Tujuan dari utilitas itu sendiri untuk memperlengkap suasana suatu rumah
supaya bisa nyaman dan aman dalam suatu bangunan dan menjadikan suatu
paedah, kegunaan, dan manfaat.
Bahan yang umum digunakan adalah dari besi/baja dengan lapisan galvanis
plastic, pvc, porselin dan dari beton brtulang. Bahan harus memenuhi syarat tidak
menyerap air, mudah dibersihkan, tidak berkarat atau muda aus. Untuk instalasi air
bersih maupun air kotor dalam bangunan kecuali air panas biasa digunakan pipa
PVC, pipa ini dapat dibagi (bila tidak ada spesifikasi khusus):
a. Berdasarkan typenya ( ketebalan ) :
1. Type AW
Untuk pipa dengan kawalitas yang paling baik ( tebal ). Biasanya digunakan
untuk saluran air bersih / air minum yang mempunyaikekuatan tekan yang cukup
tinggi.
2. Type D
Untuk pipa kwalitas sedang dengan tebal medium. Biasanya digunakan untuk
saluran pembuangan, seperti saluran air hujan, saluran pembuangan bekas
cuci/mandi, saluran septictank dsb.
3. Type C
Untuk pipa dengan kwalitas paling rendah (tipis). Digunakan untuk sparing-
sparing listrik yang tertanam dalam dinding.
2. Pencegahan Kebakaran
Untuk menghindari terjadinya kebakaran pada suatu bangunan, diperlukan
system pencegahan kebakaran karena kebakaran dapat menimbulkan kerugian berupa
korban manusia, harta, benda, terganggunya proses produksi barang barang dan jasa,
kerusakan lingkungan dan terganggunya masyarakat.
Kebakaran harus diwaspadai karena bisa terjadi setiap saat Sekali terjadi
berakibat fatal apalagi bila sistem proteksi yang handal tidak tersedia, sementara
kondisi infrastruktur kota masih kurang mendukung.
a. Dampak Kebakaran
1. Kaitan dengan Life Safety
Ancama jiwa maupun luka.
Trauma psikologis.
2. Kaitan dengan Property Safety
Memiskinkan masyarakat
Kehilangan pekerjaan
Kerugian harta benda
Investasi merugi
3. Kaitan dengan Enviromental Safety
Gangguan terhadap kelestarian lingkungan
Penipisan lapisan ozon, pemanasan global
3. Penerangan/pencahayaan
Untuk bangunan gedung bertingkat maupun jenis bangunan lainnya sistem
pencahayaan merupakan hal yang perlu direncanakan sesuai dengan peletakan titik-
titik pencahayaan yang hendak ditentukan, begitupun dengan sistem elektrikal dan
mekanikal suatu bangunan merupakan hal yang perlu direncanakan dengan baik
sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas yang diinginkan. Dalam hal ini pencahayaan
dapat berupa instalasi pembuatan titik lampu interior maupun exterior dimana
seorang srsitek harus pandai dalam penentuan letak titik lampu agar efek
pencayahaan yang dihasilkan dapat meyebar secara efektif di setiap ruangan.
Sistem pencahayaan juga tidak hanya bergantung pada perangkat lampu saja
melainkan dapat berupa pengaturan bukaan pencahayaan alami dari sinar matahari
khususnya pada bangunan bertingkat yang membutuhkan banyak lampu tentunya
dengan perekayasaan pengaturan cahaya alami di siang hari berupa bukaan
setidaknya dapat mereduksi biaya operasional listrik. Disamping itu sistem elektrikal
selain pencahayan yaitu berupa instalasi pemasangan stop kontak, saklar lampu,
sekring listrik, ground penangkal petir, water heater instalasi, sliding automatic
door dsb dimana inputnya berasal dari PLN dan instalasi pemasangan mesin
generator sebagai pendukung sumber listrik pada suatu bangunan gedung bertingkat
jika terjadi pemadaman listrik. Pemilihan generator harus sesuai dengan daya yang
diinginkan berdasarkan besar energi listrik yang dibutuhkan dalam suatu bangunan.
a. Cahaya Matahari
Matahari adalah sumber penerangan alami yang mudah didapat dan banyak
manfaatnya. Oleh karena itu, harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Mtahara selain meberikan panas (radiasi) juga meberikan cahaya (sinar). Tujuan
pemanfaatn cahaya matahri sebagai penerangan alami dalam bangunan adalah
sebagai berikut :
1. Menghemat energy dan biaya operasional bangunan.
2. Menciptakan ruang yang sehat mengingat sinar mathari mengandung
ultraviolet yang memberikan efek psikologis bag manusia dan memperjelas
kesan ruang.
