Anda di halaman 1dari 31

TUGAS PERENCANAAN PLAMBING

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Plambing merupakan seni dan teknologi pemipaan dan peralatan
untuk menyediakan air bersih ke tempat yang dikehendaki, baik dalam hal
kuantitas, kualitas maupun kontinuitas yang sesuai dengan syarat dan
penyaluran air buangan dari tempat-tempat tertentu dengan tidak
menyemari bagian terpenting lainnya, untuk mencapai kondisi yang
higenis dan kenyaman serta kepuasan yang diinginkan. Sistem plumbing
adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bangunan gedung, oleh
karena itu perencanaan sistem plambing harus dilakukan bersamaan dan
sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan gedung itu sendiri, dalam
rangka penyediaan air bersih baik dari kualitas dan kuantitas serta
kontinuitas maupun penyaluran air bekas pakai atau air kotor dari
peralatan saniter ke tempat yang ditentukan agar tidak mencemari bagian-
bagian lain dalam gedung atau lingkungan sekitarnya.

Sistem plambing merupakan segala sesuatu yang berhubungan


dengan pelaksanaan, pemeliharaan, dan perbaikan alat plambing dan pipa
serta peralatannya di dalam atau di luar gedung dengan sistem drainase
saniter, drainase air hujan, ven air minum yang dihubungkan dengan
sistem kota. Oleh karena itu, sistem plambing yang dipasang harus
dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan gedung
perdagangan tersebut. Agar lingkungan di sekitar gedung perdagangan
tersebut tidak tercemar, dalam merancang penyediaan air bersih baik
kualitas maupun kuantitas serta kontinuitas maupun penyaluran air
berkas pakai harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Pendistribusian
air bersih, air kotor, pemadam kebakaran dan air hujan sangat penting
peranannya dalam suatu gedung. Jikat idak ditangani dengan baik, maka

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

air bersih, air kotor, pemadam kebakaran dan air hujan akan tercampur
menjadi satu dan akan mencemari lingkungan yang berada di sekitar.
Karena itu, sistem plambing sangat penting peranannya pada sebuah
gedung perdagangan.

Instalasi sistem plambing memerlukan perencanaan yang sangat


matang, karena hal ini berhubungan langsung dengan konstruksi
bangunan. Karena jika tidak ada perencanaan yang matang, ini akan
mempengaruhi kekuatan dan menurunkan kemampuang konstruksi
bangunan.

Sistem plambing sendiri merupakan sistem penyediaan air bersih


dari sistem penyaluran air buangan termasuk semua sambungan, alat-alat
dan perlengkapannya yang terpasang di dalam persil dan gedung (SNI.
03-6481-2000). Menurut (Noerbambang & Morimura, 1993), istilah
peralatan plambing meliputi : 1. Peralatan untuk penyediaan air bersih/air
mnum 2. Peralatan untuk pembuangan dan ven 3. Peralatan saniter
(plumbing fixtures) Bahan untuk peralatan plambing, terutama bahan
untuk pipa, dibagia menjadi dua yaitu bahan logam dan non logam. Pipa
logam terbagi lagi dibagi menjadi dua yaiut mengandung besi seperti
stainless steel dan chrome steel serta yang tidak mengandung besi,
contohnya pipa yang berlebihan aluminium. Sedangkan untuk pipa non-
logam antara lain yang terbuat dari plastik, keramik dan gelas. Adapun
(Nielsen. 1982) menyatakan bahwa sistem plambing dan peralatannya
haruslah terbuat dari bahan yang telah teruji, tanpa cacat, dan harus
didesain dan dipasang agar dapat tahan lama, tanpa membutuhkan
perbaikan yang sering (frequent repairs) atau penggantian peralatan
utama (major replacement).

Oleh karena itu, aspek yang penting dalam sistem plambing adalah
perencanaan, pelaksanaan, dan perawatannya. Seluruh aspek yang
penting tersebut membutuhkan perencaan yang sesuai. Maksudnya, yaitu

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

sesuai dengan standar-standar yang berlaku. Standar-standar tersebut


sudah diatur dalam standar SNI 8153 Tahun 2015 yang merupakan revisi
dan penggabungan dari SNI 03-6841-2000 dan SNI 03-7065-2005 telah
terdapat aturan-aturan plambing yang berlaku untuk sistem yang berada
di Indonesia.

