Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam


pembangunan gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem
plambing haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan
perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan
secara seksama hubungannya dengan bagian-bagian kontruksi gedung serta
dengan peralatan lainnya yang ada dalam gedung tersebut. Perencanaan ini
termasuk kedalam rangka penyediaan air bersih baik dari segi kualitas dan
kuantitas serta kontinuitas maupun penyaluran air buangan dari peralatan
saniter ke tempat yang ditentukan agar tidak berpotensi mencemari bagian-
bagian lain dalam gedung atau lingkungan sekitarnya.

Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk


menyediakan air bersih ke tempat yang dikehendaki, baik dalam hal kualitas,
kuantitas dan kontinuitas yang memenuhi syarat. Membuang air kotor dari
tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting gedung untuk
mencapai kondisi higienis dan nyaman yang diinginkan merupakan hal yang
esensial (Soufyan M. Noerbambang, 2000). Sistem plambing adalah sistem
penyediaan air bersih dan sistem penyaluran air buangan termasuk semua
sambungan, alat-alat dan perlengkapannya yang terpasang di dalam persil dan
gedung (SNI 03-6481-2000). Jenis penggunaan sistem plambing ini sangat
tergantung pada kebutuhan dari bangunan yang bersangkutan. Dalam hal ini,
perencanaan dan perancangan sistem plambing dibatasi pada pendistribusian
dan penyediaan air bersih, serta penyaluran air buangan sistem dan Ven.

Fungsi peralatan plambing yang paling utama adalah untuk menyediakan


air bersih dengan tekanan yang cukup ke tempat yang dikehendaki dengan

1
sistem penyediaan air bersih dan membuang air kotor tanpa mencemari
lingkungan sekitar dengan sistem pembuangan. Secara khusus plambing
merupakan sistem perpipaan dalam bangunan yang meliputi penyediaan air
minum, air buangan dan vent, penyaluran air hujan, penyediaan air panas,
pencegahan kebakaran, penyediaan gas, dan AC.

Sangat diperlukan sistem perencanaan plambing yang baik guna


menciptakan kenyamanan dan kondisi sanitasi yang baik untuk meningkatkan
kesehatan pengguna maupun lingkungan. Dengan tersedianya kualitas air yang
baik dan kuantitas air yang mencukupi yang didukung dengan sistem plambing
yang baik, diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan kesehatan bagi
pengunjung dan pengguna gedung “Bekasi Cyber Park”.

1.2RUANG LINGKUP
Pada pembuatan laporan ini bertujuan untuk menentukan kebutuhan air
bersih dari suatu gedung “Bekasi Cyber Park”, merencanakan perpipaan air
bersih, air buangan dan ven, tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan air
bersih, menentukan jumlah minimum alat plambing yang digunakan.
Adapun buku panduan yang digunakan antara lain buku Soufyan
Noerbambang perancangan dan pemilihan sistem plambing

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari pembuatan laporan ini adalah melakukan perencanaan sistem


plambing pada gedung “Bekasi Cyber Park”. Tujuan dari penyediaan sistem
plambing ini adalah:
1. Merancang sistem penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan
berdasarkan syarat dan perundangan yang berlaku.
2. Memberikan pelayanan untuk menyalurkan air buangan.
3. Memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam pemakaian.
Menjamin kualitas air bersih yang digunakan oleh pemakai gedung sehingga
menciptakan kondisi sanitasi bersih.

2
BAB II

REFERENSI

 Neufet, Ernest. 1975. Architect’s Data. London : Crosby Lockwood Staplees


 Noerbambang, Soufyan. Perancangan dan Pemilihan Sistem Plambing, Jakarta,
1993
 Standar Nasional Indonesia, SNI 03-6381-2000 tentang Sistem Plambing, 2000
 Standar Nasional Indonesia, SNI 03-7605-2005 tentang Tata Perencanaan
Sistem Plambing, 2005
 Standar Nasional Indonesia, SNI 8153-2015 tentang Sistem Plambing pada
Bangunan Gedung

3
BAB III

DASAR PERENCANAAN

Pada jaman dahulu, tujuan utama sistem penyediaan air adalah untuk
menyediakan air yang cukup berlebihan. Tetapi, pada masa kiniadapembatasan
dalam jumlah air yang dapat diperoleh karena pertimbangan penghematan energi
dan adanya keterbatasan sumber air. Terlebih lagi akhir-akhir ini dikehendaki
membuang air buangan dan air kotor langsung ke dalam saluran pembuangan.
Kesalahan dalam perancangan, pemasangan atau perawatan dari peralatan
plambing dapat membahayakan jiwa manusia. Kenyataannya, banyak kecelakaan
fatal telah terjadi dan banyak yang terkena penyakit akibat kesalahan pemasangan
instalasi plambing.
Dapat disimpulkan bahwa instalasi plambing tidaklah semudah sebagaimana
tampaknya di luar. Oleh karena itulah, maka banyak Negara telah menetapkan
Undang-Undang, peraturan, pedoman pelaksanaan, standar, dsb yang menyangkut
peralatan dan instalasi plambing.
3.1 AIR BERSIH

