burung bersarang

Penentuan ukuran pipa vent


Ukuran pipa vent kep dan vent sirkit
Minimum 32 mm dan kurang atau sama dengan 1/2 diameter cabang mendatar
pipa buangan atau pipa tegak vent yang disambung.
4. Ukuran pipa vent tegak
Minimum sama dengan ukuran pipa tegak air buangan yang dilayani dan tidak
boleh diperkecil ukurannya sampai ujung terbuka.
5. Ukuran pipa vent tunggal
Minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari 1/2 diameter pipa pengering alat
plambing yang dilayani.
6. Ukuran pipa vent untuk bak penampung
Minimum 50 mm dalam keadaan apapun
7. Ukuran pipa vent pelepas
Ukuran lebih besar atau sama dengan diameter pipa tegak vent atau pipa tegak air
buangan.
2.7 IPAL Sederhana
2.8 Sistem Plambing untuk Air Buangan

2.9 Drainase
Bangunan gedung harus mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan air
hujan dari atap dan halaman dengan pengerasan di dalam persil ke saluran air hujan
kota atau saluran pembuangan campuran kota. Pada daerah yang tidak terdapat saluran
tersebut, pengaliran air hujan dilakukan dengan cara yang dibenarkan.

42

Air hujan yang jatuh di atas atap bangunan gedung harus disalurkan melalui talang datar
dan vertikal ke bidang resapan atau sesuai dengan SNI 03-2453-2002 dan SNI 03-24592002.

Gambar 20 Sistem drainase bangunan gedung


2.9.1

Drainase Atap

Drainase atap yang mengalirkan air dari atap bangunan dapat berupa saluran primer dan
saluran sekunder. Lokasi dan ukuran talang harus dikoordinasikan dengan rencana
struktur. Penentuan ukuran pipa hujan sesuai dengan Tabel
Tabel Ukuran talang atap, pipa utama, dan perpipaan tegak air hujan
Ukuran
saluran
atau
pipa

Debit

inci

L/dt1

2
3
4
5
6
8

25,4
mm/
1.8 j 268
5.52
818
11.52 1709
21.6 3214
33.78 5017
72.48 10776

Luas atap maksimum yang diperbolehkan pada berbagai nilai curah hujan(m2)
50,8
mm/
j 134
409
855
1607
2508
5388

76,2
mm/
j 89
272
569
1071
1672
3592

101,6
mm/
j 67
204
427
804
1254
2694

127
mm/
j 53
164
342
643
1003
2155

162,4
mm/
j 45
137
285
536
836
1794

178
mm/
j 38
117
244
459
717
1539

203
mm/
j 33
102
214
402
627
1347

229
mm/
j 30
91
190
357
557
1197

254
mm/
j 27
82
171
321
502
1078

279
mm/
j 24
74
156
292
456
980

Sumber :UPC 2012- IAPMO Tabel 1101.11

Catatan :
1

Kapasitas aliran maksimum pengaliran (L/dt) dengan perkiraan 44 mm tinggi air dalam saluran

Untuk nilai curah hujan selain tercatat tersebut, jumlah luas atap yang tersedia dibagi dengan area yang

diberikan dalam kolom 25,4 mm/jam dengan tingkat curah hujan yang diinginkan

43

305
mm/
j 22
68
142
268
418
892

Gambar Pengering air hujan dari atap dengan dinding penahan limpasan 5cm di atas
primer dan saringan 10 cm di atas atap
2.9.2

Drainase Pipa atap atau bukaan samping

Drainase atap harus dilengkapi dengan bukaan samping atau pipa drainase. Kedalaman
bukaan samping atau pipa drainase harus berukuran untuk mencegah genangan air
melebihi atap yang dirancang. Tinggi bukaan talang tidak boleh kurang dari 4 inci
(110mm) dan memiliki lebar sama dengan keliling saluran drainase atap yang
diperlukan untuk areal yang dilayani, ukuran sesuai dengan Tabel 17.

