TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Umum
Pada kesehariannya manusia tidak pernah lepas dari masalah kesehatan,
baik itu menyangkut air bersih, air buangan atau sampah jika tidak dirancang atau
dikelola dengan baik. Kesehatan merupakan hal yang sangat berharga bagi
manusia. Menjaga kesehatan manusia dapat dimulai dengan menjaga kesehatan
lingkungannya, baik tempat bekerja atau tempat pemukimannya (Tresna
Sastrawijaya, 1991).
Fasilitas sistem plambing yang baik memberikan andil yang cukup penting
bagi manusia untuk menjaga kesehatan lingkungan gedung tempat bekerja atau
bermukim, dan berperan besar dalam membantu kelancaran dari operasional
gedung itu sendiri, misalnya saja dalam memenuhi kebutuhan air bersih ataupun
penyaluran air buangan dengan cepat (Noerbambang dan Morimura, 2005)
Fungsi dari sistem plambing menurut (Simangunsong, 2003) antara lain :
1. Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan
yang cukup.
2. Menyalurkan air kotor (air bekas pakai) dari peralatan saniter ke tempat yang
ditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian gedung atau lingkungannya.
Fungsi pertama, berkaitan dengan penyediaan air bersih, dilaksanakan oleh
sistem penyediaan air bersih. Dulunya, sistem ini bertujuan untuk menyediakan
air bersih yang cukup berlebihan. Namun, karena adanya pembatasan penggunaan
jumlah air karena keterbatasan sumber air bersih serta guna mendukung upaya
penghematan energi, maka tujuan ini bergeser menjadi di atas.
Sedangkan fungsi kedua, yaitu berkaitan dengan pembuangan air kotor,
dilakukan oleh sistem pembuangan dan ven.
III-1
III-2
4. Rancangan Pelaksanaan
Berdasarkan rencana yang telah dibuat, kapasitas dan sistem perletakan
peralatan plambing dipelajari lebih detail dengan menggunakan gambar-gambar
pendahuluan denah bangunan.
Setelah rancangan pendahuluan diperiksa dan disetujui oleh pemilik gedung
ataupun perancang gedung, perhitungan dan gambar-gambar dilaksanakan.
Sistem pipa yang menaikan air ke tangki atap bekerja secara otomatis
dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan
terjadi kesulitan, pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang
mendeteksi muka dalam tangki atap.
Perawatan tangki bawah dan tangki atap harus dipasang alarm yang
memberikan tanpa suara untuk muka air rendah dan air penuh.
Tanda alarm ini biasanya dipasang di ruang kontrol atau ruang pengawas instalasi
bangunan.
Untuk bangunan yang cukup besar, sebaiknya disediakan pompa cadangan
untuk menaikan air ke tangki atap. Pompa cadangan ini dalam keadaan normal
biasanya dijalankan bergantian dengan pompa utama, untuk menjaga agar jika ada
kerusakan atau kesulitan dapat segera diketahui.
Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air dapat langsung
dialirkan ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam tangki bawah dan pompa.
Dalam keadaan demikian ketinggian lantai paling atas yang dapat dilayani akan
bergantung kepada besarnya tekanan air dalam pipa utama.
III-7
1.4.1 Pompa
Pompa yang menyedot air dari tangki bawah dan mengalirkannya ke
tangki atas atau tangki atap dinamakan pompa angkat (mengangkat air dari bawah
ke atas), sedangkan pompa yang mengalirkan air ke tangki tekan dinamakan
pompa tekan. Pompa penyediaan air dapat diputar oleh motor listrik, motor turbin,
motor baker, dan sebagainya (Noerbambang dan Morimura, 2005).
standar kecepatan 0,9 sampai 1,2 m/dt, dan batas maksimum berkisar antara 1,5
sampai 2,0 m/dt. (Noerbambang dan Morimura, 2005):
Beberapa hal di bawah ini yang perlu di perhatikan dalam merancang manhole
(lubang perawatan dan pemeriksaan).
