Anda di halaman 1dari 35

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Umum
Pada kesehariannya manusia tidak pernah lepas dari masalah kesehatan,
baik itu menyangkut air bersih, air buangan atau sampah jika tidak dirancang atau
dikelola dengan baik. Kesehatan merupakan hal yang sangat berharga bagi
manusia. Menjaga kesehatan manusia dapat dimulai dengan menjaga kesehatan
lingkungannya, baik tempat bekerja atau tempat pemukimannya (Tresna
Sastrawijaya, 1991).
Fasilitas sistem plambing yang baik memberikan andil yang cukup penting
bagi manusia untuk menjaga kesehatan lingkungan gedung tempat bekerja atau
bermukim, dan berperan besar dalam membantu kelancaran dari operasional
gedung itu sendiri, misalnya saja dalam memenuhi kebutuhan air bersih ataupun
penyaluran air buangan dengan cepat (Noerbambang dan Morimura, 2005)
Fungsi dari sistem plambing menurut (Simangunsong, 2003) antara lain :
1. Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan
yang cukup.
2. Menyalurkan air kotor (air bekas pakai) dari peralatan saniter ke tempat yang
ditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian gedung atau lingkungannya.
Fungsi pertama, berkaitan dengan penyediaan air bersih, dilaksanakan oleh
sistem penyediaan air bersih. Dulunya, sistem ini bertujuan untuk menyediakan
air bersih yang cukup berlebihan. Namun, karena adanya pembatasan penggunaan
jumlah air karena keterbatasan sumber air bersih serta guna mendukung upaya
penghematan energi, maka tujuan ini bergeser menjadi di atas.
Sedangkan fungsi kedua, yaitu berkaitan dengan pembuangan air kotor,
dilakukan oleh sistem pembuangan dan ven.

III-1
III-2

1.2 Prosedur Perencanaan


Saat merencanakan sistem plambing pada bangunan gedung untuk
menyediakan air bersih, ada beberapa prosedur perencanaan yang dilakukan.
Menurut Noerbambang dan Morimura (2005), dalam bukunya yang berjudul
Perencanaan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing, prosedur perencangan sistem
plambing meliputi :
1. Rancangan Konsep
Pada saat menyiapkan rancangan konsep sistem plambing, hal-hal yang perlu
diketahui yaitu :
a) Jenis dan penggunaan gedung.
b) Denah bangunan.
c) Jumlah penghuni.
2. Penelitian Lapangan
Pada tahap rancangan konsep, penelitian lapangan sangat penting di samping
hal-hal yang tersebut diatas. Penelitian lapangan yang kurang memadai atau tidak
lengkap, hanya akan menimbulkan kesulitan pada tahap awal perancangan, tetapi
bahkan dapat menyebabkan terhambatnya pelaksanaan pemasangan instalasi.
Oleh karena itu penelitian lapangan merupakan bagian dari pekerjaan perencanaan
dan perancangan.
3. Rencana Dasar
a. Masalah Umum
Pada tahap ini disiapkan dasar-dasar perancangan, dengan menggunakan
rencana konsep serta data yang diperoleh dari penelitian lapangan. Antara lain
diperlukan :
 Pertemuan dengan pemilik gedung atau perancangan gedung.
 Penyesuaian dengan persyaratan gedumg maupun peralatan lainnya.
b. Pemilihan Peralatan
Setelah menetapkan dasar-dasar perancangan, jenis sistem plambing dapat
dipilih, data untuk perhitungan perancangan dapat disiapkan dan jenis-jenis
peralatannya dipelajari.
III-3

4. Rancangan Pelaksanaan
Berdasarkan rencana yang telah dibuat, kapasitas dan sistem perletakan
peralatan plambing dipelajari lebih detail dengan menggunakan gambar-gambar
pendahuluan denah bangunan.
Setelah rancangan pendahuluan diperiksa dan disetujui oleh pemilik gedung
ataupun perancang gedung, perhitungan dan gambar-gambar dilaksanakan.

1.3 Perancangan Sistem Penyediaan Air Bersih


Perancangan sistem penyediaan air bersih diantaranya adalah :
 Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air Bersih
 Pencegahan Pencemaran Air

1.3.1 Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air Bersih


Penyediaan air minum dengan kualitas yang tetap baik merupakan
prioritas utama. Banyak Negara yang telah menetapkan standar kualitas air bersih.
Standar Badan Kesehatan Sedunia (WHO) terutama untuk Negara berkembang,
dan juga untuk menyamakan standar kualitas air minum untuk alat angkutan
internasional (kapal dan pesawat). Negara-negara yang masih akan menetapkan
standar kualitas air minumnya diharapkan menggunakan standar WHO tersebut,
(Noerbambang dan Morimura, 2005)

1.3.2 Pencegahan Pencemaran Air


Sistem penyediaan air bersih meliputi beberapa peralatan seperti tangki air
bawah tanah, tangki air atas atap, pompa-pompa, perpipaan, dan lain-lain. Dalam
peralatan-peralatan ini, air bersih harus dapat dialirkan ke tempat-tempat yang
dituju tanpa mengalami pencemaran (Noerbambang dan Morimura, 2005).
Hal-hal yang dapat menyebabkan pencemaran antara lain (Noerbambang
dan Morimura, 2005) :
1. Masuknya kotoran hewan
2. Masuknya serangga ke dalam tangki;
3. Terjadinya karat dan rusaknya tangki dan pipa;
4. Terhubungnya pipa air bersih dengan pipa lain;
III-4

5. Tercampurnya air bersih dengan air dari jenis kualitas lain;


6. Aliran balik air dari jenis kualitas lain ke dalam pipa air bersih.
Adapun beberapa contoh pencemaran dan pencegahannya adalah
(Noerbambang dan Morimura, 2005)
1. Larangan hubungan pintas
Hubungan pintas (cross connection) adalah hubungan fisik antara dua sistem
pipa yang berbeda, satu sistem pipa untuk air bersih dan sistem pipa lainnya
berisi air yang tidak diketahui atau diragukan kualitasnya, di mana air akan dapat
mengalir dari satu sistem ke sistem lainnya. Demikian pula sistem penyediaan air
bersih tidak boleh dihubungkan dengan sistem perpipaan lainnya. Sistem
perpipaan air bersih dan peralatannya tidak boleh terendam dalam air kotor atau
bahan lain yang tercemar.
2. Pencegahan aliran balik
Aliran balik (back flow) adalah aliran air atau cairan lain, zat atau campuran,
ke dalam sistem perpipaan air bersih, yang berasal dari sumber lain yang bukan
untuk air bersih. Aliran balik tidak dapat dipisahkan dari hubungan pintas dan ini
disebabkan oleh terjadinya efek siphon-balik (back siphonage). Efek siphon-balik
terjadi karena masuknya aliran ke dalam pipa air bersih dari air bekas, air
tercemar, dari peralatan saniter atau tangki, disebabkan oleh timbulnya tekanan
negatif dalam pipa. Sebagai contoh dapat dilihat kemungkinan-kemungkinan
pada bak mandi, bak cuci, mesin pencuci, dan lain-lain. Apabila pencucian
dilakukan dalam bak dengan slang air tersambung pada keran sedang ujung slang
terendam dalam air cucian, air kotor bekas cucian dapat terisap ke dalam sistem
pipa air bersih pada waktu tekanan negatif. Tekanan negatif dalam sistem pipa
sering disebabkan oleh terhentinya penyediaan air atau karena pertambahan
kecepatan aliran yang cukup besar dalam pipa. Pencegahan aliran balik dapat
dilakukan dengan menyediakan celah udara atau memasang penahan aliran-balik.
3. Pukulan air
Penyebab pukulan air bila aliran dalam pipa dihentikan secara mendadak oleh
keran atau katup, tekanan air pada sisi atas akan meningkat dengan tajam dan
menimbulkan gelombang tekanan yang akan merambat dengan kecepatan
tertentu, dan kemudian dipantulkan kembali ke tempat semula. Gejala ini
III-5