1.2 Maksud dan Tujuan

Sistem plambing dibuat dengan maksud untuk memberikan pelayanan bagi


masyarakat dalam hal penyediaan air bersih serta distribusinya, baik air bersih
maupun air buangan didalam suatu bangunan seperti gedung perkantoran,
sekolah, pemukiman, dan sebagainya. Sehingga secara tidak langsung dapat
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Tujuan utama diadakannya sistem plambing ini adalah untuk memenuhi


ketersediaan air bersih yang memenuhi kuantitas dan kualitas yang kontiu, serta
membuang air kotor tanpa adanya pencemaran, membuang air hujan,
pendistribusian saluran pemadam kebakaran, dan bangunan pelengkap seperti
pemanas air bagi pengguna apartemen, sehingga menjadi layak untuk ditempati
karena memenuhi syarat kesehatan, serta syarat lingkungan yang menyangkut segi
etika dan estetika.

a. Mampu mengalirkan air bersih dari lantai bawah atau basement hingga
lantai yang tertinggi.
b. Mampu mengalirkan air buangan dari tempat-tempat yang diinginkan tanpa
menimbulkan gangguan dan pencemaran.
c. Mampu mengalirkan air hujan dari bagian atap tanpa menimbulkan masalah
kebocoran dan genangan.
d. Mampu mengantisipasi bahaya kebakaran dengan sistem pemadam
kebakaran (fire hydrant).

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

e. Mampu menyusun Bill of Quantity ( BOQ ) dan Rencana Anggaran Biaya


( RAB ) dari perencanaan sistem plambing.

1.3 Ruang Lingkup Perencanaan

Adapun ruang lingkup sistem plambing ini adalah :

1. Air Bersih :
o Kebutuhan air
o Reservoir (ground dan/atau elevated)
o Pompa
o Pipa air bersih
2. Air Buangan :
o Pipa air buangan dan vent
o Pipa pembuangan gedung menuju septic tank
o IPAL
3. Air Hujan :
o Perencanaan jaringan dan dimensi penyaluran air hujan
o Bangunan resapan
o Saluran drainase
4. Pemadam Kebakaran :
o Kebutuhan air dan unit pemadam kebakaran
o Pompa

1.4 Kecakupan Perencanaan

Adapun kecakupan perencanaan sistem plambing ini adalah :

1. Detail desain perencanaan


2. BOQ (Bill of Quantity)
3. RAB (Rencana Anggaran Biaya)

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB II
KRITERIA PERENCANAAN

Standar ini mencakup spesifikasi peralatan plambing dan perencanaan,


pemasangan, perubahan, perbaikan, penggantian, penambahan, dan perawatan
sistem plambing sesuai dengan peraturan yang berlaku dengan memperhatikan
peraturan lain yang berhubungan.

Standar sistem plambing ini berlaku bagi sistem plambing yang baru
dipasang setelah standar ini dinyatakan efektif berlaku, dan bagi sistem plambing
lama yang mengalami perbaikan sebagian maka bagian tersebut harus mematuhi
standar plambing ini dengan memperhatikan aspek kenyamanan dan keamanan.

2.1. Kriteria Perencanaan Jaringan Air Bersih

2.1.1 Definisi dan Fungsi Alat Plambing

Plambing adalah sistem jaringan perpipaan yang untuk menyediakan


air bersih, menyalurkan air buangan, air hujan, dan pemadam kebakaran
tanpa mencemari lingkungan yang berada di sekitar.

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Fungsi dari alat plambing itu sendiri adalah untuk menyediakan air
bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup,
membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian
penting lainnya. Fungsi pertama dilaksanakan oleh sistem penyediaan air
bersih, dan yang kedua oleh sistem pembuangan (Morimura, 1993).

2.1.2 Jenis Peralatan Plambing


Jenis peralatan plambing berdasarkan fungsi dan arti khusus :

1. Peralatan untuk penyediaan air bersih dan minum

2. Peralatan untuk air panas

3. Peralatan untuk pembuangan dan vent

4. Peralatan untuk saniter

Jenis peralatan plambing berdasarkan fungsinya dalam arti luas :

1. Peralatan untuk pemadam kebakaran

2. Peralatan untuk pengelolaan air kotor

3. Peralatan dapur

4. Peralatan penyediaan gas

5. Peralatan yang berfungsi untuk mencuci

6. Peralatan untuk mengelola sampah

2.1.3.Persyaratan Sistem Plambing


Persyaratan pada sitem plambing ada dua, yakni persyaratan secara
umum dan persyaratan teknis alat plambing. Pada persyaratan umum yaitu
sebagai berikut:

a. Petunjuk teknis dari pabrik

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Menaati petunjuk pada saat melakukan pelaksaan mengenai


pengangkutan, pemasangan, pemeliharaan, dan cara penggunaan barang
yang telah di buat pada pabrik tersebut.

b. Buangan yang mengganggu

Membuang air limbah yang mampum membuat pipa terjadi


tersumbat dan membahayakan sistem yang lainnya.

c. Penandaan pipa

Setiap sistem penyediaan air minum maupun non air minum pada
suatu gedung harus di berikan tanda pada saat pemasangan dengan jelas
agar dapat diidentifikasi.