1. Penutupan manhole harus rapat untuk mencegah masuknya kotoran dan
binatang ke dalam tangki. Demikian pula pada waktu ada air di atas tutup
tangki (air hujan atau air untuk membersihkan) harus dicegah agar tidak
dapat masuk melalui manhole. Untuk ini lubang harus pada bidang yang
kira-kira 10 cm lebih tinggi permukaan tutup tangki, dan tutup tangki
tersebut memiliki kemiringan (1/100) kearah luar dari manhole.
2. Penutup manhole harus dapat terkunci dengan rapat untuk mencegah
pembukaan bagi orang yang tidak berhak. Ditempuh dengan pemasangan
kunci atau memasang baut-baut pengikat.
d. Kontruksi pipa yang memudahkan perawatan
Kontruksi pipa sebaiknya dibuat agar memudahkan pemeriksaan dan
perawatan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Pipa yang biasanya dilengkapi dengan katup, sebaiknya dipasang dengan
lubang yang kira-kira 20 cm di atas dasar tangki. hal ini untuk mencegah
agar endapan kotoran tidak terhisap ke dalam pipa.
2. Saluran atau lekukan dangkal sebaiknya dibuat pada dasar tangki, dengan
kemiringan yang cukup kearah lubang pengurasan. Saluran atau lekukan ini
akan berguna untuk memperlancar pembuangan endapan kotoran pada
waktu tangki di bersihkan.
3. Tangki harus dapat dibersihkan tanpa memutuskan penyediaan air ke dalam
pipa distribusi. Hal ini dapat dicapai dengan menyediakan lebih dari satu
tangki, atau membagi tangki dengan dinding partisi menjadi dua bagian atau
lebih.
e. Pipa peluap
Setiap tangki harus dilengkapi dengan pipa peluap. Ujung dari pipa peluap
tidak boleh disambungkan langsung ke pipa bangunan melainkan dengan cara
tidak langsung. Ujung pipa peluap tersebut juga harus dilengkapi dengan
saringan serangga.
III-11
f. Pipa ven
Tujuan dari pipa ven di air bersih adalah memasukan atau mengeluarkan udara
tangki pada waktu volume air dalam tangki berkurang atau bertambah. Pipa
ven biasanya diperlukan pada tangki dengan volume air 2 m 3 atau lebih.
Lubang udara masuk pipa ven harus dipasang saringan serangga.
Berikut ini adalah beberapa macam tangki air :
Pompa
Pompa
sistem ganda kalau kedua fungsi tersebut diatas dilayani oleh satu pipa maka
dinamakan sistem satu pipa atau sistem tunggal. Dalam sistem pipa ganda tekanan
air pada peralatan plambing tidak banyak berubah karena hanya terpengaruh oleh
tinggi rendahnya muka air dalam tangki atas. Sedangkan dalam sistem pipa
tunggal, tekanan air pada peralatan plambing akan bertambah pada waktu pompa
bekerja mengisi tangki. Dalam sistem ini ukuran pipa ditentukan berdasarkan
pengaliran air dari tangki atas ke peralatan plambing dan bukan didasarkan pada
waktu pengisian tangki dengan pompa (Noerbambang dan Morimura, 2005).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan sistem pipa :
1. Sistem manapun yang dipilih, pipa harus dirancang dan dipasang sedemikian
rupa sehingga udara maupun air jika perlu di buang atau dikeluarkan dengan
mudah.
2. Pipa mendatar pada system pengaliran ke atas sebaiknya dibuat agak miring
ke atas (searah aliran), sedangkan pada aliran ke bawah dibuat agak miring ke
bawah.
3. Perpipaan yang tidak merata, melengkung ke atas atau melengkung ke bawah,
harus dihindarkan. Kalau akibat sesuatu hal tidak dapat dihindarkan
(misalnya ada perombakan gedung) hendaknya dipasang katup pelepas udara.
4. Harus dihindarkan membalikan arah aliran. Misalnya, pipa cabang tegak akan
melayani daerah di atasnya pipa utama mendatar, tetapi penyambungannya di
arahkan ke bawah lebih dahulu.
III-15
2. Booster Pump
Disebut booster pump karena berfungsi sebagai pompa pendorong atau
meningkatkan tekanan.
biasanya klem terbuat dari baja, untuk pipa tembaga perlu disediakan bahan
bukan logam untuk memisahkan baja dengan tembaga. Bahan pemisah ini
di buat dari asbes (untuk air panas) atau karet.