menimbulkan kenaikan tekanan yang sangat tajam sehingga menyerupai suatu


pukulan dan dinamakan gejala pukulan air (water hammer). Pukulan
mengakibatkan berbagai kesulitan seperti kerusakan pada peralatan plambing,
getaran pada sistem pipa, patahnya pipa, kebocoran, dan suara berbisik sehingga
dapat mengurangi umur kerja peralatan dan sistem pipa.
Pukulan air cenderung terjadi dalam keadaan sebagai berikut (Noerbambang
dan Morimura, 2005):
a) Tempat-tempat di mana katup ditutup/dibuka mendadak;
b) Keadaan di mana tekanan air dalam pipa selalu tinggi;
c) Keadaan di mana kecepatan air dalam pipa selalu tinggi;
d) Keadaan di mana banyak jalur ke atas dan ke bawah dalam sistem pipa;
e) Keadaan di mana banyak belokan dibandingkan jalur lurus;
f) Keadaan di mana temperatur air tinggi.
Jelas bahwa pencegahan gejala pukulan air menyangkut tindakan untuk
mengatasi keadaan-keadaan diatas, dan meliputi cara-cara berikut ini
(Noerbambang dan Morimura, 2005):
a) Menghindarkan tekanan kerja yang terlalu tinggi
b) Menghindarkan kecepatan aliran yang terlalu tinggi
c) Memasang rongga udara atau alat pencegah pukulan-air
d) Menggunakan dua katup-bola-pelampung pada tangki air

1.4 Sistem Penyediaan Air Bersih


Sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan dapat dikelompokkan
dalam berbagai jenis yaitu (Noerbambang dan Morimura, 2005) :
1. Sistem tangki atap
Pada sistem ini, air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (yang
berada di lantai terendah bangunan atau di bawah muka tanah) dan kemudian
dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas
lantai tertinggi bangunan, ini dilakukan jika tekanan air kecil dari pipa utama, tapi
jika tekanan air cukup tinggi tangki bawah dapat dihilangkan. Dari tangki ini air
didistribusikan keseluruh bangunan. Sistem tangki ini diterapkan seringkali
karena alasan-alasan berikut :
III-6

 Sistem pipa yang menaikan air ke tangki atap bekerja secara otomatis
dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan
terjadi kesulitan, pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang
mendeteksi muka dalam tangki atap.
 Perawatan tangki bawah dan tangki atap harus dipasang alarm yang
memberikan tanpa suara untuk muka air rendah dan air penuh.
Tanda alarm ini biasanya dipasang di ruang kontrol atau ruang pengawas instalasi
bangunan.
Untuk bangunan yang cukup besar, sebaiknya disediakan pompa cadangan
untuk menaikan air ke tangki atap. Pompa cadangan ini dalam keadaan normal
biasanya dijalankan bergantian dengan pompa utama, untuk menjaga agar jika ada
kerusakan atau kesulitan dapat segera diketahui.

Gambar 3. 1 Sistem dengan Tangki Atap


Sumber : (Noerbambang dan Morimura, 2005)

Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air dapat langsung
dialirkan ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam tangki bawah dan pompa.
Dalam keadaan demikian ketinggian lantai paling atas yang dapat dilayani akan
bergantung kepada besarnya tekanan air dalam pipa utama.
III-7

Sistem penyediaan air bersih biasanya dirancang sedemikian agar pada


alat-alat tersebut di atas dapat disediakan tekanan air sebesar 1,0 kg/cm2. Dengan
demikian maka tangki atap harus dipasang sedemikian sehingga muka air
terendah berada 10 m atau lebih di atas alat-alat plambing tersebut.
2. Sistem tangki tekan
Kerja dari sistem ini yaitu air yang telah ditampung di dalam tangki bawah
dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup, sehingga udara di dalamnya
terkompresi dan air dapat dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan.

Gambar 3. 2 Sistem tangki tekan dengan sumur untuk rumah


Sumber : (Noerbambang dan Morimura, 2005)

Kelebihan-kelebihan dari sistem tangki tekan antara lain :


o Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak terlalu mencolok di
banding dengan tangki atap.
o Mudah merawatnya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama
pompa-pompa lainnya.
o Harga awal lebih murah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang
di atas menara.
III-8

Kekurangan-kekurangan dari sistem tangki tekan antara lain :


o Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap beberapa
hari sekali harus ditambahkan udara ke pompa dengan kompresor atau
dengan menguras seluruh air dari dalam tangki tekan.
o Sistem tangki tekan dapat di anggap sebagai suatu pengaturan otomatik
pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai sistem penyimpanan air
seperti tangki atap.
o Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki tekan relatif
sedikit, maka pompa akan sering bekerja dan hal ini menyebabkan keausan
pada saklar yang lebih cepat.

1.4.1 Pompa
Pompa yang menyedot air dari tangki bawah dan mengalirkannya ke
tangki atas atau tangki atap dinamakan pompa angkat (mengangkat air dari bawah
ke atas), sedangkan pompa yang mengalirkan air ke tangki tekan dinamakan
pompa tekan. Pompa penyediaan air dapat diputar oleh motor listrik, motor turbin,
motor baker, dan sebagainya (Noerbambang dan Morimura, 2005).