Gambar Contoh pipa drainase air hujan


2.9.3 Perangkap pada saluran utama air hujan
Perangkap harus berukuran sama dengan ukuran pipa drainase datar tempat
perangkap tersebut dipasang. Saluran utama air hujan bilamana dihubungkan ke
saluran air buangan gabungan dan pengering lantai yang dihubungkan dengan saluran
air hujan harus dipasang perangkap. Pipa utama atau konduktor yang terhubung ke air
saluran khusus pembuangan air hujan tidak dianjurkan menggunakan perangkap.
2.9.4 Kelengkapan saluran utama air hujan
Saluran utama air hujan dan konduktor terhubung ke saluran pembuangan air hujan
bangunan harus memiliki lubang pembersih di dasar bagian luar saluran utama atau di
luar konduktor sebelum terhubung ke saluran horisontal, dan memenuhi persyaratan.
1. Ukuran perangkap

44

Perangkap yang dipasang untuk konduktor individual, harus berukuran sama


dengan saluran horisontal yang disambung.
2. Metoda pemasangan saluran air limbah gabungan

Perangkap air hujan individual harus dipasang pada cabang saluran air hujan
yang melayani setiap inlet air hujan, atau perangkap tunggal harus dipasang
dalam saluran
air hujan utama hanya sebelum sambungannya dengan saluran air
buangan
gabungan bangunan gedung. Perangkap tersebut harus dilengkapi dengan
lubang pembersih pada sisi outlet dari perangkap.

2.10
Sistem Plambing untuk Pemadam Kebakaran
2.10.1 Pemadam Kebakaran secara Umum
Sistem pemadam kebakaran mutlak harus ada pada gedung-gedung dan fasilitas-fasilitas
umum. Sistem ini merupakan sistem perpipaan didalam dan halaman gedung yang
berfungsi untuk melindungi gedung beserta fasilitas yang berada didalam dan diluar dan
pemakaiannya dari bahaya kebakaran. Air untuk memadamkan api didalam gedung dapat
disupplay dari pipa tegak dengan house connecfon, automatic, sprinklers, storage tank,
atau pompa cara-cara tersebut dapat saling melengkapi, dimana tambahan air sering
diperlukan. Air tersebut dapat diambil dari public supplay maupun sumber lainnya seperti
sungai dan laut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan penyediaan air untuk
pemadam kebakaran antara lain :Penempatan lokasi fire hydrant
Ada 3 hal yang perlu untuk diperhatikan antara lain :

Mudah dicapai dan terlihat dari arah manapun

Mampu menjangkau setiap sudut gedung

Mudah mendapatkan suplai udara


Selain itu terdapat beberapa halyang harus diperhatikan dalam sistem fire hydrant
yaitu :
Harus tersedia air yang cukup bila sewaktu-waktu terjadi kebakaran cukup
besar. Untuk keperluan ini biasanya air disimpan dan selalu tersedia dalam
ground reservoar.
45

Tekanan air yang dibutuhkan untuk alat pemadam kebakaran cukup besar. Hal
ini disebabkan oleh karena fire hydrant harus mampu mensuplay air dengan
debit besar, dengan pancaran kuat.
Jarak antara fire hydrant untuk pipa 2,5 inch tidak boleh lebih dari 100 ft.

2.8.2 Jenis Fire Hydrant


Penggolongan fire hydrant menurut lokasinya adalah sebagai berikut :
Fire hydrant diluar gedung
Flush hydrant yaitu tipe hydrant yang diletakkan didalam kotak besi dan
ditanamkan didalam tanh dengan tinggi permukaan kotak rata-rata dengan muka
tanah.
Post hydrant yaitu tipe hydrant yang mempunyai ketinggian sekitar 1 meter dari
muka tanah.
.

Fire hydrant di dalam gedung

Sprinkler yaitu jenis fire hydrant yang terletak diatas tiap lantai dalam bentuk
jaring-jaring dimana tiap outletnya ditutup dengan material tertentu, yang tidak
tahan api, sehingga bila ada percikan api (kebakaran), tutup tersebut akan pecah
dan air akan menyemprot dari outlet temperatur fushible plug berfariasi, ada yang
meleleh pada 160C dan 1360C. Open had sistem yang digunakan untuk
perlindungan gedung dioperasikan dengan automatic value yang dikontrol dengan
termosfat yang di distribusikan keseluruh gedung. Open had sprinkler sistem ini
dapat menyuplai sejumlah air untuk melindungi bangunan luas dari api yang
berasal dari gedung-gedung disampingnya atau ledakan api yang lain.

Fire house, yaitu tipe fire hydrant yang terdiri dari suatu model dari pipa elastis
(misalnya rubber lined cotton pipe) yang ditempatkan dalam suatu kotak yang
ditempelkan ditembok, biasanya tiap balok kaca akan dilengkapi dengan martil
untuk memecah kaca jika terjadi kebakaran, fire house stasion ini harus terlihat
dari jarak manapun, dekat dengan pipa utama dan tidak boleh lebih dari 6 ft diatas
lantai. First aid house harus disambungkan

dengan pipa tegak yang secara

46

konsisten harus terisi air. First aid house ini diletakkan diruang (koridor) dan
dihubungkan dengan cabang melalui dinding ke pipa tegak.