Tujuan terpenting dari sistem penyediaan air adalah menyediakan air


bersih. Penyediaan air minum dengan kualitas yang tetap baik merupakan
prioritas utama. Kualitas air bersih yang baik ada dalam Standar mutu air
minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Standar baku air minum tersebut disesuaikan dengan standar international yang
dikeluarkan oleh WHO. Standardisasi kualitas air tersebut bertujuan untuk
memelihara, melindungi, dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat,
terutama dalam pengelolaan air atau kegiatan usaha mengolah dan
mendistribusikan air minum. Didalam suatu rancangan gedung atau bangunan

4
tertentu, perlu adanya perencanaan penyediaan air panas dan air dingin guna
penunjang pelayanan. (Soufyan M. Noerbambang, 2000)

3.1.1 AIR DINGIN

Dalam perancangan sistem pipa air dingin dalam suatu gedung, harus
memperhatikan berbagai aspek penting yang menunjang agar alat plambing
dapat bekerja dengan baik.

Perancangan sistem pipa air dingin yaitu sebagai berikut (Soufyan M.


Noerbambang, 2000):

 Sistem Pipa

Pada dasarnya ada dua sistem pipa penyediaan air dalam gedung, yaitu
sistem pengaliran keatas dan sistem pengaliran ke bawah. Sistem manapun yang
dipilih harus dipasang dan dirancang sedemikian rupa sehingga udara maupun
air kalau perlu dapat dikeluarkan dengan mudah.

 Pemasangan Katup

Dari pipa utama (pipa tegak maupun mendatar) biasanya dibuat pipa
cabang yang melayani setiap lantai pada gedung bertingkat. Pada pipa-pipa
cabang ini, sedekat mungkin dengan pipa utamanya, hendaklah dipasang katup-
katup pemisah agar kalau perlu dilakukan perwatan atau perbaikan pada cabang
tersebut maka tidak perlu mematikan seluruh instalasi gedung.

 Penaksiran laju aliran

Metode yang sering digunakan untuk menentukan laju air diantaranya


adalah sebagai berikut :

1. Bedasarkan jumlah pemakai atau penghuni


2. Bedasarkan jenis alat plambing
3. Bedasarkan unit beban alat plambing

5
4. Bedasarkan pemakaian air terhadap waktu

Metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah kebutuhan air rata-rata,


dengan didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari setiap penghuni,
dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian jumlah pemakaian air sehari
dapat diperkirakan.

 Penentuan ukuran pipa

Ukuran pipa ditentukan berdasarkan laju aliran puncak.

3.1.2 SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

Menurut (Noerbambang & Morimura, 2000) terdapat beberapa variasi


sistem penyediaan air bersih yang saat ini biasa digunakan, diantaranya adalah :

a. Sistem sambungan langsung

Sistem sambungan langsung mengalirkan air dari pipa utama milik


perusahaan penyedia air minum langsung menuju pipa distribusi dalam gedung.
Sistem ini kurang cocok diimplementasikan pada gedung-gedung tinggi karena
terbatasnya tekanan pada pipa utama sehingga dikhawatirkan tidak dapat
mengalirkan air hingga lantai teratas karena tekanan yang tidak mencukupi.
Begitupun sama halnya dengan sistem tanpa tangki atau booster system.

6
Gambar 3.1.2.1 Sistem Sambungan Langsung

b. Sistem tangki atap

Untuk sistem ini air dari pipa PDAM ditampung terlebih dahulu dalam
tangki bawah (ground reservoir) untuk selanjutnya dipompakan ke atas menuju
tangki atap (roof tank). Tidak seperti sistem tangki tekan, perubahan tekanan air
dalam pipa tidaklah begitu besar sehingga ketersediaan air di tiap waktunya
cukup stabil. Pompa juga dapat diatur sedemikian rupa sehingga tidak harus
bekerja terlalu sering yang dapat menyebabkan pompa cepat aus. Perawatannya
juga lebih mudah dibandingkan dengan tangki tekan yang harus dikuras setiap
beberapa hari sekali. Dengan menggunakan sistem ini, tekanan air yang rendah
dari pipa utama juga tidak begitu menjadi masalah karena adanya sistem pompa
dan tangki atap.

7
Gambar 3.1.2.2 Sistem Tangki Atap

Adapun hal penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan sistem


tangki atap ini yaitu dalam menentukan letak tangki atap yang harus
disesuaikan dengan tekanan minimal yang dibutuhkan oleh peralatan plambing
dalam sistem tersebut.

c. Sistem tangki tekan

Sistem tangki tekan, harga awal pemasangan memang lebih rendah


daripada menggunakan sistem tangki atap. Namun, kekurangan dari sistem ini
adalah akan terjadi fluktuasi tekanan dalam pipa sehingga aliran air tidak akan
stabil. Selain itu, setiap beberapa hari sekali harus ditambahkan udara ke dalam
tangki atau dengan menguras seluruh air dari dalam tangki. Hal ini bertujuan
untuk mengganti kembali udara yang hilang atau terlarut ke dalam air yang
tersimpan dalam tangki sehingga tekanan dapat kembali normal. Jumlah air
efektif yang tersimpan dalam tangki juga relatif sedikit sehingga pompa akan
lebih sering bekerja untuk mengisi kembali air ke dalam tangki.