Persyaratann teknis yang terdapat pada sitem plambing sebagai berikut:

a. Bidet

Menerapkan bidet dengan sesuai standar yang berlaku yaitu pasokan air
bidet harus dilindungi oleh perangkap udara

b. Kloset

Kloset duduk atau jongkok dengan tangka gelontor atau tidak


menggunakan tangka gelontor yang ukurannya tidak melebihi 6 liter untuk
setiap pembuangan air besar dan 4 liter untuk setiap pembuangan air
kecil.

c. Urinal

Urinal harus memiliki pembilas dengan rata-rata 4 liter. Dinding dan


lantai yang dekat dengan urinal harus dibuat dari bahan yang tahan karat
serta rapat dengan air, kurang lebih memiliki jarak 30 cm dan pada
tepinya 120 cm di atas lantai dan pada dinding depan urinal dengan tinggi
sekitar 20 cm.

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

d. Penggelontor

Alat yang harus dipasang pada kloset dan urinal untuk


menggelontorkan kloset dan urinal dengan baik.

e. Bak cuci tangan

Penempatan bak cuci tangan harus memiliki jarak sekurang-


kurangnya adalah 45 cm dengan jarak antar pipa pembuangannya
maksumum 75 cm dan untuk lubang pembuangannya sekurang-
kurangnya 32 mm.

2.1.4. Kualitas Alat Plumbing


Bahan yang digunakan sebagai alat plambing harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :

1.Tidak menyerap air (atau, sedikit sekali)

2.Mudah dibersihkan

3.Tidak bekarat dan tidak mudah aus

4.Relatif mudah dibuat

5.Mudah dipasang

Bahan yang banyak digunakan yaitu porselen, besi, baja yang


dilapisi email, berbagai jenis plastik, dan baja tahan karat. Untuk bagian
alat plambing yang tidak atau jarang terkena air, bisa menggunakan bahan
kayu.

2.1.5 Sistem Plambing Air Bersih

Setiap gedung pasti membutuhkan air bersih, oleh karena itu untuk
penyediaan air bersih tersebut diperlukan suatu perencanaan sistem
plambing. Sebelum merencanakan sistem tersebut baik untuk gedung
tempat jual beli maupun pemukiman harus dilakukan perhitungan
penyediaan air yang dibutuhkan. Prinsip dari penyediaan air bersih yaitu

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

menyediakan air bersih yang memenuhi standar baku mutu air dengan
beracuan pada standar dan peraturan yang berlaku. Dalam hal ini kualitas
air harus diperhatikan baik secara biologis, fisik maupun kimiawi.
(Ketentuan Umum Permenkes No. 416/ Menkes/ PER/ IX/ 1990 Tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air)
2.1.6 Sumber Air
Pada umumnya, sumber air bersih pada suatu bangunan dapat berasal
dari air tanah, air hujan, air permukaan, dan PDAM. Namun yang biasa
digunakan adalah 2 sumber, yaitu air tanah dan PDAM daerah. Masing-
masing sumber air memiliki kelebihan dan kekurangan baik dalam
pengoperasian maupun dampak yang ditimbulkan. Sumber air yang
diambil dari air tanah dapat mensuplai air cukup hingga sangat banyak
tergantung dari kandungan air tanahnya. Air yang diambil dapat
disesuaikan dengan yang diinginkan. Namun, penggunaan air tanah secara
terus menerus tanpa adanya inisiatif untuk memulihkan keberadaannya
akan menyebabkan air tanah habis atau jika pengambilannya berlebihan
dapat menimbulkan kekeringan di daerah-daerah sekitarnya. Penggunaan
air tanah cocok digunakan pada daerah dataran rendah yang mengandung
banyak air tanah. Sedangkan PDAM merupakan sumber air bersih produk
hasil pengolahan air bekas sebelumnya. Debit yang dialirkan PDAM
sudah ditentukan dari pusat, tidak bebas menentukan debit yang
diinginkan. Namun penggunaannya tergolong ramah lingkungan karena
menggunakan air olahan (recycling) dan tidak mengurangi jumlah air
tanah daerah bangunan. Penggunaan PDAM cocok untuk daerah dengan
kandungan air tanah yang sedikit.

2.1.7 Kebutuhan Air


Sebelum melakukan perencanaan plumbing, teknikan harus
menghitung perkiraan kebutuhan air atau penaksiran laju aliran air dalam
gedung terlebih dulu. Ada tiga metode yang digunakan untuk menghitung
penaksiran laju aliran air dalam gedung, yaitu berdasarkan jumlah
penghuni/pengguna, berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing, dan
berdasarkan unit beban alat plambing.