1.4.2 Tekanan Air dan Kecepatan Aliran


Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam
pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit terkena
pancaran air serta mempercepat kerusakan pada peralatan plambing, dan
menambahkan kemungkinan terjadi pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik
berkisar dalam suatu daerah yang agak lebar dan bergantung pada persyaratan
pemakai atau alat yang harus dilayani.
Secara umum dapat dikatakan besarnya tekanan “standar” adalah 1,0
kg/cm2, sedangkan tekanan static sebaiknya diusahakan diantara 4,0 sampai 5,0
kg/cm2 untuk perkantoran dan antara 2,5 sampai 3,5 kg/cm2 untuk hotel dan
perumahan.
Kecepatan aliran air yang terlampau tinggi akan dapat menembah
kemungkinan timbulnya pukulan air, dan menimbulkan suara berisik dan kadang-
kadang menyebabkan ausnya di permukaan dalam pipa. Biasanya digunakan
III-9

standar kecepatan 0,9 sampai 1,2 m/dt, dan batas maksimum berkisar antara 1,5
sampai 2,0 m/dt. (Noerbambang dan Morimura, 2005):

1.5 Tangki-tangki Air


Tangki-tangki yang digunakan untuk menyimpan air minum (tangki bawah
tanah, tangki atas, tangki tekan, dsb) haruslah dibersihkan secara teratur, agar
kualitas air dapat tetap dijaga. Di beberapa Negara hal ini bahkan dipersyaratkan
oleh undang-undang, dengan batas ukuran tangki minimum yang tertentu.
(Noerbambang dan Morimura, 2005)
a. Pemasangan tangki di lantai bangunan
Pemasangan tangki air diantara pelat lantai bawah dan pondasi dari bangunan.
Tetapi sering kali di bawah lantai yang sama juga dipasang bak penampung air
bangunan atau air kotor. Dalam keadaan yang paling buruk bahkan tangki air
minum tersebut hanya dibatasi oleh suatu dinding dengan bak penampung air
kotor. Keadaan ini memberikan kemungkinan timbulnya pencemaran air bersih
oleh air kotor tersebut.
Disyaratkan bahwa tangki air juga tidak merupakan bagian structural dari
bangunan tersebut serta lokasinya tidak berdekatan dengan tempat pembuangan
air atau kotoran apapun dan tidak terpengaruh oleh sumur artesis atau
genangan air.
b. Ruang bebas untuk pemeriksaan sekeliling tangki
Dalam pemasangan tangki air diperlukan ruang bebas yang cukup sekeliling
tangki untuk pemeriksaan dan perawatan, seperti disebelah atas, dinding dan
dibawas alasnya. Ruang bebas ini sekurang-kurangnya 45 cm, tetapi lebih baik
dibuat sebesar 60 cm agar memudahkan pengecetan dinding luar tangki.
c. Lubang perawatan (manhole)
Setiap tangki harus dilengkapi dengan suatu lubang bertutup untuk
memudahkan perawatan, dengan ukuran yang cukup agar orang-oarang yang
masuk kedalam tangki tidak mendapat kesulitan. Ukuran lubang antara 45
sampai 60 cm untuk memudahkan orang yang masuk membawa peralatan
untuk membersihkan tangki.
III-10

Beberapa hal di bawah ini yang perlu di perhatikan dalam merancang manhole
(lubang perawatan dan pemeriksaan).
1. Penutupan manhole harus rapat untuk mencegah masuknya kotoran dan
binatang ke dalam tangki. Demikian pula pada waktu ada air di atas tutup
tangki (air hujan atau air untuk membersihkan) harus dicegah agar tidak
dapat masuk melalui manhole. Untuk ini lubang harus pada bidang yang
kira-kira 10 cm lebih tinggi permukaan tutup tangki, dan tutup tangki
tersebut memiliki kemiringan (1/100) kearah luar dari manhole.
2. Penutup manhole harus dapat terkunci dengan rapat untuk mencegah
pembukaan bagi orang yang tidak berhak. Ditempuh dengan pemasangan
kunci atau memasang baut-baut pengikat.
d. Kontruksi pipa yang memudahkan perawatan
Kontruksi pipa sebaiknya dibuat agar memudahkan pemeriksaan dan
perawatan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Pipa yang biasanya dilengkapi dengan katup, sebaiknya dipasang dengan
lubang yang kira-kira 20 cm di atas dasar tangki. hal ini untuk mencegah
agar endapan kotoran tidak terhisap ke dalam pipa.
2. Saluran atau lekukan dangkal sebaiknya dibuat pada dasar tangki, dengan
kemiringan yang cukup kearah lubang pengurasan. Saluran atau lekukan ini
akan berguna untuk memperlancar pembuangan endapan kotoran pada
waktu tangki di bersihkan.
3. Tangki harus dapat dibersihkan tanpa memutuskan penyediaan air ke dalam
pipa distribusi. Hal ini dapat dicapai dengan menyediakan lebih dari satu
tangki, atau membagi tangki dengan dinding partisi menjadi dua bagian atau
lebih.
e. Pipa peluap
Setiap tangki harus dilengkapi dengan pipa peluap. Ujung dari pipa peluap
tidak boleh disambungkan langsung ke pipa bangunan melainkan dengan cara
tidak langsung. Ujung pipa peluap tersebut juga harus dilengkapi dengan
saringan serangga.
III-11

f. Pipa ven
Tujuan dari pipa ven di air bersih adalah memasukan atau mengeluarkan udara
tangki pada waktu volume air dalam tangki berkurang atau bertambah. Pipa
ven biasanya diperlukan pada tangki dengan volume air 2 m 3 atau lebih.
Lubang udara masuk pipa ven harus dipasang saringan serangga.
Berikut ini adalah beberapa macam tangki air :

Gambar 3. 3 Tangki Segi Empat


Sumber : https://indonesian.alibaba.com
Diakses : 14-Pebruari-2021 Pukul 20:07

Gambar 3. 4 Tangki Silinder


Sumber : https://listhargamaterial.com/material-bangunan
III-12

Diakses : 14-Pebruari-2021 Pukul 20:33


1.6 Gabungan dengan Tangki Pemadam Kebakaran
Perpipaan yang berfungsi ganda untuk penyediaan air bersih dan air
pemadam kebakaran. Pada dasarnya harus selalu tersedia volume air yang cukup
untuk keperluan pemadam kebakaran, tanpa tergantung pada pemakaian air
bersih. Hal ini menjamin dengan pemasangan pipa hisap pompa pemadam
kebakaran sedemikian sehingga lubang masuknya dekat dengan dasar tangki,
sedangkan untuk pompa penyediaan air bersih lubang masuk pipa hisap dipasang
lebih tinggi. (Noerbambang dan Morimura, 2005).

1.7 Perancangan Sistem Air Bersih


Perancangan sistem air bersih diantaranya :
 Sistem pipa
 Pemasangan katup
 Penentuan ukuran pipa
 Penaksiran laju aliran air

1.7.1 Sistem Pipa


Pada dasarnya ada dua sistem pipa penyediaan air dalam gedung, yaitu
sistem pengaliran ke atas dan sistem pengaliran ke bawah. Dalam sistem
pengaliran keatas, pipa utama dipasang dari tangki atas ke bawah sampai langit-
langit lantai terbawah dari gedung, kemudian mendatar dan bercabang-cabang
tegak ke atas untuk melayani lantai lantai diatasnya. Dalam sistem pengaliran
kebawah, pipa utama dari tangki atas dipasang mendatar dalam langit-langit lantai
teratas dari gedung, dan dari pipa mendatar ini dibuat cabang-cabang tegak
kebawah untuk melayani lantai lantai dibawahnya (Noerbambang dan Morimura,
2005).
III-13

Pompa

Gambar 3. 5 Sistem distribusi ke atas


Sumber : (Noerbambang dan Morimura, 2005)