8
Gambar 3.1.2.3 Sistem Tangki Tekan

d. Sistem tanpa tangki (booster system)

Pada sistem ini tidak dipergunakan tangki apapun, baik tangki bawah,
tangki tekan, dan tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi
bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama.

Ciri – ciri sistem tanpa tangki sebagai berikut :

 Mengurangi kemungkinan pencemaran air, karena menghilangkan tangki


bawah maupun tangki atas.

 Mengurangi kemungkinan terjadinya karat karena kontak antara air


dengan udra relatif singkat.

 Kalau cara ini diterapkan pada gedung pencangkar langit maka akan
mengurangi beban struktur bangunan.

 Untuk perumahan dapat menggantikan dengan menara air.

 Penyediaan air tergantung pada sumberdaya.

 Pemakaian lisrik lebih besar.

 Harga awal lebih tinggi karena pengaturannya.

3.1.3 LAJU ALIRAN

9
Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk suatu bangunan,
kapasitas peralatan dan ukuran pipa-pipa didasarkan pada jumlah dan laju
aliran air yang harus disediakan untuk bangunan tersebut. Jumlah dan laju
aliran air tersebut seharusnya diperoleh dari keadaan sesungguhnya, dan
kemudian dibuat angka-angka peramalan yang sedapat mungkin mendekati
keadaan sesungguhnya setelah bangunan digunakan.

3.1.4 KEBUTUHAN AIR

Berdasarkan (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 1993),


terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menaksir besarnya
kebutuhan air tersebut, diantaranya adalah :

1. Metode berdasarkan jumlah pemakai

2. Metode berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing

3. Metode berdasarkan unit beban alat plambing

4. Metode berdasarkan luas lantai

Dari keempat metode tersebut, yang dinilai paling akurat yaitu melalui
metode berdasarkan jumlah pemakai. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa
jumlah penghuni dalam gedung (dalam hal ini adalah Bekasi Cyber Park ) telah
diketahui secara pasti jumlahnya, sehingga upaya penaksiran kebutuhan air
bersih dapat dilakukan dengan lebih baik. Metode berdasarkan jumlah pemakai

10
tersebut didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari tiap-tiap penghuni
gedung.

3.2 AIR BUANGAN

Air buangan sering pula disebut sebagai air limbah, yaitu : semua cairan yang
dibuang, baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, maupun yang
mengandung sisa-sisa proses industri. Sistem pembuangan air buangan pun
merupakan sistem instalasi untuk mengalirkan air buangan yang berasal dari
peralatan saniter maupun hasil buangan dapur.

Semua air buangan dikelompokan menjadi beberapa golongan, yaitu (Soufyan M.


Noerbambang, 2000) :

• Air Kotor

Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet dan air buangan yang
mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat-alat plambing lainnya.

• Air Hujan

Dari atap rumah atau gedung, halaman dan sebaginya.

• Air Bekas

Air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti bak mandi, bak
cuci tangan, bak dapur, dan lain sebagainya.

Sistem pembuangan air umumnya dibagi dalam beberapa klasifikasi


menurut jenis air buangan (Soufyan M. Noerbambang, 2000):

11
 Klasifikasi menurut jenis air buangan:
o Sistem pembuangan air kotor
o Sistem pembuangan air bekas
o Sistem pembuangan air hujan
 Klasifikasi menurut cara pembuangan air
o Sistem pembuangan air campuran
o Sistem pembuangan terpisah
o Sistem pembuangan tak langsung
 Klasifikasi menurut cara pengaliran
o Sistem gravitasi
o Sistem bertekanan

 Klasifikasi menurut letaknya


o Sistem pembuangan gedung
o Sistem pembuangan di luar gedung atau riol gedung
Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan air buangan secara cepat. Oleh
karena itu desain kemiringan dan kecepatan aliran pipa pembuangan harus
sesuai dengan kuantitas dan jenis air buangan. Kemiringan pipa biasanya
umumnya dibuat sama atau lebih dari 1/diameter pipa mm. Kecepatan optimum
dalam pipa adalah 0,6 – 1,2 m/detik. Kecepatan aliran yang kurang dari 0,6
m/detik akan menyebabkan pengendapan kotoran dalam pipa dan jika
kecepatannya lebih dari 1,2 m/detik akan menimbulkan turbulensi aliran.
3.3 AIR HUJAN
Setiap gedung yang direncanakan harus mempunyai perlengkapan drainase
untuk menyalurkan air hujan dari atap dan halaman (dengan pengerasan) di
dalam persil ke saluran pembuangan campuran kota.

