Anda di halaman 1dari 17

UTILITAS BANGUNAN

Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang


digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, keselamatan,
kemudahan komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan.

Menurut Yoyok Rahayu Basuki, pengertian utilitas bangunan adalah suatu


kelengkapan fasilitas bangunan. Kelengkapan tersebut digunakan untuk
menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, kemudahan,
komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan. Sistem utilitas bangunan untuk setiap
bangunan memang berbeda-beda sehingga memerlukan pengkajian khusus.

Tujuan dari utilitas itu sendiri untuk memperlengkap suasana suatu rumah
supaya bisa nyaman dan aman dalam suatu bangunan dan menjadikan suatu
paedah, kegunaan, dan  manfaat.

Maka dalam sebuah perancangan suatu bangunan dan arus selalu


memperhatikan dan menyertakan suatu fasilitas utilitas bangunan yang
dikoordinasikan dengan suatu perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur,
perancangan struktur, perancangan interior dan perancangan - perancangan lainnya.

Perancangan utilitas bangunan tersebut terdiri dari :

1. Perancangan plumbing dan sanitasi.


2. Perancangan pencegahan kebakaran.
3. Perancangan pengudaraan/penghawaan.
4. Perencanaan penerangan/pencahayaan.
5. Perencanaan telepon.
6. Perencanaan CCTV dan sekuriti system.
7. Perencanaan penangkal petir.
8. Perencanaan tata suara.
9. Perencanaan pembuangan sampah.
1. Perancangan Sistem Plumbing
Plumbing adalah suatu sistem pengelolaan air pada bangunan yang mengatur
tentang pemasangan pipa, tangki, dan peralatan lainnya. Sistem ini mengatur
penyediaan air bersih, distribusi air bersih, hingga pembuangan dan pengelolaan air
kotor agar tidak mencemari lingkungan di sekitar bangunan.
Sistem peralatan plumbing adalah suatu sitem penyediaan atau pengeluaran
air ke tempat-tempat yang dikehendaki tanpa ada ganguan atau pencemaran terhadap
daerah-daerah yang dilaluinya dan dapat memenuhi kebutuhan penghuninya dalam
masalah air.

Secara khusus, pengertian plambing merupakan sistem perpipaan dalam


bangunan yang meliputi sistem perpipaan untuk :penyediaan air minum, penyaluran
air buangan dan ven, penyediaan air panas, penyaluran air hujan, pencegahan
kebakaran, penyediaan gas, AC (air conditioner)

a. Fungsi sistem plumbing

Pada bangunan, fungsi penerapan sistem plumbing adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan air bersih pada bangunan.


2. Menyediakan sistem distribusi air bersih pada area yang dikehendaki dalam
sebuah bangunan.
3. Menyediakan sistem pembuangan air kotor yang aman agar tidak terjadi
pencemaran pada bangunan.
4. Menyediakan sistem ventilasi udara agar sirkulasi udara di dalam gedung
tetap terjaga, terutama pada area pembuangan air kotor.
5. Menjadi sistem pencegah kebakaran.
6. Menjadi sistem distribusi air hujan.
7. Meningkatkan kenyamanan pengguna bangunan. 
b. Jenis-jenis peralatan plumbing

Jenis-jenis peralatan plambing dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, antara


lain :
1. Peralatan untuk penyediaan air panas.
2. Peralatan untuk penyediaan air bersih/ air minum.
3. Peralatan untuk pembuangan.

c. Syarat perencanaa plumbing atau plambing


1. Sistem harus efektif dan efisien.
2. Pipa mudah dirawat dan diperbaiki.
3. Mudah dilakukan pemeriksaan.
4. Tidak mengganggu estetika.
5. Memperhatikan aspek kesehatan.
6. Tidak mengganggu struktur bangunan.
7. Pilih yang murah tapi berkualitas.
8. Minimalkan tikungan.

d. Tahapan perencanaan plumbing atau plambing


1. Mengetahui fungsi bangunan.
2. Penetapan jenis peralatan plambing
3. Rencana jaringan pipa
4. Penetapan dimensi pipa (dimensioning)
5. Rencana peletakan peralatan plambing
6. Penggambaran