Washtafel
Fungsi utama wastafel adalah untuk mencuci muka, tangan, dan gosok gigi.
Atau bisa juga untuk mencuci alat kosmetik kecil. Memilih ukuran wastafel
sangat tergantung dari tujuan pemakaian.
Gambar 3. 13 Washtafel
Sumber : http://www.gemilang-store.com/
III-25
Shower
Shower adalah alat yang digunakan untuk mandi, biasanya memiliki tekanan
semprot dan pengaturan suhu yang dapat disesuaikan.
Gambar 3. 14 Shower
Sumber : http://kamarmandikita.com/toto/63-lw211j-wastafel-komplit.html
Bathub
Bak Mandi Rendam (bath tube) Berfungsi untuk mencuci seluruh anggota
badan, digunakan dengan cara merendam diri.
Gambar 3. 15 Bathub
Sumber : https://www.houzz.com/product/
III-26
Keran air
Ada beberapa macam keran air, diantaranya (Soufyan M. Noerbambang dan
Takeo Morimura, 2005)
1. Keran air yang dengan mudah dibuka dan ditutup, yang umum digunakan
untuk berbagai keperluan.
2. Keran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup sendiri, misalnya untuk
cuci tangan.
3. Keran air yang laju alirannya diatur oleh ketinggian muka air, yaitu keran
atau katup pelampung.
Intake, WTP (Water Treatment Plant) dan Reservoir. Berikut penjelasan lebih
lengkapnya :
1. Intake : Intake adalah ruang atau bangunan pertama untuk menampung
masuknya air dari sumber air sumur dalam. Pada bagian Intake ini biasanya
terdapat bar screen yang berfungsi menyaring benda-benda dalam air. Air di
dalam Intake ini kemudian dipompa ke ruang berikutnya yaitu WTP (Water
Treatment Plant).
2. WTP( Water Treatment Plant) : Fungsi dari WTP ini adalah mengolah dan
menyaring air bersih bersumber dari Intake menjadi air yang lebih layak untuk
konsumsi seperti mandi, minum, dan sebagainya. Proses pengelolaan air
bersih Pada Water Treatment Plant ini melalui beberapa tahapan yang dimulai
dari koagulasi adalah proses untuk memisahkan air dengan pengotor yang
terlarut di dalamnya. Proses destabilisasi ini dapat dilakukan dengan
penambahan bahan kimia maupun dilakukan secara fisik dengan rapid
missing, hidrolis, maupun cara mekanis Flokulasi adalah proses untuk
membentuk dan memperbesar flok (pengotor yang terendapkan). Pada proses
ini dilakukan pengadukan lambat dengan syarat air harus tenang. Untuk
meningkatkan efisiensi biasanya ditambah dengan senyawa kimia yang
mampu mengikat flok-flok. Sedimentasi adalah proses untuk mengendapkan
partikel-partikel koloid yang sudah didestabiliasasi oleh proses sebelumnya.
Filtrasi adalah proses penyaringan dari air pada proses sebelumnya.
Penyaringan bisa menggunakan membran, pasir, dan sebagainya.Dengan
teknologi membran proses filtrasi ada beberapa jenis membrang yaitu Multi
media filter, Ultrafiltrarion system, Nanofiltration system, Microfiltration
system dan Reverse Osmosis system. Desinfeksi adalah proses penambahan
senyawa kimia untuk mematikan kuman yang kemungkinan masih ada seperti
penambahan chlor, ozonosasi, UV, dan sebagainya.
3. Reservoir. Reservoir adalah ruang atau bagian dari GWT pada tahapan paling
akhir. Fungsi dari reservoir adalah tempat penampungan sementara air bersih
sebelum didistribusikan.
III-28
Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah
sistem atau sarana yang berfungsi untuk mengolah air dari kualitaas air baku
(influent) terkontaminasi untuk mendapatkan perawatan kualitas air yang
diinginkan sesuai standar mutu atau siap untuk di konsumsi. Water Treatment
Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) merupakan sarana yang penting
di seluruh dunia yang akan menghasilkan air bersih dan sehat untuk di konsumsi.