12
 Pengaliran Air Hujan Dengan 2 Cara :
1. Sistem Gravitasi, melalui pipa dari atap dan balkon menuju lantai
dasar dan dialirkan langsung ke saluran kota.
2. Sistem Bertekanan (Storm Water), air hujan yang masuk ke lantai
basement melalui ramp dan air buangan lain yang berasal dari cuci
mobil dan sebagainya dalam bak penampungan sementara (sump pit)
di lantai basement terendah untuk kemudian dipompakan keluar
menuju saluran kota.
 Peralatan Sistem Drainase dan Air Hujan :
1. Pompa Drainase (Storm Water Pump)
Pompa drainase berfungsi untuk memompakan air dari bak
penampungan sementara menuju saluran utama bangunan. Pompa
yang digunakan adalah jenis submersible pump (pompa terendam)
dengan system operasi umumnya automatic dengan bantuan level
control yang ada di pompa dan system parallel alternate.
2. Pipa Air Hujan
Pipa air hujan berfungsi untuk mengalirkan air hujan dari atap menuju
riol bangunan. Bahan yang dipakai adalah PVC klas 10 bar.
3. Roof Drain
Roof Drain berfungsi sama dengan floor drain, hanya penempatannya
di atap bangunan dan air yang dialirkan adalah air hujan. Bahan yang
dipakai adalah cast iron dengan diberi saringan berbentuk kubah di
atasnya.
4. Balcony Drain
Berfungsi sama seperti roof drain, hanya penempatannya pada balkon.

13
BAB IV

TINJAUAN UMUM GEDUNG

4.1 TINJAUAN UMUM BANGUNAN BEKASI CYBER PARK

“Bekasi Cyber Park” adalah jenis dari pusat perbelanjaan yang secara


arsitektur berupa bangunan tertutup dengan suhu yang diatur dan memiliki
jalur untuk berjalan jalan yang teratur sehingga berada di antara antar toko-toko
kecil yang saling berhadapan. Karena bentuk arsitektur bangunannya yang
melebar (luas).

Gedung “Bekasi Cyber Park” merupakan Pusat perbelanjaan yang


menyediakan berbagai macam pakaian, sepatu, aksesoris dll. “Bekasi Cyber Park”
tidak terbatas hanya menyediakan perbelanjaan saja akan tetapi pengunjung
disini dapat juga menikmati libur akhir pekannya bersama keluarga, teman, dan
pacar untuk menonton bioskop,mengajak anak untuk bermain dll.

14
Jika ditinjau dari lokasi, mal sebenarnya diperuntukkan berada di dekat
lokasi perumahan. Karena itulah bangunan “Bekasi Cyber Park” melebar, karena
dalam pada umumnya lokasi yang dekat perumahan ini, harga tanah relatif lebih
murah daripada pembangunan sebuah plaza, yang berada di lokasi pusat kota.
Dalam bangunan mal juga umumnya terdapat atrium.

Fungsi “Bekasi Cyber Park” utamanya adalah untuk melayani kebutuhan


belanja masyarakat, dalam hal ini khususnya masyarakat Bekasi dan sekitarnya

Tabel 4.1.1 Fungsi ruang lantai 1 sampai 5

LANTAI RUANGAN JUMLAH LUAS ( m2)


RUANGAN
GYM 1 67
RUANG ANAK 1 66
ATM 5 3
1 INFORMATION CENTER 1 5
MASJID 1 69
SMOKING ROOM 1 26
GUDANG 1 5
STAND 4 8
PENITIPAN SEPATU 1 3
2 TOKO 10 37
GUDANG 2 5
3 TOKO 10 37
GUDANG 2 5

15
4 TOKO 10 37
GUDANG 2 5
BIOSKOP 1 125
KARAOKE 1 67
5 TIMEZONE 1 66
DAPUR 1 87
TEMPAT MAKAN 1 134
GUDANG 1 5

Gedung ini terdiri dari 5 lantai dimana lantai 1 merupakan lantai dasar
dimana lantai dasar ini berfungsi untuk tempat berkumpulnya pengunjung yang
terdapat GYM, masjid, ATM CENTER, ruang bermain anak, lantai 2,3 dan 4
merupakan lantai tipikal dimana dilantai ini khusus untuk tempat perbelanjaan
yang berupa toko toko dan lantai terakhir dimana lantai terakhir ini bertujuan
untuk menghilangkan rasa penat yang dirasakan saat bekerja, belajar atau yang
lainnya. Dimana dilantai ini terdapat kantin, karaoke, Timezone dan bioskop.

4.2 TINJAUAN PUSTAKA SISTEM PLAMBING

Menurut Babbit (1960), plambing adalah sistem perpipaan beserta


peralatannya, perlengkapan, dan asesorisnya yang dipasang di dalam gedung,
bangunan atau halaman, yang membawa air atau cairan lainnya yang berasal
darisumber menuju ke titik tertentu di dalam gedung. Plambing juga
berhubungandengan jenis material yang digunakan, perawatan yang dilakukan,
dan pengendalian terhadap air buangan yang berlimpah, sampai penyaluran air
buangan menuju ke tempat pembuangan akhir terdekat.Menurut Alfred Steele
(1984), plambing adalah sistem perpipaan yangmencakup sistem distribusi
penyedian air bersih dan peralatannya, perangkap,limbah, dan pipa ven, saluran
pembuangan rumah, sistem air hujan beserta peralatannya serta hubungan
antara struktur dan bangunannya.