Bahan yang umum digunakan adalah dari besi/baja dengan lapisan galvanis
plastic, pvc, porselin dan dari beton brtulang. Bahan harus memenuhi syarat tidak
menyerap air, mudah dibersihkan, tidak berkarat atau muda aus. Untuk instalasi air
bersih maupun air kotor dalam bangunan kecuali air panas biasa digunakan pipa
PVC, pipa ini dapat dibagi (bila tidak ada spesifikasi khusus):
a. Berdasarkan typenya ( ketebalan ) :
1. Type AW

Untuk pipa dengan kawalitas yang paling baik ( tebal ). Biasanya digunakan
untuk saluran air bersih / air minum yang mempunyaikekuatan tekan yang cukup
tinggi.

2. Type D
Untuk pipa kwalitas sedang dengan tebal medium. Biasanya digunakan untuk
saluran pembuangan, seperti saluran air hujan, saluran pembuangan bekas
cuci/mandi, saluran septictank dsb.

3. Type C
Untuk pipa dengan kwalitas paling rendah (tipis). Digunakan untuk sparing-
sparing listrik yang tertanam dalam dinding.

e. Klarifikasi berdasakan jenis air buangan


1. Sistem pembuangan air kotor
Adalah system pembuangan untuk air buangan yang berasal dari kloset,
urinal, bidet, danair buangan yang mengandung kotoran manusia dari alat
plambing lainnya (black water ).
2. Sistem pembuangan air bekas
Adalah system pembuangan untuk air buangan yang berasal dari bathtup,
wastafel, sink dapur dan lainnya (grey water). Untuk suatu daerah yang tidak
tersedia roil umum yang dapat menampung air kotor terlebih dahulu.
3. Sistem pembuangan air hujan
Sistem pembuangan air hujan harus merupakan system terpisah dari system
pembuangan air kotor maupun air bekas, karena bila dicampurkan sering
terjadi penyumbatan pada saluran dan air hujan akan mengalir balik masuk ke
alat plambing terendah.
4. Sistem air buangan khusus
Sistem pembuangan air yang mengandung gas, racun, lemak limbah pabrik,
limbah rumah sakit, pemotongan hewan dan lainnya yang bersifat khusus.

f. Klarifikasi berdasakan cara pengaliran


1. System Gravitasi
Air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah.
2. System Bertekanan
System yang menggunakan alat (pompa) karena saluran umum letaknya lebih
tinggi dari letak alat plambing, sehingga air buangan dikumpulkan terlebih
dahulu dalam suatu bak penampungan, kemudian di pompakan keluar ke roil
umum. System ini mahal, tetapi biasa digunakan pada bangunan yang
mempunyai alat-alat plambing di basement pada bangunan tinggi /bertingkat
banyak.

g. Bagian-bagian system pembuangan


1. Alat-alat plambing yang digunakan untuk pembuangan seperti bathtub,
wastafel, bak-bak cuci piring, cuci pakaian, kloset, dsb.
2. Pipa-pipa pembuangan.
3. Pipa ven.
4. Perangkap dan penangkap.
5. Bak penampung dan tangki septic.
6. Pompa pembuangan.

h. Maksud dan Tujuan system plumbing


1. Menyediakan air bersih yang diperlukan oleh manusia untuk kehidupan.
2. Menjamin adanya sanitasi didalam gedung dan gedung-gedung yang
berdekatan.
3. Untuk perlindungan kesehatan masyarakat terhadap bahaya yang timbul
sebagai akibat dari instalasi Plumbing yang tidak baik.
Sumber air bersih didapat dari 2 sumber antara lain : dari PDAM dan dari air
sumur (deep well), dimana air yang bersumber dikeduanya akan masuk ke dalam
ground water tank. Didalam ground water tank terdapat 2 sekat bak penampungan air
yaitu raw water tank dan clean water tank.
Secara detail bagian-bagian dari system air bersih adalah sebagai berikut :
 Depp well
Sumber pengadaan air bersih berasal dari air sumur (deep well), sumur ini
menyuplai seluruh kebutuhan air bersih, baik untuk kebutuhan air sehari-hari maupun
sistem pemadam kebakaran. Air dari kedua buah sumur tersebut disalurkan ke bak air
Raw Water Tank menggunakan pipa GIP.
 Transfer Pump
Pompa transfer berfungsi untuk memindahkan air dari Ground Water Tank
menuju ke Roof Water Tank. Transfer pump biasanya berjumlah dua unit dimana satu
pompa bekerja dan pompa lain sebagai cadangan.
 Sand Filter 
Sand filter berfungsi untuk menyaring kotoran didalam air yang berasal dari
bak air Raw water Tank.
Gambar 1 : Detail Resapan