3. Mempergunakan cahaya alami sejauh mungkin ke dalam bangunan, baik
sebagai sumber penerangan langsung maupun tidak langsung.
Secara umum sumber cahaya buatan, dalam hal ini lampu, dapat dibagi menjadi
beberapa kategori, yaitu :
1. Lampu Konvensional
2. Lampu Lecutan Listrik dalam Gas (Gaseous Discharge Lamp)
3. Lampu Generasi baru
4. Sistem Fiber Optic
1. Lampu Konvensional
Lampu Konvensional adalah lampu-lampu yang masih menggunakan filamen
pijar (Incandescent) untuk menghasilkan cahaya.
a. Lampu Pijar (Incandescent)
Lampu yang menghasilkan Cahaya dengan cara memanaskan sebuah
komponen yang secara relatif mempunyai resistansi listrik yang besar (filamen)
dengan aliran listrik.
Beberapa karakteristik lampu pijar :
1. Umur lampu yang rendah (1000 jam)
2. Efikasi / Efisiensi yang rendah (sekitar 8-20 Lumen/watt)
3. Memiliki Temperatur Warna Cahata (Tc) sekita 2800k sesuai suhu kerja
filament Wolfarmy yang dipakai.
4. Renderasi Warna yang baik (Ra=100) karena memiliki spectrum warna
lengkap.
b. Lampu Halogen
Temperatur yang tinggi pada filamen menyebabkan partikel-partikel Wolfram
mengalami penguapan sehingga terjadi kondensasi pada permukaan gelas kaca yang
menyebabkan terjadi penghitaman. Penambahan gas halogen (Iodine, Chlorine,
Bromine) menyebabkan terjadinya siklus regeneratif Halogen, yaitu siklus dimana
partikel Wolfram yang menguap akan berpadu dengan Halogen membentuk paduan
Wolfram & Halogen. Hal ini akan terus berlangsung selama masa siklus regeneratif.
-Arus listrik mengalir pada elektroda yang di lapisi “Emitter” sehingga terjadi
penguraian pada emitter yang menghasilkan elektron bebas.
-Elektron bebas tersebut akan bertabrakan dengan atom merkuri sehingga melepaskan
radiasi ultra violet yang tidak dapat ditangkap mata.
-Bubuk Fluorescent mengkonversikan radiasi Ultra Violet menjadi cahaya tampak.
b. Lampu Merkuri Tekanan Tinggi
Pada lampu jenis ini lecutan listrik terjadi di dalam tabung Kwarsa yang
mengandung sedikit Merkuri dan gas Argon untuk membantu penyalaan (ignition).
Sebagian dari radiasi yang terjadi akibat lecutan listrik berada pada area spektrum
cahaya tampak, tetapi sebagian lagi berada pada area cahaya Ultra Violet. Lapisan
bubuk Fluorescent pada bagian dalam lampu kemudian akan merubah radiasi Ultra
Violet ini menjadi radiasi cahaya tampak.
c. Lampu Metal Halide
Pada dasarnya lampu ini adalah lampu Merkuri tekanan tinggi yang juga
mengandung unsur Halida seperti Dysprosium (Dy), Holmium (Ho) , dan Thulium
(Tm). Sebagian bentuk lampu Metal Halide elips pada bagian dalamnya dilapisi
bubuk Fosfor untuk Halida pada lampu Metal Halide hanya menghasilkan sedikit
radiasi Ultra Violet dan radiasi Ultra Violet yang dihasilkan berada pada area panjang
gelombang dimana perubahan menjadi cahaya tambak tidak terlalu baik.