Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam pembangunan gedung. Oleh
karena itu, perencanaan dan perancangan plambing harus dilakukan secara bersamaan dan sesuai
dengan tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri dengan memperhatikan
secara seksama hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi gedung serta peralatan (Imam, 2014).
Untuk menghasilkan tekanan dan debit air yang optimal dibutuhkan perancangan instalasi yang baik.
Untuk mengatasi keadaan ini, diperlukan pembangunan sistem distribusi air yang baik untuk menjamin
ketersediaan air bersih bagi konsumen dengan merata dan evaluasi terhadap sistem penyediaan air
bersih yang ada sekarang ini, terutama sistem jaringan pipa distribusinya. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kendala-kendala yang mungkin terjadi pada jaringan pipa distribusi sehingga hal tersebut
menyebabkan ketidaklancaran pendistribusian air bersih pada tiap lantai. (Susilo, 2014).

Serangkaian kegiatan penyediaan air bersih perlu memperhatikan beberapa faktor diantaranya analisis
kebutuhan air bersih (demand for water), layout instalasi penyediaan air bersih, dan beberapa faktor
lain seperti sosial ekonomi lingkungan populasi yang akan dilayani (Wijarnako, 2015). Pada sistim air
bersih, penyediaan air harus dapat mencapai daerah distribusi dengan debit, tekanan dan kuantitas yang
cukup dengan kualitas air sesuai standar/higienis. Oleh karena itu perencanaan penyediaan air bersih
harus dapat memenuhi jumlah yang cukup, higienis, teknis yang optimal dan ekonomis (Artayana dan
Atmaja, 2010).Pipa yang digunakan dalam perencanaa instalasi plambing harus memiliki diameter yang
tepat agar mampu menyalurkan air dengan kecepatan yang sesuai. Jika memiliki diameter yang terlalu
kecil maka kecepatan akan terlampau besar yang dapat menimbulkan pukulan air, suara berisik pada
pipa dan terkikisnya permukaan dalam pipa.

Secara umum sistem plambing ini berfungsi sebagai penyediaan air bersih maupun air minum ke
suatu tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup serta untuk membuang air kotor maunpu
air limbah ke tempat yang telah ditentukan tanpa mencemari atau merusak lingkungan sekitar.
Dalam proses pemasangannya sistem palmbing terdapat dua faktor pendukung yang sangat penting
yaitu. Alat plambing adalah peralatan plambing yang akan digunakan, misalnya kloset, urinal atau
peturasan, lavatory, faucet, shower, floor drain, dsb. Jenis dan jumlah peralatan plambing pada
suatu bangunan tergantung dari fungsi bangunan, misalnya untuk perkantoran, hotel, sekolah, dll.
Unit Alat Beban Plambing (UABP) adalah satuan beban dari masing-masing alat plambing yang akan
digunakan. Setiap jenis alat plambing mempunyai nilai beban yang berbeda-beda dengan jenis alat
plambing lainnya. UABP ini perlu diketahui kaena mempengaruhi diameter pipa yang digunakan dan
disambungkan pada alat plumbing tersebut.

Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan suatu
bangunan sederhana maupun gedung yang lebih besar. Oleh karena itu perencanaan dan perancangan
sistem plambing harus dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan
perancangan gedung itu sendiri, tentunya dengan memperhatikan secara seksama hubungannya
dengan bagian-bagian konstruksi gedung serta peralatan lainnya yang ada di dalam gedung
tersebut (seperti pendingin udara, peralatan listrik, dan lain-lain). Hal-hal yang perlu diketahui dalam
perencanaan suatu sistem plambing adalah jenis dan penggunaan bangunan, denah bangunan,
dan jumlah penghuni yang menempati bangunan tersebut.

Sistem perpipaan meliputi semua komponen dari lokasi awal sampai dengan lokasi tujuan antara lain,
saringan (strainer), katup atau kran, sambungan, nosel dan sebagainya. Untuk sistem perpipaan yang
fluidanya liquid, umumnya dari lokasi awal fluida, dipsang saringan untuk menyaring kotoran agar tidak
menyumbat aliran fluida. Saringan dilengkapi dengan katup searah (foot valve) yang fungsinya
mencegah aliran kembali ke lokasi awal atau tandon. Sedangkan sambungan dapat berupa sambungan
penampang tetap, sambungan penampang berubah, belokan (elbow) atau sambungan bentuk T (Tee).
perancanganya sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku di Indonesia. Dalam hal perencanaan
penyediaan air bersih dan pembuanagn air kotor wajib memenuhi standar yang ditentukan oleh
pemerintah, dalam hal ini penulis menggunakan Standar Nasional Indonesia diantaranya adalah : SNI-
03-6481-200-Sistem Plambing, SNI-03-7065-2005-Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing Mekanikal
plambing secara umum merupakan suatu sistem penyediaan air bersih dan penyaluran air buangan di
dalam bangunan. Mekanikal plambing juga dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan pelaksanaan pemasangan pipa dan peralatan di dalam gedung atau gedung yang
bersangkutan dengan air bersih maupun air buangan yang dihubungkan dengan sistem saluran kota
(Sunarno, 2005). Plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan gedung.
Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing haruslah dilakukan bersamaan dan
sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri, dengan
memperhatikan secara seksama hubungannya dengan bagian-bagian kontruksi gedung serta dengan
peralatan lainnya yang ada pada gedung tersebut. Pada jenis penggunaan sistem plambing sangat
tergantung pada kebutuhan dari bangunan yang bersangkutan. Adapun fungsi dari instalasi plambing
adalah:

• Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan dan jumlah aliran
yang cukup.
• Membuang air buangan dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting
lainnya.
 Dalam sistem plambing memerlukan peralatan yang mendukung terbentuknya sistem plambing
yang baik. Jenis peralatan plambing dalam artian khusus, istilah

peralatan plambing meliputi:


• Peralatan untuk menyediakan air bersih atau air bersih untuk minum.
• Peralatan untuk pembuangan air buangan atau air kotor.
• Peralatan saniter

Sistem Plambing

Sistem Aliran air bersih adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen, yang mempunyai
fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini
meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya, hidran kebakaran, sistem pemompaan (bila)
diperlukan dan reservoir distribusi. Sistem penyedian air bersih harus dapat menyediakan jumlah air
yang cukup untuk kebutuhan yang diperlukan. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Sistem
pengembangan air minum menyebutkan bahwa sistem penyediaan air minum terdiri dari :

• Unit Air baku


• Unit Produksi
• Unit Distribusi
• Unit Pelayanan

Sistem aliran air kotor

Sistem Aliran Air Kotor merupakan hal yang penting dalam perencanaan Bangunan. karena hal itu
merupakan salah satu pertimbangan dalam membuat bangunan di karenakan Sanitasi akan di bangun
saat pembangunan di mulai, dan hampir tidak bisa di ganti saat bangunan sudah berdiri. Sistem Aliran
Air kotor merupakan sistem instalasi untuk menyalurkan air kotor yang berasal dari tempat-tempat air di
suatu bangunan ( seperti Dapur, kamar mandi, washtafel dll ). Sistem Aliran Air Buangan dipisahkan
menurut teknik pembuangannya :

• Sistem pengasingan air campuran, yakni suatu sistem pembuangan dimana air kotor dan air
bekas dialirkan kedalam satu drainase / pipa.
• Sistem pengasingan air terpisah, yakni sistem pengasingan dimana air kotor dan air bekas setiap
dialirkan secara terpisah atau memakai pipa yang berlainan.
• Sistem Aliran Air Buangan dipisahkan menurut perletakannya:
• Sistem pengasingan gedung, yakni sistem pengasingan yang berada didalam gedung.
• Sistem pengasingan luar, yakni sistem yang berada diluar gedung, disebut pun riol gedung.

Sebelum air buangan dari perlengkapan saniter maupun dari buangan dapur dilemparkan ke drainase
umum / kota maka mesti dilaksanakan pengolahan terlebih dahulu dengan Sewage Treatment Plant
( STP ), sehingga mengisi ambang baku yang dipersyaratkan.

Sistem Aliran Drainase Lingkungan

Setiap gedung yang direncanakan harus mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan air
hujan dari atap dan halaman (dengan pengerasan) di dalam persil ke saluran pembuangan campuran
kota. Pengaliran air hujan dilakukan dengan 2 cara :

1. Sistem Gravitasi
Melalui pipa dari atap dan balkon menuju lantai dasar dan dialirkan langsung ke saluran kota
2. Sistem Bertekanan (Storm Water)
Air hujan yang masuk ke lantai basement melalui ramp dan air buangan lain yang berasal dari
cuci mobil dan sebagainya dalam bak penampungansementara (sump pit) di lantai basement
terendah untuk kemudian dipompakan keluar menuju saluran kota.
Peralatan Sistem Drainase Dan Air Hujan

• Pompa Drainase (Storm Water Pump)


Pompa drainase berfungsi untuk memompakan air dari bak penampungan sementara menuju
saluran utama bangunan. Pompa yang digunakan adalah jenis submersible pump (pompa
terendam) dengan sistem operasi umumnya automatic dengan bantuan level kontrol yang ada
di pompa dan sistem parallel alternate.

• Pipa Air Hujan


Pipa air hujan berfungsi untuk mengalirkan air hujan dari atap menuju rol bangunan. Bahan yang
dipakai adalah PVC klas 10 bar.

• Roof Drain
Roof Drain berfungsi sama dengan floor drain, hanya penempatannya di atap bangunan dan air
yang dialirkan adalah air hujan. Bahan yang dipakai adalah cast iron dengan diberi saringan
berbentuk kubah di atasnya.

Anda mungkin juga menyukai