2.1.8 Berdasarkan Jumlah Penghuni


Kalau jumlah penghuni tidak diketahui, dapat dikerjakan berdasarkan
luas lantai efektif, serta menetapkan kepadatan hunian, misalnya 5 sampa
10 m2 per oran g. Dengan memilih standar pemakaian air per orang
sehari berdasarkan jenis penggunaan gedung, jumlah pemakaian air per

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

hari seluruh gedung dapat dihitung. Pemakaian air rata – rata dapat
dihitung dengan membaginya untuk 24 jam. Pada waktu tertentu
pemakaian air akan melebihi air rata – rata, dan yang tertinggi dinamkan
pemakaian air jam – puncak; laju aliran air pada jam puncak inilah yang
digunakan untuk menentukan ukuran pipa dinas ataupun pipa utama (dari
tangki atap), pompa penyediaan air. Prinsipnya, jumlah penghuni
dikalikan dengan pemakaian air bersih per-orang per-hari yang bisa
dilihat di tabel 2.1.

Tabel 2.1 Pemakaian air rata – rata per orang per hari

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “


Plambing”, PT. Pradnya Paramita, Jakarta
Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai
berikut :
1. Menentukan luas total bangunan lima lantai
2. Menentukan luas efektif total

Luas Efektif Total = 55-60 (%) x Luas lantai total

3. Dihitung jumlah penghuni total


Jumlah penghuni = Luas lantai efektif

Kepadatan hunian
4. Pemakaian air pada gedung perkantoran pada tabel 2.1 adalah
100 l/hari/orang. Maka pemakaian air dalam satu hari (Q 1)
adalah :
Q1 = jumlah penghuni x pemakaian air

5. Diperkirakan tambahan pemakaian air sebesar 20% untuk


menyiram tanaman, mengatasi kebocoran, untuk mesin
pendingin, dan lain-lain sehingga untuk pemakaian air rata-rata
perhari (Qd) :

Qd = (100% + tambahan pemakaian air %) x Q 1

Dimisalkan : tambahan pemakaian air = 20%


Rumus-rumus yang digunakan selanjutnya adalah :
a. Pemakaian air pada jam kerja
Qh = Qd / t

Dimana : Qh = Pemakaian air rata-rata (m3/jam)


Qd = Pemakaian air rata-rata sehari (m3/hari)
t = Jangka waktu pemakaian air dalam 1 hari
(jam)
b. Pemakaian aiar pada jam puncak

Qh-maks = C1 . Qh
Dimana : Qh-maks = Pemakaian air pada jam puncak
3
(m /jam)

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

C1 = Konstanta → berkisar antara 1,5 – 2,0


c. Pemakaian air pada hari puncak
Qd-max = C2 x Qd

Dimana : Qd-maks = Pemakaian air pada jam puncak (m3/jam)


C2 = Konstanta → berkisar antara 1,5 – 2,0

d. Pemakaian air pada menit puncak


Qm-maks = C3 . Qh / 60

Dimana : Qm-maks = Pemakaian air pada menit puncak


3
(m /jam)
C 3 = Konstanta → berkisar antara 3,0 –
4,0
Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metode ini
biasanya digunakan untuk menetapkan volume tangki bawah,
tangki atap, pompa dan sebagainya. Sedangkan ukuran yang
diperoleh dengan metode ini hanyalah pipa penyediaan air , dan
bukan untuk menentukan ukuran pipa-pipa dalam jaringan.
2.1.9 Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing
dapat diketahui, misalnya untuk perumahan atau gedung kecil lainnya,
serta jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut.
Perhitungannya dilakuran pada setiap alat plambing.

Penggunaan air = pemakaian air × jumlahnya dalam gedung × frekuensi


pemakaian

Hasil perkalian dikalikan dengan factor penggunaan serentak


sesuai dengan tabel 2.1 kemudian dijumlahkan

Tabel 2.2 ̶Faktor pemakaian (%) dan jumlah alat


plambing

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2.1.10 Berdasarkan Unit beban alat plambing


Dalam metode ini, untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit
beban (fixture unit). Untuk setiap bagian pipa dijumlahakan besarnya unit
beban dari semua alat plambing yang dilayaninya, dan kemudian dicari
besarnya laju aliran dengan gambar 2.1 dan gambar 2.2 dengan cara
memplotkan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran.

Gbr. 2.1 Hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju
aliran.
(untuk unit beban sampai 3000).
Kurva (1) untuk sistem yang sebagian besar dengan katup gelontor.
Kurva (2) untuk sistem yang sebagian besar dengan tangki gelontor.
Gbr. 2.2 Hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

(untuk unit beban sampai 250 – skala diperbesar)


Kurva (1) untuk sistem yang sebagian besar dengan katup gelontor.
Kurva (2) untuk sistem yang sebagian besar dengan tangki gelontor.

Untuk jumlah unit beban alat plambing dapat dapat dilihat pada
tabel 2.3, sebagai berikut :
Tabel 2.3 Unit alat plambing untuk penyediaan air
dingin.

Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “


Plambing”,PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2.1.11 Sistem Penyediaan Air Bersih


Terdapat lima system penyediaan air bersih, yaitu system sambungan
langsung, tangki atap, tangki bawah, tangki tekan, dan tanpa tangki.

2.1.12 Sistem Sambungan Langsung


Pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama
penyediaan air bersih. Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan
dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka system ini
dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah.
Sistem tangki atap seringkali diterapkan karena berbagai alasan :
a) Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat
plambing hampir tidak berarti. Perubahan tekanan yang terjadi ini
hanyalah akibat perubahan muka air dalam tangkai atap.

b) Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara


otomatis dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali
kemungkinan timbulnya kesulitan.

c) Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan


misalnya, tangki tekan.

d) Tekanan pada pipa utama penyediaan air bersih mencukupi tetapi


tidak mampu menyuplai kebutuhan maksimum.
Untuk bangunan yang cukup besar, sebaiknya disediakan pompa
cadangan untuk menyediakan atau menaikkan air ke tangki atap. Pompa
cadangan ini dalam keadaan normal biasanya dijalankan bergantian
dengan pompa utama, untuk menjaga agar kalau ada kerusakan atau
kesulitasn dapat segera diketahui.

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Gambar 2.3 ̶ Sistem Sambungan Langsung

2.1.13 Sistem Tangki Atap


Air ditambung lebih dulu dalam tangki bawah (dipasang pada
lantai terendah bangunan atau di bawah muka tanah), kemudian
dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang diatas atap atau
di atas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini air didistribusikan ke
seluruh bangunan.

Gambar 2.4 ̶ Sistem Tangki Ata


2.1.14 Sistem Tangki Tekan
Air yang ditampung dalam tangki bawah, dipompakan ke dalam
suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air
dari tangki tersebut dialirkan ke dalam system distribusi bangunan.
Kelebihan-kelebihan sistem tangki tekan antara lain :
a. Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak terlalu
menyolok dibandingkan dengan tangki atap.
b. Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin
bersama pompa-pompa lainnya.
c. Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus
dipasang di atas menara.

Sedangkan kekurangannya adalah :

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

a. Daerah fruktuasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm3 sehingga dapat


menimbulkan fruktuasi aliran air yang cukup berarti pada alat
plambing.
b. Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap beberapa
hari sekali harus ditambahkan udara hampa.
c. Sistem tangki tekan merupakan sistem pengaturan otomatik bukan
sebagai sistem penyimpan air.
Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki tekan relatif
sedikit sehingga dapat menyebabkan keausan pada saklar yang cepat.

Gambar 2.5 ̶ Sistem Tangki Tekan


2.1.15 Sistem Tanpa Tanki
Dalam system ini tidak digunakan tangki apapun. Air
dipompakan langsung ke system distribusi bangunan dan pompa
menghisap air langsung dari pipa utama. (Morimura, 2000)
2.1.16 Pencegahan Pencemaran Air Bersih
Pencemaran dapat terjadi dengan mudah di bagian manapun dalam
penyediaan air bersih. Sistem penyediaan air bersih meliputi beberapa
peralatan, seperti tangki air bawah tanah, tangki air di atas atap, pompa-
pompa, perpipaan, dan sebagainya. Dalam peralatan-peralatan ini, air
bersih harus dapat dialirkan ke tempat-tempat yang dituju tanpa
mengalami pemcemaran. Pencegahan pencemaran lebih ditekankan pada
sistem penyediaan air bersih, dan ini adalah faktor terpenting ditinjau dari
segi kesehatan.

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Hal-hal yang dapat menyebabkan pencemaran antara lain


masuknya kotoran, tikus dan serangga ke dalam tangki air, tangki berkarat
dan rusaknya bahan tangki dan pipa, terhubungnya pipa air minum dengan
pipa lainnya, tercampurnya air minum dengan air dari jenis kualitas
lainnya, back flow dari air jenis kualitas lain ke dalam pipa air minum.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah pencemaran
antara lain :
2.1.17 Larangan Hubungan Pintas
Hubungan pintas (accross connection) adalah hubungan fisik
antara dua sistem pipa yang berbeda, satu sistem pipa untuk air minum dan
satu sistem pipa lainnya berisi air yang tidak diketahui atau rajukan
kualitasnya, di mana air akan dapat mengalir dari satu sistem ke sistem
lainnya. Demikian pula sistem perpipaan air minum dan peralatannya tidak
boleh dihubungkan dengan sistem perpipaan lainnya. Sistem perpipaan air
minum dan peralatannya tidak boleh terendam dalam air kotor atau bahan
lain yang tercemar.
2.1.18 Pencegahan Aliran – Balik
Aliran balik (Back flow) adalah aliran air atau aliran lain, zat atau
campuran, ke dalam sistem perpipaan air minum yang berasal dari sumber
lain yang bukan untuk air minum. Aliran balik tidak dapat di
pisahkan dari hubungan pintas dan ini disebabkan oleh terjadinya efek
siphon-balik (back siphonge). Dengan kata lain, sistem perpipaan air
minum yang dapat menimbulkan efek siphon-balik dapat juga di sebut
mempunyai hubungan pintas. Efek siphon-balik adalah terjadinya aliran
masuk ke dalam pipa air minum dari air bekas, air tercemar, dari peralatan
saniter atau tangki, disebabkan oleh timbulnya tekanan negatif dalam pipa.
Peralatan-peralatan berikut ini dapat menimbulkan efek siphon-balik:
a. Berbagai macam peralatan untuk menyimpan air (tangki air, tangki
ekspansi, menaa pendingin, kolam renang, kolam lainnya).
b. Peralatan yang dapat menampung air (bak cuci tangan, bak cuci
dapur)
c. Beberapa peralatan khusus (peralatan dapur, kedokteran, mesin cuci).