Biasanya bangunan atau konstruksi ini terdiri dari 5 proses, yaitu: koagulasi,
flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi.
1. Koagulasi
Pada proses koagulasi dalam Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi
Pengolahan Air (IPA) dilakukan proses destabilisasi partikel koloid,
karena pada dasarnya sumber air (air baku) biasanya berbentuk koloid
dengan berbagai koloid yang terkandung didalamnya. Tujuan proses ini
adalah untuk memisahkan air dengan pengotor yang terlarut didalamnya.
Proses destabilisasi ini dapat dilakukan dengan penambahan bahan kimia
maupun dilakukan secara fisik dengan rapid missing (pengadukan cepat),
hidrolis (terjunan atau hydrolic jump), maupun secara mekanis
(menggunakan batang pengaduk).
2. Flokulasi
Proses flokulasi pada Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi
Pengolahan Air (IPA) bertujuan untuk membentuk dan memperbesar flok
(pengotor yang terendapkan). Disini dilakukan pengadukan lambat (slow
mixing), aliran air disini harus tenang. Untuk meningkatkan efisiensi
biasanya ditambah dengan senyawa kimia yang mampu mengikat flok-
flok.
3. Sedimentasi
Proses flokulasi pada Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi
Pengolahan Air (IPA) bertujuan untuk membentuk dan memperbesar flok
(pengotor yang terendapkan). Disini dilakukan pengadukan lambat (slow
mixing), aliran air disini harus tenang. Untuk meningkatkan efisiensi
biasanya ditambah dengan senyawa kimia yang mampu mengikat flok-
flok.
III-29
4. Filtrasi
Dalam Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA)
proses filtrasi, sesuai dengan namanya bertujuan untuk penyaringan.
Teknologi membran bisa dilakukan pada proses ini, selain bisa juga
menggunakan media lainnya seperti pasir dan lainnya. Dalam teknologi
membran proses filtrasi membran ada beberapa jenis, yaitu: Multi Media
Filter, UF (Ultrafiltration) System, NF (Nanofiltration) System, MF
(Microfiltration) System, RO (Reverse Osmosis) System.
5. Desinfeksi
Setelah melewati proses filtrasi dan air bersih dari pengotor, ada
kemungkinan masih terdapat kuman dan bakteri yang hidup, sehingga
diperlukan penambahan senyawa kimia dalam Water Treatment Plant
(WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang dapat mematikan kuman,
biasanya berupa penambahan chlor, ozonosasi, UV, pemabasan dll
sebelum masuk ke konstruksi terakhir yaitu reservoir.
Pemeriksaan Ulang
Pemeriksaan ulang dilakukan agar memastikan seluruh sitem
pengaliran air bersih berjalan dengan baik.
1.12.2 Pengujian
Pengujian biasanya dilakukan atas masing-masing jenis alat, pengujian
atas berbagai bagian sistem plambing, dan pengujian atas fungsi dan kelakuan
dari seluruh sistem setelah selesai pemasangan (Noerbambang dan Morimura,
2005).
Pemeriksaan Tekanan Uji
Harus diperiksa agar tekanan uji akan sampai kesemua bagian dari
sistem plambing, dengan membuka semua tutup sementara (yang
biasanya dipasang pada waktu pelaksanaan untuk mencegah masuknya
kotoran kedalam sistem). bagian sistem plambing yang akan diuji
harus dipisahkan dengan katup dari seluruh instalasi. Air untuk
menguji tekanan harus dimasukan perlahan-lahan dengan
menggunakan pompa khusus untuk penguji tekanan.
Penguji sistem air dingin dan air panas
Ada beberapa cara untuk melakukan pengujian sistem air dingin dan
air panas sebelum digunakan:
a) Pengujian Tekanan
1. Pompa penguji tekanan disambungkan kepada bagian sistem
yang akan diuji dan setelah diberikan tekanan dalam pipa,
periksa adanya kebocoran terutama pada sambungan-
sambungan.
2. untuk sistem disambungkan langsung dengan jaringan distribusi
air minum kota, tekanan uji adalah sebesar 17,5 kg/cm 2 atau
lebih, pada bagian terendah dari sistem tersebut. (Pedoman
Plambing Indonesia).
III-35