2. Pencegahan Kebakaran
Untuk menghindari terjadinya kebakaran pada suatu bangunan, diperlukan
system pencegahan kebakaran karena kebakaran dapat menimbulkan kerugian berupa
korban manusia, harta, benda, terganggunya proses produksi barang barang dan jasa,
kerusakan lingkungan dan terganggunya masyarakat.
Kebakaran harus diwaspadai karena bisa terjadi setiap saat Sekali terjadi
berakibat fatal apalagi bila sistem proteksi yang handal tidak tersedia, sementara
kondisi infrastruktur kota masih kurang mendukung.

a. Dampak Kebakaran
1. Kaitan dengan Life Safety
 Ancama jiwa maupun luka.
 Trauma psikologis.
2. Kaitan dengan Property Safety
 Memiskinkan masyarakat
 Kehilangan pekerjaan
 Kerugian harta benda
 Investasi merugi
3. Kaitan dengan Enviromental Safety
 Gangguan terhadap kelestarian lingkungan
 Penipisan lapisan ozon, pemanasan global

b. Bahaya akibat produk kebakaran.


1. Temperatur penyulutan dan kalor atau panas pembakaran
2. Suhu tinggi kebakaran
3. Bahaya asap kebakaran
4. Gangguan jarak pandang
5. Kemungkinan gas-gas beracun
6. Penjalaran ke tempat lain-nya

Untuk mencegah kebakaran terhadap system-sistem/peralatan elektrikal,


penangka petir, pengondisian udara/AC, escalator, dan elevator diusahakan bahan-
bahan elektrikal dan penangkal petir harus tahan api.
Dari uraian diatas diperlukan beberapa syarat untuk mencegah bahaya
kebakaran pada bangunan ata gedung :
a. Mempunyai bahan struktur dan finishing yang tahan api.
b. Mempunyai jarak bebas dengan bangunan-bangunan disebelahnya atau
terhadap lingkungannya.
c. Melakukan penempatan tangga kebakaran sesuai dengan persyratan-
persyaratannya.
d. Mempunyai pencegahan terhadap system elektrikal.
e. Mempunyai pencegahan terhadap system penangkal petir.
f. Mempunyai system pendeteksian dengan system alarm.
g. Melakukan komunikasi dengan stasiun komando untuk system pemadam
kebakaran.
c. Masalah kebakaran pada bangunan gedung tinggi
1. Bangunan tinggi → proteksi mandiri
2. Pemakaian bahan, lapis penutup
3. Bervariasinya jenis utilitas bangunan
4. Penjalaran asap lewat saf-saf vertical
5. Konstruksi dinding luar tanpa kanopi
6. Problema evakuasi penghuni
7. Penerapan kompartemenisasi
8. Evakuasi penghuni bila ada kebakaran
9. Aksesibilitas untuk external fire fighting
10. Perilaku penghuni / pengguna

d. Sarana jalan keluar dan persyaratannya


1. Tiap lantai sedikitnya harus ada2 eksit
2. Jumlah eksit ditentukan oleh jumlah pengguna atau penghuni bangunan
3. Jarak antar 2 eksit adalah > setengah jarak diagonal
4. Jarak tempuh 30 m (tanpa sprinkler) dan 45m dengan sprinkler
5. Pintu kebakaran membuka ke luar
6. Pintu kebakaran harus tahan api (fire rated) sesuai standar
7. Eksit harus ke arah halaman luar
8. Tangga kebakaran harus menerus
9. Helipad bukan sarana evakuasi