16
Fungsi dari peralatan plambing adalah, untuk menyediakan air bersih
ketempat – tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup, dan
membuangair kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting
lainnya.Dalam sistem plambing memerlukan peralatan yang mendukung
agarterbentuk sistem plambing yang baik. Jenis peralatan plambing dalam
artiankhusus meliputi :

a.Peralatan untuk penyediaan air bersih / air minum.

b.Peralatan untuk penyediaan air panas.

c.Peralatan untuk pembuangan dan ventilasi.

d.Peralatan Plambing

Dalam artian yang lebih luas, selain peralatan-peralatan tersebut diatas,

istilah “Peralatan plambing” seringkali digunakan untuk mencakup :

a. Peralatan pemadaman kebakaran

b. Peralatan pengolahan air kotor ( tangki septik)

c. Peralatan penyediaan gas.

d. Peralatan dapur.

17
BAB V

PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR BERSIH

5. 1 SKEMATIK SISTEM PERENCANAAN

Pada perencanaan sistem distribusi di gedung “Bekasi Cyber Park” ini,


sistem peripaan horizontal yang dipakai adalah perpipaan yang menuju ke satu
titik akhir yang mana titik akhir pipa di sistem ini disebut pipe gallery. Sistem
pengaliran berupa air dialirkan dari Ground tank menuju Roof tank lalu
didistribusikan ke setiap lantainya. Air yang berasal dari Roof tank akan
mengalir di pipa tegak yang selanjutnya akan didistribusikan melalui pipa

18
horizontal menuju alat plumbing yang digunakan di setiap lantainya. Besarnya
kebutuhan air seluruh gedung didapatkan dari akumulasi gpm setiap lantainya.
Berikut merupakan skema jalur pipa tegak di “Bekasi Cyber Park”

5. 2 PERHITUNGAN JUMLAH POPULASI

Pada subbab ini saya menjelaskan tentang perhitungan jumlah populasi


pada suatu bangunan ataupun ruangan.

Saya disini akan sedikit menjelaskan tentang bagaimana kita bisa dapat
luas efektif dari suatu bangunan. Yaitu dengan rumus luas ruangan di kali kan
dengan persentase luas efektif. Dan persentase luas efektif yang di tetapkan
pada “Bekasi Cyber Park” adalah 60% berdasarkan buku Sofyan NoerBambang.

Tabel 5.2.1 Jumlah Populasi

LUAS PERSENTASE LUAS EFEKTIF STANDAR RUANGAN POPULASI KEBUTUHAN AIR


LANTAI NO RUANGAN
m2 60% m2 m2/orang SEMUA L/org/Hari L/Hari
1 GYM 67 60% 40
19 2.1 19 30 573
2 RUANG ANAK 66 60% 40 0.6 66 30 1987
3 TOILET WANITA 19 60% 11
4 TOILET PRIA 19 60% 11
6 INFORMATION CENTRE 5 60% 3 1.0 3
1 7 MASJID 69 60% 42 0.96 43
8 TEMPAT WUDHU WANITA 12 60% 7
9 SMOKING ROOM 26 60% 16 0.48 33
10 TEMPAT WUDHU WANITA 12 60% 7
11 PENITIPAN SEPATU 3 60% 2 1 2
12 STAND 23 60% 14 1 14
13 GUDANG 5 60% 3 2 2
JUMLAH 204

Populasi=Luas Efektif ÷ Standar Ruangan

Populasi GYM=40÷ 2.1=19

5.3 PERHITUNGAN JUMLAH ALAT PLAMBING

Istilah “alat plambing” digunakan untuk semua peralatan yang dipasang


di dalam ataupun di luar gedung, untuk menyediakan air, dan untuk menerima
(mengeluarkan) air buangan.

Beberapa jenis alat plambing yang digunakan pada gedung ini, sebagai berikut :

1. Lavatory ( LV ) ada 25

2. Kitchen Sink ( KS ) ada 2

20
3. Faucet ( FC ) ada 9

4. Water Closet Tank ( WCT ) ada 21

5. Urinoir ( UR ) ada 5

jumlah alat plambing yang saya dapat diatas mengacu pada buku SNI tahun
2015 dan SNI tahun 2000.

Tabel 5.3.1 Jumlah Alat Plambing

POPULASI WC LV UR
LANTAI
SEMUA PRIA WANITA PRIA WANITA PRIA WANITA LAIN LAIN PRIA
1 204 82 122 2 4 2 2 1
2 68 27 41 1 2 2 2 1
3 68 27 41 1 2 2 2 1
4 68 27 41 1 2 2 2 1
5 323 129 194 2 4 2 2 5 1
JUMLAH 731

5.4 PERITUNGAN KEBUTUHAN AIR BERSIH

Untuk perhitungan kebutuhan air bersih menggunakan rumus jumlah


populasi dikali dengan kebutuhan air per orang yang dapat dilihat pada buku
Sofyan Noerbambang tentang Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing.