Pompa

Gambar 3. 6 Sistem distribusi ke bawah


Sumber : (Noerbambang dan Morimura, 2005)

Diantaranya kedua sistem tersebut di atas, agak sulit untuk dinyatakan


sistem mana yang terbaik. Masing-masing sistem mempunyai kelebihan dan
kekurangannya. Pemilihan lebih banyak ditentukan oleh ciri khas konstruksi atau
penggunaan gedung, dan oleh seleran atau preferensi perancangnya. Suatu sistem
dimana digunakan pipa hantar dari pompa tangki air bawah ketangki atas terpisah
dari pipa air utama melayani lantai-lantai gedung dinamakan sistem dua pipa atau
III-14

sistem ganda kalau kedua fungsi tersebut diatas dilayani oleh satu pipa maka
dinamakan sistem satu pipa atau sistem tunggal. Dalam sistem pipa ganda tekanan
air pada peralatan plambing tidak banyak berubah karena hanya terpengaruh oleh
tinggi rendahnya muka air dalam tangki atas. Sedangkan dalam sistem pipa
tunggal, tekanan air pada peralatan plambing akan bertambah pada waktu pompa
bekerja mengisi tangki. Dalam sistem ini ukuran pipa ditentukan berdasarkan
pengaliran air dari tangki atas ke peralatan plambing dan bukan didasarkan pada
waktu pengisian tangki dengan pompa (Noerbambang dan Morimura, 2005).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan sistem pipa :
1. Sistem manapun yang dipilih, pipa harus dirancang dan dipasang sedemikian
rupa sehingga udara maupun air jika perlu di buang atau dikeluarkan dengan
mudah.
2. Pipa mendatar pada system pengaliran ke atas sebaiknya dibuat agak miring
ke atas (searah aliran), sedangkan pada aliran ke bawah dibuat agak miring ke
bawah.
3. Perpipaan yang tidak merata, melengkung ke atas atau melengkung ke bawah,
harus dihindarkan. Kalau akibat sesuatu hal tidak dapat dihindarkan
(misalnya ada perombakan gedung) hendaknya dipasang katup pelepas udara.
4. Harus dihindarkan membalikan arah aliran. Misalnya, pipa cabang tegak akan
melayani daerah di atasnya pipa utama mendatar, tetapi penyambungannya di
arahkan ke bawah lebih dahulu.
III-15

Gambar 3. 7 Sistem satu pipa


Sumber : (Noerbambang dan Morimura, 2005)

1.7.2 Jenis-jenis Katup


Katup merupakan peralatan yang digunakan untuk menutup aliran balik
mencegah aliran balik atau mengontrol aliran pada unit penyediaan air bersih.
Jenis-jenis katup yang dipakai antara lain :
1. Katup sorong (gate valve), yaitu katup yang digunakan untuk pengaturan
aliran baik dengan membuka atau menutup katup sesuai dengan kebutuhan.
2. Katup bola (Globe Valve), digunakan untuk membuka atau menutup aliran
seluruhnya
3. Cluck valve, digunakan untuk mencegah aliran balik atau untuk aliran satu
arah (Noerbambang dan Morimura, 2005)

1.7.3 Penentuan Ukuran Pipa


Ukuran pipa ditentukan berdasarkan laju aliran puncak, di peroleh ukuran
pipa yang makin kecil untuk setiap cabang. Tetapi karena dalam pelaksanaannya
akan menimbulkan kesulitan dengan setiap kali memasang reduser, maka
biasanya ukuran pipa dibuat sama setelah mencapai diameter terkecil yang
diinginkan. (Noerbambang dan Morimura, 2005)
III-16

1.7.4 Penaksiran Laju Aliran Air


Metode penaksiran laju aliran air
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menaksir besarnya laju aliran
air, diantaranya (Noerbambang dan Morimura, 2005):
a) Berdasarkan jumlah pemakai
b) Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
c) Berdasarkan unit beban alat plambing
a. Penaksiran berdasarkan jumlah pemakai (penghuni)
Metode ini didasarkan pada pemakaian rata-rata sehari dari setiap penghuni,
dan perkiraan jumlah penghuni. Apabila jumlah penghuni diketahui, atau
sitetapkan, untuk sesuatu gedung maka angka tersebut dipakai untuk
menghitung pemakaian rata-rata sehari berdasarkan standar mengenai
pemakaian air per orang per hari untuk sifat penggunaan gedung tersebut.
Tetapi jika jumlah penghuni tidak diketahui, biasanya ditaksir berdasarkan luas
lantai dan menetapkan kepadatan hunian per luas lantai. Angka pemakaian air
yang diperoleh dengan metode ini biasanya digunakan untuk menetapkan
volume tangki bawah, tangki atap, pompa dsb. Sedangkan ukuran pipa yang
diperoleh dengan metode ini hanyalah pipa penyediaan air bersih (misalanya
pipa dinas) dan bukan untuk menentukan ukuran pipa-pipa dalam seluruh
jaringan.
b. Penaksiran berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat
diketahui, misalnya untuk perumahan atau gedung kecil. Juga harus diketahui
jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut.
c. Penaksiran berdasarkan unit beban alat plambing
Pada metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban (fixture
unit). Untuk setiap bagian pipa di jumlahkan besarnya unit beban dari semua
alat plambing yang dilayaninya, dan kemudian dapat diketahui besarnya laju
aliran dalm bentuk kurva.
III-17

1.8 Peralatan Penyediaan Air


Peralatan penyediaan air diantaranya :
 Jenis peralatan
 Bahan dan mekanisme

1.8.1 Jenis Pralatan


Jenis peralatan diantaranya (Noerbambang dan Morimura, 2005):
1. Tangki Air
 Tangki air bawah tanah
Air dari jaringan air minum kota dialirkan melalui katup bila dan ditampung
dalam tangki bawah tanah dan kemudian dipompa ke dalam jaringan pipa
penyediaan air bersih gedung. Ukuran dan kapasitas tangki harus cukup besar.
Tangki semacam ini dapat dibuat dari baja, beton bertulang, kayu dan bahan
FRP (fiberglass Reeinforced Plastic).
 Tangki atap
Tangki ini mendapat air dari pompa yang menyedot dari tangki bawah. Tangki
ini berfungsi untuk menyimpan air kebutuhan singkat dan menstabilkan
tekanan air sehubungan dengan fluktuasi pemakaian air sehari-hari. Biasanya
di buat dari pelat baja, kayu, dan FRP.
 Tangki tekan
Tangki semacam ini berfungsi untuk menyimpan air dengan tekanan tinggi.
Prinsip kerja sistem ini adalah sebagai berikut :
Air yang telah ditampung dalam tangki bawah (seperti halnya pada sistem
tangki atap), dipompakan dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara
di dalamnya terkompresi. Air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem
distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatik yang diatur oleh suatu
detektor tekanan, yang menutup/membuka saklar motor listrik penggerak
pompa.
III-18