Selain mengusahakn peralatan, penggunaan bahan, dan persyaratan-


persyaratnnya, perlu direncanakan alat-alat lain seperti hidran kebakaran.
Hidran kebakaran adalah suatu alat untuk memdamkan kebakaran yang sudah
terjadi dengan menggunakan alat baku air. Hidran ini dibagi menjadi :
a. Hidran kebakaran dalam gedung.
b. Hidran kebakaran di halama.
Untuk memasang peralatan hidran diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
a. Sumber persediaan air hidran kebakran harus diperhitungkan pemakain
selama 30-60 menit dengan daya pancar 200 galon/menit.
b. Pompa-pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran
listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat.
c. Selang kebakaran dengan diameter antara 1,5’’-2’’ harus terbuat dari bahan
yang tahan panas, dengan panjang selang 20-30 m.
d. Penempatan hidran harus terlihat jelas, mudah dibuka, mudah dijangkau dan
tidak terhalang oleh benda-benda lain.

3. Penerangan/pencahayaan
Untuk bangunan gedung bertingkat maupun jenis bangunan lainnya sistem
pencahayaan merupakan hal yang perlu direncanakan sesuai dengan peletakan titik-
titik pencahayaan yang hendak ditentukan, begitupun dengan sistem elektrikal dan
mekanikal suatu bangunan merupakan hal yang perlu direncanakan dengan baik
sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas yang diinginkan. Dalam hal ini pencahayaan
dapat berupa instalasi pembuatan titik lampu interior maupun exterior dimana
seorang srsitek harus pandai dalam penentuan letak titik lampu agar efek
pencayahaan yang dihasilkan dapat meyebar secara efektif di setiap ruangan.
Sistem pencahayaan juga tidak hanya bergantung pada perangkat lampu saja
melainkan dapat berupa pengaturan bukaan pencahayaan alami dari sinar matahari 
khususnya pada bangunan bertingkat yang membutuhkan banyak lampu tentunya
dengan perekayasaan pengaturan cahaya alami di siang hari berupa bukaan
setidaknya dapat mereduksi biaya operasional listrik. Disamping itu sistem elektrikal
selain pencahayan yaitu berupa instalasi pemasangan stop kontak, saklar lampu,
sekring listrik, ground penangkal petir, water heater instalasi, sliding automatic
door dsb dimana inputnya berasal dari PLN  dan instalasi pemasangan mesin
generator sebagai pendukung sumber listrik pada suatu bangunan gedung bertingkat
jika terjadi pemadaman listrik. Pemilihan generator harus sesuai dengan daya yang
diinginkan berdasarkan besar energi listrik yang dibutuhkan dalam suatu bangunan. 
a. Cahaya Matahari
Matahari adalah sumber penerangan alami yang mudah didapat dan banyak
manfaatnya. Oleh karena itu, harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Mtahara selain meberikan panas (radiasi) juga meberikan cahaya (sinar). Tujuan
pemanfaatn cahaya matahri sebagai penerangan alami dalam bangunan adalah
sebagai berikut :
1. Menghemat energy dan biaya operasional bangunan.
2. Menciptakan ruang yang sehat mengingat sinar mathari mengandung
ultraviolet yang memberikan efek psikologis bag manusia dan memperjelas
kesan ruang.
3. Mempergunakan cahaya alami sejauh mungkin ke dalam bangunan, baik
sebagai sumber penerangan langsung maupun tidak langsung.

Pada umunya, cahaya matahari yang jatuh pada permukaan tanah/bangunan


dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Cahaya matahri langsung jatuh pada bidang kerja.
b. Refleksi/pantulan cahaya matahari dari benda yang berada di luar rumah dan
masuk melalui jendela.
c. Refleksi/pantulan cahaya matahari dari halaman, yang untuk kedua kalinya
dipantulkan kembali oleh langit-langit dan dinding kea rah bidang kerja.
d. Cahaya yang jatuh dilantai dan dipantulkan lagi oleh langit-langit.