Tabel 5.4.1 Kebutuhan air bersih

21
KEBUTUHAN AIR
LANTAI NO RUANGAN
L/org/Hari L/Hari
1 GYM 30 573
2 RUANG ANAK 30 1987
3 TOILET WANITA
4 TOILET PRIA
5 ATM
6 INFORMATION CENTRE
1 7 MASJID 5 216
8 TEMPAT WUDHU WANITA
9 SMOKING ROOM 30 975
10 TEMPAT WUDHU WANITA
11 PENITIPAN SEPATU
12 STAND 100 1402
13 GUDANG
JUMLAH 5154

L
Kebutuhan Air ( )
L
Hari
=Populasi × Kebutuhan Air (
org
Hari
)

L
Kebutuhan Air GYM
L
( )
Hari
=19 ×30 (
org
Hari
)

Kebutuhan Air GYM ( Hari


L
)=573 L/hari

5.5 SUMBER AIR

Sumber Air bersih diambil dari air PDAM kota bekasi yang dialirkan ke Ground
Water Tank dan kemudian dipompa menuju Roof Tank yang kemudian didistribusikan
menuju setiap alat plambing yang ada di setiap lantai.

22
5.6 RESEVOIR DAN POMPA

Tabel 5.6.1 Perhitungan GWT

KEBUTUHAN AIR FAKTOR KEAMANAN 20% SATUAN


LANTAI
L/HARI KEBUTUHAN AIR 36038.4 L/HARI
1 5154 VOL GWT 36.1 L
2 6480 Qr 3.281818 m3/JAM
3 6480 Qp 4.922727 m3/JAM
4 6480 Qmax 13.12727 m3/JAM
5 5438 Ve 18.05 18.1 L
JUMLAH 30032

5.7 BAGAIMANA MENDAPATKAN DIMENSI

Pertama kita harus menentukan FU/UBAP alat plambing yang


berdasarkan dari SNI, kemudian setelah mendapatkan nilai FU/UBAP suatu alat
plambing maka selanjutnya adalah menentukan faktor pemakaian yang
berdasarkan pada buku Sofyan Noerbambang yang ada hubungannya dengan
jumlah alat plambing, jika tidak ada jumlah alat plambing yang diinginkan maka
harus dicari dengan rumus INTERPOLASI, setelah itu menentukan perkalian
dengan rumus (FU CUM x FAKTOR PEMAKAIAN)/100, setelah mendapatkan
nilai perkalian maka kita bisa menentukan diameter pipa dengan melihat buku
Sofyan Noerbambang Hal 80 dengan menggunakan bahan pipa baja karbon.

Tabel 5.7.1 Diameter Pipa Air Bersih

SEGMEN
LANTAI JENIS ALAT PLUMBING FU/UBAP FU KUMULATIF JUMLAH ALAT PLUMBING FAKTOR PEMAKAIAN PERKALIAN DIAMETER
DARI KE
WC 1 A WCT 5 5 1 100 5 32
LV 1 A LV 2 2 1 100 2 20
A B 7 2 100 7 32
WC 2 B WCT 5 5 1 100 5 32
B C 12 3 87.5 10.5 40
LV 2 C LV 2 2 1 100 2 20
C D 14 4 75 10.5 40
23
UR 1 D UR 5 5 1 100 5 32
D E 19 5 70 13.3 50
WC 6 F WCT 5 5 1 100 5 32
LV 3 F LV 2 2 1 100 2 20
F G 7 2 100 7 32
G H 12 3 87.5 10.5 40
LV 4 H LV 2 2 1 100 2 20
H I 14 4 75 10.5 40
WC 3 J WCT 5 5 1 100 5 32
WC 4 J WCT 5 5 1 100 5 32
J I 10 2 100 10 40
1 I E 24 6 65 15.6 50
E K 43 11 49.75 21.3925 50
FC 6 O FC 2 2 1 100 2 20
FC 7 O FC 2 2 1 100 2 20
O P 4 2 100 4 25
FC 8 P FC 2 2 1 100 2 20
P Q 6 3 87.5 5.25 32
FC 9 Q FC 2 2 1 100 2 20
Q R 8 4 75 6 32
FC 5 R FC 2 2 1 100 2 20
R S 10 5 70 7 32
FC 4 S FC 2 2 1 100 2 20
S N 12 6 65 7.8 32
FC 1 L FC 2 2 1 100 2 20
FC 2 L FC 2 2 1 100 2 20
L M 4 2 100 4 25
FC 3 M FC 2 2 1 100 2 20
M N 6 3 87.5 5.25 32
N K 18 9 53.25 9.585 40
K T 61 20 43.5 26.535 65

5.8 GAMBAR GAMBAR

24
Gambar 5.8.1 Denah Lantai 1

Gambar 5.8.2 Denah Lantai 2

25
Gambar 5.8.3 Denah Lantai 3

Gambar 5.8.4 Denah Lantai 4

26
Gambar 5.8.5 Denah Lantai 5

Gambar 5.8.6 Skematik

27
BAB VI
PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR BUANGAN ( AIR
KOTOR, AIR BEKAS DAN VEN )

6.1 SKEMATIK PERENCANAAN AIR BUANGAN

Gambar 6.1.1 Skematik Air Buangan

Sistem penyaluran air buangan gedung “Bekasi Cyber Park” ini


direncanakan menggunakan sistem campuran, dimana air bekas (grey water)
dan air kotor (black water) masing-masing dikumpulkan dan dialirkan secara
bersama ke tangka septik. Sistem pengalirannya menggunakan sistem gravitasi
di mana air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi secara gravitasi ke
saluran umum yang letaknya lebih rendah.