1.8.2 Bahan dan Mekanisme


Bahan dan mekanisme diantaranya :
1. Bahan Tangki Air
Bahan-bahan yang digunakan untuk tangki air adalah pelat baja biasa dan baja
tahan karat, kayu, (FRP) Fiberglass Reinforced Plastic atau plastik yang diperkuat
dengan serat gelas, dan beton bertulang. Banyak tangki air yang dibuat dari baja,
karena pembuatan relatif cukup mudah dan harganya tidak terlalu mahal,
disamping itu bentuknya dapat disesuaikan dengan bentuk dan ukuran tempat
yang tersedia. Penguatan struktural tidak sulit dilakukan. Kekurangannya hanya
masalah korosi. Untuk menghindari kesulitan ini, ada kecendrungan akhir-akhir
ini untuk menggunakan bahan-bahan yang tidak berkarat (Soufyan
M.Noerbambang Takeo Morimura, 2005).
2. Konstruksi Pompa Air
Jenis-jenis pompa air yang banyak digunakan adalah (Noerbambang dan
Morimura, 2005)
a. Jenis Putar
Kelebihan jenis putar adalah :
 Ukuran kecil dan ringan
 Dapat memompa terus menerus tanpa gejolak
 Kontruksi sederhana dan mudah dioperasikan
Jenis Pompa yang sering digunakan pada bangunan gedung yaitu :
1. Pompa Transfer
Pompa transfer sering disebut juga dengan istilah pompa pemindah atau
pompa pengisi. Fungsi pompa ini memindahkan air dari satu tempat ke
tempat lain secara otomatis ataupun dengan cara manual (On/Off).
a. Pompa bekerja secara otomatis dengan bantuan sensor elektroda
ataupun dengan pelampung, sensor ini akan bekerja dengan
mendeteksi level air. Jika level air turun (tangki kosong) pada level
tertentu maka akan dideteksi oleh elektroda/pelampung kemudian
memberi perintah supaya pompa hidup, dan apabila level air naik
III-19

(tangki penuh) pada level tertentu maka akan dideteksi oleh


elektroda/pelampung kemudian memberi perintah supaya pompa mati.
b. Pompa bekerja secara manual berarti pompa akan bekerja tanpa sensor.
Hidup dan mati pompa berdasarkan tombol saklar on-off yang ditekan
oleh orang (operator).

Gambar 3. 8 Pompa Transfer


Sumber : http://jakartapiranti.com/blog/pengertian-pompa-transfer/

2. Booster Pump
Disebut booster pump karena berfungsi sebagai pompa pendorong atau
meningkatkan tekanan.

Gambar 3. 9 Booster Pump


Sumber : http://www.lukesindonesia.com/booster-pump/
III-20

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk penggantungan atau penumpuan


sebagai berikut (Noerbambang dan Morimura, 2005) :
1. Berat pipa
Berat yang diperhitungkan : berat pipa itu sendiri, berat isi pipa, berat
perlengkapan seperti katup, bahan isolasi. Disamping itu pada instalasi pipa-
pipa tertentu ada kemungkinan orang akan berdiri di atas pipa, baik untuk
berjalan maupun memeriksa atau memperbaiki perlengkapan pipa tersebut atau
pipa lain di sebelahnya.
2. Jenis pipa
Jarak antar penggantung atau penumpu bergantung pada jenis bahan pipa,
karena adanya perbedaan kelenturan.
3. Ekspansi pipa
Pegantung atau penumpu pipa harus mampu menampung adanya perubahan
panjang pipa akibat perubahan temperature pipa.
4. Jarak antar pipa
Jarak antar pipa dengan pipa, antar pipa dengan dinding, harus cukup lebar
untuk memungkinkan penggunaan alat-alat, pemasangan isolasi, pengecatan,
dan pekerjaan perawatan umum. Jarak minimum biasanya 25 mm.
5. Pertimbangan untuk pekerjaan yang lainnya
Perlu diperhatikan jarak dan ruang yang perlu untuk pekerjaan-pekerjaan yang
nantinya akan dipasang di sekitar pipa, seperti saluran udara, pipa dan rak
untuk kabel listrik.
6. Pipa sejajar
Pipa sebaiknya dipasang dengan sumbunya atau permukaan bawahnya pada
satu bidang dengan rapi dan jarak satu dengan yang lain sejauh mungkin.
7. Penggantungan pipa pada pipa lainnya
Pipa tidak boleh digantung pada pipa lainnya karena dapat menimbulkan
lendutan pada pipa yang di atasnya.
8. Baut penggantung pipa
Baut harus dipasang vertikal, terutama jika klemnya dilengkapi dengan cincin
Karet peredam getaran. Karet ini harus dijaga agar mendapat beban yang
merata.
III-21

1.8.3 Lokasi dan Jarak antar Pegantung


Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk lokasi dan jarak antar penggantung
sebagai berikut (Noerbambang dan Morimura, 2005) :
1. Jarak antar pegantung
Jika jarak dibuat lebih panjang akan ada kemungkinan timbul lendutan pipa
yang berlebihan.
2. Lokasi pegantung
Pegantung atau penumpu pipa harus dipasang pada tempat-tempat berikut :
 Di sekitar katup dan sambungan ekspansi (untuk katup berukuran 100 mm
atau lebih harus dipasang pada kedua sisinya).
 Pada belokan pipa mendatar
 Pada cabang pipa
 Pada pipa yang disambungkan mesin atau peralatan, di dekat mesin atau
peralatan tersebut.

1.8.4 Cara Menggantung atau Menumpu


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tata cara menggantung atau
menumpu yaitu sebagai berikut (Noerbambang dan Morimura, 2005):
1. Pada pipa dalam gedung
Pegantung yang digunakan adalah insert, baut penggantung dan klem pipa.
a. Insert
Insert dipasang pada cetakan beton setelah beton menjadi keras, insert akan
tertanam kuat di dalam beton. Sebuah batang yang ujungnya berulir
disekrupkan ke dalam insert tersebut sebagai penggantung pipa.
b. Klem pipa
Klem pipa sering juga disebut “sabuk pengaman” atau “strip penggantung”,
dibuat dari strip baja dengan ukuran yang cukup untuk menahan beban
pipa.
Mengikat pipa dengan klem, perlu diperhatikan masalah pengembangan
pipa air panas dan juga perbedaan bahan pipa dengan bahan klem. Karena
III-22

biasanya klem terbuat dari baja, untuk pipa tembaga perlu disediakan bahan
bukan logam untuk memisahkan baja dengan tembaga. Bahan pemisah ini
di buat dari asbes (untuk air panas) atau karet.

Gambar 3. 10 Klem pipa


Sumber :http://www.hotfrog.co.id/

Cara Menggantung atau menumpu pipa mendatar secara tunggal:


 Pipa digantung di bawah kontrusi baja
 Pipa ditumbu di atas kontruksi baja
 Pipa digantung di bawah pelat beton
c. Penggantung dan penumpu pipa tegak
Penggantung dan penumpu pipa tegak harus dapat menahan pipa tersebut
agar tidak merosot atau agar tidak terjadi getaran.