Besarnya refleksi cahay matahari ini sangat dipengaruhi oleh bahan


pemantulan dan warna, sedangkan intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam
ruangna sangat dipengaruhi oleh beberapa factor berikut ini.
a. Jenis bahan yang dipergunakan adalah tembus cahaya, misalnya kaca polos,
kaca berwarna, dan fiber glass.
b. Warna bahan sebagai bidang pantulan yang berpengaruh adalah warna
dinding, langit-langit dan lantai. Semakin warnanya mudah dan cerah,
semakin banyak memantukan cahaya.
c. Luas bidang bukaan/jendela.
d. Pengurangan intensitas cahaya oleh kisi-kisi (sunscreen) dan pohon.
b. Cahaya Buatan
Cahaya buatan adalah cahaya yang sumbernya berasal dari upaya manusia
untuk mendapatkan penerangan. Dari lampu pijar (Incandescent) sebagai sumber
cahaya buatan yang pertama kali ditemukan Thomas Alpha Edison sampai lampu
LED yang sekarang terus berkembang, semuanya dapat dikategorikan sebagai sumber
cahaya buatan. Setiap jenis cahaya buatan memancarkan radiasi cahaya dengan
kelengkapan panjang gelombang yang berbeda-beda. Sehingga setiap jenis cahaya
buatan memancarkan serta memiliki kelengkapan spektrum warna tersebut
menyebabkan setiap cahaya buatan memiliki karakter Temperatur Warna (Tc)
serta Colour Rendering (Ra) yang berbeda-beda pula.

Sumber Cahaya Buatan & Karakteristiknya

Secara umum sumber cahaya buatan, dalam hal ini lampu, dapat dibagi menjadi
beberapa kategori, yaitu :
1. Lampu Konvensional
2. Lampu Lecutan Listrik dalam Gas (Gaseous Discharge Lamp)
3. Lampu Generasi baru
4. Sistem Fiber Optic

1. Lampu Konvensional 
Lampu Konvensional adalah lampu-lampu yang masih menggunakan filamen
pijar (Incandescent) untuk menghasilkan cahaya.
a.  Lampu Pijar (Incandescent)
Lampu yang menghasilkan Cahaya dengan cara memanaskan sebuah
komponen yang secara relatif mempunyai resistansi listrik yang besar (filamen)
dengan aliran listrik.
Beberapa karakteristik lampu pijar :
1. Umur lampu yang rendah (1000 jam)
2. Efikasi / Efisiensi yang rendah (sekitar 8-20 Lumen/watt)
3. Memiliki Temperatur Warna Cahata (Tc) sekita 2800k sesuai suhu kerja
filament Wolfarmy yang dipakai.
4. Renderasi Warna yang baik (Ra=100) karena memiliki spectrum warna
lengkap.
b.  Lampu Halogen
Temperatur yang tinggi pada filamen menyebabkan partikel-partikel Wolfram
mengalami penguapan sehingga terjadi kondensasi pada permukaan gelas kaca yang
menyebabkan terjadi penghitaman. Penambahan gas halogen (Iodine, Chlorine,
Bromine) menyebabkan terjadinya siklus regeneratif Halogen, yaitu siklus dimana
partikel Wolfram yang menguap akan berpadu dengan Halogen membentuk paduan
Wolfram & Halogen. Hal ini akan terus berlangsung selama masa siklus regeneratif.

2. Lampu Lecutan Listrik dalam Gas (Gaseous Discharge Lamp)


Lampu yang menghasilkan cahaya dengan mengalirkan listrik melalui gas
yang berada diantara dua elektroda, Anoda (+) & Katoda (-) sehingga timbul lecutan
listrik di dalam gas.
a. Lampu Fluorescent
Lampu Tabung yang berisi gas Merkuri bertekanan rendah. Cahaya yang
dipancarkan sebagai akibat adanya lecutan listrik yang menghasilkan radiasi sinar
Ultra Violet yang kemudian dikonversikan menjadi cahaya tampak karena dilakukan
terhadap lapisan bubuk Fluorescent pada kaca tabung.