Pencegahan aliran balik dapat dilakukan dengan menyediakan celah udara


atau memasang penahan aliran-balik.
a. Celah udara merupakan suatu ruang bebas yang berisi udara bebas,
antara bagian terendah dari lubang pipa atau keran yang akan
mengisi air ke dalam tangki atau peralatan plambing lainnya,

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

dengan muka air meluap melalui bibir tangki atau peralatan


plambing tersebut.

b. Peralatan pemecah vakum bertekanan, mencegah efek siphon-balik


dengan secara otomatis memasukkan udara ke dalam pipa
penyediaan air apabila pemecah vakum bertekanan di dalam sistem
pipa tersebut.

Pemecah vakum bertekanan terdiri dari dua jenis :

1) Pemecah vakum tekanan atmosfer


Jenis ini dipasang pada alat-alat yang mengalami tekanan
hanya apabila ada aliran air. Pemecah vakum dipasang pada sisi
yang tidak mendapat tekanan air terus-menerus, artinya pada sisi
katup (down stream).
2) Pemecah vakum tekanan positif
Jenis ini dipasang pada sisi yang bertekanan air terus-
menerus. Pada pemecah vakum jenis tekanan positif ini, piring
katup selalu dalam keadaan bertekanan pada dudukannya, sehingga
timbul keraguan apakah katup tersebut dapat dengan mudah
membuka saat terjadi tekanan negatif.
2.1.19 Pemecahan Pukulan Air
Bila aliran air dalam pipa di hentikan secara mendadak oleh
keran atau katup, tekanan air pada sisi atas (up stream) akan meningkat
dengan tajam dan menimbulkan “gelombang tekanan” yang akan
merambat dengan kecepatan tertentu dan kemudian dapat dipantulkan
kembali ke tempat semula. Gejala ini menimbulkan kenaikan tekanan
yang sangat tajam sehingga menyerupai suatu pukulan dan dinamakan
gejala pukulan air (water pressure).
Pukulan mengakibatkan berbagai kesulitas seperti kerusakan
pada peralatan plambing, getaran pada sistem pipa, patahnya pipa,
kebocoran dan suara berisik. Artinya dapat mengurangi umur kerja
peralatan dan sistem pipa.
Kekuatan tekanan pukulan air bergantung pada jangka waktu
untuk menutup keran atau katup tersebut. Besarnya tekanan pukulan air
ini sebanding dengan kecepatan aliran air sebelum katup menutup.
Karena itu kecepatan ini harus dapat dikurangi sebelum katup menutup
rapat.
Pukulan air dapat terjadi dalam keadaan berikut ini :
a. Tempat-tempat dimana katup ditutup atau dibuka mendadak.

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

b. Keadaan di mana tekanan air di dalam pipa selalu tinggi.


c. Keadaan di mana kecepatan air di dalam pipa selalu tinggi.
d. Keadaan di mana banyak jalur ke atas dan ke bawah dalam sistem
pipa
e. Keadaan di mana banyak belokan dibandingkan jalur lurus.
f. Keadaan di mana temperatur tinggi.

Gejala pukulan air dapat dicegah dengan cara-cara sebagai berikut :


1. Menghindarkan tekanan kerja yang terlalu tinggi.
2. Menghindarkan kecepatan aliran yang terlalu tinggi
3. Memasang rongga udara atau alat pencegah pukulan air.
4. Menggunakan dua katup-bola-pelampung pada tangki air.
2.1.20 Perancangan Pipa Air Bersih
Pada dasarnya ada dua system pipa penyaluran air dalam gedung,
yaitu system pengaliran ke atas dan system pengaliran ke bawah.
2.1.21 Sistem Pengaliran Ke Atas
Pipa utama dipasang dari tangki atas ke bawah sampai langit-langit
lantai terbawah dari gedung, kemudian mendatar dan bercabang-cabang
tegak ke atas untuk melayani lantai-lantai di atasnya.