Gambar 3. 11 Penggantung Pipa


Sumber : (Noerbambang dan Morimura, 2005)
III-23

1.9 Alat Plambing


Alat plambing digunakan untuk semua peralatan yang dipasang di dalam
maupun di luar gedung, untuk menyediakan (memasukan air) air panas atau air
dingin, dan untuk menerima (mengeluarkan) air buangan. (Noerbambang dan
Morimura, 2005)
Bahan yang digunakan sebagai alat plambing harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
 Tidak menyerap air
 Mudah dibersihkan
 Tidak berkarat
 Relatif mudah dibuat
 Mudah dipasang

1.9.1 Peralatan Saniter


Menurut (Nielsen, 1982) peralatan saniter tersebut harus terbuat dari :
1. Bahan yang tidak dapat mengoksidasi (nonoxidizing materials)
2. Bahan yang tidak dapat menyerap (nonabsorbent materials)
3. Bahan dengan permukaan yang halus, kedap air (impervious) dan tahan
terhadap korosi serta abrasi
4. Bahan yang terbebas dari cacat dan tahan lama digunakan untuk kegiatan
sesuai dengan peruntukannya.
Pralatan saniter seperti kloset, Washtafel, bak cuci dapur shower dan
Bathub
 Kloset
o Kloset Duduk
Adalah kloset dari bahan keramik yang mempunyai saluran pembuangan S
Trap yang lebih sempurna dan lebih higienis. Ditambah dengan tangki
penggelontor Pemasangannyapun lebih mudah.
III-24

Gambar 3. 12 Kloset Duduk


Sumber : http://informasibangunan.blogspot.com/2013/10/

 Washtafel
Fungsi utama wastafel adalah untuk mencuci muka, tangan, dan gosok gigi.
Atau bisa juga untuk mencuci alat kosmetik kecil. Memilih ukuran wastafel
sangat tergantung dari tujuan pemakaian.

Gambar 3. 13 Washtafel
Sumber : http://www.gemilang-store.com/
III-25

 Shower
Shower adalah alat yang digunakan untuk mandi, biasanya memiliki tekanan
semprot dan pengaturan suhu yang dapat disesuaikan.

Gambar 3. 14 Shower
Sumber : http://kamarmandikita.com/toto/63-lw211j-wastafel-komplit.html

 Bathub
Bak Mandi Rendam (bath tube) Berfungsi untuk mencuci seluruh anggota
badan, digunakan dengan cara merendam diri.

Gambar 3. 15 Bathub
Sumber : https://www.houzz.com/product/
III-26

 Keran air
Ada beberapa macam keran air, diantaranya (Soufyan M. Noerbambang dan
Takeo Morimura, 2005)
1. Keran air yang dengan mudah dibuka dan ditutup, yang umum digunakan
untuk berbagai keperluan.
2. Keran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup sendiri, misalnya untuk
cuci tangan.
3. Keran air yang laju alirannya diatur oleh ketinggian muka air, yaitu keran
atau katup pelampung.

Gambar 3. 16 Kran Air


Sumber : https://www.google.co.id/search?q=keran+air&biw.hmtl

1.10 Konstruksi Ground Water Tank (GWT)


Pada bangunan seperti hotel, apartemen, rumah sakit memerlukan air bersih
yang digunakan untuk kebutuhan manusia sehari-hari. Untuk memenuhi
kebutuhan air yang berkualitas maka diperlukan beberapa treatment pada air
sumur agar bisa digunakan atau siap konsumsi. GWT atau Ground Water Tank
adalah suatu konstruksi bawah tanah yang berfungsi untuk menampung dan
mengolah air bersih yang bersumber dari sumur dalam. Pengolahan air tersebut
akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari atau siap konsumsi seperti mandi,
toilet, minum dan sebagainya. Pada GWT ini terdapat 3 bagian konstruksi yaitu
III-27

Intake, WTP (Water Treatment Plant) dan Reservoir. Berikut penjelasan lebih
lengkapnya :
1. Intake : Intake adalah ruang atau bangunan pertama untuk menampung
masuknya air dari sumber air sumur dalam. Pada bagian Intake ini biasanya
terdapat bar screen yang berfungsi menyaring benda-benda dalam air. Air di
dalam Intake ini kemudian dipompa ke ruang berikutnya yaitu WTP (Water
Treatment Plant).
2. WTP( Water Treatment Plant) : Fungsi dari WTP ini adalah mengolah dan
menyaring air bersih bersumber dari Intake menjadi air yang lebih layak untuk
konsumsi seperti mandi, minum, dan sebagainya. Proses pengelolaan air
bersih Pada Water Treatment Plant ini melalui beberapa tahapan yang dimulai
dari koagulasi adalah proses untuk memisahkan air dengan pengotor yang
terlarut di dalamnya. Proses destabilisasi ini dapat dilakukan dengan
penambahan bahan kimia maupun dilakukan secara fisik dengan rapid
missing, hidrolis, maupun cara mekanis Flokulasi adalah proses untuk
membentuk dan memperbesar flok (pengotor yang terendapkan). Pada proses
ini dilakukan pengadukan lambat dengan syarat air harus tenang. Untuk
meningkatkan efisiensi biasanya ditambah dengan senyawa kimia yang
mampu mengikat flok-flok. Sedimentasi adalah proses untuk mengendapkan
partikel-partikel koloid yang sudah didestabiliasasi oleh proses sebelumnya.
Filtrasi adalah proses penyaringan dari air pada proses sebelumnya.
Penyaringan bisa menggunakan membran, pasir, dan sebagainya.Dengan
teknologi membran proses filtrasi ada beberapa jenis membrang yaitu Multi
media filter, Ultrafiltrarion system, Nanofiltration system, Microfiltration
system dan Reverse Osmosis system. Desinfeksi adalah proses penambahan
senyawa kimia untuk mematikan kuman yang kemungkinan masih ada seperti
penambahan chlor, ozonosasi, UV, dan sebagainya.
3. Reservoir. Reservoir adalah ruang atau bagian dari GWT pada tahapan paling
akhir. Fungsi dari reservoir adalah tempat penampungan sementara air bersih
sebelum didistribusikan.
III-28

Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah
sistem atau sarana yang berfungsi untuk mengolah air dari kualitaas air baku
(influent) terkontaminasi untuk mendapatkan perawatan kualitas air yang
diinginkan sesuai standar mutu atau siap untuk di konsumsi. Water Treatment
Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) merupakan sarana yang penting
di seluruh dunia yang akan menghasilkan air bersih dan sehat untuk di konsumsi.
Biasanya bangunan atau konstruksi ini terdiri dari 5 proses, yaitu: koagulasi,
flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi.
1. Koagulasi
Pada proses koagulasi dalam Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi
Pengolahan Air (IPA) dilakukan proses destabilisasi partikel koloid,
karena pada dasarnya sumber air (air baku) biasanya berbentuk koloid
dengan berbagai koloid yang terkandung didalamnya. Tujuan proses ini
adalah untuk memisahkan air dengan pengotor yang terlarut didalamnya.
Proses destabilisasi ini dapat dilakukan dengan penambahan bahan kimia
maupun dilakukan secara fisik dengan rapid missing (pengadukan cepat),
hidrolis (terjunan atau hydrolic jump), maupun secara mekanis
(menggunakan batang pengaduk).
2. Flokulasi
Proses flokulasi pada Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi
Pengolahan Air (IPA) bertujuan untuk membentuk dan memperbesar flok
(pengotor yang terendapkan). Disini dilakukan pengadukan lambat (slow
mixing), aliran air disini harus tenang. Untuk meningkatkan efisiensi
biasanya ditambah dengan senyawa kimia yang mampu mengikat flok-
flok.
3. Sedimentasi
Proses flokulasi pada Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi
Pengolahan Air (IPA) bertujuan untuk membentuk dan memperbesar flok
(pengotor yang terendapkan). Disini dilakukan pengadukan lambat (slow
mixing), aliran air disini harus tenang. Untuk meningkatkan efisiensi
biasanya ditambah dengan senyawa kimia yang mampu mengikat flok-
flok.
III-29

4. Filtrasi
Dalam Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA)
proses filtrasi, sesuai dengan namanya bertujuan untuk penyaringan.
Teknologi membran bisa dilakukan pada proses ini, selain bisa juga
menggunakan media lainnya seperti pasir dan lainnya. Dalam teknologi
membran proses filtrasi membran ada beberapa jenis, yaitu: Multi Media
Filter, UF (Ultrafiltration) System, NF (Nanofiltration) System, MF
(Microfiltration) System, RO (Reverse Osmosis) System.
5. Desinfeksi
Setelah melewati proses filtrasi dan air bersih dari pengotor, ada
kemungkinan masih terdapat kuman dan bakteri yang hidup, sehingga
diperlukan penambahan senyawa kimia dalam Water Treatment Plant
(WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang dapat mematikan kuman,
biasanya berupa penambahan chlor, ozonosasi, UV, pemabasan dll
sebelum masuk ke konstruksi terakhir yaitu reservoir.

1.11 Cara pemasangan Perpipaan Air Bersih


Ketentuan teknis pekerjaan pipa diantaranya :
a) Pipa penyalur air bersih yang dipergunakan adalah pipa PP-R (Pipa
Pollypropylene) sesuai dengan spesifikasi teknis.
b) Pemipaan air bersih dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga mengijinkan
adanya pengujian peralatan dengan tidak menyebabkan terbuangnya air
dan mengembalikan air yang dipergunakan untuk pengujian kedalaman air
bawah tanah.

1.11.1 Ketentuan Teknis Pemipaan


Ketentuan teknis bantu pemipaan diantaranya :
1) Katup operasi yang berdiameter lebih besar dari 2,5 inchi harus terbuat
dari bahan besi cor dengan sambungan jenis Flange satndar JIS, sedangkan
untuk diameter 2,5 inchi lebih kecil harus terbuat dari bahan bronce
III-30

dengan sambungan ulir, kelas 10 K tekanan kerja minimum 10 kg/cm 2.


Khusus untuk system pengisi tangki atap mempergunakan kelas 16
kg/cm2.
2) Alat ukur tekanan aliran air yang dipergunakan harus mempunyai batas
pengukur samapai dengan 1,5 kali tekanan kerja normal dan berdiameter
tidak kurang dari 10 cm dalam pemasangannya, alat ini harus dilengkapi
dengan check valve dan pipa penyambungan ¾ inchi.
3) Foot Valve yang dipergunakan hendaknya bersifat sebagai penyaring dan
penahan laju air diatasnya. Ukuran foot valve harus sesuai dengan yang
ditunjukan dalam gambar rencana. Alat ini hendaknya dilengkapi dengan
tali baja penggerak bagian pemberatnya untuk membersihkan kotoran
yang terdapat disekitar lubang air masuk tanpa harus membuka bagian
tersebut.
4) Check Valve yang dipergunakan harus merupakan tipe Non Watr Hammer
dan selama operasinya tidak menimbulkan bunyi yang berarti. Diameter
alat ini sesuai dengan ukuran pipa.
5) Setiap hubungan pipa dengan pompa harus dilengkapi dengan pipa
fleksibel (untuk mengurangi getaran dari sumber getaran (pompa) ke
instalasi perpipaan) yang terbuat dari bahan karet dimana penyambungan
dengan system Flange (sayap, piringan berbentuk cincin yang disekrupkan
ke sebuah ujung pipa agar mudah dibuatkan kef lens pipa berikutnya).
Diameter pipa ini harus sesuai dengan ukuran pipa yang terbuang.
6) Pressure Reducing Valve (katup untuk mengurangi tekanan air) yang
dipergunakan harus terbuat dari bahan besi cor, dengan lembaran katup
terbuat dari bronze. Alat ini harus dipilih yang dapat menahan tekanan
kerja dari 10 kg/cm2 ke tekanan kerja 0,5-5 kg/cm2.
7) Penyambungan pipa harus diukur kedalamanya. Dikecualikan pada
ketentuan ini adalah penyambungan pipa ke semua peralatan, seperti
pompa, katup operasi meter air dan lain-lain untuk peralatan sejenis, harus
mempergunakan sambungan flange standar JIS (pipa sama atau sama dari
3 icnhi) dan smabungan union (pipa lebih kecil dari 3 inchi).
III-31

8) Kelas operasi semua peralatan bantu, seperti Long Bouw Elbow


(penyambung pipa berbentuk belokan, dan ujungnya berulir), Socket
(penyambung pipa dengan pipa dan penyambung pipa lainnya), Reducer
(penyambung pipa berbentuk socket tetapi ukuran salah satu sisi lebih
kecil dari yang lainnya), Valves, dan lain peralatan bantu yang sejenis
khusus untuk pipa baja harus dari kelas 10 K.

1.11.2 Ketentuan Teknis Alat Bantu Operasi


Ketentuan teknis alat bantu operasi diantaranya :
1) Alat kontrol tekanan kerja atau pressure switch yang dipergunakan harus
mempunyai batas operasi minimum sesuai dengan kebutuhan. Alat ini
hendaknya mempunyai kontak bantu operasi dua macam, yaitu Normally
Open dan Normally Close. Kontak bantu tersebut harus terpisah satu
dengan yang lain.
2) Alat kontrol ketinggian air atau valve switch yang dipergunakan adalah
tipe elektroda dan mempunyai dua kontak bantu operasi, yaitu Normally
open dan Normally close yang terpisah satu dengan lainnya.
3) Alat kontrol ketinggian air lainnya yaitu float switch dengan ketentuan
sama, seperti level switch dan float switch dengan kelebatan waktu operasi.
4) Alat petunjuk ketinggian air atau Level Indicator yang dipergunakan
adalah tipe pelampung, kontruksi alat ini harus sedemikian rupa sehingga
tidak terpengaruh oleh aliran air dalam tangki. penunjukan ketinggian air
dalam tangki air didalam ruang pompa hendaknya didasarkan pada
ketinggian pelampung yang menggerakan tongkat baja anti karat/stainless
steel yang diberikan warna. Pemborong harus menyediakan papan skala
dibelakang tongkat tersebut.