2.6.3. Pompa Untuk Fire Hydrant


Pompa secara Umum
Adalah suatu alat bantu yang digunakan untuk menaikkan atau menimbulkan zat cair
dari permukaan rendah ke permukaan yang lebih tinggi.
Kapasitas Pompa (Qp)
Volume zat cair yang dipompa persatuan waktu yang biasanya diukur dalam lt/det
atau m3/det.
Daya Air (Whp = Water hourse power)
Adalah energi yang secara efektif diterima oleh zat cair dari pompa persatuan waktu.
Whp = .g.Q.H / 75 (dalam hp)
Daya Poros (Bhp = Brake hourse power)
Adalah energi yang diperlukan untuk menggerakkan pompa persatuan waktu.
Bhp = Whp /

(dalam hp)

Jenis Pompa
Jenis-jenis pompa penyediaan air yang banyak digunakan adalah:
1. Jenis putar.
Kelebihan jenis ini terutama adalah :
Ukuran kecil dan ringan.
Dapat memompa terus-menerus tanpa gejolak
Konstruksi sederhana dan mudah dioperasikan

Dari jenis ini dapat dibagi menjadi 2 tipe pompa yaitu :


1. Pompa Sentrifugal

Komponen utama dari pompa sentrifugal adalah impeller (bagian yang berputar)
dan rumah pompa (stasioner). Pompa dengan Impeller tunggal disebut pompa
tingkat tunggal (Single Stage). Apabila beberapa Impeller dipasang pada suatu

47

poros dan air dialirkan dari Impeller pertama ke Impeller berikutnya disebut
dengan pompa tingkat banyak ( Multi Stage).
4. Pompa diffuser atau pompa turbin
Pompa yang mempunyai diffuser atau sudut-sudut pengarah terpasang pada
rumahnya yang berfungsi mengarahkan aliran air keluar dari Impeller. Dalam
pompa ini terjadi juga tingkat tunggal atau tingkat banyak. Pompa Submersibel
adalah suatu pompa dengan konstruksi dimana bagian pompa dan motor listriknya
merupakan suatu satu kesatuan dan terbenam dalam air.
5. Pompa Jenis Langkah Positif (Positive Displacement)
Pompa jenis ini terdiri dari :

Pompa Torak
Yaitu jenis pompa yang mempunyai gerakan torak bolak-balik didalam
silinder yang akan menimbulkan tekanan positif atau negatif pada satu
sisinya, yang akan membuka katup keluar atau katup masuk, dan
mengalirkan air keluar kedalam pipa atau masuk kedalam silinder. Jumlah

air yang dialirkan sama dengan volume langkah dari torak tersebut.
Pompa Tangan.
Prinsipnya sama dengan pompa torak, hanya konstruksinya yang dibuat
khusus agar mudah digerakkan dengan tangan dengan. Kemampuannya

untuk mengangkat air terbatas oleh kemampuan daya manusia.


Pompa Khusus
Pompa Vortex
Pompa yang mempunyai Impeller dengan kekuatan lekukanlekukan yang dipotong pinggirannya yang berputar dalam
silinder (silindris). Ciri khas dari karakteristik pipa ini adalah
mampu memberikan tekanan yang tinggi pada laju aliran yang

tidak besar.
Pompa Gelembung Udara
Disebut juga air lift pomp karena air dalam suatu pipa terangkat
oleh

gelembung-gelembung

air

sebagai

akibat

adanya

perbedaan berat jenis dan udara.


Pompa Jet
Disebut juga pompa injeksi yang merupakan suatu sistem
yang teridiri dari sebuah pompa sentrifugal dan suatu jet ejektor
digunakan untuk memompa sumur dengan muka airnya lebih
dari 10 m dibawah muka tanah.