Gambar 2.6 ̶ Sistem Pengaliran ke Atas

2.1.22 Sistem Pengaliran Ke Bawah


Pipa utama dari tangki atas dipasang mendatar dalam langit-langit
lantai teratas gedung, dan dari pipa mendatar ini dibuat cabang-cabang
tegak ke bawah untuk melayani lantai-lantai di bawahnya. Sulit untuk
menentukan system mana yang terbaik karena masing-masing memiliki

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

keunggulan dan kelemahan, bergantung pada ciri khas konstruksi atau


penggunaan gedung.

Gambar 2.7 ̶ Sistem Pengaliran ke Bawah


2.1.23 System Dua Pipa Atau System Pipa Ganda
Suatu sistem dimana digunakan pipa hantar dari pompa tangki air
bawah ke tangki atas terpisah dari pipa air utama melayani lantai-lantai
gedung. Dalam system pipa ganda tekanan air pada peralatan plambing
tidak banyak berubah, karena hanya terpengaruh oleh tinggi rendahnya
muka air dalam tangki atas. Sedangkan dalam system pipa tunggal,
tekanan air pada peralatan plambing akan bertambah pada waktu pompa
bekerja mengisi tangki. Dalam system ini ukuran pipa ditentukan
berdasarkan pengaliran air dari tangki atas ke peralatan plambing, dan
bukan didasarkan pada waktu pengisian tangki dengan pompa.

2.1.24 System Satu Pipa Atau System Pipa Tunggal


Kalau kedua fungsi tersebut di atas dilayani oleh satu pipa.Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan system pipa:
a. System manapun yang dipilih, pipa harus dirancang dan dipasang
sedemikian rupa sehingga udara maupun air kalau perlu dapat
dibuang/dikeluarkan dengan mudah.
b. Pipa mendatar pada system pengaliran ke atas sebaiknya dibuat agak
miring ke atas (searah lairan), sedangkan pada system pengaliran ke
bawah dibuat agak miring ke bawah. Kemiringannya sekitar 1/300.

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

c. Perpipaan yang tidak merata, melengkung ke atas atau melengkung ke


bawah, harus dihindarkan. Kalau akibat sesuatu hal tidakdapat
dihindarkan (misalnya ada perombakan gedung) hendaknya dipasang
katup pelepas udara.
d. Harus dihindarkan membalikkan arah aliran. Misalnya, pipa cabang
tegak akan melayani daerah di atasnya pipa utama mendatar, tetapi
penyambungannya diarahkan ke bawah lebih dahulu.

(Soufyan dan Takeo, 2000)


Adapun jenis-jenis pipa diantaranya,
a. Pipa baja karbon
b. Pipa PVC-keras
c. Pipa baja dilapisi PVC-keras
d. Pipa tembaga tipe-K
e. Pipa tembaga tipe L
f. Pipa tembaga tipe M
Dalam perancangan pipa, dikenal istilah katup. Katup pemisah
berfungsi ketika perawatan/perbaikan dilakukan pada cabang, maka tidak
perlu mematikan seluruh instalasi gedung. Katup sorong (gate valve)
banyak dipasang sebagai katup pemisah pipa cabang. Katup juga berfungsi
untuk mengatur (membatasi) laju aliran air pada pipa cabang dengan
dipasang katup bola (globe valve).

Gambar 2.8 ̶ Katup Pelepas Tekanan


Katup-katup pemisah ini hendaknya dipasang pada tempat
sedemikian sehingga mudah mengoperasikannya. Kalau pipa-pipa
dipasang dalan suatu cerobong maka ukuran cerobong harus cukup luas
untuk operasi katup-katup, juga cukup luas untuk perawatan/penggantian
katup apabila diperlukan. (Soufyan dan Takeo, 2000)

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Terdapat dua metode yang digunakan pada penentuan


ukuran/pendimensian pipa air bersih, yaitu metode kerugian gesek yang
diizinkan dan metode UBAP sesuai SNI 8153 : 2015. Berikut metode
UBAP yang digunakan :
a. Metode UBAP berdasarkan SNI 8153 :
2015
Suplai air yang diperlukan pda setiap perlengkapan plambing
dinyatakan dalam fixture unit (FU) atau unit beban alat plambing
(UBAP) yang mencakup kebutuhan air panas dan dingin.

Tabel 2.4 Unit Beban Alat Plambing Sistem Penyediaan Air


dan Ukuran Minimum Pipa Cabang

UBAP per saniter digunakan untuk menentukan UBAP dalam


satu system, kemudian dalam satu saniter, dan dikumulatifkan
dalam satu lantai. Panjang pipa dari roof tank menuju saniter
terjauh dihitung. Kemudian menggunakan tabel 2.3 sesuai dengan
tekanan yang dihasilkan dari roof tank.