1.11.3 Persyaratan Pemasangan Pipa


Persyaratan pemasangan pipa ini bertujuan agar pipa yang akan dipasang
tidak mengalami kesalahan dalam pemasangan dan hasil dalam pemasangan ini
baik dan benar.
III-32

1) Pemipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin


kebersihan, kerapihan, ketinggian yang benar, serta memperkecil banyaknya
penyilangan.
2) Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari
50 mm diantara pipa-pipa atau dengan bangunan dan peralatan.
3) Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum
dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda tajang/runcing serta
penghalang lainnya.
4) Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang
diperlukan, antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya,
sesuai dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan dalam gambar rencana.
5) Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi
dengan Union atau Flanges.
6) Sambungan lengkung reduce dan expander dan sambungan-sambungan
cabang pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.
7) Setiap belokan pipa harus diberi penguat agar sambungan tidak mudah lepas
apabila di dalam tanah harus diberi belokan-belokan beton.
8) Katup (valve) dan saringan (stainer) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan
dan penggantian. Pegangan katup (valve handled) tidak boleh menukik.
9) Sambunagan-sambunagan fleksibel harus dipasang sedemikian rupa dan
angkur pipa secukupnya harus disediakan guna mencegah tegangan pada pipa
atau alat-alat yang dihubungkan oleh gaya yang bekerja kearah memanjang.
10) Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah
pompa dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan. Katup-
katup dan fitting pemipaan demikian harus jalur penuh.
11) Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan pengarus-
pengaruh pipa harus secukupnya disediakan agar pemuaian serta peregangan
terjadi pada alat-lata, sesuai dengan permintaan dan persyaratan pabrik.
12) Kecuali tidak terdapat dalam spesifikasi, pipa sleeves (selubung) harus
disediakan perpipaan dimana pipa-pipa menembus dinding-dinding, lantai,
balok, kolom atau langit-langit. Dimana pipa-pipa melalui dinding tahan api,
III-33

ruang-ruang kosong diantara sleeves dan pipa-pipa harus dipakai dengan


bahan rock wall.
13) Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam
pekerjaan perpipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan harus ditutup
dengan menggunakan caps atau plugs untuk mencegah masuknya benda-
benda lain
14) Semua galian harus juga termasuk penutupan kembali pada pemadatan.
15) Pipa dalam tanah harus bebas dari bahan-bahan keras dan harus diurug pasir
setebal 10 cm sekeliling pipa.
16) Pemasangan peralatan kontrol pada pipa harus pada pipa horizontal dan
diperhitungkan agar pada tempat aliran air yang Laminer

1.12 Pemeriksaan dan Pengujian Sistem Plambing


1.12.1 Pemeriksaan
Ada tiga macam pemerikasaan yang perlu dilakukan yaitu (Noerbambang
dan Morimura, 2005) :
1. Pemeriksaan sebagian
2. Pemeriksaan setelah selesai pemasangan
3. Pemeriksaan ulang
Tujuannya adalah untuk memeriksa, apakah kontruksinya, fungsinya, serta
kelakuan dari seluruh sistem, alat plambing, mesin-mesin dan perlengkapan
lainnya, telah dapat memenuhi persyaratan yang berlaku dan sesuai yang
direncanakan (dengan gambar rancangan dan spesifikasi yang dibuat).
 Pemeriksaan Sebagian
1. Sebelum sesuatu bagian dari sistem plambing ditanam dalam tanah
atau dalam bagian gedung, atau tertutup oleh bagian gedung atau di
cat harus dilakukan pemeriksaan kembali.
2. Bagian dari sistem yang akan diperiksa harus cukup bebas agar
pemeriksaan dapat dilakukan dengan baik.
 Pemeriksaan Setelah Pemasangan
Permeriksaan setelah pemasangan dilakukan agar pipa yang dipasang
benar-benar menempel sehingga tidak ada kebocoran.
III-34

 Pemeriksaan Ulang
Pemeriksaan ulang dilakukan agar memastikan seluruh sitem
pengaliran air bersih berjalan dengan baik.

1.12.2 Pengujian
Pengujian biasanya dilakukan atas masing-masing jenis alat, pengujian
atas berbagai bagian sistem plambing, dan pengujian atas fungsi dan kelakuan
dari seluruh sistem setelah selesai pemasangan (Noerbambang dan Morimura,
2005).
 Pemeriksaan Tekanan Uji
Harus diperiksa agar tekanan uji akan sampai kesemua bagian dari
sistem plambing, dengan membuka semua tutup sementara (yang
biasanya dipasang pada waktu pelaksanaan untuk mencegah masuknya
kotoran kedalam sistem). bagian sistem plambing yang akan diuji
harus dipisahkan dengan katup dari seluruh instalasi. Air untuk
menguji tekanan harus dimasukan perlahan-lahan dengan
menggunakan pompa khusus untuk penguji tekanan.
 Penguji sistem air dingin dan air panas
Ada beberapa cara untuk melakukan pengujian sistem air dingin dan
air panas sebelum digunakan:
a) Pengujian Tekanan
1. Pompa penguji tekanan disambungkan kepada bagian sistem
yang akan diuji dan setelah diberikan tekanan dalam pipa,
periksa adanya kebocoran terutama pada sambungan-
sambungan.
2. untuk sistem disambungkan langsung dengan jaringan distribusi
air minum kota, tekanan uji adalah sebesar 17,5 kg/cm 2 atau
lebih, pada bagian terendah dari sistem tersebut. (Pedoman
Plambing Indonesia).
III-35

3. Untuk sistem plambing dengan tangki dibawah atap, tekana uji


tidak boleh kurang dari dua kali tekanan kerja pada bagian
terendah sistem. Tekana tidak boleh kurang 7,5 kg/cm2.
4. Untuk pipa keluar pompa, tekanan uji tidak boleh kurang dari
dua kali tekanan pompa yang dinyatakan dalam spesifikasi
perencanaan sistem plambing, tekanan tidak boleh kurang dari
7,5 kg/cm2.
5. Setelah tekanan dalam pipa yang diuji mencapai nilai tekan uji
tersebut diatas, tanpa menambah tekanan dengan pompa penguji
lagi, tekanan dalam pipa harus tetap selama 60 menit. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahawa sistem pipa tidak ada yang
bocor. Kalau alat plambing sudah terpasang, waktu uji 2 menit.
b) Pengujian Tangki
1. Setelah selesai dipasang, tangki harus dibersihkan benar-benar
dan kemuduan diisi dengan air untuk memeriksa adanya
kebocoran.
2. Tangki harus tidak menunjukan gejala kebocoran sekurang-
kurangnya selama 24 jam.
c) Pengujian dengan Aliran
Untuk setiap alat plambing, harus diuji apakah air yang keluar atau
dialirkan sesuai dengan yang direncanakan, dan periksa lalu perbaiki
kalau ada kekurangannya.

Anda mungkin juga menyukai