-Arus listrik mengalir pada elektroda yang di lapisi “Emitter” sehingga terjadi
penguraian pada emitter yang menghasilkan elektron bebas.
-Elektron bebas tersebut akan bertabrakan dengan atom merkuri sehingga melepaskan
radiasi ultra violet yang tidak dapat ditangkap mata.
-Bubuk Fluorescent mengkonversikan radiasi Ultra Violet menjadi cahaya tampak.
b. Lampu Merkuri Tekanan Tinggi
Pada lampu jenis ini lecutan listrik terjadi di dalam tabung Kwarsa yang
mengandung sedikit Merkuri dan gas Argon untuk membantu penyalaan (ignition).
Sebagian dari radiasi yang terjadi akibat lecutan listrik berada pada area spektrum
cahaya tampak, tetapi sebagian lagi berada pada area cahaya Ultra Violet. Lapisan
bubuk Fluorescent pada bagian dalam lampu kemudian akan merubah radiasi Ultra
Violet ini menjadi radiasi cahaya tampak.
c. Lampu Metal Halide
Pada dasarnya lampu ini adalah lampu Merkuri tekanan tinggi yang juga
mengandung unsur Halida seperti Dysprosium (Dy), Holmium (Ho) , dan Thulium
(Tm). Sebagian bentuk lampu Metal Halide elips pada bagian dalamnya dilapisi
bubuk Fosfor untuk Halida pada lampu Metal Halide hanya menghasilkan sedikit
radiasi Ultra Violet dan radiasi Ultra Violet yang dihasilkan berada pada area panjang
gelombang dimana perubahan menjadi cahaya tambak tidak terlalu baik.

d. Lampu Sodium Tekanan Rendah


Prinsip Kerja lampu Sodium tekanan rendah pada dasarnya sama dengan
lampu Merkuri tekanan rendah. Namun demikian, apabila pada lampu Merkuri
tekanan rendah cahaya dihasilkan dari konversi Radiasi Ultra Violet menjadi cahaya
tampak dengan bubuk Fluorescent, maka pada lampu Sodium tekanan rendah, cahaya
tampak langsung dihasilkan dari lecutan listrik dalam tabung yang berisi gas Neon
dan Sodium.
Cahaya yang dipancarkan oleh lampu Sodium tekanan rendah memiliki
tingkat efikasi yang cukup tinggi, sampai dengan sekitar 200 Lumen/Watt. Oleh
karena itu pada awalnya lampu ini banyak digunakan sebagai lampu jalan. Namun
demikian karena renderasi warnanya yang sangat buruk, yang menyebabkan sulit
untuk bisa mendeteksi warna, dewasa ini sudah tidak banyak diproduksi dan
digunakan.
e.  Lampu Sodium Tekanan Tinggi
Terlepas dari tekanan uapnya yang berbeda, secara fisik lampu sodium
tekanan tinggi berbeda dari yang bertekanan rendah. Faktor perbedaan tekanan inilah
yang menyebabkan perbedaan karakter dari dua jenis lampu sodium tersebut. Lampu
Sodium tekanan tinggi menghasilkan radiasi energi yang berada pada kisaran
spektrum radiasi tampak. Oleh karena itu jika dibandingkan dengan lampu sodium
tekanan rendah, karakter cahaya lampu sodium tekanan tinggi masih relatif bisa
diterima. Karakter lampu Sodium tekanan tinggi yang memiliki tingkat efikasi yang
baik menyebabkan lampu ini banyak di gunakan sebagai lampu jalan.

Selain untuk memberikan pencahayaan buatan pada ruangan-ruangan perlu


diperhatikan, pencahayaan di tempat-tempat lain, seperti tangga, toilet, ruang AC,
panel, gudang, lobby, selasar, halaman, dan tempat parkir.
Selain itu, perlu diperhatikan pencahayaan pada bangunannya sendiri beserta
bagian-bagian yang menunjang : reklame, nama dari bangunannya, lampu sorot,
peralatan-peralatan pada bangunan seperti tenaga mesin, pompa, gondola dan
sebagainya.
Perancangan utilitas untuk pencahayaan/penerangan harus dikordinasikan
antara perancan arsitektur, elektrikal, dan bagian-bagian lain sehingga dapat
memenuhi persyaratan pencahayaaan pada ruangan/bangunan yang dimaksud.

Gambar 2 : Instalasi titik lampu saklar dan


stop kontak lantai 1

Gambar 3 : Instalasi titik lampu saklar dan


stop kontak lantai 2.

Anda mungkin juga menyukai