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 2.5 ̶ UBAP / Fixture unit untuk Menentukan


Ukuran Pipa Air dan Meter Air

2.1.25 Perhitungan Dimensi Pipa


Perhitungan dimensi pipa dapat dihitung menggunakan metode
UAP yang terdapat dalam SNI 8153 tahun 2015. Perkirakan tekanan yang
diperlukan setiap lantai. Kemudian dihitung panjang pipa maksimum dari
alat plambing terjauh hingga ke rooftank. Setelahnya dicari unit beban alat
plambing (UBAP) setiap alat plambing berdasarkan tabel 3 SNI 8153
tahun 2015 dan unit beban alat plambing dikumulasikan untuk sambungan
pipa mendatar. Setelah ketiga komponen didapat, ukuran diameter pipa
pembawa dapat dilihat di tabel 4 SNI 8153 tahun 2015.

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Menentukan UBAP
pada alat plambing
pada suatu saniter

Menentukan panjang
pipa

Menentukan pipa
terpanjang dari shat
hingga alat plambing
terakhir

Menentukan elevasi
pipa atau rentang
tekan

Menentukan Panjang
Pipa Maksimum

Menentukan
diameter pipa air
bersih

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 2.6 U
̶ nit beban alat plambing sistem penyediaan air dan
ukuran minimum pipa cabang

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB III
Detail Desain Sistem Plambing

3.1 Perencanaan Jaringan Air Bersih


3.1.1 Kebutuhan Air Bersih
A. Perhitungan debit berdasarkan luas lantai (jumlah penghuni)
Gedung yang direncanakan merupakan sebuah Gedung
Perkantoran yang memiliki 7 lantai.

a) Berdasarkan
denah Gedung
perkantoran
dapat diketahui
luas yang
dimiliki
Gedung
tersebut :
A1 =PxL
= 115 x
125
=
14375 m2
A2 = (P x
L) x 2
= (45 x 35) x 2
= 1575 x 2
= 3150 m2
A = 14375 – 3150
= 11225 m2
b) Gedung perkantoran memiliki 7 lantai, sehingga :
Atotal = 11225 x 7
= 78575 m2
c) Perkiraan Jumlah Penghuni
( 0,6 ) x(78575)
=
5
= 9429 orang

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

d) Pemakaian Air Rata-rata sehari


= 9429 x 100
= 942900 L/hari
= 942,9 m3/hari
e) Pemakaian Air rata-rata sehari beserta Kebocoran
= (942,9 x 1,2) + 942,9
= 188,58 + 942,9
= 1131,48 m3/hari
f) Pemakaian air rata-rata perjam
1131,48
=
8
= 141,435 m3/jam
g) Pemakaian Air jam puncak
Apabila menggunakan C1 = 2
= 2 x 141,435
= 282,87 m3/jam
h) Pemakaian air menit puncak
Apabila menggunakan C2 = 3
3× 141,435
=
60
= 7,07175 m3/menit
B. Perhitungan debit berdasarkan jumlah unit alat plambing
Tiap ruang saniter terbagi menjadi dua bagian, yaitu toilet
pria dan toilet wanita. Untuk toilet pria memiliki 3 buah kloset
dan 4 buah peturasan, keduanya menggunakan sistem tangki
gelontor. Dalam toilet pria juga memiliki 2 buah bak cuci
tangan ukuran sedang (Lavatory). Sedangkan untuk toilet
wanita, terdapat 3 buah kloset dengan sistem tangki gelontor
dan 3 buah bak cuci tangan ukuran sedang (lavatory). Dimana
disetiap lantai terdapat 3 buah ruang saniter yang berbeda
tipenya.

F D B
C

IVANA SAFA AMADEA


18513084
G A
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

TYPE X

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

TYPE Z

Sehingga dapat dihitung


debit yang dibutuhkan, sebagai berikut :

Kloset katup glontor = 14 x 24 x 6 = 2016 L/jam


Urinoir = 5 x 16 x 12 = 960 L/jam
Wastafel = 10 x 20 x 6 = 1200 L/jam
Keran Air = 3 x 24 x 12 = 864 L/jam
Faktor pemakaian dari masing-masing alat plambing

a) Kloset Katup Glontor (24)


X = 23% = 0,23
Factor pemakaian untuk kloset katup glontor :
= 2016 L/jam x 0,23
= 463,68 L/jam
= 0,46368 m3/jam
b) Urinoir (16)
X = 45% = 0,45
Factor pemakaian untuk urinoir :
= 960 L/jam x 0,45
= 432 L/jam

IVANA SAFA AMADEA


18513084
TUGAS PERENCANAAN PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

= 0,432 m3/jam
c) Wastafel (20)
16 buah = 45% ; 24 buah = 42%

20−16 20−16
=
24−16 x−45

IVANA SAFA AMADEA


18513084

Anda mungkin juga menyukai