28
6.2 PENENTUAN DIMENSI PIPA AIR BUANGAN
Pada gedung “Bekasi Cyber Park” ini penentuan dimensi pipa air buangan
dilakukan dengan melakukan perhitungan yang dimulai dengan mendesain jalur
pipa air buangan yang terdiri dari jalur pipa black water, pipa grey water dan
pipa van. Pipa Black water dan pipa van berasal dari alat plambing yang
menghasilkan air buangan berupa padatan seperti kloset dan urinoir. Sedangkan
grey water berasal dari alat plambing yang menghasilkan air buangan berupa
cairan seperti lavatory, floor drain, dan kitchen sink. Kemudian diameter pipa
dihitung berdasarkan jumlah unit beban dari tiap alat plambing yang mengacu
pada SNI 03-7065-2005, dimulai dari alat plambing yang paling jauh dari pipa
tegak.

6.2.1 PENENTUAN DIMENSI PIPA BLACK WATER ( AIR KOTOR )


Dalam menghitung diameter pipa yang digunakan untuk pipa Black Water,
dibutuhkan data Unit Beban Alat Plambing atau UBAP kemudian hasil
kumulatifnya dibandingkan dengan tabel diameter pipa horizontal air buangan.
Perolehan diameter yang beragam dipengaruhi berapa banyak unit alat
plambing dan UBAP nya. Namun, khusus untuk Black Water, diameter terkecil
yang digunakan adalah 100 mm untuk kloset. Jadi perhitungan diameter pipa
Black Water untuk kloset dimulai dari 100 mm.
tahapannya sebagai berikut:
 Menentukan FU/UBAP
 Menghitung FU Cumulatif pada setiap segmen dan keseluruhan
 Menghitung diameter pipa
 Menentukan diameter pipa pasaran

29
Tabel 6.2.1.1 Diameter Air Kotor
SEGMEN
LANTAI JENIS ALAT PLUMBING FU/UBAP FU KUMULATIF DIAMETER HITUNGAN DIAMETER PASARAN
DARI KE
WC 1 A WCT 4 4 50 100
WC 2 A WCT 4 4 50 100
A B 8 63 100
UR 1 B UR 8 8 63 65
B C 16 75 100
WC 3 F WCT 4 4 50 100
1 WC 6 D WCT 4 4 50 100
WC 5 D WCT 4 4 50 100
D E 8 63 100
WC 4 E WCT 4 4 50 100
E F 12 63 100
F C 16 75 100
C G 32 110 125

Contoh Perhitungan:
Segmen WC 1 – A
Jenis Alat Plambing = Water Closet
FU/UBAP WCT = 4 ( SNI 03-7065-2005 )
FU Kumulatif = 4
Diameter Perhitungan = 50 mm ( SNI 03-7065-2005 )
Diameter Pasaran = 100 mm

30
6.2.2 PENENTUAN DIMENSI PIPA GREY WATER ( AIR BUANGAN )
Dalam menghitung diameter pipa yang digunakan untuk pipa grey water,
dibutuhkan data Unit Beban Alat Plambing atau UBAP kemudian hasil
kumulatifnya dibandingkan dengan tabel diameter pipa horizontal air buangan.
Perolehan diameter yang beragam dipengaruhi berapa banyak unit alat
plambing dan UBAP nya. Namun, khusus untuk grey water, diameter terkecil
yang digunakan adalah 50mm. Jadi perhitungan diameter pipa grey water
dimulai dari 50mm.
tahapannya sebagai berikut:
 Menentukan FU/UBAP
 Menghitung FU Cumulatif pada setiap segmen dan keseluruhan
 Menghitung diameter pipa
 Menentukan diameter pipa pasaran

Tabel 6.2.1.1 Diameter Grey Water


SEGMEN
LANTAI JENIS ALAT PLUMBING FU/UBAP FU KUMULATIF DIAMETER HITUNGAN DIAMETER PASARAN
DARI KE
LV 1 A LV 2 2 40 50
LV 2 A LV 2 2 40 50
A B 4 50 50
LV 3 C LV 2 2 40 50
LV 4 C LV 2 2 40 50
1 C B 4 50 50
B D 8 63 65
FD 1 E FD 1 1 40 50
FD 2 E FD 1 1 40 50
E D 2 40 50
D F 10 63 65

31
Contoh Perhitungan:
Segmen LV 1 – A
Jenis Alat Plambing = Lavatori
FU/UBAP WCT = 2 ( SNI 03-7065-2005 )
FU Kumulatif = 2
Diameter Perhitungan = 40 mm ( SNI 03-7065-2005 )
Diameter Pasaran = 50 mm

6.2.3 PENENTUAN DIMENSI PIPA VEN


Perhitungan diameter pipa vent sama dengan menentukan black water.
Hanya yang bebedakannya jika pada perhitungan pipa Ven tidak terdapat
diameter pasaran. Berikut ini adalah tabel perhitungan diameter pipa ven.