48

Rumus Daya Efisiensi Pompa


Energi yang setara diterima oleh zat cair dari pompa per satuan waktu disebut daya
air (Whp = WAter Hourse Power), 1 hp = 746 watt.
Whp = 0,163.Q..H
P

atau

= Q.H.g.

dimana : Q = Kapasitas pompa (m3/menit)

= Massa jenis zat cair (m)

= Percepatan gravitasi = 9,81 m/det2

= Berat jenis zat cair

H = Total head pompa (m)


Head Total
Persamaan untuk menghitung head total adalah :

H = Hs + Hf +

Vd 2
g + Hp

Dimana :
H

: Head total

Hs

: Head statis (perbedaan tinggi muka air yang dipompa)

Hf

: Kerugian Head akibat gesekan pipa dan aksesorisnya

Vd2/g : Head kecepatan


Hp

: Perbedaan head tekanan yang bekerja pada dua permukaan air. (Wiko

Indaryanto, Hari. 2008)

49

BAB III
DETAIL DESAIN SISTEM PLAMBING

50

3.1. Perhitungan laju aliran air berdasarkan jumlah penghuni


Luas bangunan gedung
Jumlah penghuni belum diketahui maka untuk menghitung pemakaian air
rata-rata sehari dibutuhkan luas lantai atau bangunan dan menetapkan kepadatan

51

hunian per luas lantai. Luas gedung, dapat dihitung berdasarkan gambar denah
diatas yaitu :
Rumus menghitung luas lahan = panjang x lebar

= 1.600 m2

Luas I

= 80 m x 20m

Luas II

Luas Total

= Luas I + Luas II

= 2.667 m2

Luas lahan 5 lantai

= 2667 x 5

= 13335 m2

80
3

m x 20 m x 2

= 1.067 m2

Keefektifan dari Luas Bangunan Gedung


Luas lantai gedung yang efektif berkisar antara 60 sampai 70 persen dari
luas seluruhnya agar diperoleh pemakaian air rata-rata sehari per orang.
Luas efektif gedung 5 lantai

= keefektifan luas x luas lahan 5 lantai


=

60
100

x 2667 x 5

= 8.001 m2

Jumlah perkiraan penghuni


Untuk menentukan pemakaian air rata-rata sehari per orang, selain
berdasarkan pada luas lantai atau bangunan, kefektifan luas lantai, namun juga
ditentukan pula berdasarkan kepadatan hunian per luas lantai yang diasumsikan
dalam 5 sampai 10 m2 per orang.
Jumlah perkiraan penghuni

luas efektif x luaslahan 5 lantai


5 m2

60
100

13335
x 5 m2

= 1600 orang

Jumlah pemakaian air sehari


Pemakaian air rata-rata sehari yang diperuntukkan gedung perkantoran
berdasarkan standar yaitu 100 liter/hari/orang. Maka,jumlah pemakaian air
sehari dapat dihitung dengan rumus :
jumlah perkiraan penghuni x pemakaian air standar/hari/orang
Jumlah pemakaian air sehari
= 1600 orang x 100 liter / hari / orang
52

= 160.000 liter / hari


= 160 m3 / hari

Jumlah pemakaian air rata-rata sehari


Diperkirakan perlu tambahan air sekitar 20 % untuk mengatasi kebocoran,
pancuran air, tambahan air untuk ketel pemanas gedung atau mesin
pendingin gedung dan penyiraman air. Maka pemakaian rata-rata sehari
adalah
Qd = (presentase kebutuhan air (100 + 20 ) %) x pemakaian air sehari
Qd = (1,20) x 160 m3 / hari = 192 m3 /hari
Jika diperkirakan pemakaian air rata-rata sehari untuk gedung perkantoran
sesuai standar adalah 8 jam, maka :
Pemakaian air ratarata sehari
Qh= waktu puncak bekerja(8 jam)
Dimana Qh = pemakaian air rata-rata per jam, maka :
192
Qh=
= 24 m3 / jam
8

Jumlah pemakaian air pada keadaan debit puncak


Untuk mengantisipasi pemakaian air rata-rata sehari mengalami pertambahan
debit karena volume yang dikeluarkan besar pada saat jam-jam tertentu dengan
menetapkan C1 = 1,75 dan C2 = 3,5 maka :
Qh max
= 1,75 x 24 = 42 m3 /jam
24
Qh max
= 3,5 x 60
= 1,4 m3 /menit

3.2. Perhitungan laju aliran air berdasarkan jumlah alat plambing

Kloset (dengan katup gelontor)


14 liter x 24 x 5 x 7 kali / jam = 11.7650 liter / jam
Peturasan (dengan katup gelontor)
5 liter x 16 x 5 x 13 kali / jam = 5200 liter/ jam
Bak cuci tangan biasa
10 liter x 20 x 5 x 8 kali / jam = 8000 liter / jam

53

54

Anda mungkin juga menyukai