Tabel 6.2.3.1 Diameter Ven


SEGMEN
LANTAI JENIS ALAT PLUMBING FU/UBAP FU KUMULATIF DIAMETER HITUNGAN
DARI KE
WC 1 A WCT 4 4 32
WC 2 A WCT 4 4 32
A B 8 32
UR 1 B UR 8 8 32
B C 16 32
WC 3 F WCT 4 4 32
1 WC 6 D WCT 4 4 32
WC 5 D WCT 4 4 32
D E 8 32
WC 4 E WCT 4 4 32
E F 12 32
F C 16 32
C G 32 40

32
Contoh Perhitungan:
Segmen WC 1 – A
Jenis Alat Plambing = Water Closet
FU/UBAP WCT = 4 ( SNI 03-7065-2005 )
FU Kumulatif = 4
Diameter Perhitungan = 32 mm ( SNI 03-7065-2005 )

6.3 GAMBAR GAMBAR

Gambar 6.3.1 Denah lantai 1

33
Gambar 6.3.2 Denah Lantai 2

Gambar 6.3.3 Denah Lantai 3

34
Gambar 6.3.4 Denah Lantai 4

Gambar 6.3.5 Denah Lantai 5

35
Gambar 6.3.6 Skematik Air Buangan

36
BAB VII
PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR HUJAN
7.1 Catchment Area Air Hujan

Gambar 7.1.1 Catchment Area

Pada Gedung Bekasi Cyber Park ini, sistem penyaluran air hujan
dilakukan dari bagian atas (atap) lalu ditampung melalui pipa mendatar (gutter)
dan disalurkan kebawah melalui pipa tegak (leader). Untuk menyalurkan air
hujan luas atap dibagi menjadi beberapa catchment. Pada masing masing
catchment terdapat pipa untuk menyalurkan air hujan. Catchment area Bekasi
Cyber Park dapat dilihat pada Gambar diatas Catchment area dibagi menjadi 16
bagian, luas catchment area dapat dilihat pada dibawah ini:

37
Tabel 7.1.1 Luas Area Catchment

Blok Panjang (m) Lebar (m) Luas (m2)


A 8 6 48
B 8 6 48
C 8 6 48
D 8 6 48
E 8 6 48
F 8 6 48
G 8 6 48
H 8 6 48
I 8 6 48
J 8 6 48
K 8 6 48
L 8 6 48
M 6 6 36
N 6 6 36
O 6 6 36
P 6 6 36

38
7.2 PENENTUAN DIMENSI AIR HUJAN
Setelah menentukan catchment area maka dapat dihitung diameter pipa air
hujan, diameter pipa air hujan Bekasi Cyber Park dapat dilihat pada dibawah
ini :

Tabel 7.2.1 Diameter Talang Air Hujan Pipa Horizontal

PERHITUNGAN UKURAN PERPIPAAN AIR HUJAN HORIZONTAL


Diameter Pipa Tegak (inch)
Blok Panjang (m) Lebar (m) Luas (m2) Kemiringan Intensitas Hujan (mm/jam)
A 8 6 48 3
B 8 6 48 3
C 8 6 48 3
D 8 6 48 3
E 8 6 48 3
F 8 6 48 3
G 8 6 48 3
H 8 6 48 3
2% 101.6
I 8 6 48 3
J 8 6 48 3
K 8 6 48 3
L 8 6 48 3
M 6 6 36 3
N 6 6 36 3
O 6 6 36 3
P 6 6 36 3

39
Tabel 7.2.2 Diameter Talang Air Hujan Pipa tegak
PERHITUNGAN UKURAN PERPIPAAN TEGAK AIR HUJAN
Blok Panjang (m) Lebar (m) Luas (m2) Intensitas Hujan (mm/jam) Diameter Pipa Tegak (inch)
A 8 6 48 3
B 8 6 48 3
C 8 6 48 3
D 8 6 48 3
E 8 6 48 3
F 8 6 48 3
G 8 6 48 3
H 8 6 48 3
101.6
I 8 6 48 3
J 8 6 48 3
K 8 6 48 3
L 8 6 48 3
M 6 6 36 3
N 6 6 36 3
O 6 6 36 3
P 6 6 36 3

Contoh Perhitungan:
Intensitas Hujan Kota Bandung = 101.6 mm/jam
Diameter pipa tegak segmen A
Luas Catchment:
Luas persegi panjang = Panjang x Lebar
=8mx6m
= 48 m2
Diameter pipa tegak ditentukan dari tabel 7.2.2

40
Luas area A adalah 48 m2 dengan intensitas hujan 101.6 mm/jam. Maka
diameter pipa tegak air hujan adalah 3 inch dan diameter pipa horizontal adalah
3 inch.

41

Anda mungkin